26
disebut kalor transformasi. Kalor yang diperlukan untuk merubah fasa dari materi bermassa m adalah [5] :
.....................................................2.28
Dimana : Q
L
L = Kalor laten zat J
e
m = Massa zat kg = Kapasitas kalor spesifik laten Jkg
2.6.2 Kalor Sensibel
Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut merubah temperatur dari suatu benda. Perubahan intensitas panas dapat diukur
dengan termometer. Ketika perubahan temperatur didapatkan, maka dapat diketahui bahwa intensitas panas telah berubah dan disebut sebagai panas
sensibel. Dengan kata lain, kalor sensibel adalah kalor yang diberikan atau yang dilepaskan oleh suatu jenis fluida sehingga temperaturnya naik atau turun tanpa
menyebabkan perubahan fasa fluida tersebut. Kalor yang diperlukan untuk merubah temperatur suatu materi bermassa m adalah [5] :
..........................................................2.29 Dimana :
Q
s
m = Massa zat kg = Kalor sensibel zat J
C
P
ΔT = perubahan temperatur K = kalor spesifik Jkg K
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di negara berkembang, konsumsi energi terbesar adalah untuk keperluan memasak C.R.Chen, dkk : 2009. Sebagian besar penggunaan energi untuk
memasak berasal dari bahan bakar fossil. Hidrokarbon atau lebih dikenal dengan bahan bakar fosil merupakan bahan bakar yang kurang ramah lingkungan dan
dapat mengakibatkan krisis energi, permasalahan lingkungan, dan permasalahan ekonomi.
Bahan bakar fossil diketahui merupakan salah satu bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui dan akan habis bila terus menerus digunakan. Kelangkaan dari
bahan bakar fossil dapat mengakibatkan pasokan menjadi terbatas sehingga peningkatan harga tidak bisa dibendung dan kenaikan dari harga bahan bakar
fossil menimbulkan efek domino yakni barang kebutuhan pokok dan yang lainnya akan ikut naik. Oleh karena itu, untuk membantu mengatasi permasalahan diatas,
maka diperlukanlah suatu inovasi teknologi dimana menggunakan tenaga yang dapat diperbaharui renewable energy. Salah satunya adalah penggunanan alat
yang menggunakan energi matahari untuk keperluan memasak atau memanaskan, yang sering disebut sebagai kompor surya solar cooker.
Dalam pemakaiaanya, kompor surya tergantung pada intensitas panas matahari. Sehingga sangat cocok dan memungkinkan bila digunakan pada daerah
tropis seperti di Indonesia, di mana matahari dapat bersinar sepanjang tahun. Dalam perancangan dan penggunaannya, kompor surya tipe kotak yang
dilengkapi dengan sebuah absorber miring, tentu sangat dipengaruhi oleh baik tidaknya sirkulasi udara panas pada absorber miring untuk di distribusikan ke
ruang masak. Hal ini merupakan sebuah daya tarik penulis untuk melakukan pengujian memasak dengan memodifikasi absorber miring dari kompor surya
tersebut. Dengan penambahan sekat pembatas pada absorber miringnya, diharapkan sirkulasi udara panas yang di distribusikan akan lebih baik.
Universitas Sumatera Utara