Dari tabel diatas berdasarkan  setiap aspek dari hardiness maka aspek  yang lebih  menonjol  yaitu  aspek  kontrol  pada  subjek  wanita  sebesar  23,16
dibandingkan  aspek  kontrol  pada  subjek  pria  yang  sebesar  20,18.  Sedangkan aspek  hardiness  yang  kurang  menonjol  pada  subjek  pria  maupun  pada  subjek
wanita yaitu aspek komitmen dan aspek tantangan.
IV.3. Hasil Tambahan Penelitian
Penelitian  ini  juga  memperoleh  beberapa  hasil  tambahan  penelitian,  yaitu gambaran  skor  berdasarkan  jumlah  anak,  asal  desa,dan  lamanya  berada  di
pengungsian.
IV.3.1 Gambaran Hardiness  Berdasarkan Jumlah Anak Subjek penelitian Tabel 11. Nilai Mean Berdasarkan Jumlah Anak
Jumlah Anak N
Mean Std. Deviation
1-3 anak 55
54,65 4,812
4-6 anak 41
55,85 5,270
7-9 anak 4
56,75 6,185
Total 100
55,23 5,045
Dari  tabel  di  atas  maka  hardiness  yang  lebih  menonjol  terdapat  pada kelompok  subjek  yang  memiliki  jumlah  anak  mulai  dari  7  anak  hingga  9  anak
sebesar    56,75,  sedangkan  kelompok  subjek  yang  memiliki  jumlah  anak  mulai dari  4  anak  hingga  6  anak  sebesar  55,85,  dan  kelompok  subjek  yang  memiliki
hardiness kurang menonjol  berdasarkan jumlah anak mulai dari 1 anak hingga 3
orang anak sebesar 54,65.
Universitas Sumatera Utara
IV.3.2 Gambaran Hardiness  Berdasarkan Asal Desa Subjek Penelitian Tabel 12. Nilai Mean Berdasarkan Asal Desa
AsalDesa N
Mean Std. Deviation
Sukanalu 50
54,62 4,759
Kuta Tengah 50
55,84 5,293
Dari  tabel  di  atas  maka  hardiness  subjek  yang  berasal  dari  desa  Kuta Tengah lebih menonjol sebesar 55,84 dibandingkan dengan hardiness pada subjek
yang berasal dari desa Sukanalu sebesar 54,62.
IV.3.3 Gambaran Hardiness  Berdasarkan Lamanya Berada di Pengungsian Tabel 13. Nilai Mean Berdasarkan Lamanya Berada di Pengungsian
Lamadipengunggsian N
Mean Std. Deviation
3 tahun 50
54,62 4,759
5 tahun 50
55,84 5,293
Dari  tabel  di  atas  maka  hardiness  subjek  yang  sudah  5  tahun  berada  di pengungsian  lebih  menonjol  sebesar  55,84  dibandingkan  hardiness  pada  subjek
yang 3 tahun berada di pengungsian sebesar 54,62.
Universitas Sumatera Utara
IV.4 PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hardiness pada penyintas wanita Karo lebih tinggi daripada hardiness pada penyintas pria Karo. Berdasarkan hasil utama
penelitian  dapat  disimpulkan  bahwa  hardiness  pada  penyintas  wanita  Karo  lebih tinggi  daripada  hardiness  pada  penyintas  pria  Karo.  Hasil  penelitian  ini  sejalan
dengan  penelitian  oleh  Imaroatul  2009  yang  mengatakan  bahwa  hardiness perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Natar 2004 yang mengatakan bahwa wanita Karo sudah terbiasa menghadapi tanggung jawab
dan tuntutan yang berat sehingga membuat wanita Karo dibentuk menjadi pribadi yang  tangguh  dan  kuat,  serta  wanita  Karo  memiliki  tanggung  jawab  dan  peran
yang lebih berat dibandingkan  pria Karo. Menurut  teori  yang  dikemukakan  oleh    Tarigan  2009  mengatakan  bahwa
wanita  Karo  memiliki  tugas  yang  lebih  berat  ketika  sudah  berumah  tangga, mereka  harus    mengurus  anak  dan  melayani  suami,  mengurus  rumah  seperti
menyapu, mencuci, mengambil air ke pancuran  yang jaraknya bisa sampai 4 km dari  rumah,  serta  bekerja  di  luar  rumah  untuk  menambah  penghasilan  sawah,
ladang,  mengurus  dan  memberi  makan  hewan  ternak,  berjualan,  ke  kantor,  dll. Sedangkan  pada  pria  Karo  memiliki  tugas  dan  tanggung  jawab  sebagai  penerus
marga,  kepala  adat,  bekerja  untuk  menafkahi  keluarga  walaupun  pada kenyataannya, priaKaro jarang bekerja ke ladang dan lebih banyak menghabiskan
waktu  dari  pagi  hingga  sore  di  warung  kopi  untuk  mengobrol,  bermain  catur, berjudi,  mabuk-mabukan  bersama  temannya  Natar,2006.  Dari  kecil,  pria  Karo
Universitas Sumatera Utara
dalam  keluarga  lebih  diutamakan  dalam  hal  apapun  dan  lebih  dimanjakan sehingga pria Karo kurang memiliki daya juang yang kuat Prinst,1996.
