Namun demikian, pelaksanaannya di sekolah SMPMTs pembelajaran IPS sebagian besar masih dilaksanakan secara terpisah. Pencapaian Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS masih dilakukan sesuai dengan bidang kajian masing-masing sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi tanpa
ada keterpaduan di dalamnya. Hal ini tentu saja menghambat ketercapaian tujuan IPS itu sendiri yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, budaya. Hal ini
disebabkan antara lain: 1 kurikulum IPS itu sendiri tidak menggambarkan satu kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih terpisah-pisah antarbidang ilmu-ilmu
sosial, 2 latar belakang guru yang mengajar merupakan guru disiplin ilmu seperti geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, antropologi sehingga sangat
sulit untuk melakukan pembelajaran yang memadukan antardisiplin ilmu tersebut; serta 3 terdapat kesulitan dalam pembagian tugas dan waktu pada masing-
masing guru mata pelajaran untuk pembelajaran IPS secara terpadu. 4 meskipun pembelajaran terpadu bukan merupakan hal yang baru namun para guru di sekolah
tidak terbiasa melaksanakannya sehingga dianggap hal yang baru.
c. Hakikat Pendidikan IPS
1 IPS sebagai Transmisi Kewarganegaraan Social Studies as Citizenship
Transmission
Pada sampel literatur program pendidikan citizenship transmission dilakukan
dengan memberikan contoh-contoh dan pemakaian cerita yang disusun untuk mengajarkan kebijakan, cita-cita luhur suatu bangsa, dan nilai-nilai kebudayaan.
Program pendidikan yang seperti ini banyak dilakukan dalam pembelajaran IPS yang membahas kompetensi sejarah, dan pendidikan kewarganegaraan. Misalnya
cerita tentang perjuangan pahlawan heroisme dan contoh-contoh moral untuk membangkitkan inspirasi pemuda untuk menilai dan mencapai cita-cita tinggi
yang diwariskan. Agar program pendidikan transmisi dari yang tua ke yang muda berhasil tidak menyimpang dari aslinya, maka pemindahan kebudayaan
dilembagakan, misalnya melalui program pendidikan formal Pargito, 2010:44. Inilah yang akhir-akhir ini di Indonesia menjadi dasar perlunya PKn sebagai mata
pelajaran terpisah dari IPS, karena untuk memudahkan dalam program citizenship transmission. Lebih lanjut Pargito 2010: 44 mengemukakan tujuan yang hendak
dicapai citizenship transmission adalah sebagai berikut. 1. Pengembangan pengertian patrotisme.
2. Pengembangan pengertian dasar dan apresiasi terhadap nilai-nilai bangsa, lembaga dan praktek-praktek.
3. Memberi inspirasi pada integrasi pribadi dan tanggung jawab warga negara. 4. Membentuk pengertian dan apresiasi terhadap nenek moyang bangsa.
5. Mendorong partisipasi demokrasi aktif. 6. Membantu murid-murid mendapatkan kesadaran akan problema-problema
sosial. 7. Pengembangan dan mempertontonkan cita-cita yang diinginkan, sikap-sikap,
dan ketrampilan bertingkah laku yang sangat diperlukan dalam hubungan baik pribadi-pribadi dengan yang lain.
8. Untuk mengerti dan memahami sistem ekonomi yang bebas.