FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA IT MIFTAHUL JANNAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA ISLAM TERPADU

MIFTAHUL JANNAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh:

EKA PURNAMA SARI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

ABSTRACT

THE CAUSAL FACTORS OFSTUDENTS’LEARNING DIFFICULTIES OF GRADE X ON THE GEOGRAPHY SUBJECT IN MIFTAHUL

JANNAH ISLAMIC INTEGRATED SENIOR HIGH SCHOOL BANDAR LAMPUNG ACADEMIC YEAR 2014/2015

By

Eka Purnama Sari

The problem was asked in this research was still low the students’ achievement grade X on the geogrphy subject. This research was aimed to understand the causal factors of learning diffculties student in grade X on the subject of geography in Miftahul Jannah Islamic Integrated Senior High School Bandar Lampung academic year 2014/2015 with the point of study are physiology, psychology, family, school, mass media, and social environment factors. This research was used ex post facto method with descriptive quantitative approach that aims to lift facts and phenomenon in the field. The Population were 33 student class X. Data collection were used an observation, the questionnaire, interview, and documentation technique. While data analysis held by using persentage tabulate. The results of research indicated students’ learning difficulties caused by physiology (students’ condition physic), family, school, and mass media factors. As for phychology (students’mental condition) and social environment factors have a less influence to learning difficulties on the geography subject in Miftahul Jannah Islamic Integrated Senior High School Bandar Lampung academic year 2014/2015.


(3)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA IT MIFTAHUL

JANNAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh

Eka Purnama Sari

Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah masih rendahnya hasil belajar siswa kelas X pada pelajaran geografi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015 dengan titik kajian pada faktor fisiologi, psikologi, keluarga, sekolah, media massa, dan lingkungan sosial. Penelitian ini menggunakan metode ex post facto dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengakat fakta-fakta, fenomena yang terdapat di lapangan. Populasi berjumlah 33 siswa kelas X. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik tabulasi persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan belajar siswa disebabkan oleh faktor fisiologi (keadaan fisik siswa), keluarga, sekolah, dan media massa. Adapun faktor psikologi (keadaan mental siswa), dan lingkungan sosial kurang memberikan pengaruh terhadap kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015.


(4)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA ISLAM TERPADU

MIFTAHUL JANNAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh:

EKA PURNAMA SARI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Menggala, 28 Februari 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan bapak Marwoto Hadi Mulyo dan Ibu Tus Aningsih. Penulis menempuh pendidikan berawal dari Taman Kanak-Kanak yakni TK Balian Makmur OKI Pematang Siantar pada tahun 1998-1999, melanjutkan ke Sekolah Dasar yakni SD N 2 Banjarrejo pada tahun 2000-2005. Kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batanghari pada tahun 2005-2008 serta Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah Negeri 1 Lampung Timur pada tahun 2008-2011 .

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa Program studi Pendidikan Geografi, jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Lampung Timur (IKAM LAMTIM) pada tahun 2012-2013, Ikatan Mahasiswa Indonesia (IMAHAGI) Komisariat FKIP Unila periode 2013-2014.


(8)

MOTO

Bermimpilah setinggi mungkin sebagaimana kau ingin menggapainya, betapa pun tingginya suatu mimpi akan sama yang kau rasa, sakit ketika terjatuh dan bahagia ketika berhasil. Ingat selalu bahwa sebuah mimpi akan tergapai jika kau

berusaha. (Eka Purnama Sari)

Cobalah dulu baru bercerita, pahamilah dulu baru menjawab, pikirkanlah dulu baru berkata, dengarkanlah dulu baru beri penilaian dan berkerjalah dulu baru

berharap. (Socrates)


(9)

PERSEMBAHAN

Dengan segala keikhlasan dan rasa syukur terucap kehadirat Allah SWT. dan Nabi Muhammad SAW, penulis mempersembahkan sebuah karya kecil ini sebagai

tanda bakti, cinta dan kasih sayang kepada:

Ibu dan Ayah serta Adik tercinta yang selalumemberikan do’a, dukungan dan semangat yang tak pernah henti. Terima kasih telah menghadapiku dengan penuh

kesabaran, telah membesarkanku dengan kucuran keringat, mendoakanku dalam setiap sujud, mengajarkaku dengan keikhlasan, dan senantiasa menantikan keberhasilan anakmu. Semoga Allah SWT senantiasa dan selamanya selalu

melindungi, menyayangi serta melimpahkan segala nikmat, rizki dan keselamatannya.

