29
dan yang menjadi variabel dependen adalah pertumbuhan laba dimana laba yang
digunakan pada penelitian ini adalah laba bersih setelah pajak. 2.3.1 Pengaruh Current Ratio terhadap Pertumbuhan Laba
Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya Kasmir, 2009:134. Semakin tinggi Current Ratio,
maka perusahaan semakin likuid dan akan semakin mudah untuk memperoleh pendanaan dari kreditor maupun investor untuk memperlancar kegiatan
operasionalnya sehingga laba juga dapat meningkat. Menurut Hanafi dan Halim 2003:78, Current Ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya aktiva yan akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis. Rasio yang
rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio lancar yang tinggi menujukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai
pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan.
2.3.2 Pengaruh Quick Ratio terhadap Pertumbuhan Laba
Quick Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar utang jangka pendek dan aktiva lancar
tanpa memperhitungkan nilai persediaan Kasmir, 2009:138. Jika rasio ini kecil atau berada di bawah rata-rata industri, keadaan perusahaan tidak baik atau buruk
dibandingkan perusahaan lain. Hal ini menyebabkan perusahaan harus menjual persediaannya untuk melunasi pembayaran utang lancar, padahal menjual
persediaan untuk harga yang normal relatif sulit kecuali perusahaan menjual
Universitas Sumatera Utara
30
dibawah harga pasar yang tentunya perusahaan akan mengalami kerugian yang mengakibatkan laba menurun.
2.3.3 Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap Pertumbuhan Laba
Debt to Asset Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain,
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva Kasmir, 2009:156.
Semakin tinggi Debt to Asset Ratio, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan
pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang utangnya dengan aktiva yang dimilikinya sehingga akan sulit untuk memperoleh
pendanaan dari kreditor untuk mendukung kegiatan operasionalnya yang dapat berakibat pada penurunan laba perusahaan. Sebaliknya, jika rasio ini rendah maka
semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang sehingga ini dapat meningkatkan pertumbuhan laba.
2.3.4 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Pertumbuhan Laba
Debt to Equity Ratiomerupakan rasio untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam kreditor dengan pemilik perusahaan Kasmir, 2009:157.
Dimana Debt to Equity Ratioyang semakin besar maka semakin baik dan sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yan
disediakan pemiliki dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva dan ini dapat mengurangi
pertumbuhan laba.
Universitas Sumatera Utara
31
2.3.5 Pengaruh Inventory Turnover terhadap Pertumbuhan Laba