metode mengajar baru, akhirnya semua tergantung kepada guru. Tanpa penguasaan bahan pelajaran dan strategi belajar-
mengajar, dan tanpa dapat mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-sungguh, maka segala upaya peningkatan mutu
pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Sertifikasi kompetensi melalui pendidikan profesi guru
sebagai upaya penjamin mutu pendidik dan tenaga kependidikan di Indonesia mempunyai arti strategis dan mendasar dalam upaya
peningkatan mutu guru. Sertifikasi merupakan jawaban terhadap adanya kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi profesional
guru. Oleh karena itu proses sertifikasi kompetensi dipandang sebagai bagian esensial dalam memperoleh sertifikat kompetensi
yang diperlukan.
c. Guruku Sayang, Guruku Malang
Di tengah gencarnya tuntutan profesionalisme guru, ternyata yang terjadi justru sebaliknya guru terjerembab dalam kubangan
perilaku yang nista tidak semuanya tentu, tapi fenomena ini cukup mencemaskan kalaupun tidak boleh dibilang menyedihkan. Ketika
pemerintah meluncurkan program sertfikasi sebagai langkah untuk mengakui profesi guru; ternyata yang dilakukan oleh para guru adalah
berbagai tindak kriminal yang tidak pantas dilakukan oleh guru. Hal itu bisa kita simak dari hasil monitoring Tim Independen Program
Sertifikasi yaitu: a. Ada 87 kejanggalan yang terkait dengan dokumen porto folio
yang diajukan para guru. b. Ada kecenderungan melakukan penyuapan dan pemalsuan
dokumen
4
c. Dalam hal pemalsuan dokumen tersebut ditemukan hal-hal sebagai berikut:
Pemalsuan tanda tangan 13
Pemalsuan tanggal pelaksanaan kegiatan 22
Pemalsuan nama sebesar 31
Pemalsuan lain-lain 34
Jika kita cermati realitas tersebut sejatinya akan kita temukan protret buram guru negeri ini. Guru telah mengkhianati profesinya
dan juga mengkhianati masyarakat yang mempercayainya. Guru hari tidak mampu mengimbangi kemajuan regulasi yang diciptakan oleh
pemerintah yang sebagian besar juga merupakan respon atas tuntutan para guru sendiri kaji ulang tayangan TV tentang Demo
PGRI dalam menuntut disahkannya UUGD dan juga tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan. Pada konteks inilah kita layak
mempertanyakan etos kerja guru dalam mewujudkan guru sebagai profesi.
Jika benar tugas guru adalah mencerdaskan anak bangsa dan menjadi teladan bagi anak didiknya, apakah perilaku kriminal
semacam itu memang pantas dilakukan ? Pada perspektif ini kita layak mempertanyakan derajat kompetensi kepribadian guru.
Berbagai tindak kriminal para guru untuk sekedar mengejar tunjangan professi sepertinya masih akan berlanjut hal itu bisa dilihat
dari kian maraknya pemalsuan dokumen PAK Penilaian Angka Kredit guru di berbagai kabupaten.
Bicara tentang etos kerja guru, kita juga bisa menyimak hasil temuan lebih lanjut yang menunjukkan bahwa dokumen porto folio
yang sulit dipenuhi oleh guru adalah:
Karya Pengembangan Profesi 48 5
Keikutsertaan Dalam Forum Ilmiah 20
Penghargaan Yang Relevan Dengan Bidang Pendidikan 31
Fakta ini memberikan penjelasan pada kita bahwa selama ini memang etos kerja guru masih jauh dari kesan profesional. Bahkan
bisa dikatakan bahwa guru tidak secara gigih memberdayakan dirinya untuk mampu tampil sebagai orang profesional. Hal ini tidak ada yang
bisa merubahnya kecuali niat baik dan ketulusan para guru sendiri. Sebab apapun aturannya bagaimanapun prosedurnya jika guru tidak
memiliki kesadaran kritis untuk berlaku jujur, bertanggung jawab dan profesional maka harapan tentang peningkatan mutu guru dan mutu
pendidikan hanyalah impian belaka.
d.Kompetensi Kepribadian