Para pendidik guru dan dosen , terima kasih atas ilmu, bimbingan dan semua yang telah beliau berikan kepadaku, sehingga menjadi penerang jalanku, dan sahabat

yang memberikan semangat untukku.


(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirobil’alamin. Segala puji dan syukur syukur terucap kepada ALLAH SWT maha segala maha yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, dan keberkenaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Pada Mata Pelajaran Geografi Tahun Pelajaran2014/2015” sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis sepenuhnya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Yarmaidi, M.S., selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing II yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktunya untuk konsultasi akademik selama ini, menyumbangkan banyak ilmunya, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik. Kepada bapak Dr. M. Thoha B. Sampurna Jaya M.S., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik dan saran serta motivasi selama penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini. Serta bapak Dr. Sumadi, M.S., selaku dosen pembahas yang telah meluangkan waktunya, memberikan kritik, saran, bimbingan kepada penulis.

Penulis sepenuhnya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta Staff dan jajarannya yang telah


(11)

memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi dan studi; 2. Bapak. Dr. Abdurahman, M.S., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama,

bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Umum, bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan kepada penulis;

3. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelsaikan skripsi ini;

4. Bapak Drs. I Gede sugiyanta, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan dukungan dan kemudahan kepada penulis; 5. Bapak dan Ibu Dosen Program studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas

Lampung yang telah memberikan bekal imu pengetahuan kepada penulis;

6. Bapak Joko Sutrisno, M.Pd.I, Selaku Kepala SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung, bapak M. Khairul Sofyan, S.Pd, selaku Waka Humas ibu Tri Hastika Mora, S.Pd, selaku Waka Kurikulum dan ibu Anisa Nur Jannah S.Pd. selaku guru mata pelajaran geografi yang telah bersedia meluangkan waktu, membimbing, membantu dan mendampingi penulis selama melakukan penelitian;

7. Siswa/siswi kelas X Abudzar Al-Ghifari dan kelas X Bilal bin Rabbah SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015 atas kerjasama yang telah terjalin.

8. Almamater tercinta Universitas Lampung yang membukakan jalan suksesku; 9. Semua pihak yang telah membantu sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini


(12)

Semoga amal kebaikan dari semua pihak di atas mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pendidikan dan keilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 25 November 2015


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ··· ··· ··· iv

DAFTAR GAMBAR ··· ··· ·· vi

DAFTAR LAMPIRAN ··· ··· vii

I. PENDAHULUAN ··· ··· 1

A. Latar Belakang Masalah ··· ··· 1

B. Identifikasi Masalah ··· ··· 5

C. Batasan Masalah ··· ··· 6

D. Rumusan Masalah ··· ··· 6

E. Tujuan Penelitian ··· ··· 7

F. Manfaat Penelitian ··· ··· 8

G. Ruang Lingkup Penelitian ··· ··· 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ··· 11

A. Teori Belajar dan Pembelajaran ··· ··· 11

1. Teori Belajar Psikologi Kognitif ··· ··· 11

2. Teori Belajar Psikologi Behavioristik ··· · 13

3. Teori Belajar Psikologi Humanitis ··· ··· 16

4. Belajar dan Pembelajaran ··· ··· 17

B. Konsep dan Jenis Kesulitan Belajar ··· ··· 18

1. Penyelidikan Kesulitan Belajar ··· ··· 20

2. Macam-Macam Kesulitan Belajar ··· ··· 21

3. Tipe Kesulitan Belajar ··· ··· 22

4. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ··· 22


(14)

ii

D. Metode Pembelajaran Geografi ··· ··· 41

E. Kerangka Pikir ··· ··· · 42

III. METODE PENELITIAN ··· ··· 44

A. Metode Penelitian ··· ··· 44

B. Populasi dan Sampel ··· ··· 45

1. Populasi ··· ··· ···· 45

2. Sampel ··· ··· ··· 45

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ··· 46

1. Variabel Penelitian ··· ··· 46

2. Definisi Operasional Variabel ··· ··· 50

D. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ··· ··· 52

E. Teknik Pengumpulan Data ··· ··· 53

1. Teknik Observasi ··· ··· 53

2. Tenik Wawancawa ··· ··· 54

3. Teknik Kuesioner (Angket) ··· ··· 56

4. Teknik Dokumentasi ··· ··· 56

F. Uji Instrumen ··· ··· ··· 57

1. Validitas ··· ··· ···· 57

2. Realibilitas ··· ··· · 59

G. Teknik Analisis Data ··· ··· 61

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ··· ··· 63

A. Deskripsi Sekolah ··· ··· 63

1. Visi Misi dan Tujuan Sekolah ··· ··· 66

2. Profil Sekolah ··· ··· 67

3. Peserta Didik ··· ··· 67

4. Fasilitas Sekolah ··· ··· 68

5. Struktur Organisasi SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah TP 2014/2015 ··· ··· · 69

B. Hasl Penelitian ··· ··· · 70


(15)

