Skrining Panjang Gelombang Serapan Maksimum Tablet DEKSAMETASON yang dijual di pasar Pramuka dengan SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

(1)

SKRINING PANJANG GELOMBANG SERAPAN

MAKSIMUM TABLET DEKSAMETASON YANG

DIJUAL DI PASAR PRAMUKA DENGAN

SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

AFRA HUMAIRA

NIM: 108103000047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(2)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 19 September 2011


(3)

SKRINING PANJANG GELOMBANG SERAPAN MAKSIMUM TABLET DEKSAMETASON YANG DIJUAL DI PASAR PRAMUKA DENGAN

SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Afra Humaira

NIM: 108103000047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H/2011 M

Pembimbing I

dr. Nurul Hiedayati, PhD

Pembimbing II


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul SKRINING PANJANG GELOMBANG SERAPAN MAKSIMUM TABLET DEKSAMETASON YANG DIJUAL DI

PASAR PRAMUKA DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS yang

diajukan oleh Afra Humaira (NIM: 108103000047), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 19 September 2011. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran ( S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 19 September 2011

DEWAN PENGUJI

Penguji II

Nurmeilis, M.Si, Apt

Penguji III

dr. Rachmania Diandini, MKK

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN

Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd

Kaprodi PSPD FKIK UIN


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian yang berjudul “Skrining Panjang Gelombang Serapan Maksimum Tablet Deksametason Yang dijual di Pasar Pramuka Dengan Spektrofotometer Uv-Vis”. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, Drs. H. Achmad Ghalib, MA, dan

Dra. Farida Hamid, M.Pd selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. DR. Dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.FKR selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter.

3. Dr. Nurul Hiedayati, PhD sebagai dosen pembimbing I, sekaligus penanggung jawab Laboratorium Farmakokinetik dan Farmasetika FKIK UIN dan Dr. Rachmania Diandini, MKK sebagai pembimbing II yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis selama penelitian dan penyusunan riset ini.

4. Silvia Fitrina Nasution, M. Biomed, drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D, dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS, Sp.GK selaku penanggung jawab riset PSPD 2008 yang selalu mengingatkan dan memberikan arahan dan semangat untuk segera menyelesaikan riset ini.

5. Ibu Endah Wulandari, M.Biomed yang sudah mengijinkan saya menggunakan laboratorium biokimia sebagai salah satu proses penyelesaian penelitian ini

6. Seluruh staff pengajar PSPD UIN, yang telah membimbing dan memberikan begitu banyak ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Mas Dani sebagai laboran laboratorium Farmakokinetik dan Farmasetika FKIK UIN dan Ibu Ayu Latifah sebagai laboran laboratorium biokimia FKIK


(6)

UIN yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menyediakan alat yang diperlukan dalam penelitian ini.

8. Ibu Hj. Kokom Komariah dan Ayah Drs. H. Hazmi Hamzar tercinta dengan semua kasih sayang, doa, pengorbanan, yang selalu memberikan penulis semangat, moril, dan materil yang tidak ada habisnya.

9. Muhammad Fadlurahman dan Muhammad Risky tersayang, serta semua keluarga besar yang selalu menemani dan memberi dukungan.

10. Syarif Hadi, sahabat yang selalu menemani, dan memberi semangat pada penulis.

11. Teman-teman kelompok riset saya, yaitu Aini Zahra, Anaytullah, Anita Ratna, dan aldho Bramantyo yang juga selalu membantu saya dalam proses penyelesaian penelitian ini.

12. Rr. Alvira Widjaya, terima kasih untuk masukan, dan nasehatnya

13. Seluruh teman dan sahabat di PSPD angkatan 2008, CIMSA, BEMJ PSPD, teman-teman satu kelompok selama melakukan penelitian, dan teman-teman lain yang telah memberikan bantuan dan dukungannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa riset ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat menambahkan informasi sehingga riset ini dapat lebih sempurna. Semoga riset ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan penulis dalam bidang ilmu pengetahuan

Penulis


(7)

ABSTRAK

Afra Humaira. Program Studi Pendidikan Dokter. Skrining Panjang Gelombang Serapan Maksimum Tablet Deksametason Yang Dijual Di Pasar Pramuka Dengan Spektrofotometer UV-Vis. Tahun 2011.

Berdasarkan laporan United States Trade Representative (USTR) tahun 2008, diperkirakan bahwa 25 % obat yang beredar di Indonesia adalah palsu. Obat palsu berdampak serius terhadap kesehatan. Salah satu obat palsu temuan BPOM adalah deksametason. Deksametason adalah kortikosteroid sintetik yang sering digunakan untuk anti-inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan panjang gelombang serapan maksimum sampel yang diambil di Pasar Pramuka dengan deksametason standar menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Penelitian menggunakan desain cross-sectional deskriptif. Sampel penelitian berjumlah 73 sampel yang diambil tanpa informed consent. Panjang gelombang deksametason standar yaitu 239,8 nm. Pengukuran panjang gelombang sampel diukur sebanyak dua kali. Untuk analisis, digunakan mean dari kedua pengukuran. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan 98,6 % sampel yang memenuhi standar dan 1,4 % yang tidak sesuai standar panjang gelombang serapan maksimum deksametason yaitu ± 3 % dari 239 nm. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk lebih membuktikan hasil penelitian kali ini.

Kata Kunci: Skrining ,Panjang Gelombang Serapan Maksimum, Deksametason, Spektrofotometer UV-Vis

Afra Humaira. Medical Study Program. Maximum Wavelength Absorption screening of Dexamethasone tablet Sold On The Pramuka Market With UV-Vis Spectrophotometer. 2011.

Based on reports the United States Trade Representative (USTR) in 2008 it is estimated that 25% of the drugs circulating in Indonesia are counterfeit drugs. Counterfeit drugs can give serious effect on the user. One of counterfeit drug found by the BPOM is dexamethasone. Dexamethasone is a synthetic corticosteroid that is often used as an anti-inflammatory drug. This study aimed to compare the maximum wavelength absorption of samples taken in Pramuka market with standard dexamethasone by using UV-Vis spectrophotometer. Research carried out by using cross sectional descriptive design. There were 73 drug samples in this research, and samples were taken without giving any informed consent. The peak wavelength of standard dexamethasone is 239,8 nm. The measurement of the drug samples was done twice. Mean of those measurements was used to analyze those samples.. Based on the results, from all the samples 98.6 % meet the standard, and the rest of 1.4% do not fit the standard dexamethasone maximum wavelength absorbtion of ± 3% of 239 nm. Quantitative analysis are needed to further prove the results of the present study.

Keywords: Screening, Maximum Absorption Wavelength, Dexamethasone, UV-Vis Spectrophotometer


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN... ii

LEMBAR PERSETUJUAN...iii

LEMBAR PENGESAHAN... iv

KATA PENGANTAR... v

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR BAGAN... xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian…... 2

1.4 Manfaat Penelitian... 3

BAB II LANDASAN TEORI... 4

2.1 Obat... 4

2.2 Obat Palsu... 4

2.3 Kortikosteroid... 6

2.4 Deksametason... 6

2.5 Spektrofotometri UV-Vis... 13

2.6.Kerangka Konsep... 18


(9)

BAB III METODE PENELITIAN... 20

3.1 Desain Penelitian... 20

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

3.3 Populasi dan Sampel ... 20

3.4 Cara Kerja ... 22

3.5 Managemen Data ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Karakteristik Sampel ... 26

4.2 Hasil ... 26

4.3 Pembahasan ... 30

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 32

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 34

5.1 Simpulan ... 34

5.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Definisi Operasional...19 Tabel 4.1 Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Deksametason Standar...27 Tabel 4.2. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Sampel Obat ...28 Tabel 4.3. Gambaran Persentase Panjang Gelombang Serapan

Maksimum Sampel yang Tidak Memenuhi Standar


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Struktur Molekul Deksametason…...7

Gambar 2.2. Cara Kerja Spektrofotometer Uv-Vis...15

Gambar 2.3 Hubungan antara A dengan Intensitas. …...17

Gambar 2.4. Contoh gambaran perekam grafik…...17


(12)

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1. Skema Kerangka Konsep Penelitian...18 Bagan 3.1. Alur Penelitian...22


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil statistika...38

Lampiran 2 Gambaran Hasil Spektrum ...40

Lampiran 3 sertifikat ...42

Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup...43


(14)

DAFTAR SINGKATAN

A : Absorbansi

API : Active PharmaceuticalIngredients / zat aktif obat BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan

COX II : cyclooxygenase II

FDA : Food and Drug Administration

HPA : hypothalamic-pituitary-adrenal

I : Intensitas

IM : Intra Muskular

IPMG : International Pharmaceutical Manufacturers Group

IV : Intra Vena RNA : Ribonucleic acid

SPSS :Statistical Program for Social Science

USTR : United States Trade Representative.

