Jenis dan Kriteria Dampak Risiko pada KPIH ‘Opened Hull’

sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka kondisi alam dan stabilitas kapal yang buruk dapat mempertinggi risiko terbaliknya kapal. Adapun keberadaan air yang terperangkap di kapal menjadi salah satu penyebab memburuknya stabilitas kapal. Hal ini disebabkan karena air memiliki permukaan bebas free surface yang mudah bergerak dan berpindah tempat saat media yang ditempatinya berubah posisi. Oleh karena itu, maka jenis dan definisi dari setiap jenis dampak risiko pada KPIH ‘Opened hull ’ diidentifikasikan sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Jenis dan definisi dampak pada risiko KPIH ‘Opened hull’ Jenis Dampak Definisi Finansial Kerugian finansial yang mungkin timbul sebagai dampak dari operasional KPIH ‘Opened hull’: - biaya pembelian benih ikan sebanyak benih ikan yang mati selama trasnportasi - biaya transport per ikan - biaya upah kerja SDM dalam membesarkan ikan dihitung per ikan Pencemaran air laut di dalam palka Kerugian yang mungkin timbul sebagai dampak dari operasional KPIH ‘Opened hull’ apabila terjadi pencemaran air laut di dalam palka. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pelaku transportir benih ikan kerapu bebek, yang mengangkut benih ikan kerapu bebek berukuran minimal 16 cm TL, jumlah kematian benih ikan terbanyak yang pernah terjadi adalah sebesar 25 . Adapun jumlah kematian benih ikan kerapu bebek tersebut minimal rata-rata selama transportasi adalah sebesar 5 - 10 . Jumlah benih ikan yang diangkut oleh KPIH ‘Opened hull’ yang dikaji adalah berkisar antara 20.000 – 30.000 ekor, dengan ongkos transportasi sebesar Rp. 2.500,- - Rp. 3.000,- per ekor dari Batam ke Kepulauan Natuna. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, harga beli benih ikan kerapu bebek berkisar antara Rp. 1.200,- – Rp. 1.500,- per cm panjang ikan. Wawancara dengan beberapa pelaku dalam pembesaran benih ikan kerapu bebek juga dilakukan untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk upah pekerja dan harga jual ikan kerapu bebek ukuran ekonomis 500 – 1.000 gram per ekor. Pada umumnya, setiap KJA dikerjakan oleh 3 – 4 orang dalam satu unit KJA berukuran 9 m 2 – 16 m 2 . Mengacu pada hasil penelitian Santoso dan Purwanta 2008, padat penebaran yang optimum untuk ikan kerapu adalah sebesar 134 ekorm 3 untuk ikan berukuran 50 gram TL berkisar antara 16 cm – 18 cm. Adapun upah pekerja berkisar antara Rp. 750.000,- – Rp. 1.000.000,- per orang per bulan. Untuk harga jual ikan kerapu berukuran ekonomis minimal sebesar US 50kg Rp. 450.000,-kg. Berdasarkan informasi yang di atas, maka pada Tabel 5 disajikan hasil simulasi kerugian untuk menghitung kerugian finansial sesuai dengan definisi yang telah dipaparkan dalam Tabel 4. Simulasi kerugian finansial diperhitungkan dari tiga komponen pembiayaan yang tetap dikeluarkan walaupun benih ikan dalam kondisi mati di dalam perjalanan. Ketiga komponen tersebut yang terdiri dari: biaya pembelian benih ikan, biaya transportasi dan biaya upah pekerja. Dari ketiga komponen tersebut, dicoba untuk menghitung biaya yang dikeluarkan dan akan tetap dikeluarkan per individu benih ikan. Tabel 5 Perhitungan kerugian finansial pada pengoperasian KPIH ‘Opened hull ’ Kerugian finansial minimal: 1 Jumlah benih yang diangkut ekor 20.000 2 Jumlah kematian benih ikan saat transportasi 5 ekor 1.000 3 Harga beli benih ikan Rpekor 1.200,- 4 Ongkos transportasi per ikan Rpekor 2.500,- 5 Upah pekerja Rporang 750.000,- 6 Jumlah pekerja orang 3 7 Waktu untuk membesarkan benih hingga ukuran minimal 500 gramekor bulan 9 8 Jumlah ikan per unit KJA padat tebar= 134 ekorm 3 - 250 ekor yang mati saat transportasi ekor 4.038 9 Estimasi upah kerja untuk pembesaran 1 ekor benih Rpekor 5.015,- 10 Total biaya yang dikeluarkan untuk membeli benih ikan sejumlah benih ikan yang mati Rp 1.200.000,- 11 Total ongkos transportasi yang telah dikeluarkan untuk benih ikan yang mati saat transportasi Rp 2.500.000,- 12 Total upah pekerja yang tetap dikeluarkan untuk benih ikan yang telah mati saat transportasi Rp 5.014.859,- Total kerugian finansial minimal Rp 8.714.859,- Tabel 5 Lanjutan Kerugian finansial maksimal: 1 Jumlah benih yang diangkut ekor 20.000 2 Jumlah kematian benih ikan saat transportasi 25 ekor 5.000 3 Harga beli benih ikan Rpekor 1.500,- 4 Ongkos transportasi per ikan Rpekor 2.500,- 5 Upah pekerja Rporang 1.000.000 6 Jumlah pekerja orang 4 7 Waktu untuk membesarkan benih hingga ukuran minimal 500 gramekor bulan 9 8 Jumlah ikan per unit KJA padat tebar= 134 ekorm 3 - 1.250 ekor yang mati saat transportasi ekor 3.038 9 Estimasi upah kerja untuk pembesaran 1 ekor benih Rpekor 11.850,- 10 Total biaya yang dikeluarkan untuk membeli benih ikan sejumlah benih ikan yang mati Rp 7.500.000,- 11 Total biaya yang dikeluarkan saat transportasi untuk benih ikan yang mati saat transportasi Rp 12.500.000,- 12 Total upah pekerja yang tetap dikeluarkan untuk benih ikan yang telah mati saat transportasi Rp 59.249.506,- Total kerugian finansial maksimal Rp 79.249.506,- Berdasarkan tabel simulasi kerugian finansial di atas, maka terlihat bahwa kerugian finansial minimal adalah sekitar Rp. 7.700.000,- dan kerugian finansial maksimal adalah sekitar Rp. 79.000.000,-. Sistem sirkulasi yang digunakan sebagai sistem pemeliharaan kualitas air sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, memungkinkan terjadinya pencemaran air laut di dalam palka. Pencemaran ini terjadi akibat terlambatnya menutup lubang masuk air inlet ke dalam palka kapal saat kapal melewati perairan dengan kualitas air yang buruk. Dampak yang paling buruk akan terjadi apabila seluruh lubang inlet di setiap palka terlambat ditutup. Adapun dampak yang terjadi akan minimal apabila seluruh lubang inlet dapat tepat waktu ditutup pada saat kapal melewati perairan dengan kualitas air yang buruk. Berdasarkan pemaparan terhadap dampak risiko KPIH ‘Opened hull’ di atas, maka kriteria dan tingkatan dampak dapat diidentifikasi sebagamana disajikan pada Tabel 6 dan 7. Tabel 6 Kriteria dan tingkatan dampak finansial Kriteria Tingkat Kerugian yang dialami Rp. 7.700.000,- jumlah benih ikan yang mati selama transportasi 5 dari total jumlah benih ikan yang diangkut 1 Kerugian yang dialami berkisar antara Rp. 7.700.000,- – Rp. 79.000.000,- jumlah benih ikan yang mati selama transportasi berkisar antara 5 - 25 dari total jumlah benih ikan yang diangkut 2 Kerugian yang dialami Rp. 79.000.000,- jumlah benih ikan yang mati selama transportasi ≥ 25 dari total jumlah benih ikan yang diangkut 3 Tabel 7 Kriteria dan tingkatan dampak pencemaran air laut di dalam palka Kriteria Tingkat Maksimal pencemaran air laut terjadi hanya di satu unit palka kapal 1 Pencemaran air laut terjadi pada setengah dari jumlah palka kapal yang ada 2 Pencemaran air laut terjadi pada semua palka kapal 3