Dari hasil penelitian berdasarkan aspek hardiness dapat dilihat bahwa aspek kontrol yang lebih menonjol baik pada wanita Karo maupun pada pria Karo. Hal
ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tarigan 2009 yang mengatakan bahwa  masyarakat  Karo  memiliki  sifat  dan  watak  yang  tabah,  sabar,  lemah
lembut, jujur, dan mengalah jika dihadapkan dengan suatu peristiwa. Wawancara yang  dilakukan  oleh  peneliti  kepada  subjek  yang  mengatakan  bahwa  peristiwa
yang  terjadi  dalam  hidupnya  akibat  bencana  Gunung  Sinabung  membuat  dirinya lebih  mampu  untuk  bersyukur,  bersabar  dan  menghargai  sesama  para  penyintas.
Hal  ini  juga  sejalan  dengan  teori  yang  diungkapkan  oleh  Kobasa  dan  Maddi 2005 yang mengatakan bahwa kontrol adalah keyakinan individu bahwa dirinya
mampu  untuk  berfikir  positif,  dan  juga  mampu  menahan  emosi  terhadap  suatu peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.
Aspek  hardiness  yang  menonjol  pada  wanita  Karo  dan  pria  Karo berikutnya adalah komitmen. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
Bangun 2006 yang mengatakan juga bahwa masyarakat Karo memiliki sifat dan watak  yang  berpendirian  teguh,  memiliki  kepercayaan  diri,  gigih,  tekun  dalam
melakukan  suatu  kegiatan.  Wawancara  yang  dilakukan  kepada  salah  satu  subjek mengatakan  bahwa  hidup  yang  terjadi  selama  berada  di  pengungsian  tetap  harus
dilalui dan tidak menyerah dengan bekerja di ladang orang demi mencukupi biaya sekolah anak. Hal ini sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Kobasa dan Maddi
2005  jika  individu  dengan  komitmen  yang  tinggi  percaya  akan  nilai  dari
Universitas Sumatera Utara
kebenaran, berkeyakinan teguh pada dirinya meski apapun yang terjadi, dan juga percaya  bahwa  perubahan  akan  membantu  dirinya  untuk  berkembang  dan
mendapatkan kebijkasanaan dari pengalaman yang didapat. Sementara aspek yang paling kurang menonjol adalah aspek tantangan baik
dari wanita Karo maupun pada pria Karo. Hal ini juga sesuai dengan wawancara yang  dilakukan  peneliti  kepada  salah  satu  subjek  yang  mengatakan  bahwa
keadaan selama berada di pengungsian tidak menyenangkan dari kehidupan para penyintas  sebelum  meletusnya  Gunung  Sinabung,dan  para  penyintas  kurang
menyukai  kegiatan –  kegaiatan  yang  diberikan  oleh  pmerintah  kepada  para
penyintas.  Artinya  hal  ini  sesuai  dengan  teori  yang  dijelaskan  oleh  Kobasa  dan Maddi  2005  mengenai  aspek  tantangan  merupakan  aspek  yang  sulit  untuk
dilakukan atau diwujudkan. Hasil  penelitian  tambahan  dilihat  dari  jumlah  anak.  Penelitian  yang
dilakukan  oleh  Siregar  2003  tentang  pengaruh  jumlah  anak  terhadap kesejahteraan keluarga mengatakan bahwa, keluarga  yang memiliki anak banyak
menyebabkan  orangtua  harus  lebih  ekstra  bekerja  demi  memenuhi  kebutuhan anak  yang  banyak,  orangtua  juga  memiliki  beban  yang  lebih  berat  dikarenakan,
mengurus anak yang lebih dari 2 orang. Artinya, tidak menutup kemungkinan, orangtua yang memiliki anak dengan
jumlah yang banyak, lebih mengerti bagaimana bertahan dan menghadapi keadaan yang  tidak  menyenangkan  karena  harus  mencari  nafkah  demi  memenuhi
kebutuhan  anak  yang  banyak.  Hal  ini  sesuai  dengan  hasil  wawancara  yang dilakukan  oleh  peneliti  kepada  subjek  yang  memiliki  anak  berjumlah  9  orang
Universitas Sumatera Utara
yang  mengatakan  bahwa  dengan  kejadian  meletusnya  Gunung  Sinabung,  dirinya lebih sadar bahwa adanya hikmah  yang di dapat dari peristiwa yang dialami dan
membuatnya  lebih  giat  untuk  berladang  meskipun  harus  bekerja  di  ladang oranglain.
