Skrining Panjang Gelombang Serapan Maksimum Tablet Siprofloksasin di Pasar Pramuka dengan Spektrofotometer UV-Vis Pada Tahun 2011.

(1)

1

SKRINING PANJANG GELOMBANG SERAPAN

MAKSIMUM TABLET SIPROFLOKSASIN DI PASAR

PRAMUKA DENGAN SPEKTROFOTOMETER

UV-VIS PADA TAHUN 2011

Laporan Penelitian

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Di Susun Oleh :

Aini Zahra

108103000011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M


(2)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya saya yang bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya pergunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari ditemukan bahwa laporan penelitian ini bukan merupakan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 September 2011


(3)

SKRINING PANJANG GELOMBANG SERAPAN MAKSIMUM TABLET SIPROFLOKSASIN DI PASAR PRAMUKA DENGAN

SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS PADA TAHUN 2011

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh : Aini Zahra NIM : 108103000018

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Nurul Hiedayati, PhD dr. Rachmania Diandini, MKK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432H / 2011 M


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan penelitian ini berjudul SKRINING PANJANG GELOMBANG SERAPAN MAKSIMUM TABLET SIPROFLOKSASIN DI PASAR

PRAMUKA DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS PADA

TAHUN 2011 yang diajukan oleh Aini Zahra (NIM : 108103000018), telah di ajukan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 19 September 2011. Laporan ini telah di terima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked).

Jakarta, 19 September 2011

DEWAN PENGUJI

Penguji I

dr. Alyya Siddiqqa, Sp.FK

Penguji II

Nurmeilis, M.Si, Apt

Penguji III

dr. Rachmania Diandini, MKK

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN

Prof. DR.(hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And

Kaprodi PSPD FKIK UIN


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatka kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta nikmat yang tiada hentinya kepada manusia. Terutama nikmat akal yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Dengan nikmat akal tersebutlah kita dituntut untuk dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya tanpa menyimpang dari perintah-Nya.

Shalawat serta salam penulis sanjungkan bagi makhluk termulia junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam kepintaran, serta keluarka dan para sahabatnya.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. DR.(hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang selalu berusaha dan memberikan yang terbaik kepada mmahasiswa PSPD.

2. Kaprodi PSPD FKIK UIN, DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR.

3. dr. Nurul Hiedayati, PhD. dan dr. Racmania Diandini, MKK selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan dorongan moril kepada saya dalam penyusunan penelitian ini

4. Semua dosen-dosen saya, yang telah begitu banyak membimbing dan memberikan kesempatan saya untuk menimba ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, rasa hormat saya atas segala yang telah mereka berikan.


(6)

5. Kedua orang tua saya, Ali Mugiono S.E., M.Si. dan Fahrida; Adik-adik saya, Afifah Nurul Izzah dan Abdurrahman Marahimin yang selalu memotivasi baik moril maupun materil dalam pendidikan dalam meraih kesuksesan.

6. Rian Hendryan yang banyak membantu dalam penyusunan penulisan karya ini.

7. Terakhir, kepada semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan penelitian ini.

Saya berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi saya maupun pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 19 September 2011


(7)

ABSTRAK

Aini Zahra. Pogram Studi Pendidikan Dokter. Skrining Panjang Gelombang Serapan Maksimum Tablet Siprofloksasin di Pasar Pramuka dengan Spektrofotometer UV-Vis Pada Tahun 2011.

Berdasarkan laporan United States Trade Representative (USTR) tahun 2008 diperkirakan 25 persen dari obat yang beredar di Indonesia adalah palsu yang mana hal ini dapat meragukan efek terapi obat-obatan tersebut. Siprofloksasin adalah antibiotik untuk keadaan infeksi bakteri gram positif dan gram negatif. Skrining puncak panjang gelombang suatu obat dapat menjadi langkah awal untuk menentukan keaslian suatu obat. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional deskriptif dengan membandingkan panjang gelombang serapan maksimum siprofloksasin sampel dengan panjang gelombang serapan maksimum siprofloksasin standar dengan metode spektrofotometri Uv-Vis. Populasi terjangkau adalah seluruh toko obat di Pasar Pramuka. Sampel penelitian ini berjumlah 73 sampel. Siprofloksasin standar memiliki panjang gelombang serapan maksimum 278 nm. Pengukuran panjang gelombang serapan maksimum sampel dilakukan sebanyak dua kali dilanjutkan analisis data menggunakan rerata dari kedua pengukuran yang kemudian dilihat apakah sesuai dengan standar deviasi 2%. Dari 73 sampel didapatkan 100% sampel sesuai dengan standar. Kata kunci : skining, panjang gelombang serapan maksimum, siprofloksasin, spektrofotometer.

Aini Zahra. Medicine Study Program. Maximum Wavelength Absorbtion Screening of Ciprofloxacin Sold at Pramuka Market in 2011 by Using Uv-Vis Spectrhotometer.

In the report of the United States Trade Representative (USTR) in 2008, it is estimated that 25% of drugs circulating in Indonesia are conterfeit drugs, in which this could cause doubt in the therapeutic effect of those drugs. Ciprofloxacin is an antibiotic that used in the case of positive or negative gram bacteria. A drug’s maximum wavelength absorbtion screening can be used as a perliminary method to autheticate the originality of the drug itself. Descriptive cross sectional design is used in this research by comparing ciprofloxacine’s maximum wavelength absorption, between sample drug and the standard one using Uv-Vis spectrophotometry. Covered population are all drugstore in Pramuka market, and thus 73 sample are taken for this research. Standard ciprofloxacin has the maximum wavelength absorbtion of 278 nm. Measurement of sample drug’s maximum wavelength absorbtion are done twice, then the data analysis are done by the mean of both measurement. The result is then checked by deviation standard of 2 percent. From all 73 sample drugs, all of them are fit to the standard drug.

Keyword : screening, maximum wavelength absorbtion, ciprofloxacin, spectrophotometer.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Obat ... 5

2.2. Obat Palsu ... 5

2.3. Antibiotik ... 6

2.4. Siprofloksasin ... 6

2.4.1. Identitas ... 6


(9)

2.4.3. Farmakodinamik ... 10

2.5 Spektrofotometri ... 11

2.5.1. Komponen Spektrofotometer UV-Vis ... 11

2.5.2. Cara Kerja Spektrofotometer UV-Vis ... 14

2.6. Kerangka konsep ... 15

2.7. Definisi operasional ... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17

3.1.Desain Penelitian ... 17

3.2.Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

3.3. Populasi dan Subyek Penelitian ... 17

3.3.1. Populasi terjangkau ... 17

3.3.2. Populasi target ... 17

3.3.3. Kriteria sampel ... 17

3.4. Pengambilan Sampel ... 18

3.5. Alat dan Bahan ... 18

3.5.1. Alat ... 18

3.5.2. Bahan ... 19

3.6. Pola Penelitian ... 19

3.6.1. Alur penelitian ... 19

3.6.2. Pembuatan NaCl 0,1 N sebagai pelarut Siprofloksasin ... 20

3.6.3. Pembuatan buffer fosfat citrat ... 20

3.6.4. Pembuatan larutan Siprofloksasin standard ... 21

3.6.5. Pembuatan larutan Siprofloksasin sampel ... 21

3.6.6. Penyiapan alat spektrofotometer UV-Visible ... 21

3.6.7. Pembacaan gelombang serapan maksimum Siprofloksasin standar ... 22 3.6.8. Pencarian gelombang serapan maksimum Siprofloksasin sampel ... 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1. Hasil ... 23

