Kesimpulan Tinjauan Pustaka .1 Pertanian Organik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Usahatani padi organik di daerah penelitian mengalami perkembangan pendapatan yang menurun. 2. Waktu optimal bagi produksi usahatani padi organik adalah tahun ke 9. 3. Usahatani padi semi organik di daerah penelitian mengalami perkembangan pendapatan yang meningkat . 4. a. Rata-rata produktivitas padi organik dengan semi organik mempunyai perbedaan yang signifikan. b. Rata-rata biaya padi organik tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan padi semi organik. c. Rata-rata pendapatan padi organik dengan padi semi organik tidak mempunyai perbedaan yang signifikan.

6.2 Saran

Kepada Petani Padi Organik Untuk mengembangkan usahatani padi organik, petani padi sebaiknya menerapkan penggunaan pupuk kompos dan pestisida organik sesuai anjuran agar dicapai produktivitas, dan pendapatan yang optimal, serta keberlanjutan pertanian yang ingin dicapai oleh sistem pertanian organik tersebut. Kepada Pemerintah 1. Diharapkan pemerintah lebih peka terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh petani padi organik dan memberikan fasilitas yang dibutuhkan oleh petani seperti Universitas Sumatera Utara kilang khusus untuk padi organik dan memperbaiki infrastruktur jalan di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Perlu dilakukan pengelolaan yang berkaitan dengan saluran irigasi yang bebas dari kandungan polutan kimia. Kepada Peneliti Selanjutnya Melakukan penelitian terhadap perkembangan pendapatan petani padi organik maupun semi organik dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan luas wilayah yang lebih besar. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,

DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk 2006 dalam Prayoga 2009, yang keduanya sama-sama penting dan patut dipertimbangkan. Pertama pertanian organik absolut sebagai sistem pertanian yang sama sekali tidak menggunakan input kimia sintetis, hanya menggunakan bahan alami berupa bahan organik atau pupuk organik. Sasaran utamanya adalah menghasilkan produk dan lingkungan yang bersih dan sehat. Kedua, Pertanian Organik rasional atau pertanian semi organik sebagai sistem pertanian yang menggunakan bahan organik sebagai salah satu masukan yang berfungsi sebagai pembenah tanah dan suplemen pupuk kimia. Pestisida dan herbisida digunakan secara selektif dan terbatas. Menurut Standar Nasional Indonesia Sistem Pertanian dalam Ginting 2012, pertanian organik adalah sistem manajemen produksi pertanian holistik yang mampu meningkatkan dan memelihara agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan. Dari definisi ini dapat dinyatakan bahwa sistem pertanian organik harus menghindari penggunaan bahan-bahan kimia sehingga menghasilkan bahan pangan yang alami dan aman untuk dikonsumsi manusia. Universitas Sumatera Utara Pangan organik juga lebih sehat dan aman dikonsumsi karena kandungan residu pestisidanya rendah. Hal ini antara lain sangat bergantung kepada lokasi pertanian dan berapa lama lahan pertanian tersebut telah dikonversi menjadi lahan organik. Crinnon 1995 menyatakan, pada lokasi lahan yang belum pernah menggunakan sistem pertanian konvensional , residu pestisida tidak ditemukan pada hasil pertaniannya. Tingginya senyawa kimia dari pestisida pada produk tanaman menyebabkan menurunnya kandungan vitamin pada produk tanaman tersebut. Vitamin yang paling peka terhadap zat kimia ini adalah vitamin C, beta karoten, dan vitamin B. Seiring dengan kesadaran masyarakat untuk membeli produk ramah lingkungan yang meningkat termasuk didalamnya produk-produk pertanian yang sehat dan bebas bahan kimia, pertanian organik menjadi alternatif bagi bangsa Indonesia karena jika pola pertanian modern yang padat bahan kimia tetap dilakukan seperti sekarang ini dikhawatirkan Indonesia tidak dapat lagi mengekspor prngoduk- produk pertaniannya. Selain itu, bertani secara organis dapat menjadi pilihan bagi petani ditengah tingginya harga pupuk dan pestisida kimia. Petani organik menjadi petani yang mandiri dan merdeka, karena bahan-bahan bertani diperoleh dari alam sekitar. Selain itu, pertanian organik memberi ruang yang luas bagi petani untuk mengembangkan kreativitas bertaninya, seperti memanfaatkan bahan-bahan disekitar menjadi pupuk Susetya, 2006. Kelebihan lainnya dari pertanian organik yaitu membantu mengurangi erosi. Pertanian organik dengan pemakaian pupuk organik menjadikan tanah lebih gembur dan tidak mudah terkikis aliran air Isnaini, 2006. Universitas Sumatera Utara Menurut Pracaya 2004 dalam Fardiaz 2008, sistem pertanian organik mempunyai kelebihan dan kekurangan dibandingkan sistem pertanian non- organik. Kelebihan dari digunakannya sistem pertanian organik antara lain : 1 Tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara, serta produknya tidak mengandung racun 2 Produk tanaman organik lebih mahal. Sistem pertanian organik juga mempunyai faktor kekurangan atau kelemahan, yaitu sebagai berikut : 1 Kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit. Umumnya, pengendalian hama dan penyakit masih dilakukan secara manual. Apabila menggunakan pestisida alami, perlu dibuat sendiri karena pestisida ini belum ada di pasaran. 2 Penampilan fisik tanaman organik kurang bagus misalnya berukuran lebih kecil dan daun berlubang-lubang dibandingkan dengan tanaman yang dipelihara secara non-organik. 2.1.2 Pertanian Anorganik Konvensional Sistem pertanian konvensional mampu membuktikan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, ini terbukti saat tahun 1984 disaat Indonesia mampu swasembada pangan beras. Tetapi, sistem pertanian anorganik konvensional tersebut tidak terlepas dari resiko negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan kimia yang berlebihan. Meningkatnya kebutuhan pangan yang seiring pertambahan penduduk, mengakibatkan pertambahan pemakaian pupuk serta pestisida dan zat kimia lain bertambah Saragih, 2008. Universitas Sumatera Utara Schaller dan Winangun 2005 menyatakan beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari sistem pertanian konvensional, sebagai berikut: a. Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia pertanian. b. Pengaruh negatif aditif senyawa kimia pertanian tersebut pada mutu dan kesehatan makanan. c. Peningkatan daya ketahanan organisme pengganggu terhadap pestisida. d. Penurunan daya produktivitas lahan karena erosi, pemadatan lahan dan berkurangnya bahan organik. e. Muncul resiko kesehatan dan keamanan manusia pelaku pertanian.

