33
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan setelah dilakukan pengumpulan data pada tanggal 16 sampai 17 April 2015 di
SMA Negeri 14 Medan. 1.
Hasil Penelitian Hasil penelitian akan dijabarkan mulai dari deskripsi karakteristik
responden, deskripsi pola asuh keluarga dan perilaku remaja di SMA Negeri 14 Medan, dan hubungan pola asuh keluarga dengan perilaku remaja di SMA Negeri
14 Medan. 1.1.
Karakteristik responden Deskripsi karakteristik responden mencakup usia, jenis kelamin,
pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan orangtua, dan penghasilan. Dari 94 responden diperoleh karakteristik dan data demografi sebagai berikut,
berdasarkan usia, mayoritas responden berusia 15 tahun yaitu sebanyak 47 orang 50. Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden adalah
perempuan yaitu sebanyak 71 orang 75,5. Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas pendidikan ayah responden adalah SMA sebanyak 51
orang 54,3 dan begitupula dengan pendidikan ibu responden adalah SMA sebanyak 52 orang 55,3. Berdasarkan pekerjaan, mayoritas
pekerjaan orangtua responden adalah wiraswasta yaitu sebanyak 57 orang 60,6. Dan penghasilan orangtua responden adalah Rp. 1.850.000 yaitu
sebanyak 56 orang 59,6.
Universitas Sumatera Utara
34
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Responden di SMA Negeri 14 Medan N=94
Karakteristik Frekuensi n
Persentase Usia
- 15 tahun
- 16 tahun
- 17 tahun
Jenis Kelamin -
Laki-laki -
Perempuan Pendidikan Ayah
- SD
- SMP
- SMA
- Diploma S1 S2
Pendidikan Ibu -
SD -
SMP -
SMA -
Diploma S1 S2 Pekerjaan Orangtua
- Pegawai Swasta
- PNS
- Wiraswasta
Penghasilan -
Rp. 1.850.000 -
Rp. 1.850.000 47
29 18
23 71
2 6
51 35
3 5
52 34
16 21
57
38 56
50 30,9
19,1
24,5 75,5
2,1 6,4
54,3 37,2
3,2 5,3
55,3 36,2
17 22,3
60,6
40,4 59,6
1.2. Pola asuh keluarga di SMA Negeri 14 Medan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 91 responden 96,8 mendapat pola asuh keluarga demokratis, 2 responden 2,1 mendapat pola asuh
Universitas Sumatera Utara
35
keluarga otoriter dan 1 responden 1,1 mendapat pola asuh keluarga permisif.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pola asuh keluarga di SMA Negeri 14 Medan N=94
Pola Asuh Keluarga Frekuensi n
Persentase -
Demokratis -
Otoriter -
Permisif 91
2 1
96,8 2,1
1,1 1.3.
Perilaku remaja di SMA Negeri 14 Medan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 90 responden
95,7 memiliki perilaku yang baik dan 4 responden 4,3 memiliki perilaku yang tidak baik.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku Remaja di SMA Negeri 14 Medan N=94
Perilaku Remaja Frekuensi n
Persentase -
Baik -
Tidak baik 90
4 95,7
4,3
1.4. Hubungan pola asuh keluarga dengan perilaku remaja di SMA Negeri
14 Medan. Uji korelasi Rank Spearman dilakukan secara komputerisasi dan
menunjukkan nilai ρ pada kolom Sig 2 tailed sebesar 0,000. Angka ini lebih kecil dari level of significance a yaitu 0,05. Hal ini diinterpretasikan
bahwa hipotesa diterima, yang artinya ada hubungan bermakna antara pola
Universitas Sumatera Utara
36
asuh keluarga dengan perilaku remaja di SMA Negeri 14 Medan. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh r = 0,861. Koefisien korelasi r 0,861
artinya hubungan kedua variabel dalam penelitian ini memiliki arah korelasi positif dengan interpretasi kekuatan hubungan sangat kuat.