4.1.1 Gambaran Panjang Gelombang Standar ... 23


(10)

4.2 Pembahasan ... 26

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1 Simpulan ... 29

5.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.7. Definisi Operasional ... 16 Tabel 4.1. Gambaran Panjang Gelombang Standar ... 23 Tabel 4.2. Gambaran Panjang Gelombang Hasil Penelitian ... 23 Tabel 4.3. Gambaran Hasil Penelitian Panjang Gelombang Siprofloksasin

Pada Sampel Obat di Pasar Pramuka tahun 2011... 26


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Struktur Kimia Siprofloksasin ... 6 Gambar 2.2. Cara Kerja Spektrofotometer UV-Vis ... 14


(13)

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.6. Skema Kerangka Konsep Penelitian ... 15 Bagan 3.6.1 Alur Penelitian ... 19


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1 Statistik Deskriptif ... 32

Lampiran 2 Gambaran Gelombang Standar dan Sampel ... 33

Lampiran 3 Sertifikat Siprofloksasin Standar ... 35


(15)

DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu

CSS : Cairan Serebro Spinal DNA : Double Nucleic Acid

FDA : Food and Drug Administration KHM : Konsentrasi Hambat Minimal STOP : Supaya Terhindar Obat Palsu USTR : United States Trade Representative


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Obat mengandung pengertian secara umum, yaitu semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang, yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.1

Untuk indikasi tertentu, jenis obat antibiotik digunakan oleh tenaga medis. Salah satu jenisnya yang sering diresepkan adalah antibiotik spektrum luas yang secara aktif terhadap berbagai bakteri gram positif dan gram negatif. Termasuk ke dalam antibiotik spektrum luas, yaitu golongan kuinolon seperti siprofloksasin yang bekerja aktif menghentikan sintesis Double Nucleic Acid (DNA) bakteri dengan menghambat DNA girase, sehingga mencegah relaksasi DNA superkoil yang dibutuhkan untuk transkripsi dan duplikasi normal.2

Obat palsu menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008, obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh yang tidak berhak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau produksi obat dengan penandaan yang meniru identitas obat lain yang telah memiliki izin edar.3

The Counterfeiting Intelligence Bureau of The International Chamber of Commerce, suatu biro yang menangani hal perlindungan perusahaan dari pemalsuan produk dengan menggunakan agen-agen rahasia, memperkirakan bahwa 5% dari seluruh produk dalam perdagangan dunia pada tahun 1991 merupakan produk palsu. Hal tersebut kemungkinan besar terjadi pada produk farmasi yang merupakan produk dengan jumlah permintaan tinggi dan mudah dipindah-pindahkan.4 Menurut laporan dari International Narcotics Control


(17)

Board pada tahun 2006 kira kira 25-50% dari obat-obatan yang digunakan di negara berkembang termasuk Indonesia sekarang dianggap palsu.5 Sedang di Indonesia sendiri menurut United States Trade Representative (USTR) sebanyak 301 laporan di tahun 2008, diperkirakan 25 persen dari obat yang beredar di Indonesia adalah palsu.6

Obat palsu bisa menyebabkan risiko buruk terhadap kesehatan publik. Pemakaian obat palsu di bawah standar dapat mengarah pada resistensi obat atau bahkan dapat menyebabkan kematian.7

Menurut Food and Drug Administration (FDA) tahun 2009, banyak kemungkinan bahwa obat palsu hanya mengandung zat-zat yang tidak aktif, dosis obat yang tidak sesuai, atau bahkan mengandung bahan subpoten atau superpoten yang berbahaya. Obat palsu mempunyai beberapa efek tergantung dengan zat apa yang dikandungnya. Efek toksik, efek yang tidak teridentifikasi, dan efek kegagalan terapi merupakan contoh efek yang dapat ditimbulkan oleh obat palsu8.

Menurut Sampurno pada tahun 2007 terdapat lebih dari 80 persen toko obat di Jakarta tidak memiliki izin menjual obat. Penelitian dilakukan selama tiga bulan di tiga pasar yang dikelola PD Pasar Jaya, yaitu Pasar Pramuka, Rawa Bening, dan Kramat Jati. Dari 222 toko obat di Pasar Pramuka, hanya 33 unit atau 15% saja yang memiliki izin, di Pasar Rawa Bening hanya 5 dari 94 toko obat, dan di Pasar Kramat Jati hanya 11 dari 66 toko. Toko obat tidak berizin inilah yang dicurigai menjadi sasaran utama sindikat peredaran obat palsu lokal. Memang, beberapa penjual obat palsu bisa tertangkap, tetapi biasanya tidak mau menyebutkan otak pengedarnya.9

Atas dasar-dasar hal-hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang screening panjang gelombang serapan maksimum tablet siprofloksasin yang dijual di Pasar Pramuka dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis yang sesuai dengan ketentuan Clark. Penelitian ini dapat menjadi langkah awal untuk menentukan keaslian suatu obat.


(18)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Apakah siprofloksasin yang dijual di pasar pramuka memiliki panjang gelombang serapan maksimum yang sesuai dengan standar panjang gelombang serapan maksimum yang ada di Farmakope Indonesia ataupun Farmakope Internasional?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya panjang gelombang serapan maksimum siprofloksasin yang dijual pada pasar pramuka berdasarkan standar panjang gelombang serapan maksimum siprofloksasin yang telah di tetapkan dalam Farmakope Indonesia dan Farmakope International.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Membandingkan panjang gelombang serapan maksimum Siprofloksasin yang dijual di pasar pramuka dengan panjang gelombang serapan maksimum siprofloksasin standar yang diukur dengan spektrofotometer.

2. Sebagai syarat dalam menyelesaikan studi pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti

1. Sebagai media aplikasi ilmu dalam menentukan permasalahan di masyarakat serta merumuskan permasalahan tersebut.

2. Mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian terhadap keaslian obat.


(19)

1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi

1. Pelaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.

2. Data awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya dan intervensi yang akan dilakukan.

3. Sebagai bahan bacaan mengenai metode cara memverifikasi keberadaan kadar zat aktif suatu obat.

4. Sebagai bahan pelengkap pustaka mengenai kesehatan.

I.4.3. Bagi Masyarakat

1. Sebagai informasi kepada masyarakat tentang skrining siprofloksasin palsu yanag beredar dipasar pramuka agar masyarakat berhati-hati.

2. Himbauan agar masyarakat membeli obat di apotek yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obat

Obat dalam bahasa inggris disebut drug yang berasal dari bahasa Perancis droque yang berarti “rempah kering”.10 Menurut SK Menteri Kesehatan R.I. No.125/Kab/B.VII/71 tanggal 9 Juni 1971, yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau paduan bahan bahan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.11

2.2. Obat Palsu

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 242 Tahun 2000, yang dikategorikan sebagai obat palsu adalah obat yang diproduksi pihak yang tak berhak menurut Undang-Undang. Ada lima macam obat palsu, yaitu12 :

1. Produk mengandung bahan berkhasiat dengan kadar yang memenuhi syarat, diproduksi, dikemas dan diberi label seperti produk aslinya, tetapi bukan dibuat oleh pabrik aslinya.