2.1.3 Pertanian Semi organik

Pertanian semi organik merupakan suatu langkah awal untuk kembali ke sistem pertanian organik, hal ini karena perubahan yang ekstrim dari pola pertanian modern yang mengandalkan pupuk kimia menjadi pola pertanian organik yang mengandalkan pupuk biomasa akan berakibat langsung terhadap penurunan hasil produksi yang cukup drastis yang semua itu harus ditanggung langsung oleh pelaku usaha tersebut. Selain itu penghapusan pestisida sebagai pengendali hama dan penyakit yang sulit dihilangkan karena tingginya ketergantungan mayoritas pelaku usaha terhadap pestisida Sutanto, 2002. Oleh karena itu, pertanian semi organik merupakan langkah awal untuk perubahan secara gradual menuju pola pertanian organik. Khusus untuk tanaman pangan, pertanian semi organik akan memberi nilai tambah untuk pelaku usaha dengan turunnya biaya produksi tanpa harus diiringi dengan turunnya hasil produksi, dan ramah lingkungan Suyono dan Hermawan, 2006. Universitas Sumatera Utara Sutanto 2002 dalam Ramadhani 2013, memberikan istilah membangun kesuburan tanah. Swtrategi pertanian organik adalah memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah. Hal ini berbeda dengan pertanian anorganik yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dan langsung dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada beberapa daerah penerapan pertanian organik belum bisa dilakukan secara utuh dengan alasan daya adaptasi lahan yang masih harus disesuaikan jika harus menggunakan bahan organik sepenuhnya. Pada tahap awal banyak petani yang mulai mencari jalan tengah dari persoalan tersebut yaitu menerapkan sistem pertanian yang mengurangi pemakaian pupuk kimia, kemudian mensubtitusikannya dengan menggunakan pupuk organik dan membebaskan lahan pertanian mereka dari pemakaian pestisida kimia. Harapannya bahwa di masa mendatang pemakaian pupuk kimia dapat dihentikan Ramadhani,2013.

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Notarianto 2011 yang berjudul “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Usahatani Padi Organik dan Anorganik di Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen” bahwa Nilai efisiensi teknis dalam penelitian padi organik ini sebesar 0,963, sedangkan untuk usahatani padi anorganik, nilai efisiensi teknis sebesar 0,814. Maka dapat disimpulkan bahwa usahatani padi organik lebih efisien dibandingkan usahatani padi anorganik. Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa rasio RC usahatani padi organik sebesar 4,09, sementara rasio RC untuk padi anorganik hanya 1,70. Hasil ini menunjukkan usahatani padi organik lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan usahatani padi anorganik. Hasil penelitian Wulandari 2011 tentang “Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Organik dan Usahatani Padi Anorganik di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede”, bahwa biaya per hektar per musim tanam yang dikeluarkan oleh usahatani padi organik lebih besar dibandingkan anorganik. Biaya total per hektar dan per kg output per musim tanam yang dikeluarkan petani penggarap usahatani padi organik lebih besar dibandingkan anorganik, namun dari sisi petani pemilik sebaliknya. Pendapatan atas biaya tunai dan biaya total usahatani padi organik lebih besar dibandingkan anorganik. Hal ini disebabkan produktivitas dan harga gabah kering panen GKP organik lebih besar dibandingkan anorganik. Usahatani yang dijalankan petani padi organik dan anorganik sama-sama menguntungkan, namun jika dilihat dari nilai R-C rasionya maka usahatani padi organik lebih menguntungkan dibandingkan usahatani padi anorganik. Hasil penelitian Sagala 2010 mengenai “Analisis Komparatif Tingkat Sosial Ekonomi Petani Dampingan Bitra dan Petani Anorganik di Desa Lubuk Bayas” menyatakan tingkat sosial ekonomi responden petani organik dan petani anorganik tidak menunjukkan adanya perbedaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa adanya pertanian organik di Desa Lubuk Bayas yang dampingan Bitra tidak memberi pengaruh pada peningkatan sosial ekonomi para petani organik . Secara rata-rata biaya produksi usahatani padi anorganik lebih tinggi dibandingkan usahatani padi organik. Universitas Sumatera Utara Hal ini karena dalam pertanian organik, pupuk yang digunakan kebanyakan adalah pupuk yang diolah petani sendiri. Biaya penggunaan pupuk pada usahatani padi anorganik lebih tinggi yakni Rp 2.000.000 per musim tanam, sementara pada usahatani padi organik biaya penggunaan pupuk senilai Rp 1.000.000 per musim tanam. Biaya tenaga kerja pada usahatani padi anorganik Rp 1.600.000 per musim tanam, sedangkan biaya tenaga kerja usahatani organik mencapai Rp 2.000.000 per musim tanam. Hasil ini menunjukkan biaya tenaga kerja pada usahatani padi organik lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani padi anorganik, karena usahatani padi organik memerlukan pengawasan yang intensif sewaktu masa tanam. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Biaya