EFEKTIFITAS GEL EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya) 75% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA AKIBAT BAHAN BLEACHING (DITINJAU DARI DIAMETER LUKA DAN JUMLAH SEL FIBROBLAS)

(1)

BLEACHING (DITINJAU DARI DIAMETER LUKA DAN JUMLAH SEL FIBROBLAS)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

ADHILA SHINTIA DHEVI 20120340008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

BLEACHING (DITINJAU DARI DIAMETER LUKA DAN JUMLAH SEL FIBROBLAS)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

ADHILA SHINTIA DHEVI 20120340008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

iii Nama : Adhila Shintia Dhevi NIM : 20120340008

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar–benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 30 Mei 2016 Yang membuat pernyataan,


(4)

iv

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada kedua orangtua yang sangat saya sayangi :

Bapak Sumaryadi dan Ibu Sri Sumarti

Terimakasih bapak dan ibu yang telah memberikan kasih sayang yang luar biasa. Terimakasih untuk dukungan dan semangat yang telah diberikan tanpa henti.


(5)

v

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Efektifitas Gel Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) 75% Terhadap Penyembuhan Luka Akibat Bahan Bleaching (Ditinjau Dari Diameter Luka dan Jumlah Sel Fibroblas)” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat beriring salam tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut–pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis membuat Karya Tulis Ilmiah ini guna untuk syarat memperoleh derajat sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(6)

vi

4. drg. Tita Ratya Utari, Sp.Ort., selaku dosen penguji proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang telah bersedia memberikan banyak bimbingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. drg. Sartika Puspita, MDSc., selaku dosen penguji Karya Tulis Ilmiah ini yang telah bersedia memberikan banyak bimbingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. dr. Nurul, Sp.PA, selaku dosen bagian histologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah membantu memberikan informasi dalam pembuatan dan pembacaan preparat.

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta beserta staf terkait yang telah membantu kelancaran dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

8. Seluruh pihak Laboratorium Hewan Uji Farmasi dan Laboratorium Patologi Anatomi Universitas Gadjah Mada, yang telah membantu dalam penelitian ini.

9. Bapak Sumaryadi dan Ibu Sri Sumarti selaku orang tua yang telah memberikan cinta, doa, dukungan semangat, perhatian dan kasih sayang serta bantuan materi maupun moral.

10.Andhika Pratama, SE dan Septina Damayanti, kakak dan adik dari penulis yang senantiasa memberikan perhatian dan dukungan.


(7)

vii

12.Untuk teman-teman KG 2012 yang selalu bersama-sama mendukung satu sama lain.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas amal dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat.

Waalaikumsalam, Wr. Wb.

Yogyakarta, 30 Mei 2016 Penulis,


(8)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka ... 8

1. Diskolorisasi Gigi ... 8

2. Bleaching... 8

3. Luka Gingiva ... 10

4. Proses Penyembuhan Luka ... 11

5. Fibroblas ... 14

6. ObatPenyembuhan Luka ... 16

7. Pepaya ... 18

8. Ekstrak... 20

9. Gel ... 22

10. Tikus Putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley ... 22

B. Landasan Teori ... 24

C. Kerangka Konsep ... 25

D. Hipotesis ... 26

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 27

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 29

E. Variabel dan Definisi Operasional ... 30

F. Instrumen Penelitian... 32

G. Cara Kerja ... 34

H. Cara Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 40

I. Analisa Data ... 40

J. Etik Penelitian ... 41


(9)

ix

B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN


(10)

x

Tabel 2.Uji Normalitas Data Fibroblas ... 48

Tabel 3.Uji Homogenitas Data Fibroblas ... 48

Tabel 4.Uji One Way Annova Data Fibroblas ... 49

Tabel 5.Uji Post Hoc Test LSD Data Fibroblas ... 50

Tabel 6.Rata-Rata Diameter Luka Masing-Masing Kelompok Percobaan ... 51

Tabel 7.Uji Normalitas Data Diameter Luka ... 51

Tabel 8.Uji Homogenitas Data Diameter Luka... 52

Tabel 9.Uji One Way Annova Data Diameter Luka ... 52


(11)

xi

Gambar 3. Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley ... 23 Gambar 4. Kerangka Konsep ... 25 Gambar 5.Alur Penelitian... 42 Gambar 6. Hasil Preparat dan Luka Gingiva Kelompok I Kontrol

Positif (Kenalog) ... 44 Gambar 7.Hasil Preparat dan Luka Gingiva Kelompok II Perlakuan

Gel Ekstrak Daun Pepaya ... 45 Gambar 8.Hasil Preparat dan Luka GingivaKelompok III

Kontrol Negatif (Aquades) ... 46 Gambar 9. Salah Satu Contoh Sel Fibroblas ... 46 Gambar 10.Salah Satu Contoh Luka dan Pengukuran Diameter Luka ... 50


(12)

(13)

xii INTISARI

Latar Belakang : Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan oksidator kuat

sehingga dikenal sebagai bahan bleaching gigi yang efektif. Hidrogen peroksida sebagai bahan bleaching dapat menyebabkan luka apabila mengenai gingiva. Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh kemampuan sel-sel melakukan regenerasi untuk mengembalikan kontinuitas dan fungsi jaringan, salah satu sel yang berperan adalah fibroblas. Daun pepaya mengandung senyawa aktif yang bermanfaat sebagai obat alternatif yaitu flavonoid, saponin dan alkaloid yang berperan dalam penyembuhan luka.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas gel ekstrak daun pepaya terhadap peningkatan jumlah sel fibroblas dan penurunan diameter luka pada proses penyembuhan luka akibat bahan bleaching.

Metode Penelitian : Desain penelitian ini adalah eksperimental murni in vivo. Subjek penelitian ini menggunakan 33 ekor tikus jantan yang telah diberikan perlukaan pada gingiva rahang bawah menggunakan hidrogen peroksida 35%. Hewan coba dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan yaitu kelompok I (Kenalog) sebagai kontrol positif, kelompok II (Gel ekstrak daun pepaya), kelompok III (Aquades) sebagai kontrol negatif. Luka pada gingiva tikus setiap hari diberikan perlakuan sesuai kelompoknya. Tikus diambil satu secara acak dari tiap kelompok pada hari ke-1, 3, 5 dan 7 untuk diukur diameter luka dan dekapitasi (pemotongan) rahang. Pembuatan preparat dengan perwarnaan HE. Analisa data menggunakan uji normalitas Shapiro Wilk, kemudian dilakukan uji hipotesis One Way Anova, dan uji lanjutan dengan uji Least Significant Differences.

Hasil : Didapatkan 2 data yaitu jumlah sel fibroblas dan diameter luka. Hasil uji normalitas Shapiro Wilk diperoleh nilai signifikansi (p> 0,05), hal ini menunjukan bahwa data memiliki distribusi data yang normal. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai signifikansi (p < 0,05), sehingga terdapat perbedaan diantara ketiga kelompok perlakuan, hasil uji LSD pada kelompok I dan II tidak signifikan dan signifikan pada kelompok III.

Kesimpulan : Pemberian gel ekstrak daun pepaya konsentasi 75% efektif terhadap peningkatan jumlah sel fibroblas dan penurunan diameter luka dalam penyembuhan luka akibat bahan bleaching pada tikus (Sprague Dawley) jantan (p<0,05).

Kata Kunci : Gel ekstrak daun pepaya, Fibroblas, Penyembuhan luka, Hidrogen peroksida, Bahan Bleaching.


(14)

xiii

the ability of cells to regenerate to restore continuity and network functions , one of the cells involved are fibroblasts. Papaya leaves contain active compounds that are useful as an alternative medicine are flavonoids, saponins and alkaloids that play a role in wound healing.

Research Objectives : This research aims to determine the effectiveness of papaya leaves extract gel to increase the number of fibroblasts and decrease the

diameter in the process of wound healing causes by bleaching materials on male

rats.

Research methods : The research design was purely experimental in vivo. The subject of this research was 33 male rats that had been given to injury in the

mandibular gingiva using hydrogen peroxide 35%. The animals were divided into

three treatment groups. The first group is (Kenalog) as a positive control, the second group (Papaya leaves extract gel 75%), the third group is (Aquades) as a negative control. Gingival wound of the rats every day given the appropriate treatment group. The rats taken randomly from each group on days 1 , 3 , 5 and 7 to measure the diameter of the wound and decapitation ( cutting ) of the jaw. The preparat of tool was colored by HE. Histological analysis to count the number of fibroblasts was performed. Data analysis was using the Shapiro Wilk normality test, and the it was tested by using the hypothesis One Way Anova, and advanced testing with Least Significant Differences.

Results : There are two results in this research which is the number of fibroblast cells and wound diameter. Shapiro Wilk normality test results obtained significance value ( p > 0.05 ) , indicating that the data has a normal distribution of data . One Way Anova test results obtained significance value ( p < 0.05 ) , so that there is a difference among the three treatment groups, the LSD test results in group I and II were not significant and the significant values in group III .

Conclusion : The provision of papaya leaves extract gel concentrations of 75 % effective effective to increase the number of fibroblasts and decrease the diameter of the wound in process of wound healing causes by bleaching materials in male rats( p < 0.05 ) .

Keywords : Papaya leaves extract gel, Fibroblast, Wound healing, Hydrogen Peroxide, Bleaching materials.


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan warna gigi (diskolorisasi) menjadi masalah estetika yang sering mendorong seseorang untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008). Salah satu perawatan untuk menghilangkan perubahan warna gigi adalah pemutihan gigi atau bleaching (Dale dan Aschheim, 2001). Perawatan bleaching telah dikembangkan karena disesuaikan dengan kebutuhan estetika masyarakat saat ini (Hendari, 2009). Karbamid peroksida dan hidrogen peroksida konsentrasi rendah digunakan sebagai bahan aktif dalam bleaching (Ferit dkk., 2011).

Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan oksidator kuat sehingga dikenal

sebagai bahan bleaching gigi yang efektif. Hidrogen peroksida menghasilkan efek yang tidak diinginkan pada struktur gigi dan mukosa mulut (Goldberg dkk., 2010). Paparan jangka panjang bahan bleaching dapat menyebabkan iritasi serta ulserasi gingiva dan jaringan lunak mulut lainnya (Ferit dkk., 2011).

Luka adalah rusak atau terputusnya keutuhan jaringan yang dapat disebabkan dengan cara fisik atau mekanik (Tambayong, 2000). Keadaan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan sengatan listrik, ataupun gangguan hewan (Sjamsuhidajat dkk., 2012). Adanya perlukaan pada jaringan membutuhkan penyembuhan baik itu struktur maupun fungsinya (Indraswary, 2011).


(16)

Penyembuhan luka merupakan suatu proses untuk mengembalikan keutuhan struktur dan fungsi jaringan yang rusak (Vinna, 2011). Proses tersebut dibagi menjadi tiga fase, yaitu inflamasi, proliferasi dan remodelling. Pada fase proliferasi, fibroblas memegang peranan penting. Fase proliferasi sering disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah kinerja fibroblas (Sjamsuhidajat dkk., 2012). Proses penyembuhan luka dapat diamati dengan pengukuran diameter luka yang ditandai dengan penurunan diameter luka (Rahman dkk., 2013). Hal tersebut dapat didukung juga dengan pengamatan secara histologi yang ditandai dengan peningkatan jumlah fibroblas (Indraswary, 2011).

Upaya untuk mempercepat penyembuhan luka biasanya menggunakan obat-obatan kimia. Penggunaan topikal kortikosteroid dianjurkan untuk pengobatan ulserasi pada mukosa mulut. Kenalog in orabase merupakan jenis topikal kortikosteroid yang sudah banyak digunakan sebagai agen anti-inflamasi untuk mengobati luka pada mukosa mulut (Krasteva dkk., 2010). Sebagaimana yang telah diketahui obat-obatan merupakan produk kimia yang memiliki efek samping. Efek samping dari obat-obatan tersebut dapat berupa gangguan saluran pencernaan, gangguan susunan saraf pusat dan sebagainya (Katzung, 1997). Sekarang telah banyak dikembangkan obat herbal yang mempunyai manfaat untuk kesehataan dengan efek samping yang rendah (Estuningtyas dan Arif, 2007).

Indonesia memiliki lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat dan 300 jenis diantaranya sudah dimanfaatkan sebagai obat herbal. Pepaya (Carica papaya)


(17)

merupakan salah satu tanaman berkhasiat obat. Salah satu bagian dari tanaman pepaya yang berkhasiat obat ialah daunnya. Daun pepaya sering dijadikan bahan makanan sehari-hari walaupun rasanya pahit (Yapian dkk., 2013). Daun pepaya mengandung senyawa aktif yaitu enzim papain dan flavonoid sebagai antiinflamasi. Ekstrak daun pepaya mempunyai efek antiinflamasi berupa penurunan jumlah sel makrofag (Aldelina dkk., 2013).

Pengunaan tumbuhan sebagai obat alternatif banyak manfaat, karena semua tumbuhan yang ada dibumi ini baik, sesuai dalam Al-Quran surat

Asy-Syu’araa’ ayat 7 yang berbunyi :

مي ك جْ ّلك ْ م ا يف ا ْتبْ أ ْمك ضْ ْْا ىلإ اْ ي ْمل أ Artinya, Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam (tumbuh-tumbuhan) yang baik?”.

Sumber daya alam harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dan secara maksimal, sesuai dalam surat Al-Quran surat Al-Israa’ ayat 27 :

لً فكا ّ إ ي ّ ب ْلاا اك ا ْخإ يطايّشلاۖ اك اطْيّشلا ّب Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya”.

Berdasarkan ayat diatas dapat diambil makna bahwa Allah SWT menciptakan semua tumbuhan di dunia ini baik dan mempunyai manfaat, kita harus memaksimalkan pemanfaatan dari tumbuhan tersebut agar kita tidak termasuk orang yang boros. Dalam bidang kesehatan, suatu pengobatan baru perlu diuji menggunakan hewan percobaan sebelum pengobatan tersebut digunakan untuk manusia.


(18)

B. Perumusan Masalah

Apakah gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya) konsentrasi 75% efektif terhadap penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35%?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan umum

Mengetahui efektifitas gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya) pada konsentrasi 75%dalam penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35%.

2. Tujuan khusus

Mengetahui efektifitas gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya) pada konsentrasi 75% terhadap penurunan ukuran diameter luka yang didukung hasil histologi peningkatan jumlah fibroblas pada proses penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% pada tikus (Sprague dawley) jantan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti

Menambah pengalaman, mendapat informasi baru tentang manfaat gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai terapi alternatif dalam penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% melalui pengamatan diameter luka dan histologi sel fibroblas.


(19)

2. Bagi masyarakat

Menambah wawasan publik tentang terapi alternatif dalam upaya peningkatan durasi penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35%.

3. Bagi ilmu pengetahuan

Memberikan informasi baru dalam kedokteran gigi.Penelitian ini diharapkan menjadi acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai terapi alternatif dalam penyembuhan luka gingiva yang akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35%.

E. Keaslian Penelitian

Terdapat beberapa penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya yaitu: 1. Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) terhadap Jumlah

Sel Makrofag pada Gingiva Tikus Wistar yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis. Oleh Aldelina dkk. pada tahun 2013. Penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat efek antiinflamasi ekstrak daun pepaya berupa penurunan jumlah sel makrofag. Peradangan (inflamasi) dilakukan dengan menginduksikan Porphyromonas gingivalis dengan konsentrasi 3x106 pada sulkus gingiva. Penelitian tersebut menggunakan ekstrak daun papaya konsentrasi 25%, 50% dan 75%. Konsentrasi 75% mempunyai efek terbesar dalam menurunkan jumlah sel makrofag. Perbedaan dengan penelitian saya adalah indikator penyembuhan luka yang diamati berupa penurunan diameter luka dan induksi lukanya menggunakan bahan


(20)

bleaching hidrogen peroksida 35%. Persamaannya adalah menggunakan ektrak daun pepaya sebagai perlakuannya.

2. Efek Ekstrak Etanol Daun Awar-Awar (Ficus Septica Burm.F) terhadap Kemampuan Epitelisasi pada Tikus (Rattus Norvegicus). Oleh Rahman, dkk. pada tahun 2013. Penelitian tersebut menggunakan ekstrak etanol daun awar-awar pada konsentrasi 0,5%, 1% dan 1,5%. Perlukaan dilakukan dengan menempelkan logam panas (1000C) selama 2 detik pada kulit punggung tikus. Ekstrak etanol daun awar-awar memiliki kemampuan epitelisasi pada tikus putih dan pada konsentrasi 1.5 % sangat signifikan sebagai obat untuk penyembuhan. Perbedaannya dengan penelitian saya adalah bahan yang digunakan berupa daun pepaya dan perlukaannya menggunakan bahan bleaching hidrogen peroksida 35%. Persamaannya adalah variabel yang diamati yaitu penurunan diameter luka sebagai indikator penyembuhan.

3. Efek Konsentrasi Ekstrak Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) Topikal pada Epitelisasi Penyembuhan Luka Gingiva LabialTikus Sprague Dawley in Vivo. Oleh Indraswary pada tahun 2011. Penelitian tersebut menyatakan pemberian ekstrak buah adas (Foeniculum vulgare Mill) dengan konsentrasi 10%, 20%, 40%, 60% dan 80%. Perlukaan dibuat pada gingiva bagian labial dibawah kedua gigi anterior mandibula dengan menggunakan punch biopsy berdiameter 2,5 mm hingga kedalaman mencapai tulang alveolar. Konsentrasi 40% merupakan konsentrasi terbaik pada proses penyembuhan luka gingiva dengan pengamatan secara mikroskopis


(21)

terhadap peningkatan fibroblas. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan tumbuhan yang mengandung flavonoid, saponin dan tanin sebagai antiinflamasi yang membantu proses penyembuhan luka, selain itu salah satu variabel yang diukur adalah jumlah fibroblas. Sedangkan perbedaannya terdapat pada bahan yang digunakan yaitu daun pepaya danpengamatan yang dilakukan berupa pengukuran diameter luka.


(22)

8 A. Telaah Pustaka

1. Diskolorisasi Gigi

Diskolorisasi gigi merupakan suatu kondisi dimana terjadi perubahan warna gigi dengan berbagai macam etiologi yang diklasifikasikan sebagai ekstrinsik dan intrinsik, dan dapat terjadi karena sejumlah penyakit metabolik, kondisi sistemik dan faktor lokal seperti luka. Diskolorisasi ekstrinsik dapat ditemukan pada permukaan luar gigi, biasanya lokal seperti noda teh atau tembakau dapat hilang dengan scalling sedangkan diskolorisasi intrinsik terjadi pada email dan dentin, misalnya karena noda tetrasiklin yang masuk dentin (Grossman dkk., 1995). Walton dan Torabinejad (2008) mengemukakan diskolorisasi atau perubahan warna gigi dapat terjadi saat maupun setelah terbentuknnya email dan dentin. 2. Bleaching

Bleaching merupakan proses menghilangkan noda atau warna dengan zat kimia dalam kedokteran gigi, penghilangan atau pengurangan diskolorisasi mahkota gigi dengan mengaplikasikan bahan pemutih misalnya dengan hidrogen peroksida. Prosesnya bisa dipercepat dengan pemberian panas atau sinar ultraviolet (Harty dan Ogston, 2012).

Hidrogen peroksida merupakan suatu cairan jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau yang sering digunakan sebagai bahan pemutih gigi


(23)

(Grossman dkk., 1995). Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat sehingga penggunaanya harus hati-hati (Walton dan Torabinejad, 2008).

Karbamid peroksida juga dikenal sebagai hidrogen peroksida karbamid, karbamid urea, urea hidrogen peroksida, urea peroksida, perhydrol urea, dan perhydelure. Sepuluh persen karbamid peroksida terurai menjadi sekitar 3 % hidrogen peroksida dan 7 % urea. Carbapol dan gliserin ditambahkan sebagai bahan yang berfungsi meningkatkan sifat kekentalan untuk menghasilkan gel atau pasta (Dale dan Aschheim, 2001).

Mekanisme yang tepat dari bleaching belum sepenuhnya diketahui.

Hidrogen peroksida dapat melepaskan radikal bebas berupa anion

perhydroxyl (Dale dan Aschheim, 2001). Reaksi oksidasi yang terjadi

selama perawatan akan menghasilkan radikal bebas yang akan bereaksi dengan molekul zat warna. Radikal bebas akan memutuskan ikatan ganda molekul zat warna menjadi ikatan yang lebih sederhana dan memberikan perubahan warna gigi yang lebih terang (Greenwall dan Li, 2013).

Bleaching dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu office bleaching

dan home bleaching. Office bleaching merupakan tindakan pemutihan gigi

yang dilakukan di praktek dokter gigi dan biasanya menggunakan bahan pemutih hidrogen peroksida 35 % dalam bentuk cair atau gel (Dale dan Aschheim, 2001). Hidrogen peroksida 35% merupakan bahan kimia yang tajam dan menyebabkan luka terbakar pada gingiva, sehingga jaringan lunak atau gingiva harus dilapisi dengan pelindung (Walton dan Torabinejad, 2008)


(24)

Efek samping yang paling sering terlihat dari bleaching adalah gigi sensitif dan iritasi gingiva (Greenwall dan Li, 2013). Salah satu faktor yang dapat menyebabkan gigi sensitif adalah penggunaan bahan gliserin yang terkandung di dalam bahan pemutih gigi. Bahan tersebut menyebabkan penyerapan air dari tekanan yang lebih rendah. Dalam hal ini dari email, tubulus dentin, dan lapisan epitel mukosa atau gusi. Proses dehidrasi tersebut menyebabkan rasa ngilu dan sensitive (Jenssen dan Tran, 2011). Luka iritasi gingiva pada proses bleaching dikaitkan dengan konsentrasi hidrogen peroksida dalam bahan yang digunakan. Iritasi gingiva pada office bleaching sebagian besar disebabkan karena tray yang digunakan sebagai penghalang gingiva mengalami kebocoran atau pengaplikasiannya kurang tepat (Greenwall dan Li, 2013).

3. Luka Gingiva

Gingiva dibentuk oleh jaringan ikat fibrous yang ditutupi oleh epitel skuamus berlapis. Gingiva melekat pada gigi dan tulang alveolar (Harty dan Ogston, 2012). Gingiva merupakan jaringan lunak pada rongga mulut yang dapat mengalami perlukaan baik secara sengaja maupun tidak (Indraswary, 2011).

Menurut Sutawijaya (2009), luka disebabkan oleh trauma yang dapat berupa :

a. Trauma fisik

Trauma fisik dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain: 1) Benda tajam


(25)

3) Kecelakaan 4) Tembakan 5) Gigitan binatang b. Trauma kimia

Trauma kimiawi ini biasanya terjadi karena tersiram oleh zat-zat kimia.

c. Trauma termis

Trauma termis dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain: 1) Air panas

2) Uap air

3) Terkena api atau terbakar d. Trauma elektris

Trauma elektris dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain: 1) Listrik

2) Petir

Trauma kimiawi, termis dan elektris ini menimbulkan luka bakar (Sutawijaya, 2009).

Luka gingiva adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan gingiva (Sjamsuhidajat dkk., 2012). Luka tersebut dapat terjadi akibat berbagai hal, yaitu trauma, kimiawi, listrik, dan radiasi (Bisono, 2009). 4. Proses Penyembuhan Luka

Tujuan penyembuhan luka adalah untuk mengembalikan keutuhan struktur dan fungsi jaringan yang rusak (Vinna, 2011). Penyembuhan luka


(26)

dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase inflamasi, fase poliferatif, dan fase remodeling (Sjamsuhidajat dkk., 2012).

a. Fase Inflamasi

Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu (Dorland, 2002). Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari kelima. Terputusnya pembuluh darah pada luka menyebabkan perdarahan sehingga tubuh berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang terputus dan reaksi hemostatis (Sjamsuhidajat dkk., 2012).

Reaksi hemostatis terjadi karena saling melekatnya trombosit yang keluar dari pembuluh darah, dan bersama matrik fibrin yang terbentuk, akan membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah (Sjamsuhidajat dkk., 2012).

Fase inflamasi melibatkan beberapa sel, di antaranya neutrofil polimorfonuklear pada inflamasi akut serta limfosit dan makrofag pada inflamasi kronis. Fungsi utama neutrofil polimorfonuklear adalah memakan bakteri (Grossman dkk.,1995). Aktivitas selular yang terjadi meliputi, monosit dan limfosit memakan serta membuang jaringan mati (fagositosis). Monosit yang berubah menjadi makrofag


(27)

menyekresi bermacam-macam sitokin dan growth factor yang dibutuhkan saat penyembuhan luka (Sjamsuhidajat dkk., 2012).

Tanda dan gejala klinis inflamasi berupa warna kemerahan (rubor) dan rasa panas (kalor) yang disebabkan karena vasodilatasi pembuluh dan aliran darah ke jaringan, pembengkakan (tumor) yang di disebabkan karena filtrasi makromolekul dan cairan ke dalam jaringan, rasa sakit (dolor) karena kerja bahan siitotoksik yang dilepaskan dari elemen humoral, selular, dan mikrobial pada ujung saraf serta yang terakhir ada gangguan fungsi (fungsio laesa) yang disebabkan oleh perubahan jaringan (Grossman dkk., 1995).

b. Fase Proliferasi

Fase proliferasi berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga. Fase proliferasi sering disebut juga fase fibroplasia karena kerja fibroblas sangat menonjol (Sjamsuhidajat dkk., 2012).

Rangsangan PDGF (Platelet-Derived Growth Factor) yang merupakan salah satu growth factor yang dihasilkan oleh makrofag menstimulasi fibroblas berpindah dari tepi luka ke daerah luka dan mengeluarkan kolagen yang membantu untuk menutup luka (Sabiston, 1995).

Pada fase proliferasi, luka dipenuhi oleh sel radang, fibroblas, kolagen, dan kapiler baru akan membentuk jaringan granulasi. Jaringan granulasi merupakan jaringan yang berwarna kemerahan


(28)

dengan permukaan sedikit kasar. Setelah permukaan luka tertutup, fase proliferasi dengan pembentukan jaringan granulasi akan terhenti dan mulailah proses remodeling (Sjamsuhidajat dkk., 2012).

c. Fase Remodelling

Fase remodeling merupakan proses pematangan yang terdiri atas penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan dan akhirnya menbentuk ulang jaringan yang baru. Fase remodeling berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir saat semua tanda radang sudah hilang (Sjamsuhidajat dkk., 2012).

5. Fibroblas

Fibroblas merupakan sel utama yang terdapat pada jaringan ikat. Fibroblas bertanggung jawab dalam pembentukan dan pemeliharaan komponen fibrosa dan substansi dasar jaringan ikat. Setelah terjadi luka fibroblas akan bergerak dari jaringan sekitar luka ke daerah luka dan mengeluarkan beberapa kolagen, elastin, asam hialuronik, fibronektin dan profeoglikan yang berperan dalam membangun (merekonstruksi) jaringan baru (Nanci, 2012).

Fibroblas muncul pertama kali secara bermakna pada hari ke-3 dan mencapai puncak pada hari ke-7. Peningkatan jumlah fibroblas pada daerah luka merupakan kombinasi dari proliferasi dan migrasi. Fibroblas berasal dari sel mesenkim yang baru berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam amino glisin, dan prolin yang merupakan bahan


(29)

dasar serat kolagen yang akan menggabungkan tepi luka (Sjamsuhidajat dkk., 2012).

Pada jaringan ikat yang direntangkan inti fibroblas tampak pucat, pada sajian irisan, fibroblas terlihat mengkerut dan terpulas gelap dengan pewarnaan basa. Pada kebanyakan sediaan histologi, batas sel tidak nyata dan ciri inti merupakan pedoman untuk pengenalnnya. Inti lonjong atau memanjang dan diliputi membran inti halus dengan satu atau dua anak inti jelas, dan sedikit granula kromatin halus (Lesson dan Paparo, 1996). Inti panjangnya terlihat jelas, namun garis bentuk selnya mengkin sukar dilihat pada sediaan histologis (Bloom dan Fawcett, 2002).

Sel biasanya tersebar sepanjang berkas serat kolagen dan tampak dalam sediaan sebagai sel fusiform dengan ujung-ujung meruncing. Cabang-cabang yang langsing ini merupakan sitoplasma yang saat bermigrasi melekat pada sel-sel di dekatnya untuk membentuk suatu jaringan (Bloom dan Fawcett, 2002).

Fungsi fibroblas adalah mensintesis serabut kolagen. Fibroblas mensintesis serabut kolagen dan glikoaminoglikan pada saat yang bersamaan, fibroblas yang mensintesis serabut kolagen banyak akan mensintesis glikoaminoglikan lebih sedikit, begitupun sebaliknya (Harjana, 2011). Fibroblas akan menghasilkan kolagen yang akan menautkan luka dan fibroblas juga akan mempengaruhi proses reepitelisasi yang akan menutup luka (Robbin, 2007).


(30)

Fibroblas awalnya memproduksi kolagen pendek disebut subunit procollagen kemudian keluar dari sel-sel fibroblas lalu bergabung bersama untuk membentuk molekul kolagen lengkap (Sukma, 2012). Kolagen mulai disintesis oleh fibroblas dengan dirangsang oleh TGF-β dari sel makrofag dan fibroblas sendiri, terutama kolagen tipe III yang berbentuk serabut (Sabirin dkk., 2013).Kolagen yang terdapat pada jaringan ikat longgar, dinding pembuluh darah, stroma berbagai kelenjar limpa ginjal dan uterus. Kolagen ini membentuk serat argilofilik yang secara tradisional disebut serat retikuler (Bloom dan Fawcett, 2002).

6. Obat Penyembuhan Luka

Penggunaan topikal kortikosteroid dianjurkan untuk pengobatan ulserasi pada mukosa mulut. Topikal kortikosteroid berfungsi sebagai agen antiinflamasi. Topikal kortikosteroid dapat berupa triamcinolone acetonide 0,1%, kenalog in orabase, salep hydrocortisone acetate 1% dan salep bethamethasone dipropionate 0,05% (Krasteva dkk., 2010).

Efek antiinflamasi kortikosteroid dicapai melalui penghambatan enzim fosfolipase sehingga mengurangi pelepasan asam arachidonat dari fosfolipid. Hal ini mengurangi mediator-mediator inflamasi seperti prostaglandin, leukotrin dan tromboksan (Jenie dkk., 2006).


(31)

Gambar 1.Mekanisme kerja obat kortikosteroid Kerusakan membran sel

Fosfolipid

Fosfolipase

Asam arachidonat

Siklooksigenase Lipooksigenase

Asam hidroperoksid Endoperoksid

Leukotrin LTA

COX-1 COX-2

Tromboksan Prostacyclin

Prostaglandin

LTC4-LTD4-LTE4 LBT4

Berperan dalam Peradangan

Berperan dalam peradangan Dihambat


(32)

7. Pepaya

a. Klasifikasi tumbuhan pepaya, yaitu: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub-Divisi :Angiosperma Kelas : Dicotyledonae Ordo : Caricales Famil : Caricaceae Spesies : Carica papaya L.

(Rukmana, 1995) b. Karakteristik

Pepaya (Carica papaya) bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman papaya berasal dari Amerika Tengah yang beriklim tropis. Di Indonesia, tanaman pepaya baru dikenal secara umum sekitar tahun 1930-an, khususnya di kawasan pulau Jawa (Haryoto, 1998).

Tanaman pepaya termasuk tumbuhan perdu dan dapat tumbuh setahun atau lebih. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 meter (Handayani dan Maryani, 2004). Batang tanaman berbentuk bulat lurus, berbuku-buku, di bagian tengahnya berongga, dan tidak berkayu (Haryoto, 1998).

Bunga berwarna putih. Buah berbentuk elips, berwarna hijau saat masih muda dan berubah kuning kemerahan setelah masak (Handayani


(33)

dan Maryani, 2004). Bagian dalam buah berongga dan berisi banyak biji berwarna hitam (Haryoto, 1998).

Daun pepaya bertulang menjari, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Daun pepaya tergolong besar, tunggal, tangkainya panjang dan berongga (Haryoto, 1998).

Gambar 2.Daun Pepaya(Carica papaya)

c. Kandungan dan manfaat

Kandungan zat kimia pepaya cukup banyak. Getahnya mengandung cauthouc, damar, papaine, dan payotine. Daun pepaya mengandung carpaine (alkaloida pahit) (Handayani dan Maryani, 2004). Kandungan alkaloid karpain menyebabkan rasa pahit pada daun. Alkaloid memiliki aktivitas sebagai antibakteri (Kalie, 2000). Daun pepaya juga mengandung senyawa aktif yaitu enzim papain dan flavonoid sebagai anti radang. Penelitian sebelumnya menyatakan enzim papain bekerja sama dengan vitamin A, C dan E untuk mencegah radang, sedangkan flavonoid menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase. Penghambatan kedua enzim


(34)

tersebut diharapkan dapat menurunkan proses radang (Aldelina dkk.,2013).

Flavonoid merupakan senyawa antioksidan yang larut dalam air dan membersihkan radikal bebas serta memberikan efek antiinflamsi (Harisaranraj dkk., 2009). Tanin memiliki kelebihan meringankan rasa nyeri, membatasi terjadinya infeksi sekunder mencegah hilangnya plasma dan promosi epitelisasi yang produktif (Hasselt, 2005). Saponin merupakan senyawa yang dapat digunakan untuk penyembuhan luka dan menghentikan perdarahan karena memiliki sifat koagulasi dan mampu mengendapkan (Harisaranraj dkk., 2009).

Daun pepaya dimanfaatkan untuk mengobati penyakit demam, keputihan, jerawat, penambah nafsu makan, dan pelancar ASI (Handayani dan Maryani, 2004).

8. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dari mengekstrak senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Ditjen POM, 2000). Proses ekstraksi dapat digunakan sebagai bahan pelarut seperti air, etanol, atau campuran air, dan etanol (Mahendra, 2008).


(35)

Ada beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut menurut Ditjen POM (2000), di antaranya :

a. Cara dingin

1) Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

2) Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahapan maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan atau penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang tidak meninggalkan sisa bila 500 mg perkolat terakhir diuapkan pada suhu ± 50ºC.

b. Carapanas

1) Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu, dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi sempurna.

2) Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dikakukan dengan alat khusus sehingga terjadi


(36)

ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3) Digesti adalah maserasi kinetik (pengadukan) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50ºC.

4) Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 96-98ºC selama 15-20 menit dipenangas air dapat berupa bejana infus tercelup dengan penangas air mendidih.

9. Gel

Gel merupakan sediaan semi padat digunakan pada kulit, umumnya sediaan tersebut berfungsi sebagai obat topikal. Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang tersusun baik dari partikel anorganik maupun organik dan saling diresapi cairan. Gel memiliki sifat-sifat antara lain bersifat lunak, lembut, mudah dioleskan, dan tidak meninggalkan lapisan berminyak pada permukaan kulit (Wardani, 2009).

10.Tikus Putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley

Tikus sering digunakan pada berbagai macam penelitian medis selama bertahun-tahun. Hal ini dikarenakan tikus memiliki karakteristik genetik yang unik, mudah berkembang biak, murah serta mudah untuk mendapatkannya. Tikus merupakan hewan yang melakukan aktivitasnya pada malam hari (Adiyati, 2010).

Tikus putih yang digunakan untuk percobaan laboratorium yang dikenal ada tiga macam galur yaitu Sprague dawley, Long evans dan


(37)

Wistar. Tikus putih juga memiliki ciri-ciri morfologis seperti albino, kepala kecil, dan ekor yang lebih panjang dibandingkan badannya, pertumbuhannya cepat, temperamennya baik, kemampuan laktasi tinggi, dan tahan terhadap arsenik tiroksid (Akbar, 2010).

Klasifikasi tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley menurut Adiyati (2011).

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Rodentia Subordo : Sciurognathi Famili : Muridae Sub-Famili : Murinae Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus Galur/Strain : Sprague dawley


(38)

B. Landasan Teori

Pemutihan gigi (bleaching) sering dilakukan sebagai salah satu perwatan dalam kedokteran gigi untuk menghilangkan pewarnaan gigi. Bahan bleaching yang sering digunakan adalah hidrogen peroksida 35% yang merupakan oksidator kuat. Dalam praktek kedokeran gigi sering terjadi luka pada rongga mulut. Salah satunya adalah luka gingiva akibat tidak sengaja terkena hidrogen peroksida saat proses bleaching.

Daun pepaya (Carica papaya) mengandung senyawa aktif flavonoid, tanin, dan saponin sebagai antiinflamasi yang berperan pada proses penyembuhan luka. Pada penelitian ini menggunakan daun pepaya (Carica papaya) yang akan diujikan pada tikus (Sprague dawley) jantan untuk melihat pengaruhnya terhadap penurunan ukuran diameter luka dan peningkatan jumlah fibroblas pada proses penyembuhan luka gingiva yang diakibatkan oleh hidrogen peroksida 35% sebagai bahan bleaching.


(39)

C. Kerangka Konsep

Gambar 4. Kerangka Konsep Bleaching

Efek Samping Bahan Bleaching Hidrogen Peroksida 35%

Luka Gingiva

Proses Penyembuhan Luka Pengobatan Luka

Obat Kimia Obat Herbal

Gel Ekstrak Daun Pepaya(Carica papaya) konsentrasi 75%

Kandungan

Flavonoid, Tanin dan Saponin Gigi Sensitif

Pengamatan ukuran diameter luka dan

jumlah fibrobas Kenalog in


(40)

D. Hipotesis

Gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya) konsentrasi 75% efektif terhadap penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% ditinjau dari peningkatan jumlah fibroblas dan penurunan ukuran diameter luka.


(41)

27 A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini ialah eksperimental laboratoris in vivo dengan menggunakan hewan uji.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa tempat, yaitu : a. Daun pepaya diperolehdari Perkebunan Muntilan.

b. Pembuatan ekstrakdaun pepaya (Carica papaya) dilaksanakan di Laboratorium Farmasi unit II Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. c. Pembuatan gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya) dilaksanakan di

Laboratorium Farmasi unit II Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. d. Penelitian pada hewan uji dan perlukaan gingiva tikus (Sprague

dawley) jantan di FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Waktu

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai dengan Januari 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Tikus (Sprague dawley) jantan

Subyek yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus yang diperoleh dari Abadi Jaya, Gandok gg Narodo No. 3X, Condong Catur Depok, Sleman, Yogykarta. Tikus yang digunakan 33 ekor dengan kriteria: jenis kelamin jantan dengan berat sekitar 200 – 250 gram dan


(42)

umur ±3 bulan. Kondisi lingkungan sekitar termasuk kandang dan konsumsi makanan yang diberikan pada tikus dikendalikan.

2. Daun pepaya (Carica papaya)

Daun pepaya diperoleh dari Perkebunan Muntilan yang sehat dengan ciri berwarna hijau dan tampak bersih.

3. Besar sampel

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dihitung dengan rumus Federrer(1963) :

Keterangan : n = jumlah sampel t = jumlah variabel sehingga didapatkan,

(n-1) (t-1)> 15 (n-1) (3-1)> 15 (n-1) (2)≥ 15 2n – 2≥ 15

2n≥ 17

n ≥ 8,5 (n= 9)

Dengan pembulatan maka n=9 dan asumsi drop out 2 tiap kelompok, sehingga jumlah subyek penelitian yang digunakan pada tiap kelompok n=11 ekor. Pada penelitian ini terdapat 3 kelompok perlakuan, sehingga total subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 33 ekor tikus (Sprague dawley)jantan.


(43)

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Subyek penelitian yang digunakan adalah 33 ekor tikus (Sprague dawley) jantan dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

1. Kriteria inklusi a. Tikus jantan

1) Jenis kelamin : jantan 2) Umur : ±3 bulan 3) Berat : 200-250 gram 4) Dalam keadaan sehat dan aktif b. Daun pepaya

Daun pepaya dengan keadaan baik yang berwarna hijau. 2. Kriteria eksklusi

a. Tikus jantan

1) Jenis kelamin : betina 2) Umur : ≠ ±3 bulan 3) Berat : ≠ 200-250 gram

4) Diketahui terjangkit penyakit atau tidak aktif 5) Diketahui mati sebelum perlakuan selesai b. Daun pepaya

Daun pepaya yang akan busuk dengan berwarna hijau kekuningan atau kecoklatan.


(44)

E. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel

a. Variabel pengaruh

Perlakukan coba : Gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya)

Perlakuan kontrol : Mengaplikasikan Kenalog in orabase pada luka gingiva tikus (Sprague dawley )jantan untuk kontrol positif serta perlakuan aquades.

b. Variabel terpengaruh

Variabel terpengaruh dalam penelitian ini adalah penurunan diameter ukuran luka dan peningkatan jumlah fibroblas.

c. Variabel terkendali

1) Jenis kelamin tikus, yaitu tikus (Sprague dawley) jantan 2) Umur tikus sekitar ±3 bulan

3) Berat tikus 200-250 gram

4) Makanan tikus mengunakan pellet AD-2 5) Air minum : air mineral

6) Area gingiva yang dilukai

7) Alat pengolesan hidrogen peroksida 8) Konsentrasi gel ekstrak

9) Konsentrasi hidrogen peroksida d. Variabel tidak terkendali

1) Infeksi bakteri


(45)

3) Komplikasi pasca perlukaaan gingiva 2. Definisi Operasional

a. Ekstrak daun pepaya

Ekstrak daun pepaya adalah sediaan pekat yang didapat dengan mengekstrak zat aktif daun pepaya menggunakan etanol 70%, yang diperoleh dengan cara maserasi. Pada penelitian ini dibuat konsentrasi ekstrak daun pepaya setelah diencerkan dengan aquades hingga mencapai konsentrasi 75%.

b. Gel ekstrak daun pepaya

Gel merupakan sediaan semi padat digunakan pada kulit, umumnya sediaan tersebut berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat topikal, pelunak kulit atau sebagai pelindung. Pembuatan gel ekstrak daun pepaya terdiri dari ekstrak dan bahan basis gel. Bahan basis digunakan bahan-bahan seperti natrium CMC (CMC-Na) 5 gram dan aquades 100 gram (10%) steril, sehingga diperoleh gel daun pepaya 75%.

c. Luka gingiva

Luka gingiva adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan gingiva. Luka gingiva yang disebabkan oleh bahan hidrogen peroksida berupa luka bakar.

d. Penyembuhan luka

Penyembuhan luka merupakan proses untuk mengembalikan keutuhan jaringan yang rusak. Proses tersebut dibagi menjadi tiga fase,


(46)

yaitu inflamasi, proliferasi dan remodelling. Penyembuhan luka dapat diamati dari penurunan ukuran diameter luka. Luka dinyatakan sembuh apabila ukuran diameter luka sudah mencapai 0,0 mm. Dapat pula diamati dari peningkatan jumlah sel fibroblas secara histologi.

e. Sel Fibroblas

Fibroblas merupakan sel besar, gepeng, bercabang-cabang, yang dari samping terlihat berbentuk gelendong atau fusiform. Dalam beberapa situasi, fibroblas ditemukan dalam bentuk stelata gepeng dengan beberapa cabang langsing. Inti panjangnya terlihat jelas, namun garis bentuk selnya mengkin sukar dilihat pada sediaan histologis.

f. Bahan bleaching

Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan salah satu bahan yang

digunakan sebagai bahan pemutih gigi. Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat, sehingga apabila saat pemakaiannya tidak berhati-hati maka akan menimbulkan luka pada gingiva berupa iritasi serta ulserasi. Pada praktek dokter gigi hidrogen peroksida yang biasanya digunakan adalah konsentrasi 35%.

F. Instrumen Penelitian 1. Bahan

a. Daun pepaya (Carica papaya)

b. Kenalog in orabase, sebagai pembanding ke-1 c. Hidrogen peroksida 35% , didapat dari Bratachem


(47)

d. Etanol 70%, untuk pelarut ekstrak e. Tikus (Sprague dawley) jantan f. Natrium CMC (CMC-Na) 5 gram g. Aquades 100ml steril

h. Formalin 10%

i. Pellet AD-2, pakan tikus j. Alkohol 70%

k. Kloroform, untuk bius sebelum dekapitasi tulang rahang l. Xylol

m. Bahan pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan HE 2. Alat

a. Penyaring, untuk menyaring ekstrak b. Pemanas, untuk memanaskan larutan c. Timbangan, untuk menimbang bahan

d. Blender, untuk menghaluskan daun pepaya yang sudah kering e. Gelas ukur dan gelas beker, sebagai alat ukur

f. Water bath, pemanas bahan

g. Cawan porselin, wadah pemanas bahan h. Sendok stainless steel, pengaduk gel i. Mortil, tempat pencampuran bahan j. Botol gel, untuk menyimpan gel

k. Mikro brush, untuk pengolesan dalam perlakuan l. Kapas


(48)

m. Jangka sorong, untuk pengukuran diameter luka pada gingiva tikus n. Mikroskop cahaya, untuk pengamatan jumlah fibroblas

o. Kamera p. Sarung tangan q. Masker r. Handscoon

s. Kandang tikus diberi kode nomor

t. Gunting bedah, untuk mengambil rahang u. Pinset

G. Cara Kerja

1. Tahap persiapan a. Ekstraksi bahan uji

Pembuatan ekstrak etanol daun papaya dilakukan di Laboratorium Farmasi unit II UGM. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi dengan bahan pelarut etanol 70%. Tiga kilogram daun pepaya dicuci terlebih dahulu hingga bersih, kemudian di keringkan. Langkah selanjutnya, daun papaya dipotong-potong kecil. Kemudian dioven pada suhu 500C sampai kering selama 5 hari. Daun tersebut dihaluskan dengan blender menjadi serbuk.

Serbuk daun pepaya dimasukkan ke dalam maserator, lalu ditambahkan ethanol 70% dan dilakukan pengadukan selama 30 menit sampai homogen. Campuran serbuk daun pepaya dan ethanol 70% dibiarkan termaserasi selama sehari dalam maserator tertutup. Setelah


(49)

itu, maserat disaring dari ampasnya dan diendapkan selama dua hari. Kemudian pisahkan maserat dari endapannya. Maserat dituang pada tabung rotavapour lalu dimasukan ke dalam penguap putar (rotavapour) pada suhu 700C, kemudian diuapkan kembali pada waterbath sehingga diperoleh ekstrak kental.

Ekstrak daun pepaya dienceran dengan aquades steril sesuai dengan konsentrasi yang akan digunakan pada penelitian yaitu 75%. b. Pembuatan bentuk sediaan gel

Pembuatan gel ekstrak daun pepaya dilakukan pada Laboratorium Farmasi unit II UGM. Pembuatan gel terdiri dari ekstrak dan bahan basis gel. Bahan basis digunakan bahan-bahan seperti natriumCMC (CMC-Na) 5 gram dan aquades 100 gram (10%) steril.

Adapun proses pembuatan gel adalah sebagai berikut :

1) Menyiapkan bahan dasar pembuat gel yaitu serbuk CMC-Na. 2) Menimbang CMC-Na seberat 5 gram, masukkan ke dalam gelas

ukur.

3) Melarutkan bahan dasar dengan aquades sebanyak 100 gram untuk gel konsentrasi 75%, lalu aduk sedikit demi sedikit dan di aduk sampai rata.

4) Menambahkan ekstrak daun papaya 100 gram untuk gel konsentrasi 75%.


(50)

5) Memasukkan ekstrak kedalam gelas beker dan satukan dengan serbuk CMC-Na, aduk sampai rata sehingga membentuk masa gel. 6) Setelah bahan menjadi padat akan menghasilkan 50gram gel

ekstrak daun pepaya konsentrasi 75%. Gel tersebut di masukkan kedalam botol gel dan disimpan didalam lemari es bersuhu 4-6ºC. c. Cara pengaplikasian gel

1) Menyiapkan gel ekstrak daun papaya

2) Mengambil gel dengan menggunakan mikro brush ,1ml dan dioleskan pada gingiva yang dilukai, pengolesan dilakukan 1 kali sehari pada sore hari.

3) Perlakuan tersebut terus dilakukaan dari hari pertama sampai hari ketujuh pasca perlukaan gingiva tikus jantan.

d. Persiapan hewan uji

Persiapan sebelum dilakukan perlakuan, hewan uji diadaptasikan selama 3 hari untuk menghindari tikus yang stress dan membuat lingkungan udara dan kandang agar stabil. Hewan uji yang berjumlah 33 ekor dibagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok I (perlakuan kenalog in orabase) sebanyak 11 ekor, kelompok II perlakuan gel ekstrak daun pepaya (konsentrasi 75%) sebanyak 11 ekor dan kelompok III (perlakuan aquades) sebanyak 11 ekor. Masing-masing kelompok dikandang yang berbeda dan diletakkan pada kondisi lingkungan yang sama.


(51)

2. Jalannya penelitian

a. Induksi luka pada tikus Sprague Dawley

Setelah tikus dapat beradaptasi dengan lingkungan laboratorium. Dilakukan perlukaan dengan megoleskan hidrogen peroksida 35% menggunakan mikrobrush dan ditunggu hingga 24 jam. Luka yang akan nampak berupa luka melepuh berwarna keputihan yang diakibatkan oleh zat kimia tergolong sebagai luka bakar.

Tiga puluh tiga ekor tikus dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu 11 ekor tikus untuk kelompok I perlakuan Kenalog in orabase (kelompok I), 11 ekor tikus untuk kelompok II perlakuan gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya) konsentrasi 75% (kelompok II) dan 11 ekor tikus untuk kelompok III perlakuan aquades (kelompok III).

Pada hari ke-0, 33 ekor tikus (Sprague dawley) jantan diberi perlukaan dengan mengoleskan hidrogen peroksida 35% menggunakan mikrobrush , kemudian mulai diberi perlakuan pada hari ke-1 atau 24 jam setelah pengolesan hidrogen peroksida 35% serta diukur diameter lukanya menggunakan jangka sorong.

Tikus yang sudah dikelompokkan dan diukur diameter lukanya diberikan perlakuan sesuai dengan kelompoknya. Tikus pada kelompok I diberi perlakuan kenalog in orabase. Tikus pada kelompok II diberi perlakuan gel ekstrak daun pepaya muda (Carica papaya) konsentrasi 75%. Tikus pada kelompok III diberi perlakuan aquades Pemberian setiap perlakuan sebanyak 0,1 ml dan pengolesannya


(52)

menggunakan mikro brush. Pemberian perlakuan sebanyak 1 kali sehari pada sore hari. Dilakukan pengamatan diameter luka pada hari ke-0, 1, 3, 5 dan 7 menggunakan jangka sorong. Keadaan luka difoto dengan jarak kamera dan luka yang disamakan setiap kali diamati. Setelah diukur diameter lukanya, tiga ekor tikus dari masing-masing kelompok dikorbankan. Tikus didekapitasi (pengambilan rahang) dengan anestesi menggunakan kloroform.

b. Pembuatan preparat

Organ rahang yang telah didekapitasi kemudian dimasukkan ke formalin 10% untuk disimpan dan selanjutnya dibuat preparat. Metode pembuatan preparat histopatologi bedasarkan Dirjen Kesehatan Hewan (1999) adalah sebagai berikut :

1) Spesimen diambil segera setelah hewan mati, jika terlambat akan terjadi autolisis sehingga akan mengacaukan interpretasi.

2) Dilakukan pemotongan jaringan untuk spesimen agar berisi jaringan yang mengalami perubahan dari jaringan normal. Penelitian ini menggunakan pemotongan melintang.

3) Tebal spesimen tidak boleh lebih dari 5mm untuk mempermudah penetrasi jaringan fiksasi.

4) Spesimen difiksasi segera dengan formalin 10%.

5) Perbandingan volume spesimen dengan larutan formalin adalah 1:10, agar didapat hasil fiksasi yang sempurna.


(53)

6) Setiap kontainer spesimen diberi label yang berisi informasi tentang identitas hewan, tanggal pengambilan spesimen, macam spesimen dan bahan pengawet yang dipakai.

7) Kontainer tersebut harus tertutup rapat dan tidak boleh bocor. 8) Dihindarkan agar tidak membekukan jaringan yang akan dipilih

dengan pemeriksaan histopatologi.

Untuk melihat sel fibroblas maka digunakan pewarnaan HE. Jaringan yang akan diberi pewarnaan diparafinisasi dengan menggunakan larutan Xylol dan alkohol yang dilanjutkan dengan proses rehidrasi dengan alkohol, kemudian dicuci dengan air mengalir dan dibilas dengan aquades lalu dilap. Kaca benda kemudian dimasukkan ke dalam Hematoksilin Meyer’s dan dicuci dengan air mengalir dan dibilas dengan aquades. Kaca benda kemudian dimasukkan ke dalam eosin dan dibilas dengan aquades, kemudian pewarnaan dinilai di bawah mikroskop cahaya. Bila pewarnaan telah dianggap baik maka langkah selanjutnya adalah proses dehidrasi dengan alkohol secara bertingkat kemudian dilap. Setelah itu dimasukkan kedalam larutan Xylol dan terakhir object glass ditutup dengan deck glass dan dilakukan pengamatan dengan mikroskop cahaya.

Perhitungan jumlah sel fibroblas menggunakan mikroskop cahaya dengan pebesaran 40x. Penghitungan fibroblas dilakukan pada 5x lapangan pandang dengan menghitung jumlah sel fibroblas yang


(54)

berupa sel besar, gepeng, bercabang-cabang, yang dari samping terlihat berbentuk gelendong atau fusiform dengan inti satu atau dua berbentuk lonjong dan tercat ungu pada pewarnaan HE.

H. Cara Pengamatan dan Pengumpulan Data

Perhitungan jumlah sel fibroblas menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 40x. Penghitungan fibroblas dilakukan pada 5x lapangan pandang dengan menghitung jumlah sel fibroblas yang berbentuk berupa sel besar, gepeng, bercabang-cabang, yang dari samping terlihat berbentuk gelendong atau fusiform dengan inti satu atau dua berbentuk lonjong dan tercat ungu pada pewarnaan HE.

Selain itu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penurunan ukuran diameter luka pada hari ke-0, 1, 3, 5 dan 7 yang diukur dengan menggunakan jangka sorong dengan ketepatan 0,1 mm dalam setiap mm.

I. Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan berupa ukuran diameter luka dan jumlah sel fibroblas. Uji normalitas yang digunakan adalah Saphiro-Wilk karena jumlah sampel sebanyak 33 (kurang dari 50). Uji hipotesis penelitian menggunakan uji One Way Anova untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada setiap kelompok, selanjutnya uji lanjutan dengan menggunakan uji Least Significant Difference (LSD) Post Hoc Test untuk mengetahui kelompok yang memiliki nilai signifikan tertinggi terhadap penurunan ukuran diameter luka


(55)

dan peningkatan jumlah fibroblas. Uji One Way Anova digunakan jika distribusi data normal, apabila tidak normal menggunakan uji Kruskal Wallis. J. Etik Penelitian

Penelitian dilakukan dengan melindungi hak subyek selama proses penelitian, untuk itu peneliti mengajukan ethical clearance dan mendapatkan persetujuan dari Tim Komite Etik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bahwa penelitian dilakukan tidak melanggar kode etik penelitian. Hewan coba tikus jantan pada penelitian ini tidak dilakukan pengekangan yaitu diberikan ruang gerak untuk tikus. Tikus tidak dilakukan pembatasan pakan dan air minum. Tikus jantan diberi pakan dan air minum sesuai kebutuhan dengan jenis nutrisi yang sama.

Manfaat yang diharapkan adalah untuk membuktikan secara ilmiah tentang efektifitas gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya) terhadap penurunan ukuran diameter luka pada proses penyembuhan luka akibat bahan bleaching tikus (Sprague dawley) jantan.


(56)

K. Alur Penelitian

Gambar 5.Alur Penelitian Tikus (Sprague dawley) jantan

n= 33 ekor

Perlukaan dengan Pengolesan Hidrogen Peroksida 35%

Kelompok I Kenalog in

orabase n= 11 ekor

Kelompok III Aquades n= 11 ekor Kelompok II

Perlakuan Gel Daun Pepaya

Konsentrasi 75% n= 11 ekor

Penyembuhan Luka

Pengamatan dan pengukuran diameter luka

Analisa Data

Dilakukan pemotongan rahang tikus untuk pengambilan jaringan yang akan dibuat preparat pada


(57)

43 A. Hasil

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas pemberian gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya) pada konsentrasi 75% terhadap peningkatan jumlah fibroblas dan penurunan ukuran diameter luka pada proses penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% pada tikus (Sprague dawley) jantan.

Pengamatan dilakukan secara makroskopis untuk mengetahui diameter luka dan mikroskopis untuk mengetahui jumlah sel fibroblas pada masing-masing kelompok perlakuan. Pengamatan makroskopis menggunakan alat ukur jangka sorong. Sedangkan pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop Olympus CX31 pada perbesaran 40x 5 lapangpandang.

Hasil preparat dan luka gingiva untuk masing-masing kelompok pada hari ke-1, ke-3, ke-5 dan ke-7 disajikan dalam gambar berikut ini:

Hari ke-1


(58)

Gambar 6. Hasil Preparat dan Luka Gingiva Kelompok I Kontrol Positif (Kenalog)

Pada Gambar 6. Menunjukkan hasil preparat histologi dengan pewarnaan HE dan luka gingiva tikus (Sprague dawley) jantan akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% pada kelompok I Kontrol Positif (Kenalog) hari ke-1, ke-3, ke-5 dan ke-7.

Hari ke-7 Hari ke-5

Hari ke-1


(59)

Gambar 7. Hasil Preparat dan Luka Gingiva Kelompok II Perlakuan Gel Ekstrak Daun Pepaya

Pada Gambar 7. Menunjukkan hasil preparat histologi dengan pewarnaan HE dan luka gingiva tikus (Sprague dawley) jantan akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% pada kelompok II Perlakuan Gel Ekstrak Daun Pepaya hari ke-1, ke-3, ke-5 dan ke-7.

Hari ke-7 Hari ke-5

Hari ke-1


(60)

Gambar 8. Hasil Preparat dan Luka Gingiva Kelompok III Kontrol Negatif (Aquades)

Pada Gambar 8. Menunjukkan hasil preparat histologi dengan pewarnaan HE dan luka gingiva tikus (Sprague dawley) jantan akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35%pada kelompok III Kontrol Negatif (Aquades) hari ke-1, ke-3, ke-5 dan ke-7.

Gambar 9. Salah Satu Contoh Sel Fibroblas

Hasil pengamatan jumlah sel fibroblas untuk masing-masing kelompok diperoleh dari 5 lapang pandang disajikan dalam tabel berikut ini :

Hari ke-7 Hari ke-5


(61)

Tabel 1. Rata-Rata Jumlah Sel Fibroblas Masing-Masing Kelompok Percobaan

Kelompok Hari dekapitasi Lapang pandang 1 Lapang pandang 2 Lapang pandang 3 Lapang pandang 4 Lapang pandang 5 Rata-rata I

1 14 14 13 22 11 14,8

3 12 33 23 29 34 26,2

5 40 44 46 32 26 37,6

7 43 50 44 38 42 43,4

II

1 20 18 11 8 13 14

3 13 25 30 23 33 24,8

5 17 38 25 44 57 36,2

7 42 29 55 38 50 42,8

III

1 5 2 3 2 3 3

3 4 5 7 6 5 5,4

5 12 10 11 8 12 10,6

7 14 20 20 25 19 19,6

Keterangan:

Kelompok I : Kontrol positif (Kenalog)

Kelompok II : Kelompok perlakuan gel ekstrak daun pepaya Kelompok III : Kontrol negatif (Aquades)

Tabel 1. Menunjukan peningkatan angka fibroblas tertinggi pada kelompok kelompok I (kontrol positif Kenalog) dengan rata-rata sebesar 43,4 pada hari ke tujuh, pada kelompok II (perlakuan gel ekstrak daun pepaya) dengan rata-rata sebesar 42,8 pada hari ketujuh dan pada kelompok III (kontrol negatif aquades) dengan rata-rata sebesar 19,6 pada hari ketujuh. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pada hari ke tujuh dekapitasi pada ketiga kelompok menunjukan peningkatan angka fibroblas tertinggi pada proses penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% pada tikus (Sprague dawley) jantan, dan dari tabel tersebut menunjukan bahwa jumlah angka fibroblas pada hari kesatu pada kelompok III (kontrol negatif aquades) merupakan jumlah angka fibroblas terendah dari ketiga kelompok.


(62)

Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas, selanjutnya dilakukan uji statistik One Way Annova. Sebelumnya akan dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas data. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk, karena sampel yang digunakan kurang dari 50.

Tabel 2. Uji Normalitas Data Fibroblas Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Fibroblas

I .212 4 . .964 4 .804* II .202 4 . .972 4 .852* III .218 4 . .929 4 .587* Keterangan:

Kelompok I : Kontrol positif (Kenalog)

Kelompok II : Kelompok perlakuan gel ekstrak daun pepaya Kelompok III : Kontrol negatif (Aquades)

Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan didapatkan nilai signifikansi pada data jumlah sel fibroblas kelompok I (kontrol positif Kenalog) sebesar 0,804, pada kelompok II (perlakuan gel ekstrak daun pepaya) 0,852 dan pada kelompok III (kontrol negatif aquades) 0,587. Karena nilai signifikansi dari masing-masing kelompok >0,05 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal.

Kemudian dilakukan uji homogenitas menggunakan Levene’s test untuk mengetahui apakah data memiliki kesamaan varians atau tidak, karena hal ini merupakan syarat untuk dapat dilakukan uji statistik dengan One Way Annova.

Tabel 3. Uji Homogenitas Data Fibroblas Levene Statistic df1 df2 Sig.


(63)

Berdasarkan uji homogenitas yang telah dilakukan didapatkan nilai signifikansi pada data jumlah sel fibroblas sebesar 0,339 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan varians antara kelompok yang dibandingkan (varians data homogen). Oleh karena data telah berdistribusi normal dan varians data homogen, analisis data diputuskan menggunakan uji One Way Annova.

Tabel 4. Uji One Way Annova Data Fibroblas

Sum of Squares df Mean Square F Sig Between Groups 1103.820 2 551.910 4.403 .046*

Within Groups 1128.100 9 125.344 Total 2231.920 11

Berdasarkan uji One Way Annova yang telah dilakukan menunjukan bahwa gel ekstrak daun pepaya memberikan hasil yang efektif terhadap peningkatan jumlah fibroblas pada proses penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% pada tikus (Sprague dawley) jantan karena nilai signifikansi yang didapatkan sebesar 0,046 (p<0,05).

Pengujian menggunakan One Way Annova hanya dapat menunjukan ada tidaknya perbedaan efektifitas antara kelompok perlakuan, untuk mengetahui besar perbedaan efektifitas dari setiap kelompok perlakuan maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji Post Hoc Test LSD.


(64)

Tabel 5.Uji Post Hoc Test LSD Data Fibroblas (I)

Kel.

(J) Kel.

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound

Upper Bound I II 1.05000 7.91658 .897 -16.8585 18.9585

III 20.85000* 7.91658 .027 2.9415 38.7585 II I -1.05000 7.91658 .897 -18.9585 16.8585 III 19.80000* 7.91658 .034 1.8915 37.7085 III I -20.85000* 7.91658 .027 -38.7585 -2.9415 II -19.80000* 7.91658 .034 -37.7085 -1.8915 Keterangan:

Kelompok I : Kontrol positif (Kenalog)

Kelompok II : Kelompok perlakuan gel ekstrak daun pepaya Kelompok III : Kontrol negatif (Aquades)

Pada Tabel 5. Menunjukkan bahwa kelompok I dan II tidak signifikan dan signifikan pada kelompok III. Hasil dari data-data tersebut menunjukan bahwa pemberian gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya) konsentrasi 75% efektif terhadap penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% ditinjau dari jumlah sel fibroblas pada gingiva tikus (Sprague Dawley) jantan, sehingga hipotesis penelitian ini terbukti.


(65)

Hasil pengamatan diameter luka untuk masing-masing kelompok disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 6. Rata-Rata Diameter Luka Masing-Masing Kelompok Percobaan Kelompok

Diameter luka hari ke-

1 3 5 7

I 1,00 0,50 0,10 0,00

II 1,20 0,80 0,10 0,00

III 3,00 2,20 1,70 0,50

Keterangan:

Kelompok I : Kontrol positif (Kenalog)

Kelompok II : Kelompok perlakuan gel ekstrak daun pepaya Kelompok III : Kontrol negatif (Aquades)

Pada Tabel 6. Menunjukkan bahwa rata-rata diameter luka pada masing-masing kelompok mengalami penurunan. Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas, selanjutnya dilakukan uji statistik One Way Annova. Sebelumnya akan dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas data. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk, karena sampel yang digunakan kurang dari 50.

Tabel 7. Uji Normalitas Data Diameter Luka Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Diameter I .245 4 . .916 4 .517*

II .271 4 . .897 4 .416* III .193 4 . .986 4 .938* Keterangan:

Kelompok I : Kontrol positif (Kenalog)

Kelompok II : Kelompok perlakuan gel ekstrak daun pepaya Kelompok III : Kontrol negatif (Aquades)


(66)

Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan didapatkan nilai signifikansi pada data diameter kelompok I (kontrol positif Kenalog) sebesar 0,517, pada kelompok II (perlakuan gel ekstrak daun pepaya) 0,416 dan pada kelompok III (kontrol negatif aquades) 0,938. Karena nilai signifikansi dari masing-masing kelompok >0,05 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal.

Kemudian dilakukan uji homogenitas menggunakan Levene’s test untuk mengetahui apakah data memiliki kesamaan varians atau tidak, karena hal ini merupakan syarat untuk dapat dilakukan uji statistik dengan One Way Annova.

Tabel 8. Uji Homogenitas Data Diameter Luka Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.201 2 9 .345*

Berdasarkan uji homogenitas yang telah dilakukan didapatkan nilai signifikansi pada data diameter luka sebesar 0,345 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan varians antara kelompok yang dibandingkan (varians data homogen). Oleh karena data telah berdistribusi normal dan varians data homogen, analisis data diputuskan menggunakan uji One Way Annova.

Tabel 9. Uji One Way Annova Data Diameter Luka

Sum of Squares df Mean Square F Sig Between Groups 5.165 2 2.583 4.746 .039*

Within Groups 4.898 9 .544


(67)

Berdasarkan uji One Way Annova yang telah dilakukan menunjukan bahwa gel ekstrak daun pepaya memberikan hasil yang efektif terhadap penurunan diameter luka pada proses penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% pada tikus (Sprague dawley) jantan karena nilai signifikansi yang didapatkan sebesar 0,039 (p<0,05).

Pengujian menggunakan One Way Annova hanya dapat menunjukan ada tidaknya perbedaan efektifitas antara kelompok perlakuan, untuk mengetahui besar perbedaan efektifitas dari setiap kelompok perlakuan maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji Post Hoc Test LSD.

Tabel 10. Uji Post Hoc Test LSDData Diameter Luka (I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound I II -.12500 .52162 .816 -1.3050 1.0550

III -1.45000* .52162 .021 -2.6300 -2700 II I .12500 .52162 .816 -1.0550 1.3050 III -1.32500* .52162 .032 -2.5050 -.1450 III I 1.45000* .52162 .021 .2700 2.6300 II 1.32500* .52162 .032 .1450 2.5050 Keterangan:

Kelompok I : Kontrol positif (Kenalog)

Kelompok II : Kelompok perlakuan gel ekstrak daun pepaya Kelompok III : Kontrol negatif (Aquades)

Pada Tabel 10. Menunjukkan bahwa Mean Difference tertinggi pada kelompok III (kontrol negatif aquades) jika dibandingkan dengan kelompok I (kontrol positif Kenalog) yaitu sebesar 1,45000. Hasil dari data-data tersebut menunjukan bahwa pemberian gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya) konsentrasi 75% efektif terhadap penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% ditinjau dari penurunan ukuran diameter


(68)

luka pada gingiva tikus (Sprague Dawley) jantan,sehingga hipotesis penelitian ini terbukti.

B. Pembahasan

Luka merupakan keadaan rusaknya jaringan tubuh. Setelah terbentuk luka, akan terjadi proses penyembuhan luka yang sangat kompleks. Proses tersebut terdiri dari fase inflamasi, fase poliferasi dan fase remodeling (Sjamsuhidajat dkk., 2012). Pada fase proliferasi akan terlihat peningkatan jumlah sel dan faktor-faktor penyembuhan luka, salah satunya yaitu terjadi proliferasi fibroblas. Proliferasi dari fibroblas menentukan hasil akhir dari penyembuhan luka. Fibroblas akan menghasilkan kolagen yang akan menautkan luka dan fibroblas juga akan mempengaruhi proses reepitelisasi yang akan menutup luka (Robbin, 2007).

Proliferasi fibroblas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Platelet Derived Growth Factor (PDGF), Fibroblast Growth Factor (bFGF), Transforming Growth Factor (TGF-β) dan sel radang, Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF). Faktor tersebut berkaitan dan saling mempengaruhi. PDGF, bFGF, dan TGF-β dihasilkan oleh makrofag teraktivasi (Robbin, 2007).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat efektifitas gel ektrak daun pepaya (Carica papaya) pada konsentrasi 75% terhadap peningkatan jumlah fibroblas dan penurunan ukuran diameter luka pada proses penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% pada tikus (Sprague dawley) jantan. Hal yang dapat diambil dari penelitian


(69)

ini yaitu efektifitas pemberian gel ekstrak daun pepaya yang diberikan pada luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% pada tikus (Sprague dawley) jantan dilihat dari gambaran histologis peningkatan jumlah sel fibroblas dan penurunan diameter luka yang dapat dijadikan indikator mengenai penyembuhan luka.

Hasil pengamatan jumlah fibroblas menunjukkan bahwa pada kelompok kelompok I (kontrol positif Kenalog), kelompok II (perlakuan gel ekstrak daun pepaya) dan kelompok III (kontrol negatif aquades), secara keseluruhan pada hari ke-7 dekapitasi pada ketiga kelompok tersebut menunjukan peningkatan jumlah angka fibroblas tertinggi pada proses penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% pada tikus (Sprague dawley) jantan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Zulfiri pada tahun 2013 dan Setyani pada tahun 2015, pada hari ke-7 didapatkan jumlah sel fibroblas terbanyak pada proses penyembuhan luka. Dan hasil pengamatan diameter luka menunjukkan rata-rata diameter luka pada masing-masing kelompok mengalami penurunan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Rahman, dkk. pada tahun 2013 tentang efek ekstrak etanol daun awar-awar terhadap epitelisasi pada tikus (Rattus norvegicus).

Peningkatan jumlah fibroblas dan penurunan diameter luka disebabkan oleh kandungan senyawa kimia aktif dalam daun pepaya yaitu enzim papain dan flavonoid sebagai anti radang. Penelitian sebelumnya menyatakan enzim papain bekerja sama dengan vitamin A, C dan E untuk mencegah radang (Aldelina dkk.,2013). Kandungan vitamin C pada daun pepaya berperan juga


(1)

12

PEMBAHASAN

Luka merupakan keadaan rusaknya jaringan tubuh. Setelah terbentuk luka, akan terjadi proses penyembuhan luka

yang sangat kompleks. Proses tersebut terdiri dari fase inflamasi, fase poliferasi dan fase remodeling 5. Pada fase proliferasi akan terlihat peningkatan


(2)

13 jumlah sel dan faktor-faktor penyembuhan

luka, salah satunya yaitu terjadi proliferasi fibroblas. Proliferasi dari fibroblas menentukan hasil akhir dari penyembuhan luka. Fibroblas akan menghasilkan kolagen yang akan menautkan luka dan fibroblas juga akan mempengaruhi proses reepitelisasi yang akan menutup luka 11.

Proliferasi fibroblas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Platelet Derived Growth Factor (PDGF), Fibroblast Growth Factor (bFGF), Transforming Growth Factor (TGF-β) dan sel radang, Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF). Faktor tersebut

berkaitan dan saling mempengaruhi. PDGF, bFGF, dan TGF-β dihasilkan oleh makrofag teraktivasi 11.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat efektifitas gel ektrak daun pepaya (Carica papaya) pada konsentrasi 75% terhadap peningkatan jumlah fibroblas dan penurunan ukuran diameter luka pada proses penyembuhan

luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% pada tikus (Sprague dawley) jantan. Hal yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu efektifitas pemberian gel ekstrak daun pepaya yang diberikan pada luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% pada

tikus (Sprague dawley) jantan dilihat dari gambaran histologis peningkatan jumlah sel fibroblas dan penurunan diameter luka yang dapat dijadikan indikator mengenai penyembuhan luka.

Hasil pengamatan jumlah fibroblas menunjukkan bahwa pada kelompok kelompok I (kontrol positif Kenalog), kelompok II (perlakuan gel ekstrak daun pepaya) dan kelompok III (kontrol negatif aquades), secara keseluruhan pada hari ke-7 dekapitasi pada ketiga kelompok tersebut menunjukan peningkatan jumlah angka fibroblas tertinggi pada proses penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35% pada


(3)

14 penelitian ini didukung oleh penelitian dari

Zulfitri pada tahun 2013 dan Setyani pada tahun 2015, pada hari ke-7 didapatkan jumlah sel fibroblas terbanyak pada proses penyembuhan luka 18,19. Dan hasil pengamatan diameter luka menunjukkan rata-rata diameter luka pada masing-masing kelompok mengalami penurunan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Rahman, dkk. pada tahun 2013 tentang efek ekstrak etanol daun awar-awar terhadap epitelisasi pada tikus (Rattus norvegicus) 12.

Peningkatan jumlah fibroblas dan penurunan diameter luka disebabkan oleh kandungan senyawa kimia aktif dalam daun pepaya yaitu enzim papain dan flavonoid sebagai anti radang. Penelitian sebelumnya menyatakan enzim papain bekerja sama dengan vitamin A, C dan E untuk mencegah radang 15. Kandungan vitamin C pada daun pepaya berperan juga dalam diferensiasi sel, sintesis kolagen dan meningkatkan proliferasi fibroblas 11.

Flavonoid merupakan bahan aktif yang mempunyai efek antiinflamasi 20. Adapun mekanisme kerja dari flavonoid yaitu melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, mengandung antiinflamasi, juga berfungsi sebagai antioksidan, dan membantu mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan. Flavonoid dapat memblok jalur siklooksigenase dan lipooksigenase dari metabolisme asam arakhidonat, ini menyebabkan sintesis mediator peradangan seperti prostagladin, tromboksan terhambat sehingga dapat menurunkan inflamasi 21. Kandungan lain dari daun pepaya yaitu saponin. Saponin akan mengaktifkan fungsi dari TGF-β. TGF-β akan menstimulasi migrasi dan proliferasi fibroblas 11. Berdasarkan hal tersebut maka beberapa kandungan daun pepaya memiliki peran masing-masing dan bekerja dalam fase proses penyembuhan


(4)

15 luka, oleh karena itu gel ekstrak daun

pepaya dapat menjadi salah satu alternatif tanaman yang efektif membantu proses

penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat menarik kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Pemberian gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya) pada konsentrasi 75% mampu mempercepat proses penyembuhan luka akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35%

pada tikus (Sprague dawley) jantan ditinjau dari peningkatan jumlah

fibroblas dan penurunan ukuran diameter luka.

2. Perbandingan antara pemberian gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya) dengan Kenalog memiliki perbedaan, namun tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua perlakuan tersebut mampu mempercepat proses penyembuhan luka secara signifikan jika dibandingkan dengan kontrol negatif yaitu aquades.

SARAN

Penelitian yang telah dilakukan ini tidak lepas dari kekurangan, untuk itu bagi kemajuan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dari daun pepaya mengenai bentuk sediaan obat yang efektif untuk

diaplikasikan pada penyembuhan luka gingiva.

2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang toksisitas dari gel ekstrak daun pepaya untuk mengevaluasi batas keamanan penggunaan.

3. Perlu ketelitian dan kecermatan dalam pengambilan spesimen untuk pembuatan preparat histologis


(5)

16 sehingga hasil yang didapat akan

lebih baik.

4. Perlu ketelitian dan kecermatan dalam pengamatan dan penghitungan sel fibroblas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Goldberg, M., Martin, G., dan Edward, L. (2010). Undesirable and Adverse Effects of Tooth-Whitening Products. Clin Oral Invest, 14:1–10. 2. Ferit, A., Nihal, A., Nuray, R., Ozden,

K., Yusuf, B., Aysel, P., dan Ali, U. (2011). The Cytotoxic and Apoptotic-Necrotic Effects of Whitening Materials on Human Gingival Fibroblasts. Clinical Dentistry and Research, 35(1): 3-11.

3. Indraswary, R. (2011). Efek Konsentrasi Ekstrak Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.)Topikal padaEpitelisasi Penyembuhan Luka Gingiva Labial Tikus Sprague Dawley in Vivo. Jurnal Majalah Ilmiah Sultan Agung, Vol. 49 No. 124.

4. Vinna, K. (2011). Peningkatan Penyembuhan Luka di Mukosa Oral Melalui Pemberian Aloe Vera (Linn.) Secara Topikal. JKM, Vol.11 No.1, 70-79.

5. Sjamsuhidajat, R., Warko,K., Theddeus, Reno, R. (2012). Buku Ajar Ilmu Bedah (3thed.). Jakarta: EGC. 6. Grossman, L., Oliet, S., dan Rio, C.

(1995). Ilmu Endodontik dalam Praktek (11thed.). Jakarta: EGC. 7. Sabiston. (1995). Buku ajar bedah.

Jakarta: EGC.

8. Nanci, A. (2012). Ten cates’s Oral Histology : Development, Structure, and Function (8thed.). USA: Mosby. 9. Leeson, C.R., Leeson, T.S. dan

Paparo, A.A. (1996). Buku Ajar Histologi (5thed.). Jakarta: EGC. 10.Bloom dan Fawcett (2002). Buku Ajar

Histologi (12thed.). Jakarta: EGC.

11.Robbin. (2007). Buku Ajar Patologi (7nded.) Vol.1. Jakarta: EGC.

12.Rahman, S., Kosman, R., dan Mukrima, I. (2013).Efek Ekstrak Etanol Daun Awar-Awar (Ficus Septica Burm.F) terhadap Kemampuan Epitelisasi pada Tikus (Rattus Norvegicus).

13.Handayani, L. dan Maryani, H. (2004). Mengatasi Penyakit Pada Anak dengan Ramuan Tradisional. Jakarta: Agro Medika.

14.Kalie. (2000). Bertanam pepaya. Jakarta: Penebar Swadaya.

15.Aldelina, N., Sari, D., dan Amin, M. (2013).Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag pada Gingiva Tikus Wistar yang DiinduksiPorphyromonas gingivalis. 16.Harisaranraj, R., K. Suresh dan S.

Saravanababu. (2009). Evaluation of the Chemical Composition Rauwolfia Serpentine and Ephedra Vulgaris.Advances in Biological Research, 174-178.

17.Hasselt, Van. (2005). The Use of Tannins in the Local Treatment of Burn Wounds. Malawi Med Journal, 19-20.

18.Zulfitri, AMI. (2013). Efek Gel Ekstrak Daun Binahong (Andera Cordifolia) Terhadap Jumlah Sel Fibroblas Dan Pembuluh Kapiler Pada Luka Pasca Pencabutan Gigi Marmut (Cavia Cobaya). Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya.

19.Setyani, DA. (2015). Efektifitas Gel Ekstrak Kulit Buah Jengkol


(6)

17 (Pithecellobium Lobatum Benth.)

Terhadap Peningkatan Jumlah Sel Fibroblas Pada Proses Penyembuhan Luka Pasca Pencabutan Gigi Marmut (Cavia Cobaya) Jantan. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiah Yogyakarta.

20.Pramono, Suwijoyo. (2004). Efek Anti Inflamasi Beberapa Tumbuhan Umbelliferae. Hayati. Vol. 12 No. 1. 21.Harborne, J & Williams, C. (2000).

Advances in flavonoid research since 1992. Phytochemistry. Vol 55.


Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Metanol Dan Ekstrak n-Heksana Daun Pepaya (Carica Papaya L) Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Tikus Wistar Jantan Setelah Diinduksi Karagenan

5 48 86

Efek Penyembuhan Luka Bakar Dari Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Puguh Tanoh (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.).

3 59 119

Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle), Daun Pepaya (Carica papaya) dan Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Penyerangan Ektoparasit pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

6 139 64

Uji Efektivitas Gel Ekstrak Etanol daun Gulma Siam (Chromolaena odorata) terhadap Penyembuhan Luka Sayat

29 182 108

Penentuan Dosis Insektisida Nabati Ekstrak Air Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Larva Buah Jeruk

1 54 69

Formulasi Gel Ekstrak Daun Kembang Bulan (Tithonia Diversifolia (Hemsley) A. Gray) dan Efek Penyembuhan Terhadap Luka Eksisi

7 81 86

EFEKTIFITAS GEL EKSTRAK DAUN PEPAYA ( Carica papaya L.) 75% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA AKIBAT EFEK SAMPING BAHAN BLEACHING (DITINJAU DARI DIAMETER LUKA DAN JUMLAH SEL PMN )

4 44 131

EFEKTIFITAS GEL EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica Papaya L. ) 75% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA AKIBAT EFEK SAMPING BLEACHING (DITINJAU DARI DIAMETER LUKA GINGIVA DAN JUMLAH SEL MAKROFAG)

1 22 138

EFEKTIFITAS GEL EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica Papaya L.) 75% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA AKIBAT BAHAN BLEACHING (DITINJAU DARI DIAMETER LUKA DAN JUMLAH SEL LIMFOSIT)

10 36 130

EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR EKSTRAK ETANOL 70% DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) DALAM SEDIAAN GEL PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI NEW ZEALAND.

0 10 24