2. Obat yang mengandung bahan berkhasiat dengan kadar yang tidak memenuhi syarat.

3. Produk dibuat dengan bentuk dan kemasan seperti produk asli, tetapi tidak mengandung bahan berkhasiat.

4. Produk yang menyerupai produk asli, tapi mengandung bahan berkhasiat yang berbeda.

Berdasarkan Peraturan Menkes No 949/Menkes/SK/VI/2000 produk impor yang tidak resmi dapat dikelompokkan sebagai obat palsu karena tidak memiliki izin edar yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.13


(21)

2.3. Antibiotik

Antibiotik mengandung pengertian, yaitu zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain.14

Penggolongan antibiotik didasarkan pada daya bunuh terhadap bakteri, spektrum kerja antibiotik, dan mekanisme kerjanya. Berdasarkan daya bunuh terhadap bakteri, terdapat 2 macam antibiotik, yaitu antibiotik yang bersifat bakterisid yang secara aktif membunuh kuman (penisilin, sefalosporin, kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid, siprofloksasin) dan bakteriostatik yang hanya mencegah dan atau menghambat pertumbuhan kuman (sulfonamid, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropin, linkomisin, klindamisin).2 Terdapat dua golongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya, yaitu spektrum kerja luas (berefek pada bakteri gram positif juga negatif) dan sempit (memiliki efek pada bakteri gram positif atau negatif saja).15 Setiap antibiotik memiliki perbedaan dalam mekanisme kerjanya, seperti menghambat sintesis protein bakteri, mengaktifkan sistem enzim autolisis terhadap bakteri, menghambat replikasi dan transkripsi DNA bakteri.2

2.4. Siprofloksasin

2.4.1. Identitas

Identitas siprofloksasin adalah sebagai berikut16 : a. Rumus Kimia : C17H18ClFN3O3

b. Rumus Bangun :


(22)

c. Sinonim : Siprofloksasin Base; 1-cyclopropyl-6-fluoro-4-oxo-

7(piperazin-1-yl)-1,4-7-dihydroquinoline-3-carboxylic acidhydrochloride d. Nama Generik : Siprofloksasin

e. Nama Dagang : Ciproxin XR®(Bayer), Interflox® (Interbat), Nilaflox® (Nicholas), Quidex® (Ferron), Renator® (Fahrenheit), Scanax® (Tempo Scan Pasific)(17)

f. Berat Molekul : 331,3 g/mol

2.4.2. Farmakokinetik

a. Absorbsi

Pada pemberian oral, siprofloksasin diserap dengan cepat dan baik di saluran cerna. Bioavailabilitas pada pemberian oral obat ini mencapai 70% hingga 80% tanpa kehilangan yang berarti pada efek metabolisme lintas pertama di hati. Konsentrasi serum maksimal dicapai 1 sampai 2 jam setelah dosis oral 500 mg dengan kadar puncak serum adalah 2,4 μg/mL. Absorbsi siprofloksasin bisa terhambat dengan adanya makanan, namun hal ini tidak terlalu mempunyai efek yang berarti. Dosis oral yang dibutuhkan untuk dewasa adalah 250 sampai 750 mg untuk setiap 12 jam. siprofloksasin memiliki tingkat ikatan dengan protein plasma yaitu sebesar 20% hingga 40%, implikasinya adalah hanya kecil kemungkinan untuk berinteraksi dengan obat lain.16

b. Distribusi

Siprofloksasin didistribusikan ke jaringan tubuh dan pada renal, paru, jaringan prostat, urin, feses, empedu, kadang kadarnya melebihi kadar serum. Bentuk aktif siprofloksasin ditemukan di sekret bronkus, mukosa sinus, limfe, cairan peritoneal, empedu, dan jaringan prostat. Siprofloksasin juga terakumulasi dalam kulit dan Cairan Serebro Spinal


(23)

(CSS), namun konsentrasinya kurang dari 10% konsentrasi serum puncak, dalam hal ini ketika selaput meningen sedang tidak mengalami inflamasi. Obat ini memiliki daya menembus sawar plasenta dan juga bisa terdistribusi melalui Air Susu Ibu (ASI).16

c. Metabolisme

Hasil metabolisme siprofloksasin telah ditemukan di dalam urin manusia sebesar 15% dari dosis oral.16

d. Ekskresi

Waktu paruh eliminasi serum pada manusia dengan fungsi ginjal normal adalah sekitar 3 hingga 5 jam. Hal ini bisa berubah yaitu sekitar 8 jam ketika adanya kelainan ginjal, maka perlu perhatian khusus bagi penderita sakit ginjal. Sebesar 40-50% dari dosis yang diminum akan diekskresikan melalui urin dalam bentuk awal sebagai obat yang belum diubah dan 15% sebagai hasil metabolisme obat. Ekskresi lengkap siprofloksasin melalui urin adalah setelah 24 jam. Dalam urin semua fluorokuinolon mencapai kadar yang melampaui Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) untuk sebagian besar kuman patogen selama minimal 12 jam. Klirens ginjal dari Siprofloksasin adalah sekitar 300 mL/menit. Sekresi tubular dan glomerulus memainkan peran penting dalam eliminasi obat ini.16

e. Efek Samping

Siprofloksasin memiliki efek samping pada tubuh manusia terutama pada saluran gastrointestinal, SSP, dan kulit. Pada saluran cerna dapat terlihat efek mual, muntah, diare, nyeri abdominal, dan dispepsia. Nyeri kepala, vertigo, gangguan cemas, insomnia, tremor, halusinasi, psikotik, depresi, dan hipertensi intrakranial adalah berbagai efek samping obat ini pada sistem saraf pusat. Pada kulit bisa juga didapatkan kemerahan, pruritus, vaskulitis, dan yang paling parah adalah sindroma Stevens-Johnson.16


(24)

f. Indikasi

Siprofloksasin digunakan untuk keadaan infeksi bakteri Gram positif dan Gram negatif. Siprofloksasin terutama aktif terhadap kuman Gram negatif termasuk Salmonella, Shigella, Kampilobakter, Neisseria, dan Pseudomonas. Siprofloksasin hanya memiliki aktivitas yang sedang terhadap bakteri Gram positif seperti Streptococcus pneumoniae dan Enterococcus faecalis karena itu tidak boleh digunakan untuk pneumonia pneumokokus. Siprofloksasin aktif terhadap Klamidia dan beberapa mikobakteria. Sebagian besar kuman anaerob tidak sensitif terhadap siprofloksasin. Penggunaan siprofloksasin termasuk untuk infeksi saluran napas, saluran kemih, sistem pencernaan termasuk demam tifoid, dan gonore serta septikemia oleh organisme yang sensitif.17

g. Kontraindikasi

Obat ini tidak dianjurkan pemberiannya kepada pasien yang hipersensitifitas terhadap siprofloksasin dan golongan kuinolon lainnya dan juga kepada anak-anak selama masa pertumbuhan, karena pemberian lama dapat menghambat pertumbuhan tulang rawan.16

h. Bentuk Sediaan

Sediaan oral tersedia dalam bentuk tablet 250, 500, dan 750 mg. Berbeda dengan sedian parenteral yaitu 2 dan 10 mg/mL. Selain itu, siprofloksasin juga terdapat dalam sediaan tetes mata, salep mata, dan tetes telinga.16

i. Interaksi

Siprofloksasin adalah salah satu obat yang dapat menghambat sitokrom P450 isoenzim CYP1A2 dan karenanya dapat meningkatkan konsentrasi obat dalam plasma, seperti teofilin dan tizanidine, yang mana dalam metabolismenya memerlukan isoenzim.16

Obat golongan kuinolon ini telah dilaporkan meningkatkan efek dari antikoagulan oral seperti warfarin dan antidiabetik oral yaitu


(25)

glibenklamid. Hal ini membuat keadaan hipoglikemi berat pada pasien yang mengonsumsi glibenklamid dan siprofloksasin berakibat fatal.16

Antasid yang mengandung mineral mengurangi penyerapan siprofloksasin. Siprofloksasin harus ditelan 1-2 jam sebelum atau 4 jam setelah minum antasid. Hal ini tidak berlaku untuk antasid yang tidak mengandung aluminium atau magnesium, misalnya penghambat reseptor H1.16

2.4.3. Farmakodinamik

Siprofloksasin merupakan antibiotik golongan fluoroquinolone. Mekanisme kerja siprofloksasin adalah dengan cara menghambat DNA girase dan topoisomerase IV, yang mana keduanya merupakan enzim yang penting untuk reproduksi bakteri. Dalam penggunaan klinik nya disesuaikan dengan jenis bakteri penyebab penyakit.16

Siprofloksasin mempunyai efek terhadap bakteri gram negatif khususnya jenis aerob yang secara aktif dilawan oleh obat ini adalah Enterobacteriaceae, termasuk Escherichia coli dan Citrobacter, Enterobacter, Klebsiella, Proteus, Salmonella, Shigella, dan Yersinia sp, Pseudomonas aeroginosa, Neisseria gonorrhoeae, H. Influenzae, Moraxella catarrhalis, Neisseria meningitidis, Gradnerella vaginalis, Helicobacter pylori, Vibrio sp, dan campylobacter sp. Selain bakteri gram negatif, siprofloksasin berefek terhadap bakteri gram positif aerob yaitu staphylococcus, streptococcus pneumoniae, dan enterococcus. Bakteri anaerob juga bisa dihambat aktivitas duplikasinya oleh obat ini, seperti Bacteroides fragilis, Clostridium difficile.16

Resistensi terhadap siprofloksasin juga bisa terjadi terutama pada Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Eschericia coli, Klebsiella pneumoniae, Campylobacter jejuni, Neisseria gonnorhea, dan Str pneumoniae.16


(26)

2.5. Spektrofotometri

Sesuai dengan ketentuan Clark, panjang gelombang siprofloksasin dapat ditentukan dengan menggunakan metode spektrofotometri.18

Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.18

Alat yang digunakan dalam analisis secara spektrofotometri adalah spektrofotometer, yaitu suatu alat untuk menentukan suatu senyawa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan atau absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi.18

Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut19 :

1. Spektrofotometri Vis (Visible) 2. Spektrofotometri UV (Ultra Violet) 3. Spektrofotometri UV-Vis

4. Spektrofotometri IR (Infra Red)

Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan spektrofotometri UV Visible. Spektrofotometer ini merupakan gabungan antara spektrofotometer UV dan spektrofotometer Visible. Mesin ini menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.19

Pada spektrofotometri Uv-vis didapatkan serapan sinar tampak dan ultraviolet oleh suatu molekul yang akan menghasilkan transisi di antara tingkat


(27)

energi elektronik molekul. Transisi tersebut pada umumnya antara orbital ikatan (bonding) atau orbital pasangan bebas (non-bonding) dan orbital bukan ikatan atau orbital anti ikatan (anti bonding). Panjang gelombang serapan yang didapat merupakan ukuran perbedaan tingkat-tingkat energi dari orbital yang bersangkutan. Kegunaan spektrofotometeri ultraviolet dan tampak ini terletak pada kemampuannya mengukur jumlah ikatan rangkap atau konyugasi aromatik dan perluasanya, yaitu elektron sunyi pada oksigen yang terdapat di dalam suatu molekul20.

2.5.1. Komponen Spektrofotometer UV-Vis

a. Sumber Cahaya

Ada beberapa jenis lampu yang digunakan untuk mesin spektrofotometer UV-Visible ini, yaitu19 :

a. Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan spektrum kontiniu pada gelombang 320-2500 nm

b. Lampu hidrogen atau deutrium (160-375 nm) c. Lampu gas xenon (250-600 nm)

b. Pengatur Intensitas

Berfungsi untuk mengatur intensitas sinar yang dihasilkan oleh sumber cahaya agar sinar yang masuk tetap konstan19.

c. Monokromator

Berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran. Monokromator yang digunakan untuk mesin ini adalah kaca untuk daerah sinar tampak dan kuarsa untuk daerah UV19.

d. Kuvet

Kuvet yang digunakan untuk daerah sinar tampak adalah kuvet kaca, sedang untuk daerah UV digunakan kuvet kuarsa19.


(28)

e. Detektor

Fungsi detektor adalah untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding dengan besaran yang dapat diukur. Adapun syarat-syarat ideal sebuah detektor adalah19 :

 Kepekan yang tinggi

 Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi

 Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.

 Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.

 Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.

f. Penguat (amplifier)

Komponen ini berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar dapat dibaca oleh indikator19.

g. Indikator

Indikator dapat berupa recorder dan kompoter19. Peneliti menggunakan komputer beserta program perekam di dalamnya.


(29)

2.5.2. Cara Kerja Spektrofotometer Uv-vis

Gambar 2.2 Cara Kerja Spektrofotometer UV-Vis21 Keterangan Gambar:

Sumber sinar yang diperlukan adalah sumber sinar yang menyediakan seluruh spektrum tampak dan ultra-ungu (UV) dekat sehingga didapatkan spektrum pada daerah 200 nm – 800 nm, yaitu kombinasi dari lampu deutrium untuk mendapatkan spektrum UV dan lampu tungsten/halogen untuk mendapatkan spektrum tampak. Kemudian hasil kombinasi kedua lampu tersebut difokuskan pada kisi difraksi. Tanda panah biru menunjukan jalur berbagai panjang gelombang sinar diteruskan dengan arah yang berbeda. Celah (slit) hanya menerima sinar pada daerah panjang gelombang yang sangat sempit untuk diteruskan ke spektrometer. Sinar datang dari kisi difraksi dan celah akan mengenai lempeng putar dan satu dari tiga hal berikut dapat terjadi21:

a. Jika sinar mengenai bagian transparan, sinar akan mengarah langsung dan melewati sel yang mengandung sampel. Kemudian dipantulkan oleh cermin ke lempeng putar kedua.Lempeng ini berputar ketika sinar datang dari lempeng yang pertama, sinar akan mengenai bagian cermin lempeng kedua. Yang kemudian memantulkannya ke detektor.Selanjutnya mengikuti jalur merah pada diagram diatas.

b. Jika berkas asli sinar dari celah mengenai bagian cermin lempeng putar pertama, berkas akan dipantulkan sepanjang jalur hijau. Setelah cermin,


(30)

sinar melewati sel referens.Akhirnya sinar mencapai lempeng kedua yang berputar, sehingga sinar mengenai bagian transparan. Selanjutnya akan melewati detektor.

c. Jika sinar mengenai bagian hitam lempeng pertama, sinar akan dihalangi dan untuk sesaat tidak ada sinar yang melewati spektrometer. Komputer akan memroses arus yang dihasilkan oleh detektor karena tidak ada sinar yang masuk.

