Tempat dan Waktu Pelaksanaan Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai Juli 2005 dengan lokasi di Desa Cangkurawok; laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah Departemen Teknik Pertanian dan laboratorium Fisika Tanah Departemen Ilmu Tanah, Institut Pertanian Bogor.

B. Alat dan Bahan

1. Alat penelitian Tabel 3. Peralatan penelitian No Nama Jumlah Satuan 1 Sekop 2 Buah 2 Pisau 2 Buah 3 Sendok 2 Buah 4 Ring sample 39 Buah 5 Pralon 3” 2 Batang 6 Kain mori 1.5 Meter 7 Plastik putih 1 m 2 8 Gergaji 2 Buah 9 Pet plastik penyemprot air 2 Buah 10 Isolasi 2 Gulung 11 Presure plate 1 Set 12 Oven 1 Set 13 Neraca digital 1 Set 14 Ayakan 1 Buah 15 Terpal 2 Gulung 16 Desikator 1 Set 17 Jaring-jaring kawat 0.5 cm 1.5 Meter 18 Kayu reng 2 4 meteran 19 Gelas ukur 1 100 ml 20 Karet gelang 1 Ons 10 2. Bahan penelitian Tabel 4 . Bahan-bahan penelitian. No Nama Jumlah Satuan 1 Pupuk kandang 5 kg 2 Pasir halus 8 mm 1 m 3 Bahan pembutan pupuk kompos 3 kotoran kambing 30 kg 4 Jerami 30 kg 5 Daun-daunan 30 kg 6 Sekam padi 30 kg 7 EM4 1 botol 8 Dedak halus 3 kg 9 Gula pasir 500 gram

C. Metode Penelitian

Pupuk yang dicampurkan pada tanah pasir dalam penelitian ini menggunakan dua jenis pupuk yaitu pupuk kandang dan pupuk kompos. Pupuk kandang didapat dari produksi PT. Great Giant Pineaple Lampung Tengah dengan merek Green Leaf sejumlah 1 bungkus dengan berat 5 kg. Kandungan proksimat pupuk kandang Green Leaf dapat dilihat pada Lampiran 3. Foto pupuk kandang tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. a Pupuk dalam kemasan b Butiran pupuk halus warnanya kehitaman. Gambar 3. Pupuk kandang produksi PT. Great Giant Pineaple merek Green Leaf. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : Tahap pertama yaitu pembuatan pupuk kompos, tahap kedua percobaan pendahuluan dan tahap ketiga percobaan utama. 11 1. Tahap pertama : pembuatan pupuk kompos dengan cara sebagai berikut : a Dibuat lubang di tanah berbentuk persegi ukuran 125 x 125 x 40 cm. b Larutan EM4 dibuat dengan mencampurkan 2 liter air dengan EM4 sebanyak 4 tutup botol wadah EM4 dan diaduk hingga larut. Larutan gula pasir dibuat dengan mencampurkan 0.5 kg gula pasir dengan 4 liter air panas, kemudian diaduk hingga gula pasir larut dan dibiarkan hingga dingin. Larutan EM4 dan larutan gula pasir berfungsi untuk mempercepat kematangan pupuk kompos. Penjelasan mengenai EM4 dapat dilihat pada Lampiran 2. c Jerami, rumput dan daun-daunan dicacah dengan panjang 2-3 cm, kemudian dicampur dengan kotoran kambing dan sekam padi. d Hasil campuran ditaburkan hingga menutupi seluruh luas lubang dengan ketebalan kurang lebih 10 cm. Kemudian di atasnya ditaburkan dedak halus, yang berfungsi sebagai fermentasi. Selanjutnya larutan EM4 dan larutan gula pasir dipercikkan di atasnya. Setelah itu lapisan tersebut ditutup dengan campuran yang dibuat pada langkah c. Dedak halus ditaburkan kembali dan dipercikkan larutan EM4 dan larutan gula di atasnya kemudian tutup kembali dengan campuran pada langkah c, Demikian seterusnya hingga campuran jerami, kotoran kambing, rumput dan sekam padi habis. Lapisan paling atas ditaburi dedak halus dan dipercikkan larutan EM4 dan larutan gula pasir kemudian ditutup dengan plastik hitam dan ditindih dengan kayu atau pemberat agar penutup tidak bergeser atau terbuka. e Suhu dijaga tetap antara 45-65 C dan kelembabannya sekitar 50. Secara sederhana kelembaban diukur dengan memasukkan tongkat kayu ke dalam tumpukan kompos, lalu mengeluarkannya. Bila tongkat kering berarti kelembabannya kurang sehingga harus dibalik dan disiram. Pembalikan sebaiknya dilakukan setiap satu minggu. 12 f Setelah 2 minggu pupuk kompos yang ditutup terpal dipindahkan dalam karung, diikat dan disimpan di tempat yang teduh yang terlindung dari air hujan dan sinar matahari. Dua minggu setelah dalam karung pupuk akan matang dan siap digunakan. g Ciri-ciri kematangan adalah suhu menurun mendekati suhu ruangan sekitar 28 C, tidak berbau busuk, bentuk fisik menyerupai tanah dan berwarna coklat-kehitaman. Hasil pupuk kompos yang sudah matang disajikan pada Gambar 4. h Agar pupuk bentuknya seragam, maka diayak dengan saringan 5 mm. Gambar 4. Pupuk kompos yang telah matang. 