BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pesawat Tanpa Awak UAV Unmanned Aerial Vehicle
Pandangan yang paling sederhana dari sebuah pesawat tanpa awak adalah sebuah pesawat dengan aircrew yang dihilangkan dan digantikan oleh sistem
komputer dan radio-link. Pada kenyataannya pesawat tanpa awak lebih kompleks dari itu dan pesawat tersebut harus dirancang dengan baik dari awal tanpa aircrew,
akomodasi, dan yang lainnya. Pesawat hanyalah bagian, meskipun bagian penting dari keseluruhan sistem.
Gambar 2.1 Struktur fungsional sistem UAV [1]
Manfaat seluruh sistem yang sedang dirancang, sebagai kesatuan sistem yang lengkap seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1, secara singkat terdiri dari :
1. stasiun kontrol CS yang merupakan tempat operator sistem, antarmuka antara operator dan sisa sistem lainnya.
2. pesawat yang membawa muatan yang memiliki banyak jenis. 3. sistem komunikasi antara CS yang mentransmisikan input kontrol ke pesawat
dan kembali payload dan data lainnya dari pesawat ke CS ini biasanya dicapai dengan transmisi radio.
4. peralatan pendukung yang dapat mencakup pemeliharaan dan transportasi barang [1].
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Puna Wulung [2]
Gambar 2.2 menunjukkan salah satu pesawat tanpa awak milik Indonesia yang dibuat oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN yang
diberi nama Puna Wulung. Puna Wulung memiliki panjang 4320 mm dengan bentang sayap 6360 mm dan memiliki berat terbang maksimum 120 kg [2].
2.2 Propeller
Propeller berasal dari dua kata bahasa latin yakni Pro dan Pellere. Pro yang berarti di depan, dan pellere yang berarti untuk menggerakkan. Propeller atau
baling –baling adalah kitiran untuk menjalankan pesawat terbang. Kitiran ini
memindahkan tenaga dengan mengkonversi gerakan rotasi menjadi daya dorong untuk menggerakkan sebuah pesawat terbang melalui suatu massa seperti udara
atau air, dengan memutar dua atau lebih bilah kembar dari sebuah poros utama.
2.2.1 Sejarah Perkembangan Teori Propeller
Teori propeller telah dikenal beberapa ratus tahun yang lalu oleh ilmuwan- ilmuwan pada masa itu. Beberapa teori yang telah dikenal diantaranya adalah teori
momentum dan teori elemen bilah. Axial Momentum Theory diperkenalkan oleh W. J. M. Rankine pertama kali pada tahun 1865 dan mengalami beberapa
perkembangan sampai disempurnakan oleh Betz pada tahun 1920 yang hingga sekarang lebih dikenal dengan General Momentum Theory. Sedangkan teori elemen
bilah klasik diteliti pertama kali oleh Lanchester pada tahun 1907 dan disempurnakan dengan Vortex-Blade Element Theory oleh Joukowsky 1912 dan
Betz 1919.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Desain Propeller Untuk Mengurangi Kebisingan
Pada dasarnya, baling-baling pada propeller merupakan sayap kecil yang menghasilkan gaya resultan aerodinamis yang dibagi menjadi gaya yang bekerja
sepanjang sumbu aksis dari pesawat gaya dorong dan gaya yang bekerja pada baling-baling propeller momen torsi. Torsi berlawanan arah dengan pergerakan
rotasi dari mesin yang terjadi seperti adanya tarikan terhadap propeller. Dalam keadaan setimbang, propeller berputar secara konstan yang digerakkan oleh torsi
mesin yang mempunyai besar yang sama tetapi arah berbeda seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Gaya dorong dan torsi pada propeller [3]
Propeller terdiri dari bagian yang berbentuk air foil dengan ukuran yang bervariasi. Sudut antara kecepatan relatif dan rotasi propeller disebut helix angel
dan angle of advance. Untuk kecepatan partikuler pesawat, helix angle bervariasi dari dasar hingga ujung propeller dimana bagian ujung propeller berputar lebih
cepat dibandingkan bagian dasar propeller. Bagian sudut propeller ditunjukkan pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4 Helix angle dalam pendekatan mempunyai nilai
90
o
.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Bagian baling
–baling pada propeller [3] Ada hal-hal utama yang dapat mengurangi kebisingan pada propeller, yaitu:
1. Low tip speed. kecepatan rendah pada ujung blade 2. Large number of blades. besarnya jumlah blade
3. Low disc loading. muatan udara yang rendah pada area perputaran blade 4. Large blade chord. lebar dari blade propeller
