26
tanda tanya, tanda seru, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda garis miring, dan tanda penyingkat atau apostrof.
Sementara itu, Waridah 2009:2-45 menyebutkan aspek-aspek yang menjadi kajian dalam ejaan yaitu pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan
huruf miring, singkatan dan akronim, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Pemakaian huruf terdiri atas huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan,
huruf diftong, gabungan huruf konsonan, dan pemenggalan kata. Pemakaian huruf kapital dan miring mencakup huruf kapital atau besar dan huruf miring.
Pemakaian tanda baca meliputi tanda titik, tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda elipsis, tanda tanya, tanda seru, tanda
kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik tunggal, garis miring, penyingkat atau apostrof, serta angka dan lambang bilangan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek ejaan adalah meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring,
penulisan kata, penulisan unsur serapan, serta pemakaian tanda baca. Dalam hal ini peneliti setuju dengan pendapat yang dikemukakan dalam buku yang ditulis
oleh Kep. Mendiknas No.0543a Th.1987 2007:1-46.
2.2.3 Fungsi Ejaan
Tarigan 1984:3 menyatakan sebagai berikut. Kalau kita berbicara mengenai tujuan, maka tidak dapat disangkal lagi bahwa
tujuan yang paling tersebar luas dan dapat diterima umum bagi pengjaran ejaan adalah “menolong anak-anak mempelajari kata-kata yang mereka perlukan
untuk menulis sebagai orang dewasa dan kata-kata yang diperlukan dalam menyajikan karya tulis mereka baik di dalam maupun di luar sekolah”.
27
Pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa ejaan berfungsi untuk membantu dalam
memilih, menentukan,
serta menempatkan
kata dalam
suatu penggabungannya menjadi kalimat. Melalui ejaan pelajar dapat memilih dan
menentukan kata apa yang tepat digunakan dalam suatu kalimat. Pemilihan kata yang tepat dapat memudahkan pembaca sehingga memperoleh pemahaman yang
tepat pula. Dengan ejaan, kemampuan dalam memilih dan menempatkan kata dalam kalimat lebih mudah karena berpedoman pada kaidah bahasa yang telah
disepakati antara pemakai bahasa. Mustakim 1992:3 menyatakan bahwa fungsi ejaan adalah sebagai
landasan pembakuan tata bahasa, landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta, dan alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa
Indonesia. Ejaan sebagai landasan pembakuan tata bahasa dapat diartikan bahwa ejaan dijadikan pedoman dalam memilih dan menentukan tata bahasa baku dan
tidak baku. Sementara itu, ejaan sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan mengandung makna bahwa melalui ejaan dapat ditentukan kata apa
saja yang termasuk baku dan tidak baku, begitu halnya dengan istilah. Melalui ejaan pula dapat diseleksi unsur-unsur apa saja yang diperbolehkan masuk dalam
kosakata bahasa Indonesia. Ejaan dapat dikatakan sebagai alat bantu dalam komunikasi tertulis
Sarwoko 2007:13. Jika dalam berkomunikasi lisan kita banyak dibantu oleh intonasi dan mimik maka dalam komunikasi tertulis semua itu digantikan oleh
tanda baca dan bunyi-bunyi bahasa digantikan oleh huruf. Jadi, ejaan berfungsi untuk mengupayakan agar komunikasi tulis sama baiknya dengan komunikasi
28
lisan. Upaya tersebut diwujudkan dengan pembubuhan tanda baca sebagai pengganti intonasi serta penggabungan huruf-huruf menjadi kata, kelompok kata,
dan kalimat sebagai pengganti bunyi-bunyi bahasa yang dilisankan. Penggantian tersebut disesuaikan antara komunikasi tulis dengan komunikasi lisan sehingga
makna yang dipahami tetap sama. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi
ejaan adalah sebagai alat bantu dalam komunikasi tertulis dan tolok ukur bagi benar-tidaknya pemakaian bahasa. Penjelasan dari ejaan yang dikatakan sebagai
alat bantu dalam komunikasi tertulis adalah berkaitan dengan penggunaan tanda baca yang tepat dalam kalimat sehingga dapat menunjukkan ekspresi sebagaimana
dalam komunikasi lisan. Pemakaian tanda baca yang tepat dapat berperan sebagai indikator benar-tidaknya pemakaian bahasa.
2.2.4 Hakikat Buku Teks