Hasil penelitian tambahan dilihat berdasarkan asal desa dan lamanya berada di  pengungsian.  Hardiness  yang  dimiliki  oleh  para  penyintas  yang  berada  dari
desa Kuta Tengah lebih menonjol dibandingkan para penyintas yang berasal dari desa  Sukanalu,  walaupun  perbedaan  keduanya  tidak  terlalu  menyolok.  Sebagai
catatan,  rata-rata  penduduk  yang  berasal  dari  desa  Kuta  Tengah  sudah  5  tahun berada  di  pengungsian  dibandingkan  dengan  para  penduduk  yang  berasal  dari
desa  Sukanalu  yang  baru  3  tahun  berada  di  posko  pengungsian.  Kedua  desa  ini juga sama
– sama berada di jarak radius 3 km dari Gunung Sinabung. Penyintas  yang  berasal  dari  desa  Kuta  Tengah  rata
– rata memiliki marga yang hampir sama seperti marga Surbakti dan Tarigan walaupun marga yang lain
juga  ada,  tetapi  kedua  marga  tersebutlah  yang  lebih  dominan.  Hal  ini  membuat sistem  kekerabatan  atau  social  support  lebih  terjalin  karena  berasal  dari  marga
yang  sama  sehingga  saling  membantu  sesama  dalam  menghadapi  keadaan  yang terjadi selama berada di posko pengungsian, berbeda dengan para penyintas yang
berasal  dari  desa  Sukanalu,  penyintas  yang  berasal  dari  desa  Sukanalu  lebih memiliki  keberagaman  marga  sehingga  memunculkan  kurangnya  kekerabatan
atau social support selama berada di posko pengungsian.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab  ini  akan  menguraikan  kesimpulan  dan  saran-saran  yang  berhubungan dengan  hasil  dari  penelitian  yang  diperoleh  dari  penelitian  ini.  Pada  bagian
pertama  akan  diuraikan  kesimpulan  dari  penelitian  dan  di  bagian  akhir  akan dikemukakan  saran-saran  yang  diharapkan  berguna  bagi  penelitian  yang  akan
datang yang berhubungan dengan penelitian ini.
V.1   Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  analisis  yang  diperoleh  dalam  penelitian ini, maka  dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.  Berdasarkan hasil utama penelitian hipotesa dalam penelitian ini diterima yaitu  hardiness  wanita  Karo  lebih  tinggi  dibandingkan  hardiness  pria
Karo. Hasil  tambahan  yang  didapat  oleh  peneliti  tentang  hardiness  penyintas
Karo yaitu : a.  Berdasarkan  hasil  tambahan  penelitian  dapat  disimpulkan  bahwa
aspek  yang  paling  menonjol  dari  hardiness  adalah  aspek  kontrol. Aspek  yang  kurang  menonjol  dari  hardiness  adalah  aspek  tantangan.
Selain itu, ternyata jumlah anak, lama berada di pengungsian, dan asal desa, memiliki kontribusi terhadap hardiness.
Universitas Sumatera Utara