UV-Vis : Ultra Violet – Visible (spektrofotometer) WHO : World Health Organization


(15)

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Saat ini banyak obat palsu yang beredar di masyarakat. Berdasarkan laporan United States Trade Representative (USTR) pada tahun 2008 memperkirakan 25 % obat yang beredar di Indonesia adalah palsu.1 Menurut Ketua International Pharmaceutical Manufacturers Group, tingginya peredaran obat palsu di Indonesia saat ini karena harganya lebih murah dibandingkan obat yang memiliki hak paten. Kebanyakan dari masyarakat awam tidak mengerti tentang suatu obat. Dengan rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap obat, maka kebanyakan dari mereka hanya membeli dan tidak memperdulikan apakah obat yang dibeli baik atau kurang baik, asli atau palsu.2

Menurut Food and Drug Administration (FDA) tahun 2009, banyak kemungkinan bahwa obat palsu hanya mengandung zat-zat yang tidak aktif, dosis obat yang tidak sesuai, atau bahkan mengandung bahan subpoten atau superpoten yang berbahaya. Obat palsu mempunyai beberapa efek tergantung dengan zat apa yang dikandungnya. Efek toksik, efek yang tidak teridentifikasi, dan efek kegagalan terapi merupakan contoh efek yang dapat ditimbulkan oleh obat palsu. 3

Banyak pihak yang dirugikan oleh obat palsu, Pasien merupakan korban utama karena kesehatan bahkan kehidupan mereka berada dalam bahaya jika mengkonsumsi obat palsu, pabrik obat yang sah menjadi korban karena produknya yang sesuai standar menjadi tidak laku dipasaran, pemerintah juga menjadi korban karena kehilangan pendapatan pajak, tenaga kesehatan menjadi korban dengan hilangnya kepercayaan pasien terhadap pelayanan yang diberikan.4

Dari tahun ke tahun selalu ada obat palsu yang beredar di pasaran. Dari daftar obat palsu temuan BPOM sejak Tahun 2001-2008, deksametason merupakan salah satu obat yang ditemukan palsu.5 Deksametason adalah obat kortikosteroid yang sering digunakan dan diresepkan terutama sebagai anti-inflamasi.6


(16)

Pasar pramuka adalah salah satu pusat perdagangan obat terbesar di Jakarta. Selama ini Pramuka menjadi sasaran konsumen terutama dari golongan kelas menengah ke bawah karena toko obat di Pramuka memang sanggup menjual obat baik generik atau paten jauh lebih murah dibandingkan dengan tempat lain. Selain itu dari hasil penelitian BPOM tahun 2005 di Pasar Pramuka didapatkan bahwa dari 222 toko obat di Pasar Pramuka, hanya 33 unit atau 15% saja yang memiliki izin. Toko obat tidak berizin inilah yang dicurigai menjadi sasaran utama sindikat peredaran obat palsu lokal.7

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian tentang skrining panjang gelombang serapan maksimum tablet deksametason yang dijual di Pasar Pramuka dengan Spektrofotometer UV-Vis.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Apakah deksametason yang dijual di pasar pramuka memiliki panjang gelombang serapan maksimum sesuai dengan standar yang ditetapkan Farmakope Indonesia ?

1. 3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui adanya tablet deksametason di Pasar Pramuka yang tidak sesuai standar panjang gelombang serapan maksimum yang ditetapkan Farmakope Indonesia

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui panjang gelombang serapan maksimum deksametason standar.

2. Mengetahui panjang gelombang serapan maksimum sampel.

3. Membandingkan panjang gelombang serapan maksimum obat deksametason sampel dengan deksametson standar.


(17)

4. Mengetahui persentase sampel yang tidak sesuai standar panjang gelombang serapan maksimum deksametason pada Farmakope Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian khususnya dalam menganalis panjang gelombang serapan maksimum deksametason. Selain itu, penelitian ini juga sebagai prasyarat untuk menempuh jenjang pendidikan klinik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

I.4. 2. Bagi Institunsi

Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai perhitungan kadar tablet deksametason yang dijual di pasar pramuka. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi BPOM untuk selalu mengawasi peredaran obat palsu dan mengurangi peredarannya.

1.4.3. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini juga diharapkan bisa memberikan informasi kepada masyarakat tentang gambaran obat palsu yang beredar di Pasar Pramuka agar masyarakat lebih berhati-hati dalam membeli obat. Serta menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk membeli obat di apotek resmi dan memiliki izin dari Dinas Kesehatan.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obat

Obat dapat didefinisikan sebagai semua senyawa kimia yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit, mengurangi rasa sakit, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu.8

Menurut UU RI No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, obat adalah bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.9

Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.10

2.2 Obat Palsu

2.2.1. Definisi Obat Palsu

Definisi obat palsu berdasarkan Permenkes No.1010/menkes/Per/XI/2008 adalah obat yang diproduksi oleh yang tidak berhak berdasarkan peraturan perundang-undangan atau produk obat dengan penandaan yang meniru identitas obat lain yang telah mendaftarkan izin edar.11

Obat palsu merupakan obat yang dengan sengaja dan curang diberi penandaan yang tidak benar berkenaan dengan identitas dan sumbernya. Pemalsuan dapat dilakukan baik pada obat dengan merek dagang maupun obat generik.4

Obat palsu dapat meliputi obat dengan kandungan bahan aktif yang tidak benar, obat tanpa kandungan zat aktif, obat dengan jumlah kandungan zat aktif yang tidak sesuai, dan obat dengan pengemasan yang palsu.4


(19)

2.2.2. Upaya Memberantas Peredaran Obat Palsu

2.2.2.1. Apotek Rakyat

Pemerintah akhirnya mengambil tindakan untuk memberantas peredaran obat palsu dan illegal yaitu dengan pembentukan Apotek Rakyat di Pasar Pramuka melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan N0.184/2007. Apotek rakyat ini dibentuk untuk memperluas akses obat murah dan terjamin kepada masyarakat.12

Apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan pembekalan kesehatan dan tidak melakukan peracikan obat.12

Toko-toko obat di pasar pramuka yang telah menjadi apotek rakyat wajib mengantongi sertifikat atau izin dinas kesehatan kabupaten setempat, untuk memperoleh izin tersebut tidak di pungut biaya. Pedagang eceran obat dapat merubah status menjadi apotek rakyat. Pedagang eceran disini dapat merupakan satu atau gabungan dari paling banyak empat pedangang ecer. Dalam pelayanan kefarmasiannya apotek rakyat harus mengutamakan obat generik, dilarang menyediakan Narkotika dan Psikotropika, meracik obat dan menyerahkan obat dalam jumlah besar.12

Standar dan Persyaratan Apotek Rakyat antara lain: 12

 Dari segi ketenagaan apotek rakyat harus memiliki seorang apoteker sebagai penanggung jawab dan dapat dibantu oleh asisten apoteker.

 Sarana dan prasarana yang terdiri dari komoditi yaitu apotek rakyat dapat menyimpan dan menyerahkan obat-obatan yang tergolong obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas dan perbekalan rumah tangga, kemudian ketersediaan lemari obat, lingkungan yang mudah diakses oleh masyarakat dan memiliki papan nama sebagai apotek rakyat yang berisi antara lain: nama apotek rakyat, nama apotek penanggung jawab serta ijin apotek rakyat.

 Pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaaan, pengadaan, dan penyimpanan.

 Pelayanan terdiri atas pelayanan resep dan penyerahan obat yang dilakukan apoteker.


(20)

Diharapkan dengan perubahan toko-toko obat di Pasar Pramuka menjadi apotek rakyat dapat memutus rantai perdangangan obat palsu dan agar setiap obat yang beredar di Pasar Pramuka tersebut dapat terjamin kualitasnya.

2.2.2.2. S.T.O.P dengan C.I.N.T.A

International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG), suatu organisasi nirlaba yang beranggotakan 26 perusahaan farmasi multinasional berbasis riset di Indonesia juga menyadari bahwa peredaran obat palsu masih banyak di masyarakat. Organisasi ini membuat slogan S.T.O.P yang merupakan

singkatan dari ”Supaya Terhindar Obat Palsu” dengan cara C.I.N.T.A, yang merupakan singkatan dari ”Cermati kemasan dan obatnya, ingat untuk merusak kemasan lama, niat hidup lebih sehat, tempat membeli obat di apotek, dan ajak semua untuk saling mengingatkan”. Dengan mensosialisasikan slogan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap peredaran obat palsu dan memberikan cara untuk menghindari obat palsu.13

2.3. Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis, atau atas angiotensin II.14

Kortikosteroid dan turunan sintetisnya yang aktif secara biologis memiliki aktivitas metabolisme (glukokortikoid) dan aktivitas pengaturan elektrolit (mineralokortikoid) yang berbeda. Senyawa-senyawa ini digunakan pada dosis fisiologis untuk terapi pengganti jika produksinya dalam tubuh terganggu. glukokortikoid merupakan supresor kuat terhadap radang, dan penggunaanya untuk sejumlah besar penyakit radang dan autoimun menjadikannya salah satu golongan obat yang paling sering diresepkan.6

2.4. Deksametason

Deksametason adalah salah satu kortikosteroid sintesis dengan aktivitas glukokortikoid yang sangat tinggi sedangkan aktivitas mineralokortikoid yang


(21)

rendah; sehingga digunakan untuk kondisi yang memerlukan kortikosteroid tinggi tanpa retensi cairan yang membahayakan dan memiliki aktivitas imunosupresan serta efek anti-inflamasi.6

2.4.1 Sifat Fisikokimia

Rumus Struktur :

Gambar 2.1 Struktur Molekul Deksametason

Sumber: Sweetman, Sean C, 2009

Nama Kimia :9-Fluoro-11B,17,21-trihidroksi-16-metilpregna-1,4-diena-3,20-dion

Rumus molekul : C22H29FO5 Berat molekul : 392,47

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam aseton, dalam etanol, dalam dioksan dan dalam metanol; sukar larut dalam kloroform; sangat sukar larut dalam eter. 15

Identifikasi

Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 100.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti Deksametason BPFI, daya serap masing-masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 239 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0 %.15


(22)

2.4.2. Farmakokinetika

Pada pemberian oral diabsorpsi cukup baik, untuk mencapai kadar tinggi dengan cepat dalam cairan tubuh diberikan secara IV dan untuk mendapatkan efek lama diberikan secara IM. Perubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi, mula kerja dan lama kerja karena juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor, dan ikatan protein. Glukokortikoid dapat diabsorpsi secara sistemik dari tempat pemberian lokal, seperti ruang sinovial, kantung konjungtiva, kulit dan saluran pernafasan.6 Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan efek sistemik, antara lain supresi korteks adrenal.16

Kortisol pada keadaan normal, 90 % terikat pada 2 jenis protein yaitu globulin pengikat kortikosteroid dan albumin. Kehamilan atau penggunaan estrogen dapat meningatkan kadar globulin pengikat kortikosteroid, kortisol plasma, total dan kortisol bebas. Kortisol dimetabolisme di hati menjadi bentuk inaktif dan diekskresikan melalui urin 17

2.4.3. Farmakodinamika

A. Mekanisme Kerja

Golongan glukortikoid dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel jaringan melalui membran plasma secara difusi di jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel jaringan dan membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini merupakan perantara efek fisiologik steroid. Pada beberapa jaringan, misalnya hepar, hormon steroid merangsang transkripsi dan sintesis protein spesifik.16

B. Efek Fisiologis

Glukokortikoid mempunyai efek yang luas karena mempengaruhi fungsi kebanyakan sel di dalam tubuh. konsekuensi metabolisme utama dari sekresi atau pemberian glukokortikoid disebabkan oleh kerja langsung hormon ini di dalam sel.18


(23)