iii

2. Kesulitan Belajar ··· ··· 71

1. Faktor Fisiologi (Keadaan Fisik) ··· ··· 72

2. Faktor Psikologi ··· ··· 74

3. Faktor Keluarga ··· ··· 75

4. Faktor Sekolah ··· ··· 77

5. Faktor Media Massa ··· ··· 78

6. Faktor Lingkungan Sosial (Masyarakat) ··· 79

C. Pembahasan ··· ··· ···· 80

1. Faktor Fisiologi ··· ··· 80

2. Faktor Psikologi ··· ··· 85

3. Faktor Keluarga ··· ··· 87

4. Faktor Sekolah ··· ··· 91

5. Faktor Media Massa ··· ··· 106

6. Faktor Lingkungan Sosial (Masyarakat) ··· 107

V. KESIMPULAN DAN SARAN ··· ··· 109

A. Kesimpulan ··· ··· ··· 109

B. Saran ··· ··· ··· 110

DAFTAR PUSTAKA ··· ··· 112


(16)

iv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Ulangan Harian Semester Genap Mata Pelajaran Geografi Siswa

Kelas X SMA IT Miftahul Jannah TP 2014/2015 ··· 3

2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ··· ··· 52

3. Nilai Validitas Instrumen Penelitian ··· ··· 58

4. Nilai Kriteria Pengujian Reliabilitas Instrumen ··· 60

5. Nilai Realibilitas Instrumen Penelitian ··· ··· 60

6. Kualifikasi Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa ··· 62

7. Jumlah Peserta Didik SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015 ··· ··· 68

8. Rincian Fasilitas SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015 ··· ··· ··· 68

9. Daftar Nilai Siswa Kelas X Mata Pelajaran Geografi TP 2014/ 2015 ··· 70

10. Pendapat Siswa Pada Materi Pelajaran Geografi SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015 ··· 71

11. Kualifikasi Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung pada Faktor Fisiologi ··· 72

12. Kualifikasi Penyebab Kesulitan belajar Siswa Kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung pada Faktor Psikologi ··· 74

13. Kualifikasi Penyebab Kesulitan belajar Siswa Kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung pada Faktor Keluarga ··· 75

14. Kualifikasi Penyebab Kesulitan belajar Siswa Kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung pada Faktor sekolah ··· 77

15. Kualifikasi Penyebab Kesulitan belajar Siswa Kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung pada Faktor Media Massa ·· 78 16. Kualifikasi Penyebab Kesulitan belajar Siswa Kelas X SMA Islam


(17)

v Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung pada Faktor Lingkungan Sosial (Masyarakat) ··· ··· 79 17. Chek list Observasi Ruang Kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah


(18)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Kerangka Pikir Penelitian ··· ··· 43 2. Peta Lokasi SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung

Tahun 2015 ··· ··· ··· 64 3. Denah Sekolah SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung ·· 65 4. Alat Peraga Pembelajaran Geografi ··· ··· 94 5. Ruang Kelas XA SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah ··· 97 6. Ruang Kelas XB SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah··· 98 7. Ruang Perpustakaan SMA Islam Terpadu Miftahul Janah Bandar

Lampung ··· ··· ··· 99 8. Keadaan teras kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar

Lampung ··· ··· ··· 104 9. Keadaan Lingkungan SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah ··· 105 10. Keadaan proses pembangunan SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah


(19)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian ··· ··· 115

2. Pedoman Wawancara ··· ··· 120

3. Skor Item Instrumen Penelitian ··· ··· 122

4. Kesenjangan Skor Faktor dengan Skor Total ··· ·· 123

5. Nilai Reliabilitas Instrumen Penelitian ··· ··· 128

6. Tabel Persentase Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ··· 133

7. Rekapitulasi Hasil Wawancara Pada Siswa Kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015 ··· 138

8. Rekapitulasi Hasil Wawancara pada Waka Kurikulum SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015. ··· 142

9. Daftar Nama Siswa Kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015. ··· ··· 144

10. Nilai r Tabel ··· ··· ··· 146

11. Hasil Observasi SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015 ··· ··· ··· 147


(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Kerangka Pikir Penelitian ··· 43 2. Peta Lokasi SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung

Tahun 2015 ··· 64 3. Denah Sekolah SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung ·· 65 4. Alat Peraga Pembelajaran Geografi ··· 94 5. Ruang Kelas XA SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah ··· 97 6. Ruang Kelas XB SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah ··· 98 7. Ruang Perpustakaan SMA Islam Terpadu Miftahul Janah Bandar

Lampung ··· 99 8. Keadaan teras kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar

Lampung ··· 104 9. Keadaan Lingkungan SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah ··· 105 10.Keadaan proses pembangunan SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian ··· 115

2. Pedoman Wawancara ··· 120

3. Skor Item Instrumen Penelitian ··· 122

4. Kesenjangan Skor Faktor dengan Skor Total ··· 123

5. Nilai Reliabilitas Instrumen Penelitian ··· 128

6. Tabel Persentase Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ··· 133

7. Rekapitulasi Hasil Wawancara Pada Siswa Kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015 ··· 138

8. Rekapitulasi Hasil Wawancara pada Waka Kurikulum SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015. ··· 142

9. Daftar Nama Siswa Kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015. ··· 144

10.Nilai r Tabel ··· 146

11.Hasil Observasi SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015 ··· 147


(22)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Ulangan Harian Semester Genap Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X SMA IT Miftahul Jannah TP 2014/2015 ··· 3 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ··· 52 3. Nilai Validitas Instrumen Penelitian ··· 58 4. Nilai Kriteria Pengujian Reliabilitas Instrumen ··· 60 5. Nilai Realibilitas Instrumen Penelitian ··· 60 6. Kualifikasi Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa ··· 62 7. Jumlah Peserta Didik SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar

LampungTP 2014/2015 ··· 68 8. Rincian Fasilitas SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung

TP 2014/2015 ··· 68 9. Daftar Nilai Siswa Kelas X Mata Pelajaran Geografi TP 2014/ 2015 ··· 70 10. Pendapat Siswa Pada Materi Pelajaran Geografi SMA Islam Terpadu

Miftahul Jannah Bandar LampungTP 2014/2015 ··· 71 11. Kualifikasi Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Kelas X SMA Islam

Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampungpada Faktor Fisiologi ··· 72 12. Kualifikasi Penyebab Kesulitan belajar Siswa Kelas X SMA Islam

Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampungpada Faktor Psikologi ··· 74 13. Kualifikasi Penyebab Kesulitan belajar Siswa Kelas X SMA Islam

Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung pada Faktor Keluarga ··· 75 14. Kualifikasi Penyebab Kesulitan belajar Siswa Kelas X SMA Islam

Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung pada Faktor sekolah ··· 77 15. Kualifikasi Penyebab Kesulitan belajar Siswa Kelas X SMA Islam


(23)

ii 16. Kualifikasi Penyebab Kesulitan belajar Siswa Kelas X SMA Islam

Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung pada Faktor Lingkungan Sosial (Masyarakat) ··· 79 17. Chek list Observasi Ruang Kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah


(24)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu komponen dalam meningkatkan kesejahteraan hidup. Pendidikan dipandang sebagai salah satu pemutus mata rantai kemiskinan. Pendidikan menjadi cara memperoleh ilmu pengetahuan dan bimbingan dalam rangka mengembangkan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang. Pendidikan juga membentuk manusia agar mampu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki bumi secara bijaksana. Dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 1 menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab. Pedidikan dapat dilakukan dimanapun baik di sekolah, lingkungan tempat


(25)

2

tinggal, pendidikan non formal, tempat kursus, dan sebagainya. Karena pada hakikatnya pendidikan adalah suatu kegiatan belajar, belajar dapat dilakukan oleh siapapun baik anak-anak, remaja, orang dewasa maupun tua, dan dimanapun manusia itu berada. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) belajar berasal dari kata ajar yang memiliki arti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui yang kemudian berkembang menjadi beberapa proses memperoleh menggali ilmu seperti kegiatan belajar, mengajar, pelajaran, membelajarkan, pembelajaran (belajar-megajar), dan lainnya.

Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang dilakukan seseorang secara sengaja melibatkan dirinya dan lingkungan sekitar melalui hubungan timbal balik atau interaksi. Baik interaksi dengan manusia itu sendiri maupun lingkungan sebagai sumber pengetahuan dan pengalaman. Belajar diharapkan dapat memberikan perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku. Pada dasarnya belajar merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk mengadakan perubahan dalam diri manusia meliputi perubahan tingkah laku, kebiasaan, sikap, keterampilan dan menambah pengetahuan. Belajar identik dengan kegiatan menempuh pendidikan untuk mencapai cita-cita yang diingikan sehingga belajar harus dilakukan di suatu lembgga pendidikan seperti sekolah, tempat kursus, bimbingan studi dan lainnya. Kegiatan belajar disebut dengan proses belajar mengajar atau proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa sebagai pelajar dan guru sebagai pengajar.

Proses belajar mengajar siswa kelas X di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung dilaksanakan secara aktif. Pada mata pelajaran geografi


(26)

3

dilaksanakan dengan menggunakan metode belajar ceramah yang dikombinasikan dengan tanya jawab dan diskusi. Guru menggunakan LCD proyector dan slide

power point sebagai media pembelajaran. Media yang berisi materi dan

gambar-gambar dapat menarik perhatian siswa, sehingga siswa terfokus pada pelajaran. Proses pembelajaran terlihat tenang dan serius selain itu banyak siswa yang mengajukan pertanyaan yang bersifat ingin tahu. Selain itu terdapat beberapa siswa yang kurang bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran, melamun dan bersikap acuh. Sehingga keaktifan siswa dan fokus siswa tidak selamanya memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat diketahui pada hasil belajar siswa pada mid semester yang masih rendah. Hasil belajar siswa kelas X di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah yang peneliti peroleh pada kegiatan observasi pra-penelitian yakni sebagai berikut:

Tabel 1. Daftar Nilai Ulangan Harian Semester Genap Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X Di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah TP 2014/2015. No. Kelas Jumlah

Siswa

Kriteria Ketuntasan

Tuntas (>70) Tidak Tuntas (<70)

1. X A 20 11 9

2. X B 13 4 9

Jumlah 33 15 18

Sumber : Daftar Nilai Siswa Mata Pelajaran Grografi Kelas X IPS SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa siswa kelas X di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung belum sepenuhnya memahami mata pelajaran geografi. Sebanyak 18 siswa dengan persentase 54,6% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran geografi yakni 70. Sedangkan hanya sebanyak 15 siswa dengan persentase 45,4% siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Pada dasarnya hasil belajar merupakan suatu tolak ukur pemahaman siswa


(27)

4

terhadap suatu bahan ajar atau pelajaran. Hasil belajar siswa yang rendah menjadi salah satu tanda bahwa siswa mengalami kesulitan belajar. Hal ini didukung dengan melihat ketuntasan siswa dalam mengerjakan tugas yang rendah yakni sebanyak 20 siswa tidak mencapai ketuntasan minimal dan 13 siswa yang telah mencapai ketuntasan dalam mengerjakan tugas. Siswa menujukkan beberapa gejala kesulitan belajar seperti emosional yang tidak stabil, keadaan fisik yang kurang baik, tertinggal diantara teman-temannya serta hasil belajar yang tidak seimbang dan rendahnya prestasi kelompok.

Kesulitan belajar merupakan suatu keadaan siswa yang membuatnya tidak mampu atau tidak dapat belajar sebagaimana mestinya (Dalyono, 2012:229). Kesulitan belajar merupakan suatu hambatan atau gangguan dalam keberhasilan belajar. Kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran geografi tidak selamanya disebabkan oleh rendahnya intelegensi siswa, karena anak dengan intelegensi tinggi pun dapat mengalami kesulitan belajar. Oleh karena itu, kesulitan belajar juga dapat disebabkan oleh faktor non-intelegensi. Faktor-faktor kesulitan belajar tersebut berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa yakni lingkungan. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa disebut dengan faktor intern yang meliputi

faktor fisiologi yakni keadaan fisik dan faktor psikologi yakni keadaan rohani atau mental siswa. Sedangkan, faktor luar diri siswa disebut dengan faktor ekstern

terdiri dari faktor keluarga yang disebabkan oleh orang tua, keadaan ekonomi, suasana rumah. Faktor sekolah yang dapat disebabkan oleh kurikulum, guru, alat, dan gedung, waktu dan kedisiplinan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh faktor media massa serta faktor lingkungan sosial yang disebabkan oleh lingkungan bergaul, lingkungan tempat tinggal siswa, dan aktivitas siswa dalam masyarakat.


(28)

5

Siswa selalu belajar dengan melibatkan dirinya serta berinteraksi dengan lingkungan, sehingga kesulitan belajar dapat berasal dari dirinya dan lingkungan sekitarnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. hasil belajar siswa kelas X di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah pada mata pelajaran geografi masih rendah;

2. siswa mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Geografi;

3. kesulitan belajar siswa dapat disebabkan oleh faktor fisiologi yakni keadaan fisik siswa;

4. kesulitan belajar siswa dapat disebab oleh faktor psikologi yakni keadaan rohani siswa;

5. kesulitan belajar siswa dapat disebabkan oleh faktor keluarga yakni faktor orang tua dan keadaan rumah;

6. kesulitan belajar siswa dapat disebabkan oleh faktor sekolah yakni guru, gedung, alat, lingkungan dan kurikulum;

7. kesulitan belajar siswa dapat disebabkan oleh faktor media massa yang digunakan; dan


(29)

6

C. Batasaan Masalah

Untuk mencegah perluasan masalah dan kesalahpahaman, maka penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam memahami materi geografi kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015 sebagai berikut:

1. faktor fisiologi (keadaan fisik); 2. faktor psikologi (keadaan mental); 3. faktor keluarga;

4. faktor sekolah;

5. faktor media massa; dan

6. faktor lingkungan sosial (masyarakat)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang teridentifikasi di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah masih rendahnya hasil belajar siswa kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah, dengan demikian pertanyaan (permasalahan) penelitian ini yaitu:

1. apakah faktor fisiologi merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015?

2. apakah faktor psikologi merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015?


(30)

7

3. apakah faktor keluarga merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015?

4. apakah faktor sekolah merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015?

5. apakah faktor media massa merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015?

6. apakah faktor lingkungan sosial merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015?

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung Tahun Pelajaran2014/2015”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. untuk mengetahui faktor fisiologi merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015;


(31)

8

2. untuk mengetahui faktor psikologi merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015;

3. untuk mengetahui faktor keluarga merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015;

4. untuk mengetahui faktor guru merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015;

5. untuk mengetahui faktor media massa merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015; dan

6. untuk mengetahui faktor lingkungan sosial merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi Siswa

Memberikan informasi terkait faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami pada mata pelajaran geografi kelas X di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah dalam memahami pelajaran geografi serta faktor-faktornya.


(32)

9

2. Bagi Guru

Memberikan informasi kepada guru sebagai bahan pertimbangan untuk mengenali dan melakukan atau mendiagnosa masalah-masalah belajar pada siswa serta melakukan bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar.

3. Bagi Sekolah

Memberikan informasi kepada pihak sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas sekolah peserta didik serta lulusan yang unggul, dan bermutu, guna menunjang keberhasilah belajar dan mengharumkan nama sekolah.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut: 1. Ojek Penelitian

Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan (Arikunto, 2010:88). Subjek penelitian adalah siswa kelas X di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung.

3. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung dengan alamat Jalan H. Komarudin, Perum POLRI-Bhayangkara


(33)

10

Gang Kutilang, Kelurahan Raja Basa Raya, Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar Lampung.

4. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. 5. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu adalah Psikologi Pembelajaran khususnya tentang kesulitan belajar. Psikologi Pembelajaran adalah sebuah disiplin psikologi yang berisi teori-teori psikologi mengenai belajar, terutama mengupas bagaimana cara individu belajar atau melakukan pembelajaran (Djamarah, 2011:3). Kesulitan belajar adalah keadaan dimana siswa/anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya (Dalyono, 2012:229). Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011:234), bahwa kesulitan belajar anak didik disebabkan oleh rendahnya intelegensi adalah suatu pendapat yang keliru, karena masih banyak anak yang berintelegensi tinggi tetapi hasil belajarnya juah dari yang diharapkan. Seorang pendidik mata pelajaran geografi sebaiknya memiliki kecakapan untuk mendiagnosa kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran geografi. Hal ini dikarenakan guru mata pelajaran geografilah yang akan mengajar siswanya dikelas, sehingga sudah sewajarnya guru memiliki kecakapan dalam mendiagnosa kesulitan belajar siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan memberikan bimbingan belajar kepada siswa.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Teori Belajar dan Pembelajaran 1. Teori Belajar Psikologi Kognitif

