Hasil Penelitian .1 Deskripsi Lokasi Penelitian

53 sindrom koroner akut tetapi dikarenakan penderita yang beragama Islam lebih banyak berkunjung ke RSUP Haji Adam Malik Yanti, 2009. Pada penelitian ini, gambaran pasien sindrom koroner akut yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2014 sebanyak 13 pasien 15,3 mempunyai riwayat keluarga memiliki penyakit jantung, dan sebanyak 72 pasien 84,7 tidak mempunyai riwayat keluarga memiliki penyakit jantung. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Torry et al., 2013 dimana riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga hanya dimiliki oleh 1 dari 37 orang penderita SKA yang diketahui riwayat keluarga memiliki penyakit jantung. Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang riwayat keluarga memiliki penyakit jantung atau karena subjek penelitian keduanya banyak yang tidak mempunyai riwayat keluarga memiliki penyakit jantung Torry et al., 2013. Berdasarkan hasil penelitian ini, gambaran pasien sindrom koroner akut yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2014 sebanyak 56 pasien 65,9 mempunyai kebiasaan merokok dan sebanyak 29 pasien 34,1 tidak mempunyai kebiasaan merokok. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Savia et al., 2012 dimana sebanyak 35 pasien 63,6 mempunyai kebiasaan merokok dan 20 pasien 36,4 tidak mempunyai kebiasaan merokok. Hal ini sama dengan berbagai teori yang menyatakan bahwa merokok merupakan salah satu penyebab terjadinya sindrom koroner akut. Merokok dapat mendorong perkembangan aterosklerosis dengan memulai cedera pada endotel, mungkin karena produksi radikal bebas atau melalui toksik langsung dari komponen asap rokok. Bahkan paparan singkat asap rokok telah diketahui dapat mengaktifkan leukosit, merangsang pelepasan pro-koagulan, faktor von Willebrand vWF dan menyebabkan kerusakan endotel. Efek ini memulai mekanisme inflamasi yang menyebabkan aterosklerosis. Mekanisme disfungsi endotel dan penurunan kemampuan dilatasi disebabkan karena efek nikotin. Selain itu, nikotin juga memiliki efek pembentukan radikal bebas Dayu, 2015 Berdasarkan hasil penelitian ini, gambaran pasien sindrom koroner akut yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2014 sebanyak 64 pasien 54 75,3 mempunyai hipertensi dan sebanyak 21 pasien 24,7 tidak mempunyai hipertensi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariandiny et al., 2014 dimana 88 pasien 60,6 mempunyai hipertensi dan 57 pasien 39,4 tidak mempunyai hipertensi. Hasil ini mendukung teori bahwa hipertensi merupakan salah satu penyebab terjadinya sindrom koroner akut. Hipertensi tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner. Hal ini menyebabkan angina pektoris, insufisiensi koroner dan infark miokard lebih sering terjadi pada penderita hipertensi dibandingkan orang normal Ariandiny et al., 2014. Berdasarkan hasil penelitian ini, gambaran pasien sindrom koroner akut yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2014 sebanyak 44 pasien 51,8 mempunyai dislipidemia dan sebanyak 41 pasien 48,2 tidak mempunyai dislipidemia. Sebahagian dari pasien Sindrom koroner akut mempunyai dislipidemia. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Zahara et al., 2013 bahwa 54 pasien 55,1 mempunyai dislipidemia dan 44 pasien tidak mempunyai dislipidemia 44,9. Dislipidemia yang terjadi akibat peningkatan kolesterol akan disimpan dan menempel didalam pembuluh darah, sehingga nantinya akan menimbulkan pengendapan kolesterol didalam pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerotik Zahara et al., 2013. Berdasarkan hasil penelitian ini, gambaran pasien sindrom koroner akut yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2014 sebanyak 48 pasien 56,5 mempunyai diabetes melitus, manakala sebanyak 37 pasien 43,5 tidak mempunyai diabetes melitus. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana Torry et al., 2013 dimana 18 pasien 72 mempunyai diabetes mellitus dan 7 pasien 28 tidak mempunyai diabetes melitus. Diabetes melitus dihubungkan dengan stress hiperglikemia dan menggambarkan respon akut dari keadaan hiperadrenergik. Keadaan ini merupakan respon tubuh terhadap suatu penyakit dan stress oksidatif untuk memelihara homeostasis sel dan organ serta sering disebut sebagai hiperglikemia saat kritis. Mekanisme ini akan terus berlanjut melalui aktivasi reaksi inflamasi akibat meningkatnya kadar IL-18 dan CRP di 55 sirkulasi, sehingga akan berujung kepada peningkatan kerusakan pada miokardium itu sendiri. Keadaan ini tentu dapat meningkatkan risiko kejadian SKA maupun memperburuk klinis pasien dengan SKA Oktarina et al., 2013. 56 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran pasien sindrom koroner akut yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik, Medan dalam masa waktu 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014 pada 85 sampel dapat disimpulkan dibawah ini : 1. Angka kejadian sindrom koroner akut tertinggi pada STEMI sebanyak 43 pasien 50,6 diikuti NSTEMI 25 pasien 29,4 dan APTS sebanyak 17 pasien 20. 2. Angka kejadian sindrom koroner akut tertinggi pada kelompok umur ‘40 – 60 tahun ’ yaitu sebanyak 60 pasien 70,6, terendah dijumpai dalam kelompok umu r ‘ 40 tahun’ yaitu sebanyak 1 pasien 1,2 dan pada kelompok umur ‘ 60 tahun ’ sebanyak 24 pasien 28,2. 3. Angka kejadian sindrom koroner akut dilihat dari jenis kelamin lebih banyak berjenis kelamin laki-laki 65 pasien 76,5 daripada perempuan 20 pasien 23,5. 4. Sindrom koroner akut berdasarkan agama, frekuensi tertinggi adalah agama Islam 50 pasien 58,8, agama Protestan 21 pasien 31,8, dan frekuensi terendah adalah agama Katholik 8 pasien 9,4. 5. Sindrom koroner akut berdasarkan riwayat keluarga memiliki penyakit jantung hanya 13 pasien 15,3 dan sebanyak 72 pasien 84,7 tidak mempunyai riwayat keluarga memiliki penyakit jantung. 6. Angka kejadian sindrom koroner dengan kebiasaan merokok sebanyak 56 pasien 65,9 dan sebanyak 29 pasien 34,1 tidak mempunyai kebiasaan merokok. 7. Angka kejadian sindrom koroner akut dengan hipertensi sebanyak 64 pasien 75,3, dan sebanyak 21 pasien 24,7 tidak mempunyai hipertensi. 57 8. Angka kejadian sindrom koroner akut dengan dislipidemia sebanyak sebanyak 44 pasien 51,8, dan sebanyak 41 pasien 48,2 tidak mempunyai dislipidemia. 9. Angka kejadian sindrom koroner akut dengan diabetes melitus sebanyak 48 pasien 56,5, dan sebanyak 37 pasien 43,5 tidak mempunyai diabetes melitus.

6.2 Saran

Dari pengamatan selama melakukan penelitian ini, terdapat beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Diantaranya : 1. Informasi tentang gambaran pasien sindrom koroner akut perlu disosialisasikan kepada seluruh masyarakat untuk menambah pengetahuan masyarakat dan mencegah terjadinya sindrom koroner akut. 2. Perlu dilakukan penyuluhan atau program untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui Dinas Kesehatan tentang faktor risiko ataupun kebiasaan yang bisa menyebabkan seseorang itu menderita sindrom koroner akut. 3. Diharapkan agar data-data di rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan dapat dilengkapkan dengan data yang semaksimal mungkin agar tidak timbul masalah di saat pengambilan data yang disebabkan oleh rekam medis yang tidak lengkap. 4. Berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel -variabel lainnya. 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Pendarahan Arteri Koroner 2.1.1 Pendarahan Arteri Koroner 1. Arteri Koroner Kiri UtamaLeft MainLM Arteri koroner kiri utama yang lebih popular dengan sebutan Left Main LM, keluar dari sinus aorta kiri; kemudian segera bercabang-cabang dua menjadi arteri Left Anterior Descending LAD dan Left Circumflex LCX.Arteri LM berjalan diantara alur keluar ventrikel kanan right ventricle outflow tract yang terletak didepannya, dan atrium kiri dibelakangnya; baru kemudian bercabang menjadi arteri LAD dan arteri LCX Kaligis, 2012. 2. Arteri Left Anterior Descending LAD Arteri LAD berjalan di parit interventrikular depan sampai ke apeks jantung, men-suplai: bagian depan septum melalui cabang-cabang septal dan bagian depan ventricular kiri melalui cabang-cabang diagonal, sebahagian besar ventrikel kiri dan juga berkas Atrio-ventrikular. Cabang- cabang diagonal keluar dari arteri LAD dan berjalan menyamping mensuplai dinding antero lateral ventrikel kiri; cabang diagonal bisa lebih dari satu Kaligis, 2012. 3. Arteri Left Circumflex LCX Arteri LCX berjalan di dalam parit atrioventrikular kiri diantara atrium kiri dan ventrikel kiri dan memperdarahi dinding samping ventrikel kiri melalui cabang-cabang obtuse marginal yang bisa lebih dari satu M І , MЇ dst. Pada umumnya arteri LCX berakhir sebagai cabang obtuse marginal, namun pada 10 kasus yang mempunyai sirkulasi dominan kiri maka arteri LCX juga men- suplai cabang “posterior descending arteri” PDA Kaligis, 2012.