Tabel 6. Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Perilaku Remaja di SMA Negeri 14 Medan N=94
Variabel 1 Variabel 2
Ρ R
Keterangan Pola asuh keluarga
Perilaku Remaja 0,000
0,861 Hubungan
positif dengan interpretasi
sangat kuat
2. Pembahasan
2.1. Pola asuh keluarga di SMA Negeri 14 Medan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh responden yang mendapat pola asuh demokratis sebanyak 91 orang 96,8, pola asuh otoriter sebanyak 2
orang 2,1 dan pola asuh permisif hanya 1 orang 1,1. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pola asuh keluarga yang diterima oleh responden
sebagian besar dalam kategori pola asuh demokratis. Hasil ini sejalan dengan penelitian Panjaitan dan Daulay 2012 yang berjudul pola asuh
orangtua dan perkembangan sosialisasi remaja di SMA Negeri 15 Medan yang menunjukkan bahwa mayoritas pola asuh keluarga yang diberikan
kepada remaja adalah pola asuh demokratis sebanyak 74 orang 82,22. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Aguma, Dewi Karim
2014 yang berjudul hubungan pola asuh orangtua dengan perilaku seksual remaja di SMA Tri Bhakti Pekanbaru bahwa pola asuh keluarga terbanyak
Universitas Sumatera Utara
37
yang diterima oleh responden adalah pola asuh demokratis yaitu sebanyak 66 orang 37,3. Penelitian Permasih 2014 yang berjudul hubungan tipe
pola asuh orangtua dengan tempramen pada remaja di SMK Kesatrian Purwokerto juga mendukung hasil peneltian sebelumnya bahwa sebagian
besar pola asuh keluarga yang diterima responden adalah pola asuh demokratis yaitu sebanyak 37 orang 46,2.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pola asuh keluarga yang diberikan kepada remaja adalah pola asuh demokratis, hal ini
bertentangan dengan hasil penelitian Yuniartiningtyas 2013 yang berjudul hubungan antara pola asuh orangtua dan tipe kepribadian dengan perilaku
bullying di sekolah pada siswa SMP yang menunjukkan bahwa dari 87 siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gudo bahwa mayoritas pola asuh keluarga
yang diterima oleh responden adalah pola asuh permisif sebanyak 66 orang 69. Peneliti berasumsi bahwa hal ini terjadi karena sampel yang diambil
adalah remaja SMP sehingga orangtua dari responden memberikan pola asuh permisif yang bersifat memanjakan anak.
Hasil Penelitian Murtiyani 2011 yang berjudul hubungan pola asuh orangtua dengan kenakalan remaja di RW V Kelurahan Sidokare
Kecamatan Sidoarjo menunjukkan hasil penelitian yang berbeda yaitu mayoritas pola asuh yang diterapkan oleh orangtua terhadap remaja adalah
pola asuh otoriter sebanyak 26 orang 65. Penentuan pola asuh yang diberikan orangtua kepada remaja tentu
tidak lepas dari latar belakang pendidikan, pekerjaan dan penghasilan
Universitas Sumatera Utara
38
orangtua. Pendidikan orangtua pada penelitian ini cukup baik dengan mayoritas pendidikan orangtua sederajat SMA yaitu pendidikan ayah
sebanyak 51 orang 54,3 dan pendidikan ibu sebanyak 52 orang 55,3. Dan disusul dengan pendidikan orangtua diplomaS1S2 sebanyak 35 orang
37,2 pada ayah dan 34 orang 36,2 pada ibu. Orangtua yang berpendidikan tinggi umumnya mengetahui bagaimana perkembangan dan
bagaimana tingkat perkembangan pengasuhan orangtua terhadap remaja yang baik sesuai dengan perkembangan remaja Achmad, Latifah
Husadayanti, 2010. Pekerjaan orangtua pada penelitian ini mayoritas wiraswasta sebanyak
57 orang 60,6 dan sebagian besar orangtua responden memiliki penghasilan Rp. 1.850.000 sebanyak 56 orang 59,6. Hal ini
diasumsikan oleh peneliti bahwa pekerjaan orangtua sebagai wiraswasta umumnya memiliki waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan anak dan
mengajarkan banyak hal kepada anak sehingga baik untuk perkembangan dan perilaku anak. Begitu juga dengan penghasilan orangtua pada penelitian
ini sejalan dengan penelitian Puspitawati 2010 bahwa semakin tinggi keadaan ekonomi keluarga berpengaruh secara positif terhadap pola asuh
remaja. Dari hasil penelitian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pola asuh demokratis sudah banyak digunakan oleh para orangtua hal ini
menunjukkan bahwa orangtua sudah memilih pola asuh yang tepat untuk para remaja dan pola asuh tentunya dipengaruhi oleh latar belakang
orangtua seperti, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan orangtua.