Belajar merupakan proses stimulus dan respons serta manusia bersifat mekanik. Belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight). Gestalt menyatakan bahwa yang paling penting dalam proses belajar adalah dipahaminya apa yang dipelajari (Lilik Sriyanti, 2013:65). Menurut pandangan Gestaltis, semua kegiatan belajar menggunakan insight atau pemahaman terhadap

hubungan-hubungan, terutama hubungan-hubungan antara bagian dan keseluruhan. Tingkah kejelasan atau keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar lebih meningkatkan belajar seseorang daripada hukuman atau ganjaran (Dalyono, 2012:36).

Teori belajar kognitif dikembangkan oleh beberapa ahli yang mengembangkan konsepinsightsebagai berikut:

a. Teori Belajar “Cognitive-Field” dari Lewin

Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan-kekuatan baik yang dari dalam diri individu (seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan) maupun dari luar diri individu seperti tantangan dan permasalahan. Menurut Lewin belajar berlangsung sebagai akibat dari


(35)

12

perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif tersebut adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu dari struktur medan kognisi itu sendiri, yang lainnya dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Lewin memberikan peranan yang lebih penting pada motivasi daripada reward (Dalyono, 2012:36-37).

b. Teori Belajar “Cognitive-Develompmental” dari Piaget

Piaget adalah seorang psikolog develompmental dengan suatu teori

komprehensif tentang perkembangan intelegensi atau proses berfikir. Karena, kemampuan belajar individu dipengaruhi oleh tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kuantitatif melainkan kualitatif (Dalyono, 2012:37).

Pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek yaitu struktur, content,

dan fungtion. Anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur, dan

konten intelektualnya berubah/berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan suatu rangkaian perkembangan, masing-masing mempunyai struktur psikologi khusus yang menentukan kecakapan pikiran anak. Maka, Piaget mengartikan intelegensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus (Dalyono, 2012:39).

c. Teori Belajar “Discovery Learning” dari Jerome Bruner


(36)

13

bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada tingkat permulaan pengajaran hendaknya dapat diberikan melalui cara-cara yang bermakna dan makin meningkat kearah abstrak. Pengembangan program pengajaran dilakukan dengan mengkoordinasikan mode penyajian bahan dengan cara dimana anak dapat mempelajari bahan tersebut, yang sesuai dengan tingkat kemajuan anak. Tingkat-tingkat kemajuan anak dari tingkat representasi sensory (enactive) ke representasi konkret (iconic) dan akhirnya ke tingkat representasi yang abstrak (symbolic) (Dalyono, 2012:42)

2. Teori Belajar Psikologi Bahvioristik

Teori belajar behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori belajar yang dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Waston, dan Guthrie. Penelitian para pelopor tersebut didasarkan pada penelitian tentang tingkah laku terhadap situasi baru yang belum dikenal dan membiarkan objek melakukan berbagai cara bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi suatu reaksi melalui prosestial-and-error.

1. Teori Edward Lee ThorndikeConnectionismeatauBody-psychology

Teori koneksionisme disebut dengan Bond Theory, hal ini dikarenakan

Thordike menyebut asosiasi antara impresi indera dengan tindakan sebagai bond atau connection. Bagi Thordike bentuk belajar yang paling mendasar

adalah trial & eror atau disebut selecting and conneting. Berdasarkan hasil

eksperimennya Thorndike menyimpulkan bahwa proses belajar adalah proses peningkatan (Incremental) bukan insight. Belajar bersifat langsung dan tidak


(37)

14

Adapun konsep dalam teori koneksionisme sebagai berikut: a. Hukum Belajar dari Thorndike

1. The law of readliness dicantumkan dalam buku The Original Nature of Man(1913) yang memiliki tiga catatan sebagai berikiut:

a. ketika satu unit perilaku siap dilakukan, perilaku tersebut memuaskan; b. jika satu unit perilaku siap untuk dilakukan, tapi tidak dilakukan maka

akan terganggu; dan

c. jika satu unit perilaku tidak siap dilakukan dan dipaksa untuk melakukan maka perilaku tersebut akan terganggu.

2. The law of exerciseyang memiliki dua bagian yakni:

a. koneksi antara stimulus dