2.2 Indeks Massa Tubuh
2.2.1 Definisi Indeks Massa Tubuh Indeks Massa Tubuh merupakan variabel kompeks yang berkolerasi dengan
tingkat adiposit, dan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
9
Indeks massa tubuh dapat dinilai melalui suatu perhitungan berat badan BB dalam
kilogram kg dibagi dengan tinggi badan TB dalam meter m
2
, atau dengan menggunakan rumus IMT= BBTB
2
kgm
2
.
8-15
Kriteria penggolongan status gizi yang dibagi atas 3 kategori, yaitu: IMT25, normal; 25IMT
≤30, overweight; IMT 30, obesitas.
The World Health Organization WHO merekomendasikan klasifikasi menurut nilai batas IMT pada populasi dewasa dalam 3 kategori, dengan interpretasi nilai
normal; IMT=18,5-24,9 kgm
8
2
, overweight; IMT=25-29,9kgm
2
, dan obesitas; IMT 30kgm
2
.
32
Obesitas merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan berat badan yang berlebih berkaitan dengan peningkatan deposit energi dalam bentuk lemak. Secara
khusus berat badan yang berlebih ini dikaitkan dengan peningkatan massa lemak tubuh yang dideskripsikan terhadap tinggi badan pasien, dimana diagnosis dari
berat badan yang berlebih overweight ditetapkan dengan menggunakan IMT yang didefinisikan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi
badan dalam meter. 2.2.2 Indeks Massa Tubuh dan psoriasis
Obesitas dikaitkan dengan kecenderungan terjadinya dislipidemia, resistensi insulin, hiperglikemia, hipertensi, dan radang kronis dengan tingkat rendah yang
9
Universitas Sumatera Utara
memudahkan terjadinya peningkatan resiko morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular.
Obesitas bukan merupakan gangguan primer, tetapi penyakit multifaktorial yang kompleks yang melibatkan faktor lingkungan dan genetik. Di antara faktor
lingkungan, diet tampaknya menjadi kontributor yang penting pada obesitas.
8,10,13-17
15
Peningkatan inflamasi berkaitan dengan obesitas dapat berkontribusi terhadap resiko dan keparahan pada keadaan inflamasi.
Hubungan antara obesitas dan penyakit kulit tertentu, telah dikemukakan pada beberapa studi.
15,16
10
Pada kasus psoriasis, hal ini pertama kali dikemukakan pada studi epidemiologi di Eropa.
24,33
Pada studi Scandinavian mengemukakan bahwa dijumpai prevalensi obesitas yang tinggi pada wanita yang menderita
psoriasis dibandingkan yang tidak menderita psoriasis.
33
Pelopor studi Amerika utah menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada pasien dengan psoriasis
34 lebih tinggi dari pada populasi umum 18. Studi Neimann dkk. menyatakan bahwa resiko obesitas lebih tinggi pada
pasien psoriasis dengan derajat yang berat dibandingkan dengan psoriasis derajat ringan.
25
Obesitas telah diketahui mempunyai kaitan dan dianggap dapat memperburuk psoriasis.
23
17
Obesitas baru-baru ini dianggap sebagai penyakit inflamasi kronis derajat ringan, yang ditandai dengan peningkatan kadar plasma dari sitokin
proinflamasi seperti tumor nekrosis faktor TNF α, interleukin IL 6 dan protein fase akut seperti C-reactive protein CRP.
8,9
Hubungan antara psoriasis dan obesitas mungkin dapat dijelaskan melalui aktivasi inflamasi spesifik pada
adiposit.
9
Universitas Sumatera Utara
Walaupun ada hubungan yang kuat antara obesitas dan psoriasis, namun etiologi dari hubungan ini masih belum jelas. Telah diketahui dengan adanya
skuale psikososial, penarikan diri pasien dari lingkungan sosial dan kebiasaan seperti duduk terus-menerus tidak bergerak juga sering mengakibatkan keadaan
yang semakin memburuk pada pasien psoriasis, obesitas pada kenyataannya mungkin berhubungan secara biokimia terhadap psoriasis melalui patofisisologi
yang umum.
8,16
2.3 Kerangka teori