2.6. Kerangka konsep

Pada kerangka konsep ini dijelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi panjang gelombang serapan maksimum siprofloksasin sampel. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah kandungan siprofloksasin, pelarut, vehikulum, dan proses pembuatan tablet. Penelitian kali ini tidak dibahas pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap panjang gelombang serapan maksimum siprofloksasin. Penelitian kali ini hanya bersifat kualitatif dengan cara screenning panjang gelombang, yaitu hanya melihat panjang gelomabang serapan maksimum berdasarkan hasil perekaman panjang gelombang sampel dengan spektrofotometer Uv-vis.

Berikut bagan kerangka konsep pada penelitian ini:

: Diteliti pada penelitian ini : Tidak diteliti pada penelitian ini

Bagan 2.6 Skema Kerangka Konsep Penelitian

Panjang gelombang serapan maksimum siprofloksasin sampel

Spektrofotometer Uv-vis

Sesuai standar

Tidak sesuai standar  Kandungan siprofloksasin

 Pelarut

 Vehikulum


(31)

2.7. Definisi Operasional

No Variabel Pengukur Alat Ukur Cara Pengukuran Skala pengukuran

1 Puncak

panjang gelombang

Peneliti Spektrofotometer UV-Vis U2910

Sesuai dengan prosedur baku pengukuran panjang gelombang. Dibagi atas :

Sesuai : ± 2% dari panjang gelombang serapan maksimum standar

Tidak sesuai : Lebih dari atau kurang dari 2% dari pengukuran panjang gelombang serapan maksimum standar

Kategorik nominal


(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desaian penelitian deskriptif.

3.2. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium farmakokinetik dan farmasetika Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri pada bulan Februari sampai Agustus tahun 2011.

3.3. Populasi dan Subyek Penelitian

3.3.1. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah tablet siprofloksasin yang dijual oleh seluruh toko obat di Pasar Pramuka.

3.3.2. Populasi Target

Populasi target penelitian ini tablet siprofloksasin yang tersedia di toko obat di Pasar Pramuka.

3.3.3. Kriteria Sampel

Penelitian dilakukan di laboratorium farmakokinetik dan farmasetik FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan kriteria :

a. Kriteria Inklusi :

 Tablet Siprofloksasin 500 mg

 Tablet Siprofloksasin 500 mg yang dibeli di Pasar Pramuka, Jakarta b. Kriteria Ekslusi :

 Tablet siprofloksasin yang tidak tersedia di toko obat di Pasar Pramuka, Jakarta

 Tablet siprofloksasin yang sudah kadaluwarsa.


(33)

3.4. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara random, yaitu dari 282 toko obat di Pasar Pramuka diambil 73 sampel siprofloksasin dari merk generik ataupun paten. Adapun penghitungan jumlah sampel dilakukan dengan rumus deskriptif katagorik. Pengambilan sampel oleh peneliti tidak berdasarkan ijin penjual obat (inform consent) karena hal ini dapat menimbulkan bias penelitian.

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah simple random sampling dengan berpendapat bahwa karakteristik subjek penelitian (siprofloksasin) adalah homogen pada sampling frame yaitu Pasar Pramuka.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan rumus deskriptif, yaitu(22):

Zα2

x P x Q

N=

d2 Keterangan:

Zα: deviat baku alfa, α5% (Zα = 1,96)

P : merupakan proporsi dari kategori variabel yang diteliti (25%). Q : 1-P (75%)

D : merupakan kesalahan penilitian yang masih bisa diterima untuk memprediksi proporsi yang akan diperoleh. Presisi bergantung pada keputusan peneliti. Semakin kecil nilai d, maka semakin kecil kesalahan penelitian, semakin baik presisi penelitian, tetapi semakin banyak subjek penelitian (10%).

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh jumlah sampel sebanyak 73 sampel.

3.5. Alat dan Bahan

3.5.1. Alat – alat

a. Hitachi U-2910 Spectrophotometer

b. HP Pro Desktop (Windows Xp Pro, Software UV-Solution U- 2910) c. Pipet (Nichipet) 5 mL dan 10 mL


(34)

e. Vortex ( SRS710HA Advantec) f. Timbangan Digital (AND GX-200) g. Mensin Sentrifuge

h. 74 tabung reaksi i. 2 rak tabung reaksi 3.5.2. Bahan

a. Standar siprofloksasin

b. Siprofloksasin sample sebanyak 73 tablet c. Buffer Fosfat Citrat dengan pH 7

d. HCl 0,1 N 3.6. Pola Penelitian

3.6.1. Alur Penelitian

Pengambilan sampel (siprofloksasin) di Pasar Pramuka

Penggerusan sampel

Pembuatan pelarut (HCl 0,1 N) dan buffer fosfat sitrat pH7

Pembuatan larutan siprofloxacin standar

Pembuatan larutan siprofloxacin sampel

Persiapan mesin spektrofotometri

Pembacaan gelombang serapan maksimum standar dan sampel siprofloksasin

Analisis data dari hasil pembacaan gelombang serapan maksimum

Pembuatan Simpulan


(35)

3.6.2. Pembuatan NaCl 0,1 N Sebagai Pelarut siprofloksasin

Masukkan 5 ml NaCl 1 N ke dalam tabung plastik yang mempunyai penutup. Tambahkan 45 ml aquades ke dalam tabung tersebut. Pastikan tabung selalu dalam keadaan tertutup untuk menghindari terjadinya penguapan NaCl.23

3.6.3. Pembuatan buffer fosfat citrat

Buffer merupakan gabungan dari asam lemah dengan garam konjugatnya atau basa lemah dengan garam konjugatnya. Buffer berfungsi untuk menjaga pH sebuah larutan agar tetap dalam tingkat keasaman yang diinginkan.24

Langkah pertama dalam membuat buffer yaitu menimbang garam Na2HPO4 sebanyak 70,98 gram dengan menggunakan timbangan digital. Garam Na2HPO4 dimasukkan ke dalam gelas ukur. Isi gelas ukur tersebut dengan aquades hingga 500 ml. Lakukan homogenisasi larutan selama 20 menit dengan menggunakan strirer hingga tidak terlihat kristal Na2HPO4. Langkah ini bertujuan untuk membuat larutan 1 molar Na2HPO4. Setelah larutan terebut dibuat, lakukan pembuatan larutan 0,2 molar Na2HPO4 dengan cara mengisi gelas ukur yang masih kosong dengan 100 ml larutan 1 molar Na2HPO4 dan 400 ml aquades. Lakukan homogenisasi larutan 0,2 molar Na2HPO4 tersebut dengan menggunakan strirer selama 15 menit.24

Langkah berikutnya adalah membuat larutan 0,1 molar asam sitrat. Pertama-tama lakukan penimbangan garam asam sitrat sebanyak 94,55 gram dengan menggunakan timbangan digital. Garam asam sitrat tersebut dimasukkan ke dalam gelas ukur lalu tambahkan aquades hingga volume larutan menjadi 500 ml. Lakukan homogenisasi larutan selama 20 menit dengan menggunakan striter hingga tidak terlihat kristal asam sitrat. Langkah ini bertujuan hanya untuk membuat larutan 1 molar asam sitrat. Setelah larutan tersebut dibuat, lakukan pembuatan larutan 0,1 molar asam sitrat dengan cara mengisi gelas ukur yang masih kosong dengan 50 ml larutan 1 molar asam sitrat dan 450 ml aquades. Lakukan homogenisasi


(36)

larutan 0,2 molar asam sitrat tersebut dengan menggunakan strirer selama 15 menit.24

Buffer yang akan dibuat harus memiliki pH 7 yang terdiri dari Na2HPO4 0,2 N sebanyak 218 ml dan Asam Sitrat 0,1 N sebanyak 32,5 ml. Setelah Na2HPO4 dengan Asam Sitrat tercampur, tambahkan Aquades ke dalam gelas ukur hinga volume larutan menjadi 500 ml. Kemudian lakukan homogenisasi larutan dengan menggunakan strirer selama 15 menit.24

3.6.4 Pembuatan Larutan Siprofloksasin Standart

Sebanyak 50 mg bubuk siprofloksasin dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Masukkan HCl 0,1 N sebanyak 1 ml ke dalam tabung tersebut. Kemudian lakukan homogenisasi menggunakan vortex. Tambahkan buffer fosfat citrat sebanyak 7 ml ke dalam tabung. Setelah itu lakukan homogenisasi ulang dengan menggunakan vortex. Tahap terakhir adalah melakukan sentrifugasi selama 3 menit dengan kecepatan 2000 rpm dengan menggunakan mesin sentrifuge.23

3.6.5 Pembuatan Larutan Siprofloksasin Sampel

Sebanyak 1/10 siprofloksasin yang telah ditumbuk menjadi bubuk halus dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Masukkan HCl 0,1 N sebanyak 1 ml ke dalam tabung tersebut. Kemudian dihomogenisasikan dengan menggunakan vortex selama 30 detik. Tambahkan buffer fosfat citrat sebanyak 7 ml ke dalam tabung. Lakukan homogenisasi untuk kedua kalinya dengan menggunakan vortex selama 30 detik. Setelah itu, lakukan sentrifugasi selama 3 menit dengan kecepatan 2000 rpm. Sebanyak 3,5 ml supernatan dimasukkan ke dalam kuvet dengan menggunakan mikropipet untuk diukur dengan spektrofotometri.23

3.6.6 Penyiapan Alat Spektrofotometer UV-Visible

Secara singkat, penggunaan spektrofotometri Uv-visible adalah sebagai berilkut, mesin spktrofotometer memerlukan waktu 30 menit


(37)

setelah dinyalakan sebelum digunakan untuk merekam panjang gelombang larutan. Setelah 30 menit mesin menyala lakukan pengukuran panjang gelombang untuk blanko yaitu buffer yang sudah disiapkan dengan cara lakukan penetapan base line dengan selalu meng-nol-kan serapan. Penetapan base-line dilakukan menggunakan blanko, dalam hal ini adalah buffer fosfat citrat dengan pH 7.

3.6.7 Pembacaan Gelombang Serapan Maksimum Siprofloksasin Standar

Ambil salah satu kuvet, isi kuvet dengan larutan siprofloksasin standar sebanyak 3,5 ml. Masukkan ke dalam mesin spektrofotometer. Lalu lakukan pembacaan panjang gelombang dengan spektrofotometer. lihat panjang gelombang serapan maksimumnya.

3.6.8 Pencarian Gelombang Serapan Maksimum Siprofloksasin Sampel

Ambil salah satu kuvet, isi kuvet dengan larutan siprofloksasin standar sebanyak 3,5 ml. Masukkan ke dalam mesin spektrofotometer. Lalu lakukan pembacaan panjang gelombang dengan spektrofotometer.


(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Gambaran Panjang Gelombang Standar

Menurut The International Pharmacopeia volume 1 panjang gelombang standar untuk siprofloksasin adalah sebagai berikut(23) :

Tabel 4.1

Gambaran Panjang Gelombang Standar

Nama Standar Siprofloksasin Panjang Gelombang

WAKO 278 nm

4.1.2. Gambaran Panjang Gelombang Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melihat panjang gelombang siprofloksasin yang ada dalam sampel obat yang diteliti. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh panjang gelombang terlihat pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2

Gambaran Panjang Gelombang Hasil Penelitian

No

Panjang Gelombang Hasil Penelitian

Mean Standar Deviasi

2% dari 278 nm Ket Panjang

Gelombang I

Panjang Gelombang II

1 276,6 275,8 276,2 272,44 – 283,56 Sesuai standar

2 276,6 277,8 277,2 Sesuai standar

3 275,2 276,4 275,8 Sesuai standar

4 278,2 276,0 277,1 Sesuai standar

5 276,6 276,8 276,7 Sesuai standar

6 276,4 276,8 276,6 Sesuai standar

7 276,0 278,0 277,0 Sesuai standar

8 278,0 277,6 277,8 Sesuai standar

9 279,0 277,0 278,0 Sesuai standar


(39)

No

Panjang Gelombang Hasil Penelitian

Mean Standar Deviasi

2% dari 278 nm Ket Panjang

Gelombang I

Panjang Gelombang II

10 278,6 279,8 279,2 272,44 – 283,56 Sesuai standar

11 275,8 277,4 276,6 Sesuai standar

12 276,0 277,8 276,9 Sesuai standar

13 275,6 275,2 275,4 Sesuai standar

14 275,4 275,4 275,4 Sesuai standar

15 274,6 277,0 275,8 Sesuai standar

16 274,2 277,2 275,7 Sesuai standar

17 276,4 276,2 276,3 Sesuai standar

18 275,2 275,6 275,4 Sesuai standar

19 274,4 274,4 274,4 Sesuai standar

20 276,8 278,2 277,5 Sesuai standar

21 277,0 275,0 276,0 Sesuai standar

22 274,4 277,8 276,1 Sesuai standar

23 273,8 277,4 275,6 Sesuai standar

24 275,2 274,8 275,0 Sesuai standar

25 275,4 278,0 276,7 Sesuai standar

26 277,8 277,0 277,4 Sesuai standar

27 274,0 275,6 274,8 Sesuai standar

28 276,4 274,6 275,5 Sesuai standar

29 278,8 276,6 277,7 Sesuai standar

30 276,2 274,4 275,3 Sesuai standar

31 275,4 277,0 276,2 Sesuai standar

32 281,4 277,0 279,2 Sesuai standar

33 276,0 276,4 276,2 Sesuai standar

34 276,8 277,8 277,3 Sesuai standar

35 276,8 277,8 277,3 Sesuai standar

36 274,0 277,2 275,6 Sesuai standar

37 275,6 278,8 277,2 Sesuai standar

38 276,2 275,4 275,8 Sesuai standar

39 277,6 276,8 277,2 Sesuai standar

40 277,0 275,8 276,4 Sesuai standar


(40)

No

Panjang Gelombang Hasil Penelitian

Mean Standar Deviasi

2% dari 278 nm Ket Panjang

Gelombang I

Panjang Gelombang II

42 275,0 278,8 276,9 272,44 – 283,56 Sesuai standar

43 278,0 277,8 277,9 Sesuai standar

44 274,0 276,6 275,3 Sesuai standar

45 278,2 275,6 276,9 Sesuai standar

46 274,8 278,0 276,4 Sesuai standar

47 275,6 275,6 275,6 Sesuai standar

48 276,4 276,8 276,6 Sesuai standar

49 275,8 274,8 275,3 Sesuai standar

50 276,2 277,0 276,6 Sesuai standar

51 276,4 276,6 276,5 Sesuai standar

52 274,6 277,2 275,9 Sesuai standar

53 274,8 276,2 275,5 Sesuai standar

54 276,4 275,8 276,1 Sesuai standar

59 276,8 277,2 277,0 Sesuai standar

60 275,6 279,0 277,3 Sesuai standar

61 275,8 273,8 274,8 Sesuai standar

62 275,6 276,0 275,8 Sesuai standar

63 275,6 277,0 276,3 Sesuai standar

64 277,4 276,4 276,9 Sesuai standar

65 274,4 277,0 275,7 Sesuai standar

66 275,2 275,2 275,2 Sesuai standar

67 274,4 277,6 276,0 Sesuai standar

68 277,2 274,2 275,7 Sesuai standar

69 276,0 275,6 275,8 Sesuai standar

70 275,6 276,2 275,9 Sesuai standar

71 276,2 275,4 275,8 Sesuai standar

72 274,5 275,3 274,9 Sesuai standar


(41)

Setelah dilakukan analisis pada 73 sampel dengan membandingkan panjang gelombang hasil penelitian dengan standar baku, didapatkan hasil bahwa 73 sampel (100%) yang memenuhi panjang gelombang standar, sedangkan yang tidak memenuhi standar panjang gelombang tidak ada. Hal ini terlihat pada tabel 4.3 :

Tabel 4.3

Gambaran Hasil Penelitian Panjang Gelombang Siprofloksasin Pada Sampel Obat di Pasar Pramuka tahun 2011

Panjang Gelombang Frekuensi Persen

Memenuhi standar Tidak Memenuhi Standar

73 0

100 0

4.2. Pembahasan

Siprofloksasin merupakan antibiotik golongan quinolon yang digunakan untuk keadaan infeksi bakteri Gram positif dan Gram negatif. Siprofloksasin terutama aktif terhadap kuman Gram negatif termasuk Salmonella, Shigella, Kampilobakter, Neisseria, dan Pseudomonas. Siprofloksasin hanya memiliki aktivitas yang sedang terhadap bakteri Gram positif seperti Streptococcus pneumoniae dan Enterococcus faecalis karena itu tidak boleh digunakan untuk Pneumonia pneumokokus. Siprofloksasin aktif terhadap Klamidia dan beberapa mikobakteria. Sebagian besar kuman anaerob tidak sensitif terhadap siprofloksasin. Penggunaan siprofloksasin termasuk untuk infeksi saluran napas, saluran kemih, sistem pencernaan, dan gonore serta septikemia oleh organisme yang sensitif (17).

Menurut Clarkes, siprofloksasin dapat ditentukan keberadaanya dengan metode spektrofotometri(18). Dalam penelitian screening panjang gelombang serapan maksimum siprofloksasin dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis ini bersifat kualitatif yaitu dengan cara mengukur panjang gelombang serapan maksimum sebanyak dua kali dilanjutkan analisis data menggunakan rerata (mean) dari kedua pengukuran yang kemudian disesuaikan dengan standar deviasi 2% yang telah ditetapkan oleh Farmakope Internasional. Apabila terdapat


(42)

penyimpangan terhadap standar deviasi yang telah ditentukan tersebut, ini menyatakan suatu ketidakberadaan suatu senyawa tersebut yaitu siprofloksasin ataupun terdapat senyawa lain yang bukan merupakan senyawa yang sedang diuji.

Berdasarkan tabel 4.3, telah diketahui bahwa dari 73 sampel yang didapatkan dari Pasar Pramuka sebanyak 100% memenuhi standar baku panjang gelombang serapan maksimum yang sesuai dengan Farmakope Internasional. Hasil persentasi yang didapatkan jauh berbeda dengan prediksi peredaran obat palsu yang mencapai hingga 25% yang dilaporkan oleh USTR pada tahun 2008.

Banyak faktor yang dapat memengaruhi hal ini, salah satunya adalah upaya yang telah dilakukan oleh Mentreri Kesehatan dalam membentuk Apotek Rakyat di Pasar Pramuka yang diatur dalam SK Menteri Kesehatan No.284/2007 terhitung sejak tanggal 3 April 2007(24). Apotek rakyat merupakan sebuah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat, perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan. Pedagang obat untuk merubah statusnya menjadi apotek rakyat harus mengantongi sertifikat sebagai bukti obat-obat yang dijual telah layak dikonsumsi. Apotek rakyat juga diharuskan untuk memiliki paling sedikit satu orang apoteker yang berperan dalam menerima dan memeriksa resep dokter yang diberikan kepada pembeli obat(24).

Selain itu, sosialisasi STOP dengan CINTA yang dilakukan oleh sebuah website sudah mulai gencar dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya peredaran obat palsu. Slogan STOP ini merupakan kependekan dari(7) :

- S : Supaya - T : Terhindar - O : Obat - P : Palsu


(43)

Slogan STOP memiliki kelanjutan slogan yaitu CINTA yang memiliki arti tersendiri, yaitu(7) :

- Cermati kemasan dan obatnya - Ingat untuk merusak kemasan lama - Niat hidup lebih sehat

- Tempat membeli obat di apotek

- Ajak semua untuk saling mengingatkan.

Penelitian ini hanya bersifat kualitatif dengan cara screening dimana tidak diteliti seberapa banyak kandungan zat aktif siprofloksasin yang terdapat di dalam suatu obat sehingga tidak dapat digunakan untuk mengetahui apakah obat tersebut palsu atau tidak. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hal tersebut.


(44)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dalam penelitian ini diketahui bahwa 73 sampel tablet siprofloksasin dari pasar pramuka yang kemudian dianalisis didapatkan bahwa 100% memenuhi standar baku panjang gelombang serapan maksimum yang ditentukan oleh farmakope Internasional yaitu 278 nm dengan nilai deviasi 2% yang menimbulkan rentang normal antara 272,44 – 283,56 nm.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal dalam penelitian bidang farmasi, seperti identifikasi persebaran obat palsu di Pasar Pramuka.

Hasil penelitian ini belum bisa menentukan keaslian obat yang diperiksa karena belum diukur kadar zat aktif obat tersebut apakah sesuai dengan kadar yang tertera dalam kemasan obat.

5.2. Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan hasil penelitian ini dan penggunaan kromatografi untuk mengukur secara kuantitatif kandungan Siprofloksasin dalam suatu tablet.


(1)

No

Panjang Gelombang Hasil Penelitian

Mean Standar Deviasi

2% dari 278 nm Ket Panjang

Gelombang I

Panjang Gelombang II

10 278,6 279,8 279,2 272,44 – 283,56 Sesuai standar

11 275,8 277,4 276,6 Sesuai standar

12 276,0 277,8 276,9 Sesuai standar

13 275,6 275,2 275,4 Sesuai standar

14 275,4 275,4 275,4 Sesuai standar

15 274,6 277,0 275,8 Sesuai standar

16 274,2 277,2 275,7 Sesuai standar

17 276,4 276,2 276,3 Sesuai standar

18 275,2 275,6 275,4 Sesuai standar

19 274,4 274,4 274,4 Sesuai standar

20 276,8 278,2 277,5 Sesuai standar

21 277,0 275,0 276,0 Sesuai standar

22 274,4 277,8 276,1 Sesuai standar

23 273,8 277,4 275,6 Sesuai standar

24 275,2 274,8 275,0 Sesuai standar

25 275,4 278,0 276,7 Sesuai standar

26 277,8 277,0 277,4 Sesuai standar

27 274,0 275,6 274,8 Sesuai standar

28 276,4 274,6 275,5 Sesuai standar

29 278,8 276,6 277,7 Sesuai standar

30 276,2 274,4 275,3 Sesuai standar

31 275,4 277,0 276,2 Sesuai standar

32 281,4 277,0 279,2 Sesuai standar

33 276,0 276,4 276,2 Sesuai standar

34 276,8 277,8 277,3 Sesuai standar

35 276,8 277,8 277,3 Sesuai standar

36 274,0 277,2 275,6 Sesuai standar

37 275,6 278,8 277,2 Sesuai standar

38 276,2 275,4 275,8 Sesuai standar

39 277,6 276,8 277,2 Sesuai standar

40 277,0 275,8 276,4 Sesuai standar


(2)

No

Panjang Gelombang Hasil Penelitian

Mean Standar Deviasi

2% dari 278 nm Ket Panjang

Gelombang I

Panjang Gelombang II

42 275,0 278,8 276,9 272,44 – 283,56 Sesuai standar

43 278,0 277,8 277,9 Sesuai standar

44 274,0 276,6 275,3 Sesuai standar

45 278,2 275,6 276,9 Sesuai standar

46 274,8 278,0 276,4 Sesuai standar

47 275,6 275,6 275,6 Sesuai standar

48 276,4 276,8 276,6 Sesuai standar

49 275,8 274,8 275,3 Sesuai standar

50 276,2 277,0 276,6 Sesuai standar

51 276,4 276,6 276,5 Sesuai standar

52 274,6 277,2 275,9 Sesuai standar

53 274,8 276,2 275,5 Sesuai standar

54 276,4 275,8 276,1 Sesuai standar

59 276,8 277,2 277,0 Sesuai standar

60 275,6 279,0 277,3 Sesuai standar

61 275,8 273,8 274,8 Sesuai standar

62 275,6 276,0 275,8 Sesuai standar

63 275,6 277,0 276,3 Sesuai standar

64 277,4 276,4 276,9 Sesuai standar

65 274,4 277,0 275,7 Sesuai standar

66 275,2 275,2 275,2 Sesuai standar

67 274,4 277,6 276,0 Sesuai standar

68 277,2 274,2 275,7 Sesuai standar

69 276,0 275,6 275,8 Sesuai standar

70 275,6 276,2 275,9 Sesuai standar

71 276,2 275,4 275,8 Sesuai standar

72 274,5 275,3 274,9 Sesuai standar


(3)

Setelah dilakukan analisis pada 73 sampel dengan membandingkan panjang gelombang hasil penelitian dengan standar baku, didapatkan hasil bahwa 73 sampel (100%) yang memenuhi panjang gelombang standar, sedangkan yang tidak memenuhi standar panjang gelombang tidak ada. Hal ini terlihat pada tabel 4.3 :

Tabel 4.3

Gambaran Hasil Penelitian Panjang Gelombang Siprofloksasin Pada Sampel Obat di Pasar Pramuka tahun 2011

Panjang Gelombang Frekuensi Persen

Memenuhi standar Tidak Memenuhi Standar

73 0

100 0

4.2. Pembahasan

Siprofloksasin merupakan antibiotik golongan quinolon yang digunakan untuk keadaan infeksi bakteri Gram positif dan Gram negatif. Siprofloksasin terutama aktif terhadap kuman Gram negatif termasuk Salmonella, Shigella, Kampilobakter, Neisseria, dan Pseudomonas. Siprofloksasin hanya memiliki aktivitas yang sedang terhadap bakteri Gram positif seperti Streptococcus pneumoniae dan Enterococcus faecalis karena itu tidak boleh digunakan untuk Pneumonia pneumokokus. Siprofloksasin aktif terhadap Klamidia dan beberapa mikobakteria. Sebagian besar kuman anaerob tidak sensitif terhadap siprofloksasin. Penggunaan siprofloksasin termasuk untuk infeksi saluran napas, saluran kemih, sistem pencernaan, dan gonore serta septikemia oleh organisme yang sensitif (17).

Menurut Clarkes, siprofloksasin dapat ditentukan keberadaanya dengan metode spektrofotometri(18). Dalam penelitian screening panjang gelombang serapan maksimum siprofloksasin dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis ini bersifat kualitatif yaitu dengan cara mengukur panjang gelombang serapan maksimum sebanyak dua kali dilanjutkan analisis data menggunakan rerata (mean) dari kedua pengukuran yang kemudian disesuaikan dengan standar deviasi 2% yang telah ditetapkan oleh Farmakope Internasional. Apabila terdapat


(4)

penyimpangan terhadap standar deviasi yang telah ditentukan tersebut, ini menyatakan suatu ketidakberadaan suatu senyawa tersebut yaitu siprofloksasin ataupun terdapat senyawa lain yang bukan merupakan senyawa yang sedang diuji.

Berdasarkan tabel 4.3, telah diketahui bahwa dari 73 sampel yang didapatkan dari Pasar Pramuka sebanyak 100% memenuhi standar baku panjang gelombang serapan maksimum yang sesuai dengan Farmakope Internasional. Hasil persentasi yang didapatkan jauh berbeda dengan prediksi peredaran obat palsu yang mencapai hingga 25% yang dilaporkan oleh USTR pada tahun 2008.

Banyak faktor yang dapat memengaruhi hal ini, salah satunya adalah upaya yang telah dilakukan oleh Mentreri Kesehatan dalam membentuk Apotek Rakyat di Pasar Pramuka yang diatur dalam SK Menteri Kesehatan No.284/2007 terhitung sejak tanggal 3 April 2007(24). Apotek rakyat merupakan sebuah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat, perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan. Pedagang obat untuk merubah statusnya menjadi apotek rakyat harus mengantongi sertifikat sebagai bukti obat-obat yang dijual telah layak dikonsumsi. Apotek rakyat juga diharuskan untuk memiliki paling sedikit satu orang apoteker yang berperan dalam menerima dan memeriksa resep dokter yang diberikan kepada pembeli obat(24).

Selain itu, sosialisasi STOP dengan CINTA yang dilakukan oleh sebuah website sudah mulai gencar dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya peredaran obat palsu. Slogan STOP ini merupakan kependekan dari(7) :

- S : Supaya - T : Terhindar - O : Obat - P : Palsu


(5)

Slogan STOP memiliki kelanjutan slogan yaitu CINTA yang memiliki arti tersendiri, yaitu(7) :

- Cermati kemasan dan obatnya - Ingat untuk merusak kemasan lama - Niat hidup lebih sehat

- Tempat membeli obat di apotek

- Ajak semua untuk saling mengingatkan.

Penelitian ini hanya bersifat kualitatif dengan cara screening dimana tidak diteliti seberapa banyak kandungan zat aktif siprofloksasin yang terdapat di dalam suatu obat sehingga tidak dapat digunakan untuk mengetahui apakah obat tersebut palsu atau tidak. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hal tersebut.


(6)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dalam penelitian ini diketahui bahwa 73 sampel tablet siprofloksasin dari pasar pramuka yang kemudian dianalisis didapatkan bahwa 100% memenuhi standar baku panjang gelombang serapan maksimum yang ditentukan oleh farmakope Internasional yaitu 278 nm dengan nilai deviasi 2% yang menimbulkan rentang normal antara 272,44 – 283,56 nm.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal dalam penelitian bidang farmasi, seperti identifikasi persebaran obat palsu di Pasar Pramuka.

Hasil penelitian ini belum bisa menentukan keaslian obat yang diperiksa karena belum diukur kadar zat aktif obat tersebut apakah sesuai dengan kadar yang tertera dalam kemasan obat.

5.2. Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan hasil penelitian ini dan penggunaan kromatografi untuk mengukur secara kuantitatif kandungan Siprofloksasin dalam suatu tablet.