2. Tahap kedua : percobaan pendahuluan Percobaan pendahuluan dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh pemberian pupuk kompos dan pupuk kandang terhadap kapasitas tanah menahan air. Selain itu juga bertujuan untuk memperbaiki metode ataupun menambah peralatan yang diperlukan pada percobaan utama. Pada percobaan pendahuluan dosis perlakuan yang diberikan sebesar 0, 5, 15 dan 20 tonha dengan 2 jenis pupuk yaitu pupuk kandang dan pupuk kompos dengan 1 kali pengulangan. Percobaan pendahuluan ini dilakukan sebagai berikut : a Selama membuat pupuk kompos dipersiapkan pasir halus dengan diameter 8 mm yang diperoleh dari hasil ayakan Gambar 5. 13 Gambar 5. Pengayakan pasir diameter 8 mm. b Pasir hasil ayakan ditimbang seberat 450 gram sebanyak 39 kali untuk diisikan dalam 39 wadah pralon Gambar 6. Berat tanah pasir 450 gram adalah jumlah yang sesuai untuk dimasukkan dalam wadah. Gambar 6. Penimbangan tanah pasir setiap 450 gramwadah parlon. c Hasil ayakan pasir dibuat dalam kondisi homogen dengan kadar air awal 15 berat Gambar 7. Gambar 7. Pengadukan air dengan tanah pasir untuk membuat kadar air awal 15 berat. d Dibuat wadah dari pralon dengan tinggi 10 cm dan diameter 3 inchi sejumlah 39 buah Gambar 8. 14 Gambar 8. Bentuk wadah media tanah pasir untuk pencampuran pupuk. e Bulk density tanah pasir ayakan dihitung dengan rumus sebagai berikut : ρb = Vt Mp = Va Vu Vp Mp + + grcm 3 f Dosis dari tonha pupuk organik pupuk kompos dan pupuk kandang dikonversi menjadi kg pupuk kompos atau pupuk kandangkg tanah pasir dengan rumus : Y = X Z = …… kg pupuk organik1 kg tanah Y : Dosis pupuk organik kg kering udara kg tanah kering udara Z : Dosis pupuk organik kering udara tonha X : Berat tanah kering udara tonha Untuk mencari dosis yang sebenarnya diukur BD tanah pasir yang digunakan dalam penelitian ini. Perhitungan takaran dosis yang sebenarnya dapat dilihat pada Lampiran 2. g Bahan pupuk yang sudah matang dicampurkan dengan tanah pasir sesuai dengan takaran dosis Gambar 9. Kemudian campuran tanah pasir dan pupuk dimasukkan dalam wadah pralon. Gambar 9. Pencampuran takaran dosis pupuk kompos dan pupuk kandang. 15 h Agar tanah pasir dapat berikatan dengan pupuk maka dibiarkan 1 malam sebelum mendapat perlakuan selanjutnya. i Penjenuhan dilakukan dengan cara memberikan air pada tanah pasir memakai semprotan secara perlahan-lahan. Pemberian air dihentikan apabila air mulai menetes lewat bagian bawah wadah. j Setelah semua contoh dalam kondisi jenuh selanjutnya campuran tanah berpasir halus dan pupuk kompos dan wadahnya ditimbang pada selang waktu hari ke-0 sampai hari ke-6 Gambar 10. Apabila berat tanah pasir cenderung tetap, kondisi ini mencerminkan air gravitasi sudah berhenti atau pada kondisi kapasitas lapang. Tujuan dari perlakuan ini untuk melihat berapa hari yang dibutuhkan oleh tanah pasir untuk mencapai kondisi kapasitas lapang dari kondisi jenuh. Gambar 10. Penimbangan wadah tanah pasir untuk pengamatan berat. k Diambil contoh tanah pasir untuk diukur kadar airnya. Contoh tanah pasir dioven selama 24 jam pada suhu 105 C. Dalam percobaan ini kadar air yang diukur setelah proses penurunan berat selama waktu pengamatan dianggap sebagai kadar air kapasitas lapang metode lapang. Dari hasil pengukuran kadar air kapasitas lapang metode lapang tersebut dapat dilihat apakah ada pengaruh pemberian berbagai tingkat dosis pupuk kompos dan pupuk kandang terhadap hasil pengukuran kadar air kapasitas lapang. 