4.3 Jenis dan Kriteria Probabilitas Risiko pada KPIH ‘Opened Hull’

Berdasarkan jenis dampak risiko yang telah teridentifikasi sebagaimana dipaparkan pada sub bab 4.2, maka jenis probabilitas yang dapat mempengaruhi tingkat risiko adalah: 1 Efek free surface 2 Penggunaan sistem pemeliharaan kualitas air 3 Densitas benih ikan dalam palka Efek free surface adalah suatu fenomena yang disebabkan karena adanya permukaan bebas free surface pada benda berbentuk liquid. Keberadaan permukaan bebas mengakibatkan benda liquid tersebut mudah berubah bentuk sesuai dengan media yang ditempatinya. Jenis muatan pada KPIH adalah muatan liquid. Efek free surface akan dirasakan terutama saat kapal melakukan gerakan rolling. Pada saat kapal melakukan gerakan rolling, maka terjadilah pergerakan air di bagian permukaan yang mengikuti arah kemiringan kapal akibat momen yang terjadi. Jika massa air yang bergerak ke sisi kapal yang sedang oleng berlebihan, maka titik berat kapal pun akan bergeser ke arah kemiringan kapal. Apabila periode oleng kapal sangat lambat, maka kemungkinan kapal akan terbalik menjadi lebih besar. Piniella et.al 2008 dan Suwardjo et.al 2010 mengemukakan bahwa stabilitas kapal yang buruk merupakan risiko spesifik specific risk yang dihadapi oleh kapal perikanan terutama kapal perikanan skala kecil. Berdasarkan beberapa hasil kajian sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka kondisi alam dan stabilitas kapal yang buruk dapat mempertinggi risiko kecelakaan kapal. Adapun keberadaan air yang terperangkap di kapal menjadi salah satu penyebab memburuknya stabilitas kapal. Hal ini disebabkan karena air memiliki permukaan bebas free surface yang mudah bergerak dan berpindah tempat saat media yang ditempatinya berubah posisi. Penggunaan sistem pemeliharaan kualitas air yang tidak tepat akan mengakibatkan semakin besarnya peluang kematian benih ikan yang terdapat di dalamnya. Terjadinya kematian benih ikan tersebut disebabkan karena kegagalan sistem pemeliharaan kualitas air tersebut dalam menjaga kestabilan kualitas air laut yang sesuai dengan kebutuhan ikan yang dibawanya. Yang dimaksud dengan kualitas air laut yang sesuai adalah bukan hanya tidak tercemari oleh virus dan bakteri yang merugikan saja, akan tetapi ketersediaan oksigen terlarut dissolved oxygen yang cukup, kondisi suhu air laut dan kadar pH yang sesuai serta kandungan amoniak terutama NH 3 un-ionized yang sedikit. Whittington and Chong 2007, melakukan kajian terhadap risiko perdagangan ikan hias di Australia. Hasil kajian tersebut menyebutkan bahwa risiko tertinggi yang mengakibatkan ketahanan hidup ikan menurun salah satunya adalah disebabkan karena menurunnya kualitas air laut yang menyertainya sehingga mengakibatkan munculnya virus dan bakteri phatogen. Selain itu, menurunnya kualitas air laut yang menyertai ikan tersebut mengakibatkan