Surat tersebut dijadikan dasar bagi Bapak Prof.Dr.Muhammad Yamin,S.H.,M.S.,C.N. selaku Ketua Program Kekhususan Hukum Agraria
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk menerima judul yang saya ajukan karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini dinilai berbeda dengan
judul-judul skripsi lain yang terdapat di lingkungan perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan pendaftaran tanah, sistematika penerbitan sertipikat tanah serta
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, baik melalui literatur yang diperoleh dari pemikiran para praktisi, refrensi buku-buku,
makalah, media cetak, media elektronik seperti internet, hasil wawancara, data dari hasil riset serta bantuan dari berbagai pihak yang berdasarkan pada asas
keilmuan yang jujur, rasional, dan terbuka. Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis orang
lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut dapat diminta pertanggungjawabannya.
E. Tinjauan Kepustakaan Tinjauan kepustakaan pada umumnya merupakan kumpulan teori yang
dijadikan dasar dalam membuat karya tulis ilmiah. Teori menerangkan dan menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, dan suatu teori
harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
ketidakbenarannya.
12
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan problem yang
menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoritis.
13
Berikut beberapa teori yang berkaitan dengan pembahasan : 1.
Hak atas tanah Ruang lingkup bumi menurut UUPA adalah permukaan bumi, dan tubuh
bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air. Permukaan bumi sebagai bagian dari bumi juga disebut tanah. Tanah yang dimaksudkan di sini bukan
mengatur tanah dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak penguasaan
tanah.
14
Hak- hak atas tanah termasuk salah satu hak perseorangan atas tanah. Hak perseorangan atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada
pemegang haknya perseorangan, sekelompok orang secara bersama-sama, badan hukum untuk memakai, dalam arti menguasai menggunakan, dan mengambil
manfaat dari tanah tertentu untuk kepentingan pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan. Hak-hak perseorangan atas tanah berupa hak atas tanah, wakaf
tanah hak milik, hak tanggungan, dan hak milik atas satuan rumah susun. Dasar hukum pemberian hak atas tanah kepada perseorangan atau badan
hukum dimuat dalam Pasal 4 ayat 1 UUPA, yang berbunyi “ Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya
macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat
12
Sukiran, Kajian Yuridis tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing di Indonesia Tesis, Ilmu Hukum, Pascasarjana USU, 2010, hlm. 34.
13
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian Bandung : Mandar Maju, 1994, hlm. 80.
14
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan HAK ATAS TANAH hal.74.
Universitas Sumatera Utara
diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama- sama dengan orang-orang lain serta badan-
badan hukum”.
15
Macam-macam hak atas tanah dimuat dalam Pasal 16 dan Pasal 53 UUPA, yang dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu :
a. Hak atas tanah yang bersifat tetap, yaitu hak atas tanah ini akan tetap
ada selama UUPA Masih berlaku atau belum dicabut dengan undang- undang yang baru. Jenis-jenis hak atas tanah ini adalah Hak Milik,
Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Membuka Tanah, Hak Sewa untuk Bangunan, dan Hak Memungut Hasil Hutan.
b. Hak atas tanah yang akan ditetapkan dengan undang-undang, yaitu
hak atas tanah yang akan lahir kemudian, yang akan ditetapkan dengan undang-undang.
c. Hak atas tanah yang bersifat sementara, yaitu hak atas tanah ini
sifatnya sementara, dalam waktu yang singkat akan dihapuskan dikarenakan mengandung sifat-sifat pemerasan, mengandung sifat
feodal, dan bertentangan dengan jiwa UUPA.
Dari segi asal tanahnya, hak atas tanah dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Hak atas tanah yang bersifat primer, yaitu hak atas tanah yang berasal
dari tanah negara. Macam-macam hak atas tanah ini adalah Hak Milik,
15
Pasal 4 Ayat 1 Undang-Undang Pokok Agraria
Universitas Sumatera Utara
Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan atas Tanah Negara, Hak Pakai atas Tanah Negara.
b. Hak atas tanah yang bersifat sekunder, yaitu hak atas tanah yang
berasal dari tanah pihak lain. Macam-macam hak atas tanah ini adalah Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan, Hak Guna
Bangunan, atas Tanah Hak Milik, Hak Pakai atas Tanah Pengelolaan, Hak Pakai atas Tanah Hak Milik, Hak Sewa untuk Bangunan, Hak
Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang, dan Hak Sewa Tanah Pertanian.
16
2. Pembuktian hak dalam Pendaftaran Tanah
Alasan masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya sudah pasti adalah untuk mendapatkan kepastian hukum dan perlindungan hukum atas suatu bidang tanah,
satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Pernyataan ini
sesuai dengan makna dalam isi Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum, kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertipikat hak atas tanah. Pasal 19
ayat 2 huruf c UUPA dinyatakan bahwa akhir kegiatan pendaftaran tanah yang diadakan oleh Pemerintah adalah pemberian surat tanda bukti hak, yang berlaku
sebagai alat pembuktian yang kuat.
16
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan HAK ATAS TANAH, Loc.cit hal.90
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan pendaftaran tanah pertama kalinya menghasilkan surat tanda bukti hak, yang berupa sertipikat. Maksud diterbitkan sertipikat dalam kegiatan
pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah agar pemegang hak dengan mudah dapat membuktikan bahwa dirinya sebagai pemegang haknya. Sertipikat
diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar buku tanah. Pasal 13 ayat 3
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 dinyatakan bahwa Sertipikat adalah salinan buku tanah dan surat ukur setelah dijahit menjadi satu bersama-sama
dengan suatu kertas sampul yang bentuknya ditetapkan oleh Mentri Agraria.
17
Sertipikat sebagai surat tanda bukti hak yang bersifat kuat apabila memenuhi unsur-unsur secara kumulatif, yaitu :
a. Sertipikat diterbitkan secara sah atas nama orang atau badan hukum.
b. Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut
sesuai dengan data yang ada didalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.
c. Tanah diperoleh dengan iktikad baik.
d. Tanah dikuasai secara nyata.
e. Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara
sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan iktikad baik dan secara nyata menguasainya, maka
17
Ibid hal.315
Universitas Sumatera Utara
pihak lain yang merasa yang mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 lima
tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor
Pertanahan KabupatenKota setempat yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah
atau penerbitan sertipikat.
F. Metode Penelitian