Balok Beton Bertulang TINJAUAN PUSTAKA

Sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan dalam perhitungan perencanaan beton bertulang adalah tegangan leleh fy dan modulus elastisitas Es. Suatu diagram hubungan regangan-tegangan untuk batang tulangan baja dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.7 Diagram Tegangan-Regangan Batang Tulangan Baja Keterangan: Pada bagian awal diagram regangan dan regangan, modulus elastisitas baja Es konstan. Posisi a-b adalah batas leleh, dimana regangan bertambah dan tegangan konstan disebut tegangan leleh baja. Posisi c adalah saat baja mencapai tegangan ultimit. Posisi d adalah saat baja akan putus. Tegangan leleh fy adalah tegangan baja pada saat dimana meningkatnya regangan tidak disertai lagi dengan peningkatan tegangannya. Menurut SK SNI T-15-1991-03 bahwa modulus elastisitas baja Es adalah 200.000 MPa, sedangkan modulus elastisitas untuk tendon prategang harus dibuktikan dan ditentukan melalui pengujian.

II.9. Balok Beton Bertulang

Suatu gelagar balok bentang sederhana yang menahan beban mengakibatkan timbulnya momen lentur, akan terjadi deformasi regangan Universitas Sumatera Utara lentur di dalam balok tersebut. Pada kejadian momen lentur positif, pada bagian atas akan terjadi regangan tekan dan di bagian bawah dari penampang terjadi regangan tarik. Regangan-regangan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya tegangan-tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di bagian atas dan tegangan tarik di bagian bawah. Pada beban kecil, dengan menganggap belum terjadi retak beton, secara bersama-sama beton dan baja tulangan bekerja menahan gaya tekan yang ditahan oleh beton saja. Pada beban sedang, kuat tarik beton dilampaui dan beton mengalami retak rambut. Karena beton tidak dapat meneruskan gaya tarik pada daerah retak, karena terputus-putus, baja tulangan akan mengambil alih memikul seluruh gaya tarik yang timbul. Pembebanan ultimit adalah kapasitas batas kekuatan beton terlampaui dan tulangan baja mencapai luluh, balok mengalami kehancuran. Pada saat balok dekat dengan keadaan pembebanan ultimit, nilai regangan serta tegangan tekan akan meningkat dan cenderung untuk tidak sebanding di antara keduanya, dimana tegangan beton tekan akan membentuk kurva non linear. Menurut Istimawan Dipohusodo 1996 dalam bukunya menyatakan bahwa pendekatan dan pengembangan metode perencanaan kekuatan didasarkan atas anggapan-anggapan sebagai berikut : 1. Bidang penampang rata sebelum terjadi lenturan, tetap rata setelah terjadi lenturan dan tetap berkedudukan tegak lurus pada sumbu bujur prinsip Bernoulli. Oleh karena itu, nilai regangan dalam penampang komponen Universitas Sumatera Utara struktur terdistribusi linear atau sebanding lurus terhadap jarak ke garis netral prinsip Navier 2. Tegangan sebanding dengan regangan hanya sampai pada kira-kira beban sedang, dimana tegangan beton tekan tidak melampaui ± 12 fc. Apabila beban meningkat sampai beban ultimit, tegangan yang timbul tidak sebanding lagi dengan regangannya berarti distribusi tegangan tekan tidak lagi linear. Bentuk blok tegangan beton tekan pada penampangnya berupa garis lengkung dimulai dari garis netral dan berakhir pada serat tepi tekan terluar. Tegangan tekan maksimum sebagai kuat tekan lentur beton pada umumnya tidak terjadi pada serat tepi tekan terluar, tetapi agak masuk ke dalam. 3. Dalam perhitungan kapasitas momen ultimit komponen struktur, kuat tarik beton dapat diabaikan tidak diperhitungkan dan seluruh gaya tarik dilimpahkan kepada tulangan baja tarik. Gambar 2.8 a Penampang potongan A-A ; b Diagram regangan ; c Diagram tegangan ; d Gaya-gaya Universitas Sumatera Utara

II.10. Penampang Beton Bertulang dalam Keadaan Lentur Murni