2.2 Kurikulum Berbasis Kompetensi
2.2.1 Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom menuntut perubahan dan pengelolaan pendidikan dari yang bersifat sentralistik ke
desentralitik. Pergeseran pola sentralisasi ke desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan merupakan upaya pemberdayaan daerah dan sekolah dalam
peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan, terarah, dan menyeluruh. Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan adalah penyempurnaan
kurikulum. Indikator keberhasilan pembaruan kurikulum ditunjukkan oleh adanya perubahan pada pola kegiatan belajar-mengajar, memilih media pendidikan,
menentukan pola penilaian, dan pengelolaan kurikulum yang menentukan hasil pendidikan.
Ada dua faktor utama yang mendorong mengapa dilakukan perubahan kurikulum secara mendasar:
1. Pertama, adanya perubahan misi yang diemban dan tujuan yang ingin dicapai. Faktor ini muncul sebagai hasil proses interaksi antara penilaian yang panjang
terhadap hasil pendidikan yang telah berjalan, tuntutan kekinian yang berubah dan tantangan masa depan yang muncul lebih awal dari yang diduga sejalan
dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. 2. Kedua, adanya kenyataan dan kesadaran yang merata bahwa negeri kita
memiliki kemampuan Sumber Daya Manusia SDM, kemampuan siswa,
sarana pembelajaran, dan budaya yang sangat bervariasi dari suatu daerah, antara kota dan desa, sehingga menuntut adanya kurikulum baru yang dapat
melayani keanekaragaman Sumber Daya Manusia SDM yang ada Depdiknas 2001:2.
Pembaharuan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan pengelolaan kurikulum yang dengan sendirinya akan mengubah praktek-praktek
pembelajaran KBM di kelas-kelas. Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK dapat diartikan sebagai suatu
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan kompetensi tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik yang berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK diarahkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan
keberhasilan dengan penuh tanggung jawab Mulyasa 2002:39. Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi
KBK yaitu: 1. Adanya pengertian dari pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran
individual. 2. Pengembangan konsep belajar tuntas mastery learning atau belajar sebagai
penguasaan learning for mastery. 3. Pendefinisian kembali.
Dalam rekonseptualisasi kurikulum ini digunakan landasan filosofis Pancasila sebagai dasar pengembangan kurikulum. Pancasila sangat relefan untuk
penerapan filosofis pendidikan yang mendunia seperti empat pilar belajar Delor dalam Mulyasa 2002 belajar menjadi diri sendiri, belajar mengetahui, belajar
melakukan, dan belajar hidup dalam kebersamaan. Depdiknas 2002 mengemukakan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi
memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun secara klasikal. 2. Berorientasi pada hasil belajar learning outcomes dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
2.2.2 Perbedaan Kurikulum 1994 dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi