21
2.8 Potensi Ekonomi Koagulan Serbuk Biji Kelor
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa dari 84.000 unit usaha produksi tahu di Indonesia [10], sebagian besarnya merupakan industri kecil
ataupun skala rumah tangga dengan modal yang tidak begitu besar. Sehingga sangat sedikit industri tahu yang memiliki unit pengolahan limbah sebelum air
buangan terutama limbah cair industri tahu tersebut dibuang ke badan sungai. Melihat faktor diatas, maka perlu adanya suatu pengolahan limbah cair
industri tahu yang relatif murah, ramah lingkungan dan tentunya dapat mengolah air limbah tersebut dengan cara mengurangi kadar polutan atau bahkan
menghilangkannya. Dan jumlah industri tahu ini akan tetap bertambah seiring
waktu, dimana dari [11] diperoleh data produksi, impor dan ekspor kacang kedelai
selama 2006 – 2010 dapat disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.7 Data-Data Produksi, Impor, Ekspor dan Kebutuhan Kedelai di Indonesia Tahun 2006-2010 [11]
Tahun Produksi Impor
Ekspor Kebutuhan
dalam negeri Pangsa poduksi
terhadap kebutuhan dalam
negeri 2006
747.611 1.132.144
1.732 1.878.023
39,81 2007
592.535 1.411.589
1.872 2.002.251
29,59 2008
775.710 1.173.097
1.025 1.947.782
39,83 2009
974.512 1.314.620
446 2.288.686
42,58 2010
907.031 1.740.505
385 2.647.151
42,58
Sehingga limbah yang dihasilkan yang tentunya akan dibuang ke aliran sungai pun akan ikut bertambah banyak sehingga perlu dicari solusi ataupun
alternative pengolahan limbah cair tahu sebelum dibuang ke aliran sungai. Proses pengolahan limbah cair tahu dapat dengan menggunakan arang aktif, reactor
anaerob dan lain – lain. Dan salah satu cara pengolahannya yaitu dengan proses
koagulasi dan flokulasi. Koagulan adalah suatu zat atau bahan yang ditambahkan ke dalam suatu sampel dalam hal ini limbah cair industri tahu supaya terjadi
Universitas Sumatera Utara
22
koagulasi. Koagulasi merupakan proses yang memamnfaatkan ion-ion yang
mempunyai muatan berlawanan dengan muatan koloid yang terdapat dalam limbah cair sehingga meniadakan kestabilan ion.
Beberapa jenis koagulan yang umum dipakai dalam aplikasi pengolahan limbah cair seperti industri tahu antara lain:
Tawas [Al
2
SO
4 3
] Natrium Aluminat NaAlO
2
Fero Sulfat FeSO
4
Feri Sulfat [Fe
2
SO
4 3
] Fero Klorida FeCl
2
0. Feri Klorida FeCl
3
Pemakaian bahan-bahan kimia diatas sebagai koagulan dalam pengolahan limbah cair misalnya industri tahu, dapat menimbulkan suatu kendala, yakni:
banyaknya endapan lumpur yang dihasilkan sehingga tentu akan membutuhkan proses pemisahan lumpur tersebut dan butuh tempat pengolahan lanjut yang lebih
luas untuk dapat memisahkan lumpur, juga membutuhkan biaya cost yang lumayan besar.
Salah satu jenis koagulan alami pengganti bahan kimia yang dapat digunakan sebagai alternatif pengolahan limbah cair industri tahu adalah biji kelor
moringa oleifera. Biji kelor dapat digunakan sebagai koagulan karena memiliki zat aktif 4-alfa-4-rhamnosyloxy-benzyl-isothiocyanate.
Budidaya tanaman Moringa atau kelor memerlukan pemeliharaan yang sangat minimal dan dapat tahan pada musim yang panjang. Cepat tumbuh sampai
ketinggian 4-10 meter, berbunga, dan menghasilkan buah hanya dalam waktu 1 tahun sejak ditanam. Tanaman tersebut tumbuh cepat baik dari biji maupun daari
stek, bahkan bila ia ditanam di lahan yang gersang yang tidak subur. Sehingga baik bila dikembangkan di lahan-lahan kritis yang mengalami musim kekeringan
yang panjang. Sehingga cocok untuk dijadikan sebagai bahan koagluan alternatif yang akan memberi nilai tambah dari biji kelor tersebut [26].
Universitas Sumatera Utara
23 Tabel 2.8 Biaya Operasional Penelitian
No Bahan
Harga Rp Jumlah
Biaya Rp
1 K
2
CrO
7
15.000kg 4,903 gr
73.545,- 2
H
2
SO
4
50.000L 1,000 L
50.000,- 3
Ag
2
SO
4
6.000.000kg 12,500 gr
75.000,- 4
FeSO
4
.7H
2
O 10.000kg
1,000 kg 10.000,-
5 Phenanthicline
monohydrate 30.000gr
10 gr 300.000,-
6 Aquadest
3.000L 10 L
30.000,- 7
Kertas saring 8.000lembar
4 lembar 32.000,-
8 TOTAL
Rp 570.545,-
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh koagulan serbuk biji kelor yang mampu mereduksi kadar turbiditas, COD dan TSS limbah cair industri tahu
dengan persentase penurunan lebih besar dari 50 50 sehingga dapat dikatakan sebagai koagaulan yang efektif apabila ditinjau dari kemampuannya
dalam menurunkan kadar kontaminan. Akan tetapi yang menjadi kendala dalam menjadikan sebuah pabrik ataupun industri penghasil koagulan serbuk biji kelor
yang nantinya akan digunakan dalam pengolahan limbah cair industri tahu adalah masalah ketersediaan bahan baku biji kelor itu sendiri. Dimana sampai saat ini,
tanaman kelor masih kurang dikenal masyarakat luas, dan dari studi literatur, belum ada data statistik produksi biji kelor di indonesia. Tanpa ada jaminan
ketersediaan bahan baku maka suatu proses produksi tidak mungkin dapat berlangsung. Selain itu, saat ini harga biji kelor juga tergolong mahal yakni
mencapai Rp 200.000kg. Dan bukan tidak mungkin harga tersebut akan tetap melonjak naik, sebab masih sangat minimnya penghasil biji kelor tersebut.
Universitas Sumatera Utara
24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.2 Bahan dan Peralatan 3.2.1 Bahan-Bahan
3.2.1.1 Bahan Baku
Bahan baku dalam percobaan ini adalah limbah cair industri tahu yang dihasilkan dari proses penggumpalan pada proses pembuatan tahu. Limbah cair
diambil adalah limbah cair tahu yang mewakili dari salah satu industri tahu yang ada di Medan yaitu daerah sari rejo dan termasuk salah satu limbah cair yang
berat untuk industri tahu dan dibawa ke laboratorium.
3.2.1.2 Bahan Koagulan
Bahan koagulan yang digunakan dalam percobaan ini adalah serbuk biji kelor. Untuk membuat koagulan serbuk biji kelor, digunakan buah kelor yang
sudah matang atau tua dan kering secara alami di pohonnya lalu diambil bijinya dan dipisahkan dari daging buahnya.
Biji kelor tersebut dibersihkan lalu di blender hingga menjadi serbuk dan diayak dengan ukuran partikel 50 dan 70 mesh lalu dikeringkan dalam oven panas
pada suhu di atas 105
o
C untuk menghomogenkan kadar airnya hingga konstan yaitu penurunan 9 dari kadar air awal serbuk biji kelor. Serbuk biji kelor
selanjutnya sudah siap digunakan sebagai koagulan.
Gambar 3.1 Biji Kelor sesudah Dikupas Kulitnya
Universitas Sumatera Utara