Pencegahan Primer Pencegahan Tersier

dengan dokter adalah riwayat hipertensi orang tuanya, pengobatan yang sedang dijalaninya saat itu dan data penyakit yang diderita seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal, serta faktor risiko terjadinya hipertensi, misalnya rokok, alkohol, stres, berat badan. Pada perempuan, keterangan mengenai hipertensi kehamilan, riwayat eklampsia keracunan kehamilan, riwayat persalinan, dan penggunaan pil kontrasepsi perlu juga diberitahukan ke dokter. Agar akurat , sebaiknya pengukuran dilakukan setelah pasien beristirahat dengan cukup. Minimal setelah 5 menit berbaring. Pengukuran dilakukan pada posisi berbaring, duduk, dan berdiri sebanyak 3-4 kali pemeriksaan dengan interval waktu antara 5-10 menit. 6

2.8 Pencegahan Hipertensi 2.9.1 Pencegahan Primordial

1,36 Upaya ini dimaksudkan memberi kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit itu tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Dengan kata lain tidak terdapat faktor risiko. Intervensi dilakukan dengan meningkatkan derajat kesehatan dengan gizi dan perilaku hidup sehat dapat dilakukan dengan menciptakan suasana damai, santai, rileks didalam hati, pikiran dalam setiap keadaan dan tindakan.

2.9.2 Pencegahan Primer

1,35,36 Pencegahan primer juga masih dilakukan pada orang yang masih sehat atau orang yang tidak ada gejala tetapi memiliki faktor risiko yang telah teridentifikasi. Hal ini dimaksudkan agar orang sehat tetap sehat. Ataupun orang yang sehat tidak menjadi Universitas Sumatera Utara sakit. Pencegahan ini dilakukan dengan cara memodifikasi faktor risiko dengan cara memperkuat riwayat alamiah penyakit. Program pencegahan harus didukung dengan sistem data yang akurat bukti. Dan juga harus fleksibel dan sensitif dengan budaya setempat. Primary prevention dilakukan dengan cara promosi kesehatan dan pencegahan khusus atau pencegahan keterpaparan. Misalnya mengurangi makanan yang mengandung lemak kolesterol tinggi, makanan berminyak, santan, goreng-gorengan. Mengkonsumsi makanan berserat tinggi, diet rendah garam dan membatasi konsumsi kafein. Menghindari rokok dan alkohol. Mengendalikan stres, emosi, dan ketegangan saraf,. Rajin melakukan olahraga secara teratur, sesuai dengan kemampuan tubuh, meningkatkan aktivitas fisik. 2.9.3 Pencegahan Sekunder 1, 35, 36 Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk mejadikan orang yang sakit menjadi sembuh, menghindarkan komplikasi, dan kecacatan akibatnya. Misalnya mengukur tekanan darah secara rutin dan skreening. Pencegahan sekunder juga dapat dilakukan terapi nonfarmakologis seperti menejemen stres dengan relaksasi, pengurangan berat badan dan berhenti merokok. Sedangkan terapi farmakologis dilakukan dengan pengelolaan menggunakan obat meliputi pengobatan dari dokter dan pengobatan alami dengan tumbuhan herba. Obat-obatan memang tidak selalu menyembuhkan, tetapi dapat membantu mengendalikan tekanan darah. Obat terutama dibutuhkan untuk mengendalikan hipertensi yang parah. Pada orang yang lebih tua dengan hipertensi diketahui bahwa Universitas Sumatera Utara terapi obat anti hipertensi mencegah infark miokard fatal dan non fatal serta keseluruhan mortalitas kardiovasikuler.

2.9.4 Pencegahan Tersier

1,35,36 Pencegahan tersier merupakan upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak dapat diobati atau mengalami kecacatan dengan pemantauan dan penatalaksaan hipertensi. Oleh karena itu sangat diperlukan pemaksimalan fungsi tubuhnya. Pencegahan ini ditujukan untuk penderita hipertensi yang komplikasi dan kronis dalam upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati dengan menjaga kualitas hidup. Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan follow up penderita hipertensi yang mendapat terapi dan rehabilitasi. Follow up ditujukan untuk menentukan kemungkinan dilakukannya pengurangan atau penambahan dosis obat. Adapun rehabilitasi dilakukan sesuai komplikasi yang diderita yaitu: a. Komplikasi Stroke Otak 37 Menurut Angliadi 2001 komplikasi stroke ditangani melalui rehabilitasi medik yang terdiri dari fase awal dan fase lanjutan. Tujuan dari fase awal adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi yang tersisa. Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan umum memungkinkan dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning, latihan luas gerak sendi, stimulasi elektrikal dan begitu penderita sadar dimulai penanganan masalah emosional. Sedangkan tujuan fase lanjutan adalah untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan aktifitas kegiatan sehari-hari AKS. Fase ini dimulai pada Universitas Sumatera Utara waktu penderita secara medik telah stabil. Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau embolik, biasanya mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita dengan perdarahan subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program pada fase ini meliputi fisioterapi, okupasi terapi, terapi bicara, ortotik prostetik, dan psikologi. b. Komplikasi Gagal Jantung 21,39 Pasien dapat menderita gagal jantung kiri akut akibat hipertensi yang dideritanya. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain pemberian venodilator, vasodilator, dan inotropik untuk menurunkan beban jantung dan meningkatkan kontraktilitas jantung. Penderita sebaiknya melakukan terapi nonfarmakologis dan farmakologis secara teratur. Terapi nonfarmakologis berupa mengurangi asupan lemak, garam sera minuman alhokol, mengurangi atau menurunkan berat badan, latihan atau olah raga, dan berhenti merokok untuk membantu penurunan tekanan darah selain menggunakan terapi farmakologis. Selain itu dapat juga dilakukan transplantasi jantung, tetapi biaya yang tinggi dan terbatasnya jumlah donor jantung menyebabkan seleksi pasien harus cermat sejak awal. c. Komplikasi Ginjal 5,38 Sebelum adanya obat antihipertensi, komplikasi pada ginjal sering ditemukan pada penderita hipertensi essensial. Untuk itu dilakukan pengendalian tekanan darah yang ketat 130 80 mmHg. Intervensi terapi yang terintegrasi obat antihipertensi, statin, terapi antiplatelet, dll sering harus dipertimbangkan pada pasien dengan kerusakan ginjal. Untuk gagal ginjal stadium akhir dilakukakan terapi penggantian ginjal berupa hemodialisis, dialisis peritoneal dan transplantasi ginjal. Universitas Sumatera Utara d. Komplikas Retinopati Hipertensi Mata 40 Retinopati Hipertensi Hypertensive retinopathy adalah kerusakan pada retina sebagai akibat tekanan darah tinggi. Tujuan pengobatan Retinopati Hipertensi Hypertensive retinopathy adalah untuk merendahkan tekanan darah. Untuk mengatasi dan mengontrol hipertensi diperlukan obat–obatan antihipertensi. Selain itu juga dilakukan follow up hipertensi setiap 2–3 bulan pertama, selanjutnya setiap 6 – 12 bulan. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Status hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arterial abnormal yang berlangsung terus-menerus dimana tekanan darah sistolik ≥ 14 0 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg, dikelompokkan atas: 1. Hipertensi 2. Tidak hipertensi 3.2.2. Umur adalah usia lansia mulai dari lahir sampai pengumpulan data, menurut WHO 1999 dikelompokkan atas: 17 1. Usia pertengahan middle age 45-59 tahun 2. Lansia elderly 60-74 tahun 3. Lansia tua old 75-90 tahun 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Suku 4. Agama 5. Pendidikan 6. Pekerjaan 7. Status Obesitas 8. Aktivitas Fisik 9. Riwayat Keluarga 10. Kebiasaan Merokok Hipertensi Universitas Sumatera Utara