Terapi radiasi dapat mengganggu dari fungsi kelenjar saliva terutama pada kelenjar parotis yang dapat mengurangi produksi saliva dan saliva akan menjadi
kental. Jumlah kerusakan kelenjar saliva tergantung dengan jumlah dosis yang diberikan selama terapi. Dosis radiasi 20 Gy dapat menyebabkan kerusakan dari
kelenjar saliva apabila pemberiannya dalam dosis tunggal. Apabila dosis yang diberikan diatas 52 Gy dapat menimbulkan kerusakan dari kelenjar saliva yang
parah.
19
Radiasi dapat menginduksi xerostomia dalam minggu pertama dilakukannya radioterapi dimana aliran saliva akan berkurang 50-60. Namun, setelah tujuh
minggu keadaan tersebut akan berkurang menjadi 20 dan pada umumnya setelah lebih dari satu tahun keadaanya dapat kembali secara perlahan.
18
2.2.3 Gejala dan Tanda 2.2.3.1 Gejala
Individu yang menderita xerostomia sering mengeluh kesulitan mengunyah, menelan dan memakai gigitiruan. Makanan yang kering biasanya sulit dikunyah
ataupun ditelan. Pada mukosa yang kering dapat mengakibatkan penggunaan gigitiruan menjadi tidak nyaman, keadaan ini juga mempengaruhi retensi gigi tiruan
dalam menahan tekanan kunyah.
15,16
2.2.3.2. Tanda
Keadaan mukosa pada penderita xerostomia akan terlihat kering. Apabila diperiksa bagian mukosanya dengan sarung tangan, tongue blade atau gagang
instrumen akan terasa lengket dibagian mukosa tersebut. Xerostomia dapat mengakibatkan peningkatan karies dental, kandidiasis, halitosis, sialodenitis, ulserasi
dan mulut terasa terbakar..
15,16
2.2.4 Diagnosis dan Pemeriksaan
Ada beberapa cara dalam diagnosis dan pemeriksaan xerostomia yang dilakukan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Anamnesis Dalam melakukan anamnesis dengan pasien dapat diajukan beberapa
pertanyaan terarah yang dapat menentukan penyebab xerostomia, seperti adanya keluhan mulut kering ataupun kesulitan dalam mengunyah makanan yang keras.
b. Pemeriksaan Klinis dalam Rongga Mulut Pemeriksaan klinis dapat dilakukan dengan melihat gejala-gejala klinis yang
tampak dalam rongga mulut. Gambaran klinis tersebut antara lain hilangnya genangan saliva pada dasar mulut, mukosa bukal akan terasa lengket apabila disentuh
dengan jari, tongue blade, atau ujung gagang instrumen. c. Teknik Pengumpulan Saliva
Menghitung laju aliran saliva dapat dilakukan dengan menghitung aliran saliva dari kelenjar saliva mayor atau dari sampel campuran dari cairan mulut yang
biasanya disebut dengan Whole Saliva. Terdapat empat metode untuk mengumpulkan whole saliva yaitu metode mengeluarkan, meludahkan, pengisapan dan
mengabsorbsi. Metode mengeluarkan adalah pasif dan membutuhkan pasien untuk memungkinkan saliva mengalir dari mulut kedalam tube tes preweight atau silinder
yang diukur dalam satu waktu tertentu. Metode meludahkan dilakukan dengan cara pengumpulan saliva pasien dalam mulut dan kemudian dikeluarkan ke silinder
preweight yang diukur setiap 60 detik dalam waktu 5-20 menit. Metode pengisapan dilakukan dengan menggunakan suatu aspirator atau saliva ejector untuk mengalirkan
saliva dari mulut kedalam suatu tube tes dalam waktu tertentu. Metode mengabsorbsi dilakukan dengan menggunakan suatu spons yang diletakkan di mulut pasien dalam
waktu tertentu lalu spons ditimbang dan volume saliva ditetapkan secara gravimetrical.
5,20
d. Sialometri Sialometri merupakan salah satu cara mengukur aliran saliva. Alat untuk
mengukurnya diletakkan diatas kelenjar parotid dan submandibular atau sublingual. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan stimulus asam sitrat. Saat istirahat
sekresi saliva berkisar 0-0,1mLmenit. Setelah dirangsang dengan asam sitrat sekresinya akan meningkat menjadi 0,4-1,5mLmenit. Apabila sekresi saliva setelah
Universitas Sumatera Utara
dirangsang menunjukkan hasil kurang dari 0,3mLmenit keadaan tersebut disebut keadaan patologis.
e. Sialografi Sialografi merupakan suatu teknik radiografi untuk melihat kelenjar ludah
setelah terlebih dahulu memasukkan bahan kontras secara retrograde yang dapat larut kedalam duktus submandibula atau parotid. Metode ini merupakan metode yang
direkomendasikan untuk mengevaluasi instrinsik dan keadaan abnormal yang terjadi dari sistem duktus karena dapat memberikan gambaran yang jelas dari cabang duktus
dan ujung kelenjar asinar.
7,15,20
2.3 Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular pada Pasien PJK terhadap Xerostomia
Sebelumnya telah disebutkan bahwa obat kardiovaskular yang dikonsumsi pasien PJK memiliki efek samping sistemik maupun rongga mulut yang salah satunya
adalah xerostomia.
11
Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf otonom yang mempersarafi kelenjar saliva. Tidak seperti sistem saraf otonom
ditempat lain, respon simpatis dan parasimpatis di kelenjar saliva tidak saling bertentangan. Baik stimulasi simpatis maupun parasimpatis, keduanya meningkatkan
sekresi saliva tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Rangsangan parasimpatis berperan dominan dalam sekresi saliva dapat menyebabkan
pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar dan kaya enzim. Stimulasi simpatis di pihak lain, menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit dengan konsistensi
kental dan kaya mukus. Karena rangsangan simpatis menyebabkan sekresi saliva dalam jumlah sedikit, mulut terasa lebih kering daripada biasanya.
3,19
Adanya pengurangan laju aliran saliva akibat mengonsumsi obat kardiovaskular terjadi dikarenakan obat tersebut dapat menyebabkan depresi saraf
otonom. Penggunaan obat kardiovaskular tersebut dapat memblokade sistem parasimpatis yang berperan dominan dalam sekresi saliva sehingga keadaan simpatis
dari saraf otonom yang bekerja dengan menghasilkan volume saliva yang sedikit.
Universitas Sumatera Utara