5. Minimum interference with rotor flow. sedikitnya ganguan pada aliran udara dari propeller.
Mendesain propeller rendah bising merupakan sebuah kajian khusus yang sangat kompleks. Dimana perhitungan aerodinamika harus diselaraskan dengan
perhitungan kebisingan. Desain dari aerodinamika sendiri memiliki cakupan yang sangat luas,akan tetapi pada pembahasan kali ini permasalahan aerodinamika ketika
mendisain propeller dapat di uraikan sesederhana mungkin. Dalam pengoperasian propeller terdapat 3 jenis beban yang terjadi, yaitu:
1. Beban tarik F
T
disebabkan oleh gaya sentrifugal yang cenderung bergerak menjauhi pusat sumbu putar hub propeller.
2. Beban lenturbending F
B
disebabkan oleh gaya dorong yang terjadi pada pesawat.
3. Beban torsi T disebabkan oleh putaran yang cenderung terjadi pada ujung propeller.
Ketiga tegangan yang bekerja dapat dilihat pada Gambar 2.5 dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Beban yang terjadi pada propeller [3]
2.2.3 Kebisingan pada Propeller
Kebisingan yang bersumber dari propeller merupakan kebisingan yang diakibatkan oleh konfigurasi dan kondisi operasi propeller. Secara umum, jumlah
baling-baling propeller diperlihatkan seperti pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Jumlah baling-baling pada propeller pesawat tanpa awak [3]
Gambar 2.6 menunjukkan beberapa jenis propeller dengan jumlah baling- balingnya. Jumlah baling-baling pada propeller dan sudut twist-nya dapat
mempengaruhi nilai kebisingan yang dihasilkan oleh propeller UAV. Struktur dan lokasi propeller yang menimbulkan kebisingan disebabkan
getaran pada baling-baling dan aliran asimetrik yang terinduksi terjadi secara tidak normal. Pada mulanya terjadi efek tekanan, baik kebisingan yang terjadi akibat
Universitas Sumatera Utara
vortex pusaran maupun kebisingan akibat putaran lebih banyak ditimbulkan oleh baling-baling dan putaran propeller. Hal ini mengakibatkan banyak riset
berkembang pada propeller terutama akibat beban dan putaran torsi pada propeller dengan tujuan untuk mengurangi kebisingan yang terjadi pada propeller.
Akan tetapi, kebisingan akibat pusaran juga penting dipertimbangkan terutama pada penerbangan dengan kecepatan tinggi. Hal ini dapat dijelaskan pada Gambar
2.7 dibawah ini.
Gambar 2.7 Aliran udara melalui propeller [3] 2.2.4 General Momentum Theory
General momentum theory mempelajari tentang gaya – gaya yang
dihasilkan oleh propeller. Propeller dianggap sebagai sebuah piringan, dan udara melewati piring
– pirangan tersebut. Gaya dorong dihasilkan dari perubahan momentum dari aliran udara sebelum dan sesudah melewati piringan tersebut. Hal
ini dapat dijelaskan pada Gambar 2.8 dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8 Aliran udara yang melewati propeller [3]
Asumsi-asumsi yang digunakan pada teori ini yaitu : 1. Propeller dianggap sebagai piringan.
2. Aliran udara yang melewati piringan berbentuk tabung. 3. Kecepatan dan tekanan terdistribusi secara seragam pada setiap seksi tabung.
4. Gerakan rotasional diabaikan
2.2.5 Vortex – Blade Element Theory
Teori ini adalah gabungan dari teori elemen bilah yang disempurnakan dengan vortex teory. Teori elemen bilah mempelajari tentang gaya-gaya di tiap-tiap
bilah baling-baling dengan cara mem-breakdown bilah tersebut menjadi beberapa bagian. Tiap-tiap bagian dari bilah tersebut akan membentuk cincin dalam dua
dimensi sehingga pada keadaan tiga dimensi akan membentuk tabung yang kemudian dihitung per bagian.
Daya dorong yang dihasilkan oleh sebuah baling baling ditentukan oleh lima hal-hal, bentuk dan area dari airfoil, sudut serang angle of attack, massa jenis
udara, dan kecepatan dimana gerakan airfoil melalui udara .Sebelum mendiskusikan cara memvariasikan gaya angkat yang dihasilkan oleh propeller,
kita harus mengerti beberapa karakteristik desain propeller.
Asumsi-asumsi yang digunakan adalah : 1. Sifat-sifat dari sebuah elemen tidak terpengaruh oleh unsur-unsur yang
berdekatan pada bilah yang sama. 2. Yang akan diadopsi pada tiap-tiap elemen adalah karakteristik airfoil
3. Kecepatan efektif elemen melewati udara merupakan resultan dari kecepatan aksial, kecepatan putar bilah dan kecepatan induksi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.9 Kecepatan efektif elemen melewati udara [3]
Pada Gambar 2.9 dapat dilihati aplikai dari teori elemen bilah disempurnakan dengan teori vortex. Teori vortex tersebut berdasarkan atas
keberadaan tip vortex yang dihasilkan oleh ujung bilah yang berputar. Vorteks- vorteks tersebut lalu mengalir ke belakang membentuk lintasan berbentuk helikal.
Konsep trailing edge vortices dan tip vortices pada propeller tersebut mirip dengan konsep-konsep pada finite wing [3].
2.3
�
2.3.1 Suara
Suara didefinisikan sebagai serangkain gelombang yang merambat dari suara sumber getar sebagai akibat perubahan kerapatan dan juga tekanan udara atau
perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga Gelombang suara pada fluida kebanyakan dihasilkan melalui permukaan zat padat yang bergetar di dalam fluida
tersebut. Satuan desibel menunjukkan tingkat tekanan suara [4]. Besarannya di atas acuan 20 x
10
-6
N � . Decibel juga merupakan satuan unit logaritmik untuk
mendesripsikan suatu rasio.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10 Gelombang suara pada material [5]
Pada Gambar 2.10, permukaan benda yang bergetar mengakibatkan fluida yang berdekatan dengan permukaan tersebut terkompresi. Kompresi ini
mengakibatkan efek menjauh dari permukaan yang bergetar. Efek ini disebut dengan gelombang suara, gelombang suara tersebut akan bergerak menjauhi
permukaan yang bergetar dengan kecepatan yang bervariasi bergantung terhadap material yang dilalui. Untuk gas ideal, kecepatan suara adalah fungsi dari tempertur
absolut [6]. Suara yang dapat didengar oleh manusia hanya pada rentang frekuensi
tertentu yang dapat menimbulkan respon serta tidak mengganggu fungsi dari indra pendengaran. Rentang frekuensi yang dapat didengar oleh manusia berkisar antara
20 Hz – 20.000 Hz. Suara berdasakan frekuensinya dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kategori sebagai berikut : 1. Infrasonic : frekuensi 20 Hz
2. Audiosonic : frekuensi 20-20.000 Hz 3. Supersonic : frekuensi 20.000 Hz
2.3.2 Kebisingan
Kebisingan atau noise adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatandan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam
satuan decibel dB. Seiring berkembangnya waktu, kebanyakan dari mesin mesin produksi, mesin
–mesin transportasi, dan segala sesuatu yang dapat meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
taraf hidup manusia selalu berdampingan dengan masalah kebisingan. Kebisingan dapat merambat melalui banyak jalur yang disebut sebagai path of noise [7].
Sumber kebisingan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori: 1. Sumber kebisingan intrinsic yang muncul dari fluktuasi acak di dalam
suatu sistem fisik seperti thermal dan tembakan kebisingan. 2. Sumber kebisingan buatan manusia seperti motor, switch, elektronika digital.
3. kebisingan karena gangguan alamiah seperti petir dan bintik matahari. Pada Tabel 2.1 dapat dilihat contoh tingkat kebisingan maksimum yang
diizinkan pada beberapa sumber suara.
Tabel 2.1 Contoh tingkat kebisingan suara berdasarkan sumbernya [8]
2.3.3 Jenis –jenis Kebisingan
Kebisingan atau noise dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : 1. Kebisingan korelasi : hubungan antara sinyal dan kebisingan masuk dalam
kategori ini. Karena itu, kebisingan korelasi hanya muncul saat ada sinyal.
Universitas Sumatera Utara
2. Kebisingan tidak terkorelasi : kebisingan yang dapat muncul kapanpun, saat terdapat sinyal maupun tidak ada sinyal. Kebisingan tidak terkorelasi muncul
tanpa memperhatikan adanya sinyal atau tidak. kebisingan dalam kategori ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori umum, yaitu :
A. Kebisingan eksternal : adalah kebisingan yang dihasilkan dari luar alat atau sirkuit. Kebisingan tidak disebabkan oleh komponen alat dalam sistem
komunikasi tersebut. Ada 3 sumber utama kebisingan eksternal : a. Kebisingan atmosfirik : Gangguan elektris yang terjadi secara alami,
disebabkan oleh hal – hal yang berkaitan dengan atmosfer bumi.
Kebisingan atmosfer biasanya disebut juga static electricity. Kebisingan jenis ini bersumber dari kondisi elektris yang bersifat alami,
seperti kilat dan halilintar. Static
electricity berbentuk impuls yang
menyebar ke dalam energi sepanjang lebar frekuensi b. Kebisingan extraterrestrial : kebisingan ini terdiri dari sinyal elektris yang
dihasilkan dari luar atmosfer bumi. Terkadang disebut juga kebisingan deep-space. kebisingan ekstra terrestrial bisa disebabkan oleh Milky
Way, galaksi yang lain, dan matahari. Kebisingan ini dibagi menjadi 2 kategori, yaitu surya dan kosmik :
1 Kebisingan surya : kebisingan surya dihasilkan langsung dari panas matahari. Ada dua bagian kebisingan surya, yaitu saat kondisi dimana
intensitas radiasi konstan dan tinggi, gangguan muncul karena aktivitas sun-spot dan solar flare-ups. Besar gangguan yang jarang
terjadi ini bersifat sporadis bergantung pada aktivitas sun spot mengikuti pola perputaran yang berulang setiap 11 tahun.
2 Kebisingan kosmik : kebisingan kosmik didistribusikan secara berlanjut di sepanjang galaksi. Intensitas kebisingan cenderung kecil
karena sumber kebisingan galaksi terletak lebih jauh dari matahari. Kebisingan kosmik sering juga disebut kebisingan black-body dan
didistribusikan secara merata di seluruh angkasa.
c.
Kebisingan man-made : secara sederhana diartikan sebagai kebisingan yang dihasilkan manusia. Sumber utama dari kebisingan ini adalah
Universitas Sumatera Utara
mekanisme spark-producing, komutator dalam sistem
pembakaran kendaraan bermotor, alternator, dan aktivitas peralihan alat oleh manusia
switching equipment Misalnya, setiap saat di rumah, penghuni sering
mematikan dan menyalakan lampu melalui saklar, otomatis arus listrik dapat tiba-tiba muncul atau terhenti. Tegangan dan arus listrik berubah
secara mendadak, perubahan ini memuat lebar frekuensi yang cukup besar. Beberapa frekuensi itu memancarmenyebar dari saklar atau listrik rumah,
yang bertindak sebagai miniatur penghantar dan antena. Kebisingan karena aktivitas manusia ini disebut juga kebisingan impuls,
karena bersumber
dari aktivitas
onoff yang
bersifat mendadak. Spektrum kebisingan cenderung besar dan lebar. Frekuensi
bisa sampai 10 MHz. Kebisingan jenis ini lebih sering terjadi pada daerah metropolitan dan area industri yang padat penduduknya, karena itu
disebut juga kebisingan industri. B.
Kebisingan internal : kebisingan internal juga menjadi faktor yang penting dalam sistem komunikasi. Kebisingan internal adalah gangguan elektris yang
dihasilkan alat atau sirkuit. Kebisingan muncul berasal dari komponen alat dalam sistem komunikasi bersangkutan. Ada 3 jenis kebisingan utama yang
dihasilkan secara internal, yaitu: a. Kebisingan thermal : berhubungan dengan perpindahan elektron yang
cepat dan acak dalam konduktor akibat digitasi thermal. Perpindahan yang bersifat random ini pertama klai ditemukan oleh ahli tumbuh-tumbuhan,
Robert Brown, yang mengamati perpindahan partikel alami dalam penyerbukan biji padi.
Perpindahan random elektron pertama kali dikenal tahun 1927 oleh JB. Johnson di Bell Telephone Laboratories. Johnson membuktikan bahwa
kekuatan kebisingan thermal proporsional dengan bandwidth dan temperatur absolut.
b. Tembakan kebisingan : kebisingan jenis ini muncul karena penyampaian sinyal yang tidak beraturan pada keluaran output alat elektronik yang
digunakan, seperti pada transistor dua kutub. Pada alat elektronik,
Universitas Sumatera Utara
jumlah partikel pembawa energi
elektron yang
terbatas menghasilkan fluktuasi pada
arus elektrik
konduktor. Tembakan
kebisingan juga bisa terjadi pada alat optik, akibat keterbatasan foton pada alat optik. Pada tembakan kebisingan, penyampaian sinyal tidak bergerak
secara kontinu dan beraturan, tapi bergerak berdasarkan garis edar yang acak. Karena itu, gangguan yang dihasilkan acak dan berlapis pada sinyal
yang ada. Ketika tembakan kebisingan semakin kuat, suara yang ditimbulkan kebisingan ini mirip dengan butir logam yang jatuh di atas
genteng timah. Tembakan kebisingan tidak berlaku pada kawat logam, karena hubungan
antar elektron pada kawat logam dapat menghilangkan fluktuasi acak. Tembakan kebisingan disebut juga kebisingan transitor dan saling
melengkapi dengan kebisingan thermal. Penelitian tembakan kebisingan pertama kali dilakukan pada kutub positif dan kutub negatif tabung
pesawat vakum vacuum-tube amplifier dan dideskripsikan secara matematis oleh W. Schottky tahun 1918.
c. Kebisingan transit-time : Arus sinyal yang dibawa melintasi sistem masukan dan keluaran pada alat elektronik, misalnya dari penyampai
emitter ke pengumpul collector pada transistor menghasilkan kebisingan yang tidak beraturan dan bervariasi. Inilah yang disebut dengan
kebisingan transit-time.
Kebisingan transit-time
terjadi pada frekuensi tinggi ketika sinyal bergerak melintasi semikonduktor dan
membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk satu perputaran sinyal. Kebisingan transit-time pada transistor ditentukan oleh mobilitas
data yang dibawa, bias tegangan, dan konstruksi transistor. Jika perjalanan data tertunda dengan frekuensi yang tinggi saat perlintasan semi
konduktor, kebisingan akan lebih banyak dibandingkan dengan sinyal aslinya [5].
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Sinyal Kebisingan
Untuk suatu peristiwa pentransmisian data, sinyal yang diterima akan berisikan sinyal
– sinyal yang ditransmisikan, dimodifikasi oleh berbagai distorsi yang terjadi melalui sistem transmisi, ditambah sinyal
– sinyal tambahan yang tidak diinginkan yang diselipkan di suatu tempat diantara transmisi dan penerimaan.
Sinyal – sinyal tambahan yang tidak diharapkan tersebut disebut kebisingan.
Kebisingan merupakan faktor utama yang membatasi performansi sistem komunikasi. Contoh grafik kebisingan dapat dilihat pada Gambar 2.11 [9].
Gambar 2.11 Grafik sinyal kebisingan [9] 2.3.5 Kontur Kebisingan
Sebuah kontur kebisingan adalah garis pada peta yang mewakili tingkat yang sama dari paparan kebisingan. Kebisingan berkurang dari daerah terdalam
dalam garis kontur luar. Pada masa yang akan datang, kontur garis kebisingan diproyeksikan dengan menggabungkan runway persentase pemanfaatan, campuran
armada, koridor penerbangan, dan proyeksi paparan kebisingan termasuk pada penggunaan tambahan landasan pacu paralel yang direncanakan.
Pada Gambar 2.12 ditunjukkan contoh kontur kebisingan pada simulasi menggunakan model kebisingan terintegrasi sesuai dengan tiga minggu puncak lalu
lintas pada bandara Bologna [10].
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.12 Kontur kebsiingan [10] 2.3.6
Sumber Kebisingan Aerodinamis
Sumber kebisingan pada komponen aerodinamis diketahui sebagai bunyi akibat pergerakan antara udara terhadap medium lingkungannya. Sumber
kebisingan secara umum dikenal dengan istilah sebagai Kebisingan Generation Mechanism, adalah mekanisme sumber kebisingan yang disebabkan oleh adanya
operasi atau kegiatan serta peralatan yang menimbulkan kebisingan seperti kegiatan crushing, pengetokan, pengeboman, punch-press, penempaan, drilling, dan juga
pada pemutaran suatu propeller. Secara umum, Kebisingan Generation Mechanism terbagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Turbulensi : Disebabkan oleh pergerakan aliran udara yang acak karena melewati perubahan bentuk suatu daerah.
2. Pulsasi : Merupakan tekanan bidang yang disebabkan adanya perubahan kecepatan yang signifikan sehingga mengakibatkan perubahan tekanan yang
drastis, pada umumnya disebut sebagai pressure field. 3. Shock : Disebabkan adanya benturan secara cepat oleh aliran udara [11].
Sumber kebisingan pada komponen aerodinamis secara skematik dapat dilihat pada Gambar 2.13.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.13 Sumber-sumber kebisingan pada komponen aerodinamis [7]
Menurut Harris, Cyrill M didalam bukunya Handbook of Noise Control, menyebutkan bahwa kebisingan dari propeller yang menggerakkan pesawat terbagi
menjadi dua jenis sumber bising yang utama. Yaitu kebisingan yang bersumber dari motor penggerak dan kebisingan yang bersumber dari propeler itu sendiri.
Kebisingan generation mechanism pada propeller yang berputar dihasilkan dari tiga jenis faktor yang berbeda. Yang pertama dihasilkan melalui bending
vibration dari bilah propeller. Yang kedua adalah kebisingan dari rotasi propeller yang dihasilkan oleh tekanan bidang pulsasi yang mengelilingi setiap blade
sebagai konsekuensi dari setiap pergerakannya, dimana keadaan ini sangat dipengaruhi oleh sudut dari blade atau bilah propeller dan chamber pada airfoil.
Yang ketiga adalah kebisingan yang dihasilkan oleh vortex kebisingan yang dihasilkan oleh vortisitas udara pada aliran lintasan baling yang terkumpul pada
bilah propeler selama perputaran. Secara skematik, penjabaran tentang mekanisme pembentukan kebisingan
dapat dilihat pada Gambar 2.14 [7].
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.14 Kebisingan Generation Mechanisme pada propeller [7] 2.3.7
Parameter Kebisingan
Pada buku Industrial Noise Control and Acoustics dapat ditemukan beberapa persamaan dan parameter kebisingan Kebisingan memiliki banyak
parameter yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam menentukan skala kebisingan tersebut sebagaimana banyaknya parameter untuk menentukan bunyi. Namun,
parameter yang sering dijadikan acuan dalam mengukur suatu kebisingan untuk mempersempit pembahasan biasanya di tentukan oleh parameter berikut :
1. Karakteristik impedansi, Z
= pc gc = 1,184346,11 = 409,8 Pa-sm = 409,8 rayl = pu ……... 2.1
2. Suara yang di transmisikan lewat udara, R= 287 J kg-K
3. Kecepatan suara di udara, c = 346,1 ms
4. Persamaan kecepatan partikel akustik, u = Prms
………………………………………………………………. 2.2
Universitas Sumatera Utara
Dimana : Prms = Tingkat kebisingan
Z = Karakteristik impedansi
5. Persamaan intensitas akustik, I =
P
2
Pc …………………………………………………………………… 2.3
Dimana : P = Tingkat kebisingan
Pc = Karakteristik impedansi
6. Persamaan densitas energi akustik, D =
P
2
Pc
2
= P
2
Z c ……………………………………………………..... 2.4
7. Persamaan kenaikan temperatur udara, dT = Dpcp
………………………………………………………………… 2.5 Dimana :
pcp = kapasitas thermal per unit volume
8. Kapasitas thermal per unit volume, pCp = 1,1841005,7 = 1190,7 J� -°C ………………………………..... 2.6
9. Tingkat Kebisingan Pada Tabel 2.2 ditunjukkan referensi kuantitas dari level akustik kebisingan
yang distandarisasi ANSI S1.8, 1989 :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Referensi kuantitas level akustik kebisingan [12]
Quantity Defenition, dB
Reference Sound pressure level
Power level Intensity level
Energy density level Vibratory acceleration level
Lp = 20 log ��
r
Lw = 10 log ��
r
L I = 10 log II
r
�
�
= 10 log ��
r
�
�
= 10 log
r
�
r
= 20 µPa �
r
= 1 pW I
r
= 1 pW m
�
r
= 1 pJ m
r
= 10 µm s
2.3.8 Prosedur Dasar Mengendalikan Kebisingan
Untuk menentukan perlakuan pengendalian kebisingan yang tepat untuk permasalahan kebisingan pada propeller terdapat beberapa langkah yang harus
diikuti, yaitu : 1. Pengukuran sumber kebisingan.
Pengukuran dilakukan secara akurat dan tepat untuk mengidentifikasi distribusi kebisingan yang terjadi. Setelah itu control kebisingan yang tepat dapat diukur
pada setiap sumber yang memungkinkan. 2. Penentuan sasaran penurunan kebisingan
Apabila terdapat beberapa sumber kebisingan maka total output kebisingan melebihin 1 sumber. Pada saat pengaturan sasaran desain kebisingan harus
dipertimbangkan tingkat pengurangan kebisingan dari masing-masing sumber sehingga sasaran desain dapat tercapai.
3. Penjelasan kebutuhan penurunan kebisingan Kebutuhan penurunan kebisingan sangat diperlukan karena terdapat perbedaan
kelebihan kebisingan terhadap sasaran desain penurunan kebisingan. 4. Aplikasi control kebisingan.
Pemilihan perlakuan penurunan kebisingan untuk membatasi radiasi, transmisi, dan kebisingan yang dibangkitkan pada beberapa sumber yang diidentifikasi dan
dihitung berdasarkan langkah 1. Semua perlakuan harus dipilih sehingga efek keseluruhan dapat dikembangkan menjadi tingkat sasaran desain penurunan
kebisingan seperti yang dijelaskan pada langkah 2, dalam kondisi biaya yang sedikit, tanpa interferensi dari operator, perawatan, dan tingkat keamanan [6].
Universitas Sumatera Utara
2.4 Airfoil
Airfoil merupakan suatu bentuk geometri yang dibuat untuk menghasilkan gaya langkat yang lebih besar dari gaya drag pada saat ditempatkan pada sudut
tertentu pada suatu aliran udara. Airfoil mempunyai bentuk ujung yang lancip untuk menjamin aliran udara sedapat mungkin sealiran. Airfoil mempunyai bagian seperti
leading edge, trailing edge, chord dan chamber. Leading edge berbentuk tumpul untuk memastikan aliran lancar, trailing edge lancip agar wake terjaga tipis dan
dijaga agar terjadi separasi sekecil mungkin. Chord line adalah garis yang menghubungkan antara pusat leading edge dengan trailing edge. Camber line
adalah garis yang membelah airfoil menjadi dua buah permukaan. Maximum Camber adalah jarak maksimum dari chamber line dengan chord line, dijelaskan
dengan perbandingan dari besarnya chord. Camber dianggap positif apabila maksimum camber line terletak diatas chord line. Untuk tipe airfoil low- speed
mempunyai positif camber antara 2-3 , untuk supersonic biasanya simetris. Maximum thickness adalah jarak maksimum antara permukaan atas dan permukaan
bawah airfoil yang juga diukur tegak lurus terhadap chord line. Sudut serang adalah letak airfoil yang ditentukan berdasarkan besarnya sudut antara chord line dengan
vektor kecepatan aliran free stream.
Airfoil dapat menghasilkan gaya angkat Lift yang dibutuhkan untuk mempertahankan pesawat terbang tetap di udara. Untuk menghasilkan gaya angkat
ini maka airfoil tersebut perlu terus bergerak di udara. Harus diingat pula bahwa kita tidak mungkin hanya mendapatkan lift saja, tanpa menghasilkan gaya hambat
pula. Drag ini harus diperkecil agar tenaga pendorong airfoil tidak mengalami hambatan
yang besar. Lift dan Drag dipengaruhi oleh : 1.
Bentuk airfoil. 2.
Luas permukaan airfoil. 3.
Pangkat dua dari kecepatan aliran udara. 4.
Kerapatan densitas udara [11].
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kayu Balsa