rendahnya kinerja guru. Bahkan hasil kajian LPMP Jateng terhadap guru pasca sertifikasi ternyata menunjukkan bahwa tidak ada bedanya
kinerja guru sertifikasi dengan guru yang belum sertifikasi. Kondisi ini jelas kurang menguntungkan bagi dunia pendidikan itu sendiri dan
lebih luas lagi jelas tidak menguntungkan bagi masa depan bangsa. Padahal untuk meningkatkan kinerja guru sudah dilakukan berbagai
langkah peningkatan kualifikasi, kompetensi dan peningkatan kesejahteraan guru melalui tunjangan profesi. Pemerintah bermaksud
meningkatkan kompetensi guru dengan menerbitkan Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru.
Guru merupakan komponen penting dalam keseleruhan system pendidikan karena guru ada orang yang pertama dan utama
bersinggungan langsung dengan peserta didik. Oleh karena itu tidak berlebihan jika kualitas guru memberikan kontribusi yang sangat
signifikan bagi terwujudnya pendidikan yang berkualitas. Berbagai upaya peningkatan mutu guru sampai saat ini memang
belum memberikan hasil yang memuaskan. Namun hal itu tidak menjadi alasan itu lelah, putus asa atau berhenti mencari strategi
baru. Kondisi ni membutuhkan usaha yang konsisten dengan komitmen yang tinggi dari semua pihak. Guru gharus memiliki kesadaran bahwa
hanya mereka sendiri yang bisa merubah kepribadiannnya menjadi lebih professional, bukan orang lain.
b. Mengapa Guru Harus Bermutu
Dari semua jenis tenaga kependidikan, gurulah yang memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan keberhasilan
pendidikan atau mutu pendidikan. Hasil penelitian dan pendapat 2
pakar, berikut: 1 Heyneman Oxley, 1983 dalam Dedi Supriadi
1998 : 178 yang dilakukan di 29 negara 16 negara sedang berkembang dan 13 negara industri, menemukan bahwa mutu
pendidikan yang dinilai dari prestasi belajar siswa sangat ditentukan oleh guru, yaitu 34 pada negara sedang
berkembang dan 36 pada negara industri. 2 Cheng dan Wong, 1996, melaporkan hasil penelitiannya di Zhejiang, Cina, bahwa
ada empat karakteristik sekolah dasar yang unggul berprestasi, yaitu : 1 adanya dukungan pendidikan yang konsisten dari
masyarakat, 2 tingginya derajat profesionalisme di kalangan guru, 3 adanya tradisi jaminan kualitas quality
ensurance dari sekolah, dan 4 adanya harapan yang tinggi dari siswa untuk berprestasi.3 Jalal dan Mustafa, 2001,
menyimpulkan bahwa komponen guru sangat mempengaruhi kualitas pengajaran melalui: 1 penyediaan waktu lebih banyak
pada siswa, 2 interaksi yang lebih sering bagi siswa, 3 tingginya tanggung jawab mengajar dari guru. Karena itu, sekolah
menjadi baik atau tidak baik sangat tergantung pada peran dan fungsi guru.
Di samping hasil penelitian tersebut di atas, didukung pula oleh pendapat berbagai pakar antara sebagai berikut :
a Murphy, 1992 menyatakan bahwa keberhasilan dalam
pembaharuan sekolah sangat ditentukan oleh gurunya, karena
guru adalah pemimpin pembelajaran, tidak hanya sekadar fasilitator, sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran.
Karena itu guru harus senantiasa mengembangkan diri secara mandiri dan tidak tergantung pada inisiatif kepala sekolah dan
supervisor. b Ronald Brand dalam Educational Leadership 1993 menyatakan bahwa “Hampir semua usaha reformasi dalam
pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan penerapan
3
metode mengajar baru, akhirnya semua tergantung kepada guru. Tanpa penguasaan bahan pelajaran dan strategi belajar-
mengajar, dan tanpa dapat mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-sungguh, maka segala upaya peningkatan mutu
pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Sertifikasi kompetensi melalui pendidikan profesi guru
sebagai upaya penjamin mutu pendidik dan tenaga kependidikan di Indonesia mempunyai arti strategis dan mendasar dalam upaya
peningkatan mutu guru. Sertifikasi merupakan jawaban terhadap adanya kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi profesional
guru. Oleh karena itu proses sertifikasi kompetensi dipandang sebagai bagian esensial dalam memperoleh sertifikat kompetensi
yang diperlukan.
c. Guruku Sayang, Guruku Malang