16 l Untuk membandingkan kapasitas menahan air antara pupuk kompos dan pupuk kandang dapat dilihat dengan cara sebagai berikut : i Dimasukkan dalam wadah 100 pupuk kompos dengan berat 200 gram, sebanyak 3 ulangan. Demikian pula pupuk kandang, sehingga semua berjumlah 6 buah wadah, 3 ulangan berisi 100 pupuk kompos dan 3 ulangan berisi 100 pupuk kandang. ii Diberikan air sebesar 70 ml pada setiap wadah. Setelah air mulai berhenti menetes wadah ditimbang dan saat tersebut dianggap sebagai H . iii Wadah diletakkan di atas lantai beralas dan berpenutup karung plastik. iv Selanjutnya wadah ditimbang setiap hari sampai hari ke-6. v Dibandingkan berat antara pupuk kompos dan pupuk kandang selama 6 hari pengamatan. vi Dihitung jumlah air yang dapat ditahan pupuk kompos dan pupuk kandang dari H -H 6 dengan dikurangi dengan berat H awal . 3. Tahap ketiga : Percobaan utama Percobaan utama dilakukan dengan beberapa tambahan perbaikan metode maupun penambahan alat penelitian berdasar dari percobaan pendahuluan. Percobaan utama selanjutnya mengikuti langkah sebagai berikut : Setelah tanah pasir diambil contohnya untuk diukur kapasitas lapang metode lapang sisanya diambil untuk diketahui air tersedia dalam tanah pasir tersebut. Air tersedia diukur menggunakan alat presure plate pada laboratorium Fisika Tanah Departemen Ilmu Tanah Institut Pertanian Bogor Gambar 11. Air tersedia = kadar air kapasitas lapang pF 2.54 – kadar air titik layu permanen pF 4.2. Dari pengukuran ini dapat dilihat pengaruh pemberian berbagai tingkat dosis pupuk kompos maupun pupuk kandang terhadap jumlah air tanah tersedia. Kadar air yang diukur dengan presure plate pada pF 2.54 dalam penelitian ini disebut sebagai kadar air kapasitas lapang metode presure plate . 17 Gambar 11. Seperangkat Presure plate pada laboratorium Fisika Tanah Departemen Ilmu tanah IPB Bogor. Cara kerja untuk mengukur air tersedia dengan menggunakan presure plate adalah sebagai berikut : a Contoh tanah pasir dibagi menjadi 2 bagian, satu untuk penetapan kadar air pF 2.54 13 atm dan satu lagi untuk kadar air pF 4.2 15 atm. Untuk kadar air pF 2.54 diambil dari contoh tanah tak terganggu. Hal ini dilakukan dengan mengambil agregat atau bongkahan tanah pasir yang masih utuh dari dalam wadah. Agregat tanah pasir yang diambil dari dalam wadah dapat dilihat pada Gambar 13. Sedangkan untuk kadar air pF 4.2 diambil dari contoh tanah terganggu. Untuk pF 4.2 digunakan contoh tanah kering udara berukuran 2mm sehingga contoh tanah harus disaring terlebih dahulu. Untuk pF 2.54 contoh tanah bisanya berwujud bongkahan atau agregat yang kecil. b Contoh tanah untuk penetapan pF 2.54 diletakkan di atas dalam piringan plate dalam presure plate apparatus, sedangkan contoh tanah untuk penetapan pF 4.2 diletakkan di atas piringan dalam presure membrane apparatus Gambar 12 dan Gambar 13. 18 Gambar 12. Peletakan contoh tanah untuk pF 4.2 di atas piring presure membrane apparatus. Gambar 13. Peletakan contoh tanah untuk pF 2.54 di atas piring presure plate apparatus. c Penuhi contoh tanah dengan air hingga bagian atas ring dan biarkan selama 24 jam. d Tutup alat rapat rapat, kemudaian berikan tekanan sesuai pF yang dikehendaki. e Keseimbangan tercapai setelah kira-kira 48 jam tekanan-tekanan tersebut berhenti bekerja dengan ciri sudah tidak ada lagi air yang menetes lewat selang membran Gambar 14 dan 15. f Setelah keseimbangan tercapai keluarkan contoh tanah tersebut untuk ditetapkan kadar airnya. 19 Keluarnya tetesan air melalui selang membran Gambar 14. Keseimbangan contoh tanah pada pF 4.2 dalam membrane apparatus . Keluarnya tetesan air melalui selang membran Gambar 15. Keseimbangan contoh tanah pada pF 2.54 dalam presure plate apparatus . Analisis keragaman pengaruh pemberian berbagai tingkat dosis pupuk kompos maupun pupuk kandang dari data hasil pengukuran diolah menggunakan metode one way anova. Hasil yang menunjukkan adanya pengaruh keragaman tingkat pemberian pupuk dosis baik pupuk kompos maupun pupuk kandang dilanjutkan dengan uji Post Hoc untuk melihat dosis manakah yang paling memberikan perbedaan hasil yang nyata. Untuk membantu pengolahan data dalam penelitian ini digunakan sofware statistik SPSS 11.5. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Percobaan Pendahuluan