Kajian Teori KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Program pendidikan yang seperti ini banyak dilakukan dalam pembelajaran IPS yang membahas kompetensi sejarah, dan pendidikan kewarganegaraan. Misalnya cerita tentang perjuangan pahlawan heroisme dan contoh-contoh moral untuk membangkitkan inspirasi pemuda untuk menilai dan mencapai cita-cita tinggi yang diwariskan. Agar program pendidikan transmisi dari yang tua ke yang muda berhasil tidak menyimpang dari aslinya, maka pemindahan kebudayaan dilembagakan, misalnya melalui program pendidikan formal Pargito, 2010:44. Inilah yang akhir-akhir ini di Indonesia menjadi dasar perlunya PKn sebagai mata pelajaran terpisah dari IPS, karena untuk memudahkan dalam program citizenship transmission. Lebih lanjut Pargito 2010: 44 mengemukakan tujuan yang hendak dicapai citizenship transmission adalah sebagai berikut. 1. Pengembangan pengertian patrotisme. 2. Pengembangan pengertian dasar dan apresiasi terhadap nilai-nilai bangsa, lembaga dan praktek-praktek. 3. Memberi inspirasi pada integrasi pribadi dan tanggung jawab warga negara. 4. Membentuk pengertian dan apresiasi terhadap nenek moyang bangsa. 5. Mendorong partisipasi demokrasi aktif. 6. Membantu murid-murid mendapatkan kesadaran akan problema-problema sosial. 7. Pengembangan dan mempertontonkan cita-cita yang diinginkan, sikap-sikap, dan ketrampilan bertingkah laku yang sangat diperlukan dalam hubungan baik pribadi-pribadi dengan yang lain. 8. Untuk mengerti dan memahami sistem ekonomi yang bebas. Ada beberapa metode pendidikan IPS sebagai program citizenship transmission Pargito, 2010:46 sebagai berikut. 1. Direct transmission, yaitu melalui transmisi langsung atau pembelajaran langsung kontak antara sumber informasi dengan penerima informasi, atau melalui kuliah langsung. 2. Indiret transmission, yaitu transmisi tidak langsung, misalnya dengan menggunakan alat bantu atau media. 3. Inquiry oriented transmission, yaitu kecakapan untuk menyelidiki dan mengadakan riset. 2 IPS sebagai Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Social Studies as Social Science Inilah alasan yang sangat kuat terhadap perlunya pendidikan IPS sebagai program pendidikan ilmu-ilmu sosial adalah karena mengajarkan ilmu-ilmu sosial secara terpisah-pisah memberatkan peserta didik sekolah secara kurikuler. Program pembelajaran secara disipliner terpisah hanya akan menambah beban peserta didik di sekolah SD – SMP dalam belajar. Karena perkembangan anak usia sekolah belum sepenuhnya spesifik atau menjurus, tetapi masih holistik, sehingga pendekatan belajar pengetahuan sosial sebaiknya terpadu, makin dewasa makin spesifik. Oleh karenanya hingga kini masih sering terjadi konflik dan pertentangan antara kelompok ahli ilmu sosial dalam menyusun materi ilmu sosial sebagai program pendidikan IPS. Akan tetapi dalam IPS sebagai program pendidikan ilmu-ilmu sosial telah terjadi kesepakatan secara aklamasi, yaitu bahwa murid-murid sekolah umum harus mempelajari struktur dan proses-proses inquiry dari disiplin ilmiah itu barr and Barth dalam Pargito, 2010:47 3 IPS sebagai Pendidikan Reflektif Social Studies as Reflective Inquiry Pendidikan reflektif bukan sekedar mengajarkan disiplin ilmu pengetahuan dan pemindahan nilai secara akumulatif, tetapi seperti di kemukakan oleh John Dewey dalam Pargito 2010:48 bahwa, kurikulum sekolah harus berpegang kepada kebutuhan-kebutuhan dan minat peserta didik sekolah, tetapi tidak perlu berusaha untuk memindahkan segudang pengetahuan yang tidak perlu dan tidak relevan, mereka harus menjadi penolong peserta didik untuk hidup lebih efektif dalam kemelut jamannya. Oleh karenanya sebagaimana rekomendasi dewan nasional NCSS bahwa, peserta didik diarahkan agar menjadi warga negara yang efektif, tidak hanya dengan menghafalkan isi materi pelajaran saja, tetapi dengan mempraktekkan decission making pengambilan keputusan dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh sebeb itu pendidikan IPS diharapkan dapat mengembangkan konsep revolusioner tentang studi-studi sosial, sebagai berikut a. Pendidikan IPS harus secara fungsional berhubungan dengan kebutuhan dan minat dari yang ada sekarang, seperti masalah demokrasi, HAM, keadilan, kritis, konflik, kesejahteraan, kelangkaan, pengelolaan, wabah, bencana, globalisasi dan sebagainya. b. Isu studi sosial IPS harus diatur mengenai topik dan permasalahan- permasalahan yang disajikan, sebaiknya juga subjek yang disajikan saling berhubungan dan dikombinasikan terpadu untuk penyelidikan kontemporer, sehingga dapat tercapai citizenship yang efektif.