Universitas Sumatera Utara
39
2.2. Perilaku remaja di SMA Negeri 14 Medan
Perilaku adalah suatu respon seseorang organisme terhadap stimulus atau suatu objek. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden memiliki perilaku yang baik yaitu 90 orang 95,7 dan memiliki perilaku tidak baik yaitu 4 orang 4,3. Hal ini menunjukkan
bahwa perilaku remaja di SMA Negeri 14 Medan hanya sebagian kecil yang berperilaku tidak baik. Pada hasil penelitian ini ditemukan data bahwa
sebagian besar siswa mengakui kesalahan dan meminta maaf ketika melakukan kesalahan kepada orang lain. Namun siswa jarang mengikuti
kegiatan sosial yang diadakan di masyarakat ataupun komunitas serta jarang mengikuti ekstrakulikuler di sekolah, hal ini menunjukkan bahwa perilaku
sosial siswa di masyarakat kurang baik dan bila dilanjutkan siswa akan menjadi pribadi yang individulistik. Peneliti berasumsi hal ini terjadi karena
tidak ada timbal balik dari mengikuti ekstrakulikuler terhadap prestasi akademik misalnya syarat untuk mendapatkan beasiswa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Gianoza, Zikra Ibrahim 2013 yang berjudul hubungan perhatian orangtua dengan moral
remaja didapatkan hasil sebanyak 50 responden 57,47 memiliki moral anak dalam kategori baik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
Panjaitan dan Daulay 2012 pada remaja di SMA Negeri 15 Medan dengan hasil penelitian dari 90 responden didapatkan hasil sebanyak 79 responden
87,78 memiliki perkembangan sosialisasi remaja dalam kriteria baik. Arsyad 2013 dalam penelitiannya menyatakan bahwa perilaku remaja
yang bersekolah di pesantren dan bersekolah umum memiliki perilaku
Universitas Sumatera Utara
40
prososial yang tinggi. Namun ada perbedaan perilaku prososial jika ditinjau dari pendidikan pesantren dan sekolah umum. Siswa yang menempuh
pendidikan pondok pesantren memiliki perilaku prososial yang lebih tinggi dari siswa sekolah umum. Peneliti berasumsi hal ini terjadi karena siswa
yang menginap di pesantren diberikan pendidikan berperilaku dengan menerapkan metode keteladanan, latihan dan pembiasaan, kedisiplinan, dan
nasihat. Pondok pesantern memiliki peraturan yang ketat dan perilaku siswa diawasi 24 jam. Sedangkan siswa di sekolah umum hanya mendapatkan
mata pelajaran bimbingan konseling hanya 2 jam per minggu. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari 94 responden
didapatkan hasil sebanyak 90 orang 95,7 memiliki perilaku remaja yang baik, hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Arista 2013 yang
menunjukkan bahwa dari seluruh responden terdapat 32 orang 58,18 tugas-tugas perkembangan remaja pada anak TKI di Desa Jenangan
Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo tidak tercapai. Peneliti berasumsi bahwa hal ini terjadi karena keluarga yang dalam kesulitan
ekonomi sehingga harus sibuk bekerja sebagai TKI. Hasil penelitian Arista 2013 didukung oleh peneltian sebelumnya yaitu penelitian Murtiyani
2011 pada remaja di Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo yang menunjukkan bahwa dari 40 responden diperoleh data sebanyak 33 remaja
82,5 berperilaku nakal seperti berbohong, membolos sekolah, berkelahi, kebut-kebutan di jalan, mabuk, dan pengguna narkoba. Dari hasil penelitian
di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
Universitas Sumatera Utara
41
merupakan indikator utama dari kualitas remaja. Perilaku remaja dapat dilihat dari moral, kecerdasan emosi dan perilaku prososialnya.
2.3. Hubungan pola asuh keluarga dengan perilaku remaja di SMA Negeri
14 Medan. Hasil analisa statistik dalam penelitian ini bahwa pola asuh keluarga
dan perilaku remaja di SMA Negeri 14 Medan memiliki hubungan yang signifikan dilihat dari nilai ρ = 0,000 yang berada dibawah level of
signifikan α = 0,05 dengan arah hubungan positif dengan kekuatan
hubungan sangat kuat r =0,861, yang artinya semakin demokratis pola asuh orangtua maka semakin baik perilaku remaja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Husada 2013 bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis dan
kecerdasan emosional dengan perilaku prososial remaja dengan nilai ρ =
0,000 dan nilai r = 0,707. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pola asuh demokratis dan kecerdasan emosi secara bersama-sama memberikan
pengaruh sebesar 70,7 terhadap perilaku prososial. Hasil perhitungan statistik menunjukkan nilai p = 0,000 p 0,05 untuk korelasi antara
variabel pola asuh demokratis dengan perilaku prososial dan nilai p = 0,008 p 0,05 untuk korelasi antara variabel kecerdasan emosi dengan perilaku
prososial, hal ini menunjukkan secara parsial variabel pola asuh demokratis berkorelasi dengan perilaku prososial dan begitu pula dengan variabel
Universitas Sumatera Utara
42
kecerdasan emosi juga berkorelasi sangat signifikan dengan perilaku prososial.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Permasih 2014 yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua
dengan tempramen pada remaja di SMK Kesatrian Purwokerto dengan nilai ρ = 0,003. Hasil penelitian Panjaitan dan Daulay 2012 juga semakin
mempertegas bahwa terdapat hubungan signifikan antara pola asuh demokratis dengan perkembangan sosialisasi remaja dengan nilai ρ = 0,000.
Namun penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Wawomeo 2009 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh
dengan perilaku kekerasan remaja. Peneliti berasumsi bahwa hal ini terjadi karena metode dan instrumen penelitian yang digunakan peneliti berbeda.
Hasil penelitian Zhao 2002 dalam Papalia 2008 menyatakan bahwa kepatuhan dan ketegasan lebih dihubungkan kepada kekerasan dan hal ini
terkait dengan pengasuhan, perhatian dan keterlibatan orangtua serta upaya mempertahankan keharmonisan keluarga diantara Asia dan Amerika. Kultur
tradisional Cina melaksanakan sikap hormat kepada yang lebih tua, menekankan tanggung jawab orang dewasa dalam mempertahankan
keteraturan sosial dengan mengajarkan perilaku yang tepat secara sosial. Kewajiban ini dilaksanakan dengan kontrol yang tegas dan bahkan
menggunakan hukuman fisik kepada anak. Hasil penelitian ini juga dilakukan oleh Chao 1994 dalam Papalia 2008 yang menyatakan bahwa
pengasuhan di Asia-Amerika sering sekali dideskripsikan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
43
pola asuh demokratis karena memiliki kehangatan dan dukungan yang menandakan bahwa hubungan keluarga di Asia-Amerika lebih mendekati
dengan pola asuh demokratis menurut teori Baumrind tetapi tanpa penekanan terhadap nilai individualis, pilihan dan kebebasan di Amerika.
Dalam sebuah studi komparatif yang dilakukan oleh Chao 2004 dalam Papalia 2008 terhadap lima ratus remaja Cina-Amerika dan Eropa-Amerika
mendapatkan hasil bahwa hubungan orangtua dan anak yang erat akan memberikan efek yang positif terhadap prestasi sekolah anak.
Dari hasil penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa dari hasil penelitan yang ditemukan oleh peneliti sebagian besar penelitian
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pola asuh keluarga dengan perilaku remaja. Meskipun ada sebagian kecil yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan perilaku remaja. Hal ini dapat terjadi karena banyak faktor yang
mempengaruhi perilaku remaja selain pola asuh keluarga.
Universitas Sumatera Utara
44
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN