xviii kemudian pengenalan untuk nama pembuat film Elgin Nathan James dan
editor Ronin Morris serta band-band yang ditampilkan dalam film seperti death before dishonor
dan blood for blood. Musik hardcore masih terdengar, muncul tulisan see the world through our eyes, kemudian
berurutan ditampilkan slide uplikan video band death before dishonor yang sedan tampil di sebuah pertunjukan hardcore, cuplikan video laki-
laki pertama yang menyikut bagi kepala laki-laki kedua di pinggir jalan, adegan pemukulan laki-laki pertama memukul laki-laki kedua di bagian
kepala pada sebuah pertunjukan hardcore, pemukulan laki-laki pertama terhadap seseorang yang sudah bersandar di sebuah tembok trotoar dan
disaksikan oleh 4 sampai 5 orang temannya. Dan terakhir pada bagian lead film ini ditampilkan tulisan “This is Boston… Right or Wrong… Agree or
Disagree… This is Reality”. Pada lead film ini, lebih ditonjolkan atmosfer pertunjukan
hardcore dan beberapa perkelahian yang sudah menjadi bagian dari gaya
hidup dan budaya hardcore itu sendiri, melalui kompilasi dokumentasi video amatir secara straight to the point.
3. Anlisis Struktur Mikro
Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan dasar hendak ke mana makna teks dibawa. Ini merupakan cerminan ideologis, dimana
wartawan dapat menyajikan latar belakang dapat juga tidak, tergantung pada kepentingan mereka Eriyanto, 2001 : 236. Latar yang disajikan pad
lead film Boston Beatdown Vol. II ini adalah beberapa sudut jalan raya
dan trotoar kota Boston, karena terlihat beberapa pejalan kaki serta kendaraan mobil dan kereta kota yang melintas. Pada lead film juga
disajikan latar sebuah bar dan mini-caffee dan gudang yang sering dipakai untuk menggelar pertunjukan hardcore. Kemudian disajikan juga sebuah
ruangan dengan background bendera Amerika Serikat. Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan seseorang Eriyanto, 2001 : 238. Detil yang digunakan pada lead
film ini adalah beberapa cuplikan adegan pemukulan dan perkelahian
xix yang terjadi di latar yang disajikan, membuat gambaran begitu kerasnya
kehidupan di jalanan. Seperti saat scene laki-laki pertama memukul laki- laki kedua di bagian wajah, scene lainnya saat seorang pria yang menyikut
seorang pemuda yang sedang berjalan kaki, dan pengeroyokan oleh lima sampai enam laki-laki terhadap seorang pemuda, yang semuanya terjadi di
trotoar dan tempat umum. Ada juga detil atmosfer pertunjukan hardcore bertempat di sebuah bar, mini-caffe dan gudang yang sering dipakai oleh
komunitas musik underground karena biaya sewanya yang murah. Dalam konteks media, elemen maksud menunjukkan bagaimana
secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik bahasa tertentu untuk menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula
menyingkirkan versi kebenaran lain Eriyanto, 2001 : 241. Pada lead film ini, diperlihatkan video pertunjukan hardcore, dimana ada band yang
tampil, penonton, beberapa orang yang melakukan pogo, yang diiringi musik hardcore yang bertempo cepat dan berkarakter “garang”.
Ditampilkan juga beberapa cuplikan video kekerasan tanpa ada sensor maupun blur pada wajah pelaku kekerasan. pada lead film ini
dimaksudkan untuk mengetahui garis besar isi film yang menyajikan tentang dokumentasi gaya hidup komunitas hardcore FSU di Boston
secara real. Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana
seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah,
berhubungan, atau malah sebab akibat Eriyanto, 2001 : 242. Dalam film ini, penulis mengambil potongan kalimat dari narasi yang disajikan pada
lead film, yang berbunyi:
“Well gotta fuck we want. Well not sit back in a corporate interest steal our culture. Giving nothing, we are
taking everything. Making the world a place of our own” Yang artinya adalah “Kami akan mendapatkan apa yang kami mau.
Kami tidak akan duduk diam saat korporasi berniat mencuri budaya kami.
xx Tanpa memberi apapun, kami merampas semuanya. Membuat dunia
menjadi sebuah tempat bagi kami sendiri”. Dari potongan kalimat ini bisa dijelaskan sebuah hubungan sebab akibat, karena menekankan korporasi
sebagai “pencuri”, dan layaknya sebuah perumahan yang rawan pencurian, inisiatif dasar yang dilakukan adalah preventif atau tindakan pecegahan.
Pilihan kata tidak semata hanya karena kebetulan, tapi menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap suatu realitas.
Pilihan kata yang dipakai sebenarnya menunjukkan sikap dan ideologi tertentu Eriyanto, 2001 : 2005. Leksikon yang disajikan pada lead film
ini adalah “See The World Through Our Eyes”, yang artinya adalah “Melihat Dunia Melalui Mata Kami”. Leksikon ini juga menjadi subjudul
dari film Boston Beatdown Vol. II, dimana dari sini bisa dijelaskan bahwa film ini menceritakan bagaimana cara komunitas FSU merepresentasikan
sebuah fenomena dan peristiwa yang terjadi di lingkungan mereka. Grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan
atau ditonjolkan yang berarti dianggap penting oleh seseorang yang dapat diamati dari teks Eriyanto, 2001: 259. Pada lead film ini, gambar
pertama yang muncul adalah slide cuplikan video pertunjukan hardcore, berganti cuplikan video perkelahian di jalanan, muncul tulisan Boston,
Massachusetts dengan diiringi suara musik hardcore. Dari awal sudah dibangun sebuah gambaran atmosfer kultur hardcore yang sangat kental,
dimana ditampilkan sederhana, apa adanya dan straight to the point. Berganti slide gambar para tokoh FSU yang menjadi narasumber dalam
film. Kemudian muncul gambar tulisan peringatan akan konten kekerasan pada film, dan berganti simbol BBD dalam sebuah lingkaran dengan
background abu-abu. Lalu muncul kutipan dari N. Machiavelli yang
menjadi pemahaman bahasa kekerasan yang digunakan oleh FSU. Lalu ditampilkan beberapa sudut kota Boston, dari sini terdengar narasi yang
dijelaskan sebelumnya, berganti adegan pemukulan oleh seseorang di pinggir jalan raya. Setelah itu gambar yang muncul adalah seorang laki-
laki bertopeng yang membacakan narasi tersebut. Musik hardcore
xxi terdengar lagi, bersamaan dengan slide gambar kredit pengenalan untuk
pembuat film, Elgin Nathan James dan Ronin Morris serta tulisan pihak- pihak yang berkontribusi dalam proses pembuatan film, seperti band-band
FSU death before dishonor, blood for blood, righteous jam, bridge 9 reccord
, dengan slide kecil cuplikan video di sebuah pertunjukan hardcore. Selanjutnya gambar yang ditampilkan adalah band death before
dishonor yang tampil di sebuah pertunjukan hardcore, kemudian gambar
yang muncul adalah seorang laki-laki yang menyikut bagian kepala seseorang yang sedang berjalan kaki di sebuah trotoar jalan, seorang laki-
laki memakai slayer yang memukul bagian kepala seorang laki-laki lainnya di sebuah pertunjukan hardcore, yang kemudian pemukul tersebut
dikeroyok oleh 5-6 laki-laki yang berada tidak jauh dengannya. Berlanjut dengan gambar seseorang yang dikeroyok di sebuah trotoar jalan, dimana
korban sudah bersandar di tembok dan dipukuli. Bagian lead film ini diakhiri dengan gambar sebuah tulisan yang berbunyi “This is Boston..
Right or Wrong… Agree or Disagree… This is Reality”.
4.2.2. Scene Kedua