C. Efek Metabolisme

Glukokotikoid mempunyai efek penting yang berhubungan dengan dosis terhadap metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Glukokortikoid merangsang dan diperlukan untuk glukoneogenesis pada keadaan puasa dan diabetes. Di hati, glukokortikoid meningkatkan penimbunan glikogen sintase dan meningkatkan produksi glukosa dari protein. Peningkatan kadar glukosa serum merangsang pelepasan insulin Glukokortikoid menghambat ambilan glukosa oleh sel lemak, yang menyebabkan peningkatan lipolisis. Peningkatan sekresi insulin merangsang lipogenesis, yang menyebabkan peningkatan penimbunan lemak.6 D. Efek Katabolik

Efek katabolik terhadap tulang merupakan penyebab osteoporosis pada sindrom Cushing dan glukokortikoid dalam jumlah berlebih pada anak-anak dapat mengurangi pertumbuhan. 18

E. Efek Anti-inflamasi dan Imunosupresi

Kortisol dan analog sintetiknya dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia, mekanik, atau alergen. Secara mikroskopik obat ini menghambat fenomena inflamasi dini yaitu edema, deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan aktivitas fagositosis. Selain itu juga dapat menghambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut yaitu proliferasi kapiler dan fibroblast, pengumpulan kolagen dan pembentukan sikatriks. Hal ini karena efeknya yang besar terhadap konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit perifer dan juga disebabkan oleh efek supresinya terhadap

cytokyne dan chemokyne inflamasi serta mediator inflamasi lipid dan glukolipid lainnya. Inflamasi, tanpa memperhatikan penyebabnya, ditandai dengan ekstravasasi dan infiltrasi leukosit kedalam jaringan yang mengalami inflamasi. Peristiwa tersebut diperantarai oleh serangkaian interaksi yang komplek dengan molekul adhesi sel, khususnya yang berada pada sel endotel dan dihambat oleh glukokortikoid.16

Sesudah pemberian dosis tunggal glukokortikoid dengan masa kerja pendek, konsentrasi neutrofil meningkat, sedangkan limfosit, monosit dan eosinofil dan basofil dalam sirkulasi tersebut berkurang jumlahnya. Perubahan tersebut menjadi maksimal dalam 6 jam dan menghilang setelah 24 jam.


(24)

Peningkatan neutrofil tersebut disebabkan oleh peningkatan aliran masuk ke dalam darah dari sum-sum tulang dan penurunan migrasi dari pembuluh darah, sehingga menyebabkan penurunan jumlah sel pada tempat inflamasi.18

Glukokortikoid dapat menyebabkan vasokonstriksi apabila digunakan langsung pada kulit, yang diduga terjadi dengan menekan degranulasi sel mast. Glukokortikoid juga menurunkan permeabilitas kapiler dengan menurunkan jumlah histamin yang dirilis oleh basofil dan sel mast. Efek anti-imun glukokortikoid, aktivasi komplemen tidak berubah, tetapi efeknya dihambat. Produksi antibodi dapat dipengaruhi oleh dosis besar steroid. Pada transplantasi, steroid mengurangi pelepasan antigen dari jaringan yang dicangkokkan, menunda revaskularisasi, dan mempengaruhi sensitisasi sel pembentuk antibodi. 18

2.4.4. Sediaan

Sediaan oral tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg, 0,7 mg, 1mg, 2 mg, 4 mg, dan 6 mg. Dalam bentuk eliksir 0,5 mg/5 mL.18 Sedian parenteral yaitu 4 mg/mL. selain itu, deksametason juga tersedia untuk penggunaan topikal 0.01-0.1% dan topikal untuk mata 0,1%.16

2.4.5. Dosis

Pemberian oral pada anak-anak: 6 μg /kg - 85μg /kg sekali, 24 μg /kg -340 μg /kg sehari. Pemberian oral pada dewasa: 0,5 mg -2 mg sehari.19

2.4.6. Indikasi

Deksametason digunakan sebagai imunosupresan atau antialergi, anti-inflamasi pada keadaan-keadaan yang memerlukan terapi dengan glukokortikoid yaitu reaksi alergi, seperti asma bronkial, dermatitis atopik, alergi obat, rinitis alergi. Gangguan kolagen, seperti reumatik, karditis akut, lupus eritematosus sistemik. Reumatik, seperti rematoid arthritis, ankilosing spondilitis, arthritis gout akut. Gangguan dermatologik, seperti eksim, neurodermatitis. Alergi dan inflamasi akut dan kronik pada mata, seperti konjungtivitis, keratitis, neuritis optik. Gangguan pernafasan, seperti gejala-gejala, pneumonitis. Gangguan hematologik, seperti trombositopenia. Gangguan neoplastik, seperti leukemia,


(25)

limfoma. Gangguan gastrointestinal, seperti kolitis, enteritis. Edema serebral. Sebagai terapi pengganti pada insufisiensi adrenal, dan hiperplasia adrenal kongenital serta digunakan untuk tujuan diagnostik pada sindrom Cushing.19,20

2.4.7. Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap deksametason atau komponen lain dalam formulasi; infeksi jamur sistemik, cerebral malaria; jamur, atau penggunaan pada mata dengan infeksi virus (active ocular herpes simplex). Pemberian kortikosteroid sistemik dapat memperparah sindrom Cushing. Pemberian kortikosteroid sistemik jangka panjang atau absorpsi sistemik dari preparat topikal dapat menekan hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) dan atau manifestasi sindrom Cushing pada beberapa pasien. Namun risiko penekanan HPA pada penggunaan deksametason topikal sangat rendah. Insufisiensi adrenal akut dan kematian dapat terjadi apabila pengobatan sistemik dihentikan mendadak.20 Obat-obat kortikosteroid harus digunakan dengan sangat hati-hati pada penderita ulkus peptikum, penyakit jantung atau hipertensi dengan gagal jantung kongestif, infeksi, psikosis, diabetes, osteoporosis, glaukoma.18

2.4.8. Efek Samping

Efek samping yang timbul dapat timbul akibat pemberian terus menerus dengan dosis besar atau karena penghentian pengobatan tiba-tiba. Efek ini menyerupai gejala dari suatu gangguan yang disebakan oleh produksi kortisol yang berlebihan, yakni sindrom cushing. Gejala awal sindrom ini adalah retensi cairan di jaringan- jaringan yang menyebabkan naiknya berat badan dengan pesat, muka menjadi bundar atau moon face, kaki dan tangan gemuk. Selain itu terjadi penumpukan lemak di bahu dan tengkuk. Kulit menjadi tipis dan kulit mudah terluka.21

Efek samping ke organ-organ antara lain. Mata: katarak subskapular posterior, peningkatan tekanan intaraokular, glaukoma dengan kerusakan nervus optikus, pengurangan daya penglihatan, infeksi sekunder, eksoftalmus. Kardiovaskular: tromboemboli, aritmia, sinkop, hipertensi, ruptur miokardium, gagal jantung kronik. Sistem Saraf Pusat : kejang, vertigo, sakit kepala, neuritis,


(26)

psikosis. Efek pada saluran pencernaan antara lain pankreatitis, distensi abdominal, esophagitis ulseratif, mual, muntah, peningkatan nafsu makan dan peningkatan berat badan. Ulkus peptikum dengan perforasi dan perdarahan, perforasi usus.19

Sistem reproduksi: peningkatan atau pengurangan jumlah dan motilitas sperma. Hematologik: leukositosis. Efek musculoskeletal: kelemahan otot, miopati, kehilangan massa otot, osteoporosis, fraktur spontan. Kelainan sistem endokrin: siklus menstruasi tidak teratur, cushingoid state, supresi pertumbuhan pada anak-anak, penurunan toleransi karbohidrat, hiperglikemia, glikosuria, peningkatan kebutuhan insulin atau sulfonilurea pada pasien diabetes, peningkatan atau penurunan gejala infeksi, leukositosis, kelelahan, insomnia.19

Efek pemberian topikal seperti rasa terbakar, gatal, iritasi, eritema, kulit kering, folikulitis, pruritus, dermatitis perioral, dermatitis kontak alergi, kulit terasa kencang, nyeri dan pecah-pecah. Infeksi sekunder, atrofi kulit, striae, miliaria, telangiektasia.19

Efek lainnya dapat terjadi tromboembolisme, penurunan respon terhadap toksoid dan vaksin hidup atau terinaktivasi, peningkatan kerentanan terhadap gejala infeksi dan penyaruan gejala infeksi.22

2.4.9. Interaksi Obat

Interaksi deksamethason dengan Obat Lain: 23,24,25

a. Aminoglutethimide : Dapat menurunkan kadar atau efek deksametason b. Antikolinesterase : Pemberian bersama akan menimbulkan rasa lemah

pada penderita myasthenia gravis

c. Antiinflamasi non steroid : hati-hati karena meningkatkan efek samping pada saluran pencernaan

d. Aspirin : efek aspirin berkurang, resiko perdarahan lambung dan pembentukan tukak

e. Barbiturat : akan menurunkan kadar efek deksametason f. Estrogen : meningkatkan kadar kortikosteroid.

g. Fenitoin : efek kortikosteroid berkurang


(27)

i. Pil KB : efek kortikosteroid dapat meningkat , efek merugikan akibat terlalu banyak glukokortikoid : berat badan bertambah, menurunnya daya tahan tubuh

j. Rifampisin : menurunkan kadar atau efek deksametason.

k. Vaksin (mati) : Deksametason menurunkan efek vaksin. Pada pasien dengan terapi kortikosteroid lebih14 hari, tunggu setidaknya 1 bulan sebelum diberikan imunisasi.

l. Vaksin hidup : Deksametason meningkatkan risiko infeksi. Penggunaan vaksin hidup kontraindikasi pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah.

2.5. Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis adalah analisis kuantitatif dan kualitatif spesies kimia dengan pengukuran absorbansi atau transmittansi dalam spektroskopi. Dasar dari spektrofotometri ultraviolet-visible adalah penyerapan molekuler elektronik dalam larutan. Penggunaan spektrofotometri UV-Vis salah satunya adalah untuk analisis kualitatif penetapan kadar atau kandungan bahan aktif dalam sediaan obat.26

Spektrofotometer UV-Vis merupakan Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm. Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200 – 400 nm, sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400 – 800 nm. Spektrofotometer yang digunakan untuk pengukuran harus dikalibrasi dengan baik terhadap skala panjang gelombang dan absorbansinya. Demikian juga, untuk kalibrasi suatu instrument dilakukan pengecekan terhadap resolusi spektra dan adanya penyesatan sinar (stray radiation).27

Pada spektrofotometer Uv-vis didapatkan serapan sinar tampak dan ultraviolet oleh suatu molekul yang akan menghasilkan transisi di antara tingkat energi elektronik molekul. Transisi tersebut pada umumnya antara orbital ikatan (bonding) atau orbital pasangan bebas (non-bonding) dan orbital bukan ikatan atau orbital anti ikatan (anti bonding). Panjang gelombang serapan yang didapat


(28)

merupakan ukuran perbedaan tingkat-tingkat energi dari orbital yang bersangkutan. Kegunaan spektrofotometer ultraviolet dan tampak ini terletak pada kemampuannya mengukur jumlah ikatan rangkap atau konjugasi aromatik dan perluasannya, yaitu elektron sunyi pada oksigen yang terdapat di dalam suatu molekul28.

2.5.2. Komponen Spektrofotometer UV-Vis

Komponen-komponen dari spektrofotometer UV-Vis meliputi sumber-sumber sinar, monokromator, dan sistem optik. 29

1. Sumber-sumber lampu yaitu lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang gelombang dari 190 – 350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang antara 350 – 900 nm

2. Monokromator digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan

instrumen melewati spektrum.

3. Optik-optik dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber sinar melewati 2 kompartemen, suatu larutan blanko dapat digunakan dalam suatu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau spektrum sampel. Larutan yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam spektrofotometer adalah semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi

4. Pengatur Intensitas Berfungsi untuk mengatur intensitas sinar yang dihasilkan oleh sumber cahaya agar sinar yang masuk tetap konstan. 5. Kuvet; kuvet yang digunakan untuk daerah sinar tampak adalah kuvet

kaca, sedang untuk daerah UV digunakan kuvet kuarsa.

6. Detektor; fungsi detektor adalah untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding dengan besaran yang dapat diukur. Adapun syarat-syarat ideal sebuah detektor adalah :


(29)

 Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi  Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.  Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.

 Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi 7. Penguat (amplifier); Komponen yang satu ini berfungsi untuk

memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar dapat dibaca oleh indikator.

8. Indikator; dapat berupa recorder dan komputer. Peneliti menggunakan adalah komputer beserta program perekam di dalamnya.

2.5.3. Cara Kerja Spetrofotometri UV –Vis

Gambar 2.2. Mekanisme Kerja Spektrofotometer

Sumber: http://www.chemguide.co.uk/analysis/uvvisible/spectrometer.gif

Keterangan Gambar: 28

1. Sumber sinar yang diperlukan adalah sumber sinar yang menyediakan seluruh spektrum tampak dan ultra-ungu dekat sehingga didapatkan spektrum pada daerah 200 nm – 800 nm. Karena alasan tersebut maka sumber sinar yang digunakan adalah kombinasi dari lampu deutrium untuk mendapatkan spektrum UV dan lampu tungsten/halogen untuk mendapatkan spektrum


(30)

tampak. Kemudian hasil kombinasi kedua lampu tersebut difokuskan pada kisi difraksi. Tanda panah biru menunjukan jalur berbagai panjang gelombang sinar diteruskan dengan arah yang berbeda. Celah (slit) hanya menerima sinar pada daerah panjang gelombang yang sangat sempit untuk diteruskan ke spektrometer. Sinar datang dari kisi difraksi dan celah akan mengenai lempeng putar dan satu dari tiga hal berikut dapat terjadi:

2. Jika sinar mengenai bagian transparan, sinar akan mengarah langsung dan melewati sel yang mengandung sampel. Kemudian dipantulkan oleh cermin ke lempeng putar kedua. Lempeng ini berputar ketika sinar datang dari lempeng yang pertama, sinar akan mengenai bagian cermin lempeng kedua yang kemudian memantulkannya ke detektor. Selanjutnya mengikuti jalur merah pada diagram diatas.

3. Jika berkas asli sinar dari celah mengenai bagian cermin lempeng putar pertama, berkas akan dipantulkan sepanjang jalur hijau. Setelah cermin, sinar melewati sel referens. Akhirnya sinar mencapai lempeng kedua yang berputar, sehingga sinar mengenai bagian transparan. Selanjutnya akan melewati detektor.

4. jika sinar mengenai bagian hitam lempeng pertama, sinar akan dihalangi dan untuk sesaat tidak ada sinar yang melewati spektrometer. Komputer akan memproses arus yang dihasilkan oleh detektor karena tidak ada sinar yang masuk.

Sel sampel dan referensberupa wadah gelas atau kuarsa kecil, sering juga dibuat sedemikian rupa sehingga jarak yang dilalui berkas sinar adalah 1 cm. Sel sampel berisi larutan materi yang akan diuji. Pelarut dipilih yang tidak menyerap sinar secara signifikan pada daerah panjang gelombang yang digunakan (200 – 800 nm). Sel referens hanya berisi pelarut murni. 28

Kemudian detektor mengubah sinar yang masuk menjadi arus listrik. Arus lebih tinggi jika intensitas sinarnya lebih tinggi. Untuk tiap panjang gelombang sinar yang melewati spektrometer, intensitas sinar yang melewati sel referens dihitung. Biasanya disimbolkan sebagai Io dengan I adalah intensitas. Intensitas sinar yang melewati sel sampel juga dihitung untuk panjang gelombang tersebut disimbolkan, I. Jika I lebih kecil dari Io, berarti sampel menyerap sejumlah sinar.


(31)

Kemudian dikalkulasikan oleh komputer untuk mengubahnya menjadi apa yang dinamakan absorbansi sampel, disimbolkan A. Berikut ini merupakan hubungan antara A dan dua intensitas adalah:28

Gambar 2.3. Hubungan antara A dengan Intensitas.

Sumber: http://www.chemguide.co.uk/analysis/uvvisible/spectrometer.gif

Kemudian akan didapatkan absorbansi berkisar dari 0 sampai 1, tetapi dapat pula nilai absorbansi lebih dari 1. Absorbansi 0 pada suatu panjang gelombang artinya bahwa tidak ada sinar yang diserap pada panjang gelombang tersebut. Intensitas berkas sampel dan referens sama, sehingga perbandingan Io/I adalah 1.

log10 dari 1 adalah nol. Sedangkan absorbansi 1 terjadi jika 90% sinar pada

panjang gelombang yang ada diserap, berarti 10% sinar tidak diserap.28

Setelah didapatkan nilai absorbansi, maka nilai panjang gelombang dengan nilai absorbansi dapat di plotkan dalam satu grafik dengan perekam grafik. Berikut adalah contoh gambaran dari perekam grafik: 28

Gambar 2.4. Contoh gambaran perekam grafik


(32)

2.6. Kerangka Konsep

Pada kerangka konsep ini dijelaskan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi panjang gelombang serapan maksimum deksametason sampel. Faktor-faktor tersebut diantaranya: kandungan deksametason, pelarut, vehikulum, proses pembuatan tablet. Penelitian kali ini tidak dibahas pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap panjang gelombang serapan maksimum deksametason. Penelitian kali ini hanya bersifat skrining panjang gelombang, yaitu hanya melihat panjang gelombang serapan maksimum berdasarkan hasil pengukuran spektrofotometer UV-Vis. Berikut bagan kerangka konsep pada penelitian ini:

: Diteliti pada penelitian ini

: tidak diteliti pada penelitian ini

Bagan 2.1. Skema Kerangka Konsep Penelitian Panjang Gelombang

Serapan maksimal Sampel

 Kadar Deksametason  Pelarut

 Vehikulum

 Proses pembuatan tablet

Spektrofotometer Uv-Vis

Tidak Sesuai Standar Sesuai Standar


(33)

2.7. Definisi Operasional

Variabel Pengukur Alat Ukur Cara Pengukuran Skala

Pengukuran 1. Panjang

Gelombang Serapan Maksimum

Peneliti Spektrofotometer

UV-Vis Hitachi U910

Sesuai dengan prosedur baku pengukuran panjang gelombang: Dibagi atas;

 Sesuai: ± 3% dari panjang gelombang serapan maksimum standar

 Tidak sesuai: < 3% dan >3% dari panjang gelombang serapan maksimum standar

Katagorik Nominal


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Peneliti menggunakan desain deskriptif katagorik

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakokinetik dan Farmasetika Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri pada Bulan Februari dan Bulan Agustus tahun 2011. Pengambilan sampel dilakukan di Pasar Pramuka pada bulan Februari 2011.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah tablet deksametason yang dijual di seluruh toko obat di Pasar Pramuka

3.3.2. Populasi Target

Populasi target penelitian ini adalah tablet deksametason yang tersedia di toko obat di Pasar Pramuka

3.3.3. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah obat- obat deksametason 0,5 mg yang dijual oleh toko-toko obat di Pasar Pramuka. Sampel deksametason dari merk generik dan paten diambil dari toko-toko obat di Pasar Pramuka. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Februari 2011. Cara pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah simple random sampling. Peneliti memilih secara acak toko-toko obat tersebut, dan menganggap semua subjek penelitian adalah homogen. Pengambilan sampel dilakukan tanpa memberikan inform consent. Hal ini dimaksudkan untuk validitas data yang diambil.


(35)

3.3.4. Jumlah Sampel

jumlah sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus deskriptif katagorik , yaitu : 30

N = Zα² x P x Q

Ket :

N adalah jumlah sampel

Zα adalah deviat baku alfa, α 5% (Zα = 1,96)

P adalah merupakan proporsi dari kategori variabel yang diteliti, 25%. Diambil dari persentasi obat palsu di Indonesia menurut laporan USTR pada 2008 lalu.1 adalah 1-P (75%)

D adalah presisi, merupakan kesalahan penilitian yang masih bisa diterima untuk memprediksi proporsi yang akan diperoleh. presisi yang bergantung pada keputusan peneliti. peneliti menetapkan untuk mengambil nilai 10% .

Dengan demikian jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini adalah:

N = Zα² x P x Q

= (1,96)² x 0,25 x 0,75 0.1²

= 73

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel sebanyak 73 sampel.

3. 3. 5. Kriteria Sampel 3.3. 5. 1. Kriteria Inklusi

Tablet deksametason 0,5 mg yang dijual di toko-toko obat di Pasar Pramuka

3.3. 5. 2. Kriteria Ekslusi

 Tablet deksametason 0,5 mg yang tidak tersedia di toko obat di pasar Pramuka


(36)

 Tablet deksametason dengan campuran desklofeniramin maleat  Tablet deksametason 0,5 mg yang sudah kadaluarsa.

3.4. Cara Kerja Penelitian

Penelitian dilakukan dengan cara membeli tablet deksametason 0,5 mg di Pasar Pramuka. Pengambilan sampel dilakukan tanpa memberikan inform consent. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya bias. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling.

3.4.1. Alur Penelitian

Persiapan mesin Spektrofotometri UV-Vis

Pembuatan simpulan

Bagan 3.1 Alur Penelitian

Pengambilan sampel deksametason di Pasar Pramuka

Pembacaan panjang gelombang serapan maksimum standar dan sampel

Analisis Data Sentrifugasi larutan obat

mendapatkan serum Pembuatan larutan

Penggerusan sampel

Input data ke SPSS 16.0


(37)

3.4.2. Cara Kerja

3.4.2.1. Persiapan Penelitian

Alat

Alat-alat yang digunakan adalah satu unit alat Spektrofotometer UV-Visible (Hitachi U2910), seperangkat komputer (Hp, Windows Xp), tabung reaksi, pipet (Nichipet Ex), stamper, alu, gelas beker, rak tabung reaksi, vortex

(SRS710HA Advantec), dan mesin sentrifuge (Hettich EBA 21).

Bahan

Bahan uji yang digunakan adalah deksametason standart, 73 sampel obat deksametason yang di dapat dari Pasar Pramuka, metanol, dan aquades.

3.4.2.2. Pembuatan larutan Deksametason Standar

Pembuatan larutan deksametason standar ini menggunakan metode sesuai yang telah ditetapkan Farmakope15 dan penelitian sebelumnya yang dilakukan Friedrich,31 dengan sedikit modifikasi. Timbang sejumlah deksametason standar, larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.Lakukan homogenisasi dengan vortex. Tambahkan aquades ke dalam tabung. Dengan perbandingan metanol dan aquades (1:2) Kemudian lakukan homogenisasi dengan vortex kembali. Pemberian aquades ini dimaksudkan untuk mencegah penguapan larutan. Langkah selanjutnya, lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 3 menit. Sentrifugasi dimaksudkan agar partikel yang tidak larut bisa mengendap dan tidak menjadi pengganggu pada saat pembacaan panjang gelombang serapan maksimum pada spektrofotometer UV-Vis.

3.4.2.3. Pembuatan Larutan Deksametason Sampel

Pembuatan larutan deksametason sampel ini menggunakan metode sesuai yang telah ditetapkan Farmakope15 dan penelitian sebelumnya yang dilakukan Friedrich,31 dengan sedikit modifikasi. Setiap satu tablet deksametason 0,5 mg digerus dengan stamper sampai halus. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi dilarutkan dengan metanol. Kemudian homogenisasi dengan vortex. Tambahkan aquades dalam tabung. Dengan perbandingan


(38)

metanol dan aquades (1:2) Pemberian aquades ini dimaksudkan untuk mencegah penguapan larutan Kemudian kembali kocok menggunakan vortex. Setelah itu, lakukan sentrifugasi selama 3 menit dengan kecepatan 2000 rpm. Sentrifugasi dimaksudkan agar partikel yang tidak larut bisa mengendap dan tidak menjadi pengganggu pada saat pembacaan panjang gelombang serapan maksimum pada spektrofotometer Uv-Vis.

3.4.2.4. Penyiapan Alat Spektrofotometri UV-Visible

Penggunaan spektrofotometer UV-Vis ini berdasarkan metode yang telah ditetapkan oleh Clarke.26 Secara singkat penggunan spektrofotometri UV-Vis sebagai berikut:Nyalakan mesin spektrofotometer UV-Vis yang telah terhubung dengan komputer. Spektrofotometer UV-Vis ini memerlukan waktu 30 menit setelah dinyalakan sebelum digunakan untuk mengukur panjang gelombang larutan. Setelah 30 menit mesin menyala, lakukan pengaturan metode yang akan dipilih, dibuat kurva serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm. Sebelum melakukan pengukuran, dilakukan penetapan base line. Penetapan base line

dilakukan menggunakan blanko.

3.4.2.5.Pembacaan Gelombang Serapan Maksimum Deksametason Standar

Siapkan salah satu tabung kuvet yang akan digunakan, isi kuvet dengan larutan deksametason standar sebanyak 3,5 mL dengan menggunakan pipet. Masukkan kuvet tersebut ke dalam mesin spektrofotometer UV-Vis Kemudian lakukan pembacaan panjang gelombang serapan maksimum dengan rentang 200-400 nm.

3.4.2.6. Pembacaan Gelombang Serapan MaksimumDeksametason sampel

Siapkan salah satu tabung kuvet yang akan digunakan, isi kuvet dengan

larutan deksametason standar sebanyak 3,5 mL dengan menggunakan pipet. Masukkan ke dalam mesin spektrofotometer UV-Vis. Kemudian lakukan pembacaan panjang gelombang serapan maksimum dengan rentang 200-400 nm.


(39)

3.5. Managemen Data

3.5.1. Teknik Pengumpulan Data

 Pengumpulan data dilakukan saat penelitian pada bulan Februari 2011 dan Agustus 2011.

 Data yang diperoleh, yaitu data yang didapatkan berdasarkan pembacaan panjang gelombang dengan spektrofotometer Uv-Vis.

3.5.2. Pengolahan Data

Data yang didapatkan diedit dan dikoding untuk kemudian dimasukkan dan dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS versi 16.0 dekskriptif.

3.5.3. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dengan menampilkan gambaran panjang gelombang serapan maksimum deksametason standar dan sampel dan kemudian di analisis berdasarkan standar deviasi yang telah ditetapkan Farmakope Indonesia.15

3.5.4. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks, tabel

3.5.5. Pelaporan Hasil Penelitian

Hasil penelitian dibuat dalam bentuk makalah laporan penelitian yang dipresentasikan di hadapan staf pengajar Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Sampel

Penelitian tentang skrining panjang gelombang serapan maksimum Deksametason yang dijual di Pasar Pramuka dengan metode spektrofotometer UV-Vis dilaksanakan selama satu bulan di Pasar Pramuka dan di Laboratorium Farmakokinetik dan Farmasetika Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengambilan sempel penelitian dilakukan pada awal bulan Februari 2011.

Pada penelitian ini dilakukan dua kali skrining pada sampel penelitian untuk mendapatkan hasil pengukuran panjang gelombang serapan maksimum yang valid. Skrining pertama sampel dilakukan pada pertengahan bulan Februari 2011 dan skrining kedua dilakukan pada bulan Agustus 2011.

Penelitian ini menggunakan obat deksametason di Pasar Pramuka baik generik maupun paten sebagai sampel penelitian. Pengambilan sample dilakukan dengan metode simple random sampling dan tanpa memberikan inform consent. Pada saat pengambilan sampel, terdapat beberapa toko yang tidak menjual deksametason dan beberapa toko diantaranya tutup, sedangkan dari beberapa toko yang tidak menjual deksametason dan beberapa toko tutup tersebut merupakan tempat pengambilan sampel pada penelitian ini. Karena hal tersebut, peneliti mengganti toko yang tidak menjual deksametason dan toko tutup tersebut dengan toko terdekat yang menjual deksametason dan toko terdekat yang buka.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Deksametason

Standar

Penelitian diawali dengan mengukur panjang gelombang serapan maksimum deksametason standar sebagai tolak ukur dalam penelitian. Deksametason standar tersebut peneliti dapatkan dari pabrik obat Wako Jepang bersertifikat dalam bentuk bubuk dan berisi kandungan deksametason murni tanpa bahan tambahan seperti vehikulum dan bahan lainnya. Berdasarkan hasil


(41)

penelitian diperoleh panjang gelombang serapan maksimum deksametason standar terlihat pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Deksametason Standar

Deksametason Standar Hasil Panjang Gelombang

Dexamethason Wako 239.8 nm

Dari tabel 4.1 terlihat bahwa panjang gelombang serapan maksimum deksametason standar adalah 239.8 nm.

4.2.2. Gambaran Hasil Skrining Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Sampel Obat Deksametason

Penelitian ini dilakukan dengan mengukur panjang gelombang serapan maksimum deksametason pada 73 sampel obat yang didapatkan. Dilakukan dua kali pengukuran pada setiap sampel untuk mendapatkan rata-rata (mean) panjang gelombang serapan maksimum sehingga hasil yang didapatkan akan lebih valid.

Setelah didapatkan rata-rata (mean) hasil panjang gelombang serapan maksimum pada skrining pertama dan kedua dilakukan analisis untuk mendapatkan gambaran mengenai sampel penelitian, dalam hal ini peneliti ingin mengetahui sampel penelitian tersebut telah memenuhi standar atau tidak memenuhi standar sesuai teori pada Farmakope Indonesia.

Panjang gelombang serapan maksimum deksametason menurut Farmakope Indonesia edisi IV yaitu 239 nm dengan standar deviasi 3%.15 Bila dalam penelitian kali ini didapatkan hasil panjang gelombang serapan maksimum dari sampel berkisar antara 231.8 nm hingga 246.17 nm maka dapat dikatakan sampel tersebut sesuai dengan standar yang ditetapkan Farmakope Indonesia. Bila hasil panjang serapan maksimum gelombang sampel berbeda lebih 3 % dari 239 nm, maka sampel tersebut dikatakan tidak sesuai standar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran hasil skrining panjang gelombang serapan


(42)

maksimum sampel obat deksametason di pasar pramuka terlihat pada tabel 4.2. berikut:

Tabel 4.2. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Sampel Obat

No. λ 1 max (nm) λ 1 max (nm) Mean (nm) keterangan

1. 237.6 237.0 237.3 sesuai standar

2. 238.0 237.8 237.9 sesuai standar

3. 237.2 237.8 237.5 sesuai standar

4. 247.0 247.0 247.0 tidak sesuai standar

5. 236.0 238.6 237.3 sesuai standar

6. 239.2 239.6 239.4 sesuai standar

7. 239.8 239.0 239.4 sesuai standar

8. 239.8 238.8 239.3 sesuai standar

9. 241.4 240.4 240.9 sesuai standar

10. 239.0 237.0 238.0 sesuai standar

11. 240.2 238.2 239.2 sesuai standar

12. 241.4 241.8 241.6 sesuai standar

13. 239.4 238.6 239.0 sesuai standar

14. 240.0 239.2 239.6 sesuai standar

15. 245.8 243.8 244.8 sesuai standar

16. 239.0 236.0 237.5 sesuai standar

17. 240.8 238.6 239.7 sesuai standar

18. 240.0 235.8 237.9 sesuai standar

19. 239.8 237.2 238.5 sesuai standar

20. 240.2 238.0 239.1 sesuai standar

21. 238.4 239.5 238.95 sesuai standar

22. 239.4 237.6 238.5 sesuai standar

23. 237.4 237.2 237.3 sesuai standar

24. 239.4 240.0 239.7 sesuai standar

25. 239.4 238.8 239.1 sesuai standar

26. 242.6 242.6 242.6 sesuai standar

27. 238.4 239.8 239.1 sesuai standar

28. 239.4 239.4 239.4 sesuai standar

29. 238.8 239.2 239.0 sesuai standar

30. 238.8 239.6 239.2 sesuai standar

31. 237.2 235.6 236.4 sesuai standar

32. 238.8 239.2 239.0 sesuai standar

33. 240.8 239.2 240.0 sesuai standar

34. 238.2 237.6 237.9 sesuai standar

35. 240.4 239.8 240.1 sesuai standar

36. 242.2 241.4 241.8 sesuai standar

37. 242.2 245.5 243.85 sesuai standar

38. 238.0 240.6 239.3 sesuai standar

39. 242.8 240.6 241.7 sesuai standar

40. 240.0 238.5 239.25 sesuai standar

41. 241.6 238.0 239.8 sesuai standar

42. 238.2 235.8 237.0 sesuai standar

43. 238.2 239.0 238.6 sesuai standar

44. 239.0 237.4 238.2 sesuai standar

45. 239.2 239.6 239.4 sesuai standar

46. 240.6 238.0 239.3 sesuai standar


(43)

48. 240.8 238.4 239.6 sesuai standar

49. 240.8 242.8 241.8 sesuai standar

50. 240.8 241.8 241.3 sesuai standar

51. 243.8 243.6 243.7 sesuai standar

52. 239.2 238.0 238.6 sesuai standar

53. 239.8 240.6 240.2 sesuai standar

54. 238.6 239.4 239.0 sesuai standar

55. 238.4 238.0 238.2 sesuai standar

56. 241.8 242.8 242.3 sesuai standar

57. 240.0 239.8 239.9 sesuai standar

58. 239.6 239.2 239.4 sesuai standar

59. 241.4 242.2 241.8 sesuai standar

60. 242.2 240.8 241.5 sesuai standar

61. 238.0 242.0 240.0 sesuai standar

62. 239.2 238.2 238.7 sesuai standar

63. 239.8 238.0 238.9 sesuai standar

64. 240.0 239.0 239.5 sesuai standar

65. 239.0 236.4 237.7 sesuai standar

66. 239.6 239.0 239.3 sesuai standar

67. 241.0 240.4 240.7 sesuai standar

68. 245.2 239.0 242.1 sesuai standar

69. 239.8 238.6 239.2 sesuai standar

70. 245.8 243.0 244.4 sesuai standar

71. 238.6 239.2 238.9 sesuai standar

72. 238.8 239.6 239.2 sesuai standar

73. 239.8 237.4 238.6 sesuai standar

4.2.3. Gambaran Persentase Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Sampel yang Tidak Memenuhi Standar

Setelah dilakukan skrining panjang gelombang serapan maksimum deksametason pada 73 sampel dengan Spektrofotometer UV-Vis didapatkan hasil bahwa dari 73 sampel terdapat 72 sampel (98,6%) yang memenuhi standar dan 1 sampel (1,4%) yang tidak memenuhi standar panjang gelombang serapan maksimum deksametason sesuai yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia. Hal ini terlihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3. Gambaran Persentase Panjang Serapan Maksimum Sampel yang Tidak Memenuhi Standar Pada Sampel di Pasar Pramuka tahun 2011

Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Persentasi (%)

Memenuhi Standar 98.6


(44)

4.3. Pembahasan

Kortikosteroid merupakan obat-obatan yang sangat banyak dipakai. Penggunaan klinis kortikosteroid adalah sebagai terapi substitusi terapi supresi reaksi host versus graft pada transplantasi, kelainan-kelainan neoplastik jaringan limfoid dan terutama sebagai anti-inflammasi sehingga menghambat semua proses peradangan dan mengurangi permeabilitas kapiler.32

Deksametason adalah salah satu kortikosteroid sintetik yang merupakan supresor kuat terhadap radang, dan penggunaanya untuk sejumlah besar penyakit radang dan autoimun menjadikannya salah satu golongan obat yang paling sering diresepkan.6

Banyak pihak yang dirugikan dengan adanya obat palsu, Pasien merupakan korban utama karena kesehatan bahkan kehidupan mereka berada dalam bahaya jika mengkonsumsi obat tanpa jaminan keamanan yang seharusnya mereka dapatkan dari produk farmasi yang sah dan pengawasan peraturan. 4

Pabrik obat yang sah merupakan korban tidak hanya karena kerugian langsung akibat kehilangan penghasilan tetapi juga kepercayaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan menurun, yang mengarah pada kehilangan jumlah penjualan. Reputasi perusahaan dan kesan terhadap produk tersebut menjadi rusak. 4

Pemerintah merupakan korban karena dana yang digunakan untuk membeli obat yang tidak terjamin kemanjuran dan keamanannya, oleh karena itu gagal untuk melaksanakan tujuan pemerintah untuk melindungi kesehatan masyarakat. Pemerintah juga menjadi korban karena kehilangan pendapatan pajak. Tenaga kesehatan professional menjadi korban dengan hilangnya kepercayaan pasien terhadap pelayanan yang diberikan. 4

Menurut WHO, obat palsu adalah obat-obatan yang secara sengaja pendanaannya dipalsukan, baik identitasnya maupun sumbernya. WHO mengelompokkan obat palsu ke dalam lima kategori, yaitu: Produk tanpa zat aktif (API), produk dengan kandungan zat aktif yang kurang, produk dengan zat aktif berbeda, produk yang diproduksi dengan menjiplak produk milik pihak lain dan produk dengan kadar zat aktif yang sama tetapi menggunakan label dengan nama produsen atau negara asal berbeda.33


(45)

Terdapat beberapa cara untuk mengetahui obat palsu, salah satunya adalah dengan mengukur panjang gelombang serapan maksimum zat aktif pada obat tersebut. Pengukuran panjang gelombang serapan maksimum dapat dilakukan dengan Spektrofotometri. Dalam penelitian kali ini digunakan spektrofotometer UV-Vis.26

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Friedrich pada tahun 2009. metode analisis spektrofotometri UV dapat dijadikan satu pemeriksaan yang mudah, sederhana, memerlukan biaya rendah dan dapat menjadi metode alternatif yang memadai untuk uji deksametason dalam tablet.31

Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan hasil, dari 73 sampel obat yang didapat dari pasar pramuka 98,6 % memenuhi standar panjang gelombang serapan maksimum untuk deksametason dan 1,4% dapat dikatakan tidak sesuai standar karena tidak memiliki panjang gelombang serapan maksimum deksametason yang telah ditetapkan oleh Farmakope Indonesia.

Dari hasil tersebut, dapat diperoleh kemungkinan bahwa terdapat 1,4 % deksametason yang beredar di Pasar Pramuka memiliki kandungan obat yang tidak benar, produk dengan zat aktif berbeda ataupun obat tanpa kandungan zat aktif.33

Panjang gelombang serapan maksimum suatu senyawa tentulah berbeda-beda. Apabila terdapat penyimpangan terhadap panjang gelombang serapan maksimum, hal tersebut berarti tidak adanya senyawa tersebut ataupun terdapat senyawa lain didalamnya.

Penelitian kali ini bersifat kualitatif, yaitu dengan melakukan skrining panjang gelombang serapan maksimum pada sampel dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.26 Kemudian hasilnya dianalisis berdasarkan standar deviasi deksametason yang telah ditetapkan oleh Farmakope yaitu berbeda tidak lebih 3% dari 239 nm.15

Walaupun 98,6% sampel telah memenuhi panjang gelombang standar, tidak menutup kemungkinan sampel tersebut merupakan obat palsu. Oleh karena itulah diperlukan penelitian lebih dalam untuk menghitung kadar deksametason sampel.


(46)

Dari hasil penelitian ini terdapat perbedaan bila dibandingkan dengan laporan United States Trade Representative (USTR) pada tahun 2008 yang memperkirakan bahwa 25 % obat yang beredar di Indonesia adalah palsu.1

Perbedaan hasil ini dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perbaikan pada peredaran obat palsu di Indonesia, khususnya di Pasar Pramuka. Hal ini mungkin terjadi karena sudah banyak toko-toko obat di Pasar Pramuka yang telah menjadi apotek rakyat ,sebagaimana keputusan Menteri Kesehatan N0. 184 Tahun 2007 dalam rangka upaya memberantas obat palsu.12

Selain itu International Pharmaceutical Manufacturers (IPMG) mulai melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang obat palsu melalui slogan

“STOP dengan CINTA”. Slogan STOP merupakan singkatan Supaya Terhindar Obat Palsu dengan CINTA yang memiliki kepanjangan dari Cermati kemasan dan obatnya, Ingat untuk merusak kemasan lama, Niat hidup lebih sehat, Tempat membeli obat di apotek, Ajak semua untuk saling mengingatkan. Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini dapat mengedukasi masyarakat untuk berhati-hati membeli obat. 13

4.4. Keterbatasan Penelitian

4.4.1. Variabel Penelitian

Peneliti hanya meneliti satu variabel saja yaitu panjang gelombang serapan maksimum, sebenarnya masih banyak variabel-variabel lain yang dapat dihubungkan dengan obat palsu. Terdapat beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk mengetahui perbedaan obat asli dengan obat palsu, tetapi dalam penelitian kali ini peneliti hanya ingin melihat apakah obat-obat deksametason yang dijiual di pasar pramuka memiliki panjang gelombang serapan maksimum deksametason sesuai yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia.

