Analisis Data METODE PENELITIAN

3.7. Analisis Data

Menurut Paul Scholten dalam Soerjono Soekanto 1986: 252 “... salah satu fungsi yang utama dari ilmu-ilmu hukum, adalah mengadakan penelusuran terhadap azas- azas hukum yang terdapat di dalam hukum positif”. Maka dalam sebuah penulisan hukum teori-teori hukum dipakai sebagai pisau analisis untuk menelusuri penerapan hukum secara praktiknya. Peraturan perundangan-undangan dan putusan hakim MKRI menjadi objek yang akan dianalisis. Dalam menelaah setiap peraturan perundang- undangan, “Analisa hanya dilakukan terhadap pasal- pasal yang isinya merupakan kaedah hukum.” Soerjono Soekanto, 1986: 255. Sedangkan untuk mengalisis putusan difokuskan pada pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan tersebut. Spesifikasi atau tipe penelitian yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode tersebut tepat dalam melakukan analisis data, “... dianjurkan menggunakan metode kualitatif guna mengumpulkan dan menganalisis data.” Anselm Strauss dan Juliet Corbin, 2003: 5. Setelah data dikumpulkan dari data primer yaitu sumber hukum primer, sekunder, dan tersier serta data sekunder yaitu data-data yang didapatkan dari aspek non hukumsosiologis observasi dan wawancara. Kemudian data tersebut diolah dengan diperhatikan validitas datanya agar mampu menjawab rumusan permasalahan penelitian pada saat analisis data. Jika keabsahan data sudah dapat dipertanggungjawabkan, melalui triangulasi data antara konstitusi dan peraturan perundang-undangan data primer dengan data sekunder data kepustakaan, dokumentasi, dan wawancara untuk memilah data dan crosscheck data. Maka data-data yang sudah terkumpul dinarasikan dengan metode kualitatif deskriptif sebagai spesifikasi data yang dipilih penulis dalam penelitian ini. Sebagaimana sudah disebutkan dalam spesifikasi data, bahwa penelitian hukum ini memakai pendekatan yuridis normatif untuk mengkaji kewenangan MKRI yang hanya menguji UU tetapi dalam prakteknya sudah menguji Perppu. Maka Putusan MKRI court decision tentang pengujian Perppu tersebut akan di analisis pertimbangan hakimnya apakah sesuai dengan konstitusi, sebagai hukum tertinggi. Peraturan perundang-undangan, dokumen hukum, kepustakaan, dan hasil wawancara akan menjadi data-data yang akan diperbandingkan antara das sein dan das sollen-nya. Memperbandingkan data-data tersebut kemudian membaginya dalam kelompok data yang lebih kecil untuk mempermudah uraian atas data-data tersebut. Analisis dalam hal ini juga untuk menunjukkan bagaimana kekuatan nilai korelasi antara peraturan perundang-undangan dengan aplikasi dan implementasinya dalam praktek. Sehingga akan menghasilkan pemahaman baru sebagai produk dari pengumpulan data, pengolahan data, validitas data, dan analisis data. Berdasarkan data yang didapatkan maka dilakukan perumusan hipotesis sesuai dengan objek yang dikaji. Menelaah semua data yang telah terkumpul lalu melalui tahap pengolahan data dan konstruksi pemikiran penulis, data disusun dalam suatu pokok pikiran. Hingga akhirnya langkah terakhir dari proses analisa data dilakukan verifikasi data untuk mendapatkan kesimpulan atas penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Eksistensi Pembentukan Perppu oleh Pemerintah Terkait dengan

Kewenangan MKRI 4.1.1.1. Pembentukan Perppu oleh Pemerintah Dalam pembahasan ini pertama akan dibahas mengenai eksistensi atau keberadaan mengenai pembentukan Perppu oleh pemerintah. UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pasal 5 mengatur bahwa Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi: a. kejelasan tujuan; b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat; c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan; d. dapat dilaksanakan; e. kedayagunaan dan kehasilgunaan; f. kejelasan rumusan; dan g. keterbukaan. Dalam pasal diatas terdapat tujuh asas yang harus dipenuhi dalam pembentukan peraturan perundang- undangan yang salah satunya adalah “dapat dilaksanakan.” Dalam penjelasan UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan Pasal 5 huruf d, “Yang dimaksud dengan “asas dapat dilaksanakan” adalah bahwa harus mempertimbangkan efektivitas Peraturan Perundang- undangan tersebut dimasyarakat“, baik secara filosofis, dan sosiologis, maupun yuridis.” Pembentukan Perppu ketika sudah ditetapkan oleh Presiden dan