4.4.2. Sampel Penelitian

Beberapa hal yang menjadi sumber keterbatasan penelitian, yaitu Pada penelitian ini, pengambilan sampel menggunakan metode random pada toko-toko obat di Pasar Pramuka tanpa disertai dengan inform consent. Sebelum pengambilan sampel, peneliti sudah menetapkan toko-toko obat yang akan


(47)

dijadikan subjek penelitian secara random. Namun pada saat pengambilan sampel, tidak semua sampel didapatkan dari toko-toko yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan toko-toko tersebut kehabisan persediaan obat deksametason, beberapa lainnya tidak menjual obat secara eceran dan ada toko yang tutup pada saat hari pengambilan sampel. Sehingga peneliti mencari toko obat lain yang masih dalam Pasar Pramuka untuk mendapatkan sampel penelitian.

Pada saat pengambilan sampel peneliti tidak terlalu memperhatikan status toko-toko obat yang ada di Pasar Pramuka, apakah toko tersebut sudah mempunyai izin atau tidak. Hal ini penting untuk dipertimbangkan mengingat peredaran obat palsu sering berasal dari kios obat yang tidak mempunyai izin.

4.4.3. Kualitas Data

Penelitian ini menggunakan deksametason standar yang didapatkan peneliti dari pabrik obat Wako di Jepang dan bersertifikat. Standar tersebut dalam bubuk dan mengandung deksametason murni tanpa bahan campuran lainnya sehingga pada saat dilakukan pengukuran panjang gelombang dengan Spektrofotometer UV-Vis didapatkan satu buah puncak gelombang yang dimiliki oleh standar tersebut dan hasilnya sesuai dengan teori panjang gelombang serapan maksimum deksametason pada Farmakope Indonesia. Sedangkan sampel obat yang didapatkan peneliti dari Pasar Pramuka dalam sedian tablet yang didalamnya selain terdiri dari zat aktif obat juga terdiri atas bahan pembawa lainnya. Sehingga ketika pengukuran panjang gelombang dengan Spektofotometer UV-Vis, peneliti mendapatkan lebih dari satu dari puncak gelombang. Namun pengukuran tetap dapat dilakukan dengan melihat adanya panjang gelombang serapan maksimum deksametason dalam sampel tersebut yakni 239 nm dengan standar deviasi 3 %.15


(48)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Berdasarkan hasil skrining panjang gelombang serapan maksimum sampel dengan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan bahwa tidak semua obat-obat deksametason yang dijual di Pasar Pramuka memenuhi standar. Dari 73 sampel yang dianalisa terdapat 1 obat deksametason (1,4%) yang tidak memenuhi standar panjang gelombang serapan maksimum deksametason. 2. 72 sampel belum dapat dikatakan asli karena belum dilakukan

penghitungan kadar zat aktif yang terkandung dalam obat tersebut apakah sesuai dengan kadar yang tertera dalam kemasan obat.

5.2. Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang kadar zat aktif pada obat-obat deksametason yang beredar di Pasar Pramuka. Hal ini untuk membuktikan hasil dalam penelitian kali ini.

2. Mensosialisasikan kepada masyarakat program STOP ( Supaya Terhindar Obat Palsu) dengan CINTA (Cermati kemasan dan obatnya, Ingat untuk merusak kemasan lama, Niat hidup lebih sehat, Tempat membeli obat di apotek, Ajak semua untuk saling mengingatkan) agar dapat menghindari peredaran obat palsu.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

1. United States Trade Representative. Trade Summary of Indonesia [serial online] 2008 [cited 2011 September 10]. Available from: URL: http://www.ustr.gov/sites/default/files/uploads/reports/2009/NTE/asset_uploa d_file255_15479.pdf

2. Saksono, Hadi. Peredaran Obat Palsu Diperkirakan Naik 11%. Indonesia. Finance Today [serial online] 2011 june [cited 2011 july 10]. Available from URL:

http://www.ipmgonline.com/index.php?modul=berita&cat=BMedia&textid= 323840065426

3. Food and Drug Administration. FDA Initiative to Combat Counterfeit Drugs [serial online]. 2009 [cited 2011 agust 10]. Available from: URL: http://www.fda.gov/Drugs/DrugSafety/ucm180899.htm

4. World Health Organization. Pemastian Mutu Obat Kompendium Pedoman dan Bahan-Bahan Terkait Vol. 1. Jakarta : EGC. 2005

5. Daftar obat palsu dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008. [serial online] 2011 june [cited 2011 july 9]. Available from : URL: http://www.pom.go.id/search/query2.asp?qs_materi=semua&qs_search=obat +palsu&qs_TX=1

6. Brunton LL. Goodman & Gilman’s the pharmacological basis of therapeutics, 11th edition. San Diego: McGraw-Hill; 2005.

7. Ana. Apotek Rakyat, Mission Imposible? Majalah Farmacia [serial online] 2007 [cited 2011 September 14] Available from: URL: http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=468.

8. Departemen Farmakologi FKUI. Farmakologi dan Terapi, ed.5. Jakarta: FKUI,2007.

9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009. Available from: URL: http://www.binfar.depkes.go.id/ 10. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Informatorium


(50)

11. Departemen Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008 [serial online]. 2008 [cited 2011 Juni 10].

Available from : URL :

www.depkes.go.id/downloads/Permenkes/registrasi_obat.pdf+4.

12. Departemen Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan nomor. 284/MENKES/PER/III/2007 [serial online]. 2007 [cited 2011 september 13].

Available from: URL:

http://www.depkes.go.id/downloads/Permenkes/permenkes%20284.pdf 13. International Pharmaceutical Manufacturers Group. Obat palsu [serial online]

2009 [cited 2011 September 10] Available from : URL : http://www.ipmg-online.com/index.php?modul=issues&cat=icounterfeit

14. Newman, W. A.. Kamus Kedokteran Dorland Ed. 29. Jakarta : EGC. 2002

15. Ditjen POM. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1995.

16. Suherman, KS. Adrenokortikotropin, Adrenokortikosteroid, Analog Sintetik dan antagonisnya. Dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia Press. 2007. 17. Sweetman, Sean C. Martindale The Complete Drug Reference Vol. 2. USA :

Pharmaceutical Press. 2009.

18. Katzung BG. Basic and clinical pharmacology, 10th edition. San Fransisco: McGraw-Hill,2006.

19. David S. Tatro. A to Z Drug Facts. San Fransisco: Ovid, 2003.

20. Kester M, Vrana K E, Quraishi S A,, Karpa K D. Elsevier’s Integrated Pharmacology. USA : Mosby Inc. 2007

21. Tjay, T .H.. dan Rahardja, K. Obat-obat Penting. Edisi V. Cetakan ke-2. PT. Gramedia. Jakarta. Hal : 685,770. 2002

22. Omoigui S. The Anesthesia DrugsHandbook, 2nd edition. USA : Mosby Year book, Inc. 1995

23. Harkness, Richard. Interaksi Obat. Bandung: Penerbit ITB. 1989. 24. David S. Tatro. Drug Interaction Facts. San Carlos, California. 2009.

25. Baxter K. Stockley’s Drug Interacions. Eight edition. Pharmaceutical Press. London. 2008


(51)

26. Moffat C Anthony, Osselton M David, Widdop Brian. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons. UK : Pharmaceutical Company. 2005.

27. Rohman A. Kimia farmasi analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2007. 28. Clark J. A double beam UV-Visible absorption spectrometer. [serial online]

2007. [cited 2011 Agustus 10] Available from : URL : http://www.chemguide.co.uk/analysis/uvvisible/spectrometer.html#top. 29. Gore, Michael G. Spectrophotometry and Spectrofluorimetry. New York :

Oxford Universtry Press. 2000.

30. Dahlan, Muhammad Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika. 2009.

31. Friedrich R, Ravanello A, Cichota L, Rolim C, Beck R. Validation of simple and rapid UV Spectrophotometric Method For Dexamethasone Assay in Tablet. Brasil Journal Quimica Nova Vol 32, 2009

32. Aziz AL. Penggunaan Kortikosteroid di Klinik. [serial online] 2010. [cited

2011 Agustus 1] Available from : URL

www.pediatrik.com/buletin/20060220-uk51j3-buletin.pdf

33. World Health Organization. Medicines: counterfeit medicines. [serial online] 2010. [cited 2011 Agustus 5] Available from : URL http:/www.who.int/mediacentre/factsheets/fs275/en/

Lampiran 1


(52)

Statistics

peak 1

N Valid 73

Missing 0

Mean 2.4004E2

Std. Deviation 2.02604

Minimum 236.00

Maximum 247.00

Statistics

Peak 2

N Valid 73

Missing 0

Mean 2.3937E2

Std. Deviation 2.19489

Minimum 235.60

Maximum 247.00

Statistics

Mean panjang gelombang

N Valid 73

Missing 0

Mean 2.01

Std. Deviation .117

Minimum 2

Maximum 3

Hasil Uji Statistik

Gambaran Hasil Analisis Panjang Gelombang Serapan Maksimum Sampel


(53)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid memenuhi standar 72 98.6 98.6 98.6

tidak sesuai standar 1 1.4 1.4 100.0

Total 73 100.0 100.0

Lampiran 2 Gambaran Hasil Spektrum

98,6 % 1,4 %


(54)

Gambar 6.1 Hasil Pengukuran Panjang Serapan Maksimum Deksametason Standar Dengan Spektrofotometer UV-Vis

Gambar 6.2 Gambaran Spektrum Deksametason Sampel Dengan Spektrofotometer UV-Vis

Gambaran Hasil Spektrum


(55)

Gambar 6.3 Gambaran Spektrum Deksametason Sampel Dengan Spektrofotometer UV-Vis

Gambar 6.4 Gambaran Spektrum Deksametason Sampel Dengan Spektrofotometer UV-Vis

Lampiran 3

Sertifikat Deksametason Standar

MATERIAL SAFETY DATA SHEET

MSDS No. EW041886 Revised Date: 2009/05/07 CODE: 041-18861, 043-18860, 047-18863


(1)

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

memenuhi standar

72

98.6

98.6

98.6

tidak sesuai standar

1

1.4

1.4

100.0

Total

73

100.0

100.0

Lampiran 2

Gambaran Hasil Spektrum

98,6 %

1,4 %


(2)

Gambar 6.1

Hasil Pengukuran Panjang Serapan Maksimum Deksametason

Standar Dengan Spektrofotometer UV-Vis

Gambar 6.2

Gambaran

Spektrum

Deksametason

Sampel

Dengan

Spektrofotometer UV-Vis

Gambaran Hasil Spektrum


(3)

Gambar 6.3

Gambaran

Spektrum

Deksametason

Sampel

Dengan

Spektrofotometer UV-Vis

Gambar 6.4

Gambaran

Spektrum

Deksametason

Sampel

Dengan

Spektrofotometer UV-Vis

Lampiran 3

Sertifikat Deksametason Standar

MATERIAL SAFETY DATA SHEET

MSDS No. EW041886 Revised Date: 2009/05/07 CODE: 041-18861, 043-18860, 047-18863


(4)

1. IDENTIFICATION OF THE SUBSTANCE OR MIXTURE AND OF THE SUPPLIER

PRODUCT IDENTIFIER : Dexamethasone

MANUFACTURER : Wako Pure Chemical Industries, Ltd.

SUPPLIER : SUPPLIER(In JAPAN) : Wako Pure Chemical Industries, Ltd.

ADDRESS : 1-2, Doshomachi 3-chome, Chuo-ku, Osaka, 540-8605, Japan

TELEPHONE NUMBER & EMERGENCY TELEPHONE NUMBER: (06)6203-3741 SUPPLIER(In U.S.A.) : Wako Chemicals USA, Inc. ADDRESS : 1600 Bellwood Road, Richmond, VA 23237, U.S.A.

TELEPHONE NUMBER : (804)271-7677 EMERGENCY TELEPHONE NUMBER : (800)424-9300 (CHEMTREC)

SUPPLIER(In EUROPE) : Wako Chemicals GmbH, Germany

ADDRESS : Fuggerstrasse 12 ,D-41468 Neuss, GERMANY

TELEPHONE NUMBER & EMERGENCY TELEPHONE NUMBER : (02131)311-0 RECOMMENDED USE : Research use only.

2. HAZARDS IDENTIFICATION GHS CLASSIFICATION: Not classifiable

SYMBOL : --- HAZARD STATEMENTS, including R-phrase : ---

ADDITIONAL HAZARD STATEMENTS : May be harmful if inhaled and ingested. May cause eye and skin irritation. PRECAUTIONARY STATEMENTS, including S-phrase : ---

3. COMPOSITION/INFORMATION ON INGREDIENTS GHS CLASSIFICATION: Not classifiable CHEMILCAL IDENTITY : Dexamethasone

SYNONYMS : (11beta,16alpha,17alpha)-9-Fluoro-11,17,21-trihydroxy-methylpregna-1,4-diene-3,20-dione; Decacortin; 16-alpha-Methyl-9-alpha-fluoro-1-dehydrocortisol FORMULA : C22H29FO5

MOLECULAR WEIGHT : 392.47 CAS NUMBER : 50-02-2 TSCA INVENTORY : Listed EINECS No. : 200-003-9 EC INDEX NUMBER : Not listed

4. FIRST AID MEASURES

GENERAL ADVICE : Wash off immediately with soap and plenty of water. In the case of respirable dust and/or fumes, use self-contained breathing apparatus and dust impervious protective suit. Use personal protective equipment.

INHALATION : Move victim to fresh air. If breathing is difficult, give oxygen. If irritation persists, consult a physician.

SKIN CONTACT : Remove contaminated clothes and shoes, rinse skin with plenty of water or shower. Use soap to help assure removal. If irritation persists, consult a physician.

EYE CONTACT : Remove any contact lenses at once. Flush eyes well with a large amount of running water for at least 15 minutes. Assure adequate flushing by separating the eyelids with sterile fingers. If irritation persists, consult a physician. INGESTION : Rinse mouth, give plenty of water to dilute the substance.

Never give anything by mouth to an unconscious person. Consult a physician.

5. FIRE FIGHTING MEASURES

EXTINGUISHING MEDIA : Carbon dioxide, dry chemical powder, foam, water fog FIRE & EXPLOSION HAZARDS : Toxic, irritating

dust or smoke may be emitted. SPECIAL PROTECTIVE EQUIPMENT FOR FIREFIGHTERS : Firemen should

wear normal protective equipment(full bunker gear)and positive-pressure self-contained breathing apparatus.

6. ACCIDENTAL RELEASE MEASURES

PERSONAL PRECAUTIONS : Remove ignition sources and ventilate the area. In case of insufficient ventilation, wear suitable respiratory equipment. Avoid raising dust and avoid contact with skin and eyes.

ENVIRONMENTAL PRECAUTIONS : Prevent spills from entering sewers, watercourses or low areas. METHODS FOR CLEANING UP : Do not touch spilled material without

suitable protection(See section 8). After material is completely picked up, wash the spill site with soap and water and ventilate the area. Put all wastes in a plastic bag for disposal and seal it tightly. Remove, clean, or dispose of contaminated clothing.

7. HANDLING AND STORAGE

PRECAUTION FOR SAFE HANDLING : Avoid contact with eyes, skin and clothing. Avoid prolonged or repeated exposure. Handle material with suitable protection.

CONDITIONS FOR SAFE STORAGE : Store away from sunlight in a cool( 2-10

°C= 35.6-50 °F ) well-ventilated dry place. Keep container tightly closed. INCOMPATIBILITIES : Oxidizers

8. EXPOSURE CONTROLS/PERSONAL PROTECTION ENGINEERING MEASURES : Use exhaust ventilation to keep airborne

concentrations below exposure limits. Use only with adequate ventilation.

VENTILATION : Local Exhaust ; Necessary, Mechanical(General) ; Recommended

INDIVIDUAL PROTECTION MEASURES ;

Respiratory protection : Use a NIOSH/MSHA or European Standard EN149 approved respirator if the vapor concentrations exceed regulatory guidelines.

Hand protection : Chemical resistant gloves Eye protection : Safety glasses(goggles) Skin protection : Protective clothing CONTROL PARAMETER :

OSHA Final Limits : None established ACGIH TLV(s) : None established

9. PHYSICAL AND CHEMICAL PROPERTIES

APPEARANCE : White - slightly yellow, crystals - powder ODOUR : Not available

pH : Not available MELTING POINT : 262 - 264 °C= 504 - 507 °F INITIAL BOILING POINT : Not available FLASH POINT : Not available FLAMMABILITY (solid, gas) : Not available EXPLOSIVE LIMITS : Not available VAPOR PRESSURE : Not available SPECIFIC GRAVITY : Not available SOLUBILITY IN ;

WATER : Insoluble ACETONE, ETHANOL : Sparingly soluble ETHER : Insoluble PARTITION COEFFICIENT : 1.83 DECOMPOSITION TEMPERATURE : Not available

10. STABILITY AND REACTIVITY

CHEMICAL STABILITY : Stable under recommended storage conditions. CONDITIONS TO AVOID : Sunlight, heat, exposure to

air/moisture over prolonged period

INCOMPATIBILE MATERIALS : Oxidizers

HAZARDOUS DECOMPOSITION PRODUCTS : Carbon monoxide and fluorin compounds

11. TOXICOLOGICAL INFORMATION

ACUTE TOXICITY(oral/dermal/inhalation) : LD50(orl,rat): >3gm/kg (RTECS) LD50(ipr,rat): 54mg/kg (RTECS) TDLo(orl,human): 0.0143mg/kg (RTECS)

SKIN CORROSION/IRRITATION : Not available EYE DAMAGE/EYE IRRITATION : Not available RESPIRATORY OR SKIN SENSITIZATION : Not available GERM CELL MUTAGENICITY : Cytogenetic analysis; human;

lymphocyte; 10mg/L (RTECS) DNA damage; rat; cells; 1µmol/L (RTECS)

TOXIC TO REPRODUCTION : Not available STOST-SINGLE EXPOSURE : Not available STOST-REPEATED EXPOSURE : Not available ASPIRATION TOXICITY : Not available CARCINOGENICITY : Not available ADDITIONAL INFORMATION ;

NTP : Not listed IARC : Not listed OSHA : Not list ed ACGIH : Not listed

12. ECOLOGICAL INFORMATION

ECOTOXICITY : Not available PERSISTENCE AND DEGRADABILITY : Not available BIOACCUMULATION POTENTIAL : Not available MOBILITY IN SOIL : Not available OTHER ADVERSE EFFECTS : Not available

13. DISPOSAL CONSIDERATION (INCLUDING CONTAINER) Any disposal practice must be in compliance with country, local, state, and federal laws and regulations ( contact country, local or state environmental agency for specific rules ).

After contents are completely removed, dispose of its container at hazadous or special waste collection point. (in accordance with

local/regional/ national/international regulation).

14. TRANSPORT INFORMATION IATA : Not Restricted. MARINE POLLUTANT : No

DOT(Department of Transportation) : Not a Hazardous Material for DOT shipping.

15. REGULATORY INFORMATION US REGULATIONS ; EPA : CERCLA RQ= Not listed

EPCRA TPQ= Not listed OSHA : TQ= Not listed

16. OTHER INFORMATION INCLUDING INFORMATION ON PREPARATION AND REVISION OF THE SDS

No specific notes

The above information is believed to be correct to be the best of our knowledge and information but does not purport to be all inclusive and shall be used only as a guide. This product is intended to be used by expert persons having chemical knowledge and skill, at their own discretion and risk and Wako shall not be held liable for any damageresulting from handling or from contact with the above materia

Lampiran 4

Daftar Riwayat Hidup


(5)

Nama

: Afra Humaira

Tempat Tanggal Lahir

: Jakarta, 17 Februari 1990

Alamat

: Jl. Udayana Eka Jaya No.8 A Mataram NTB

Email

: afra.humaira@yahoo.com

No.Telpon

: 085737396716 / (0370) 631367

Riwayat Pendidikan

1994 - 1996

:

TK Aisyah Mataram

1996 - 2002

:

SD Negeri 7 Mataram

2002 - 2005

:

SMP Negeri 2 Mataram

2005 - 2008

:

SMA Negeri 5 Mataram

2008 - Sekarang

:

FKIK Prodi Pendidikan Dokter UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi

:

Anggota BEMJ PSPD UIN 2010-2011

Anggota Cimsa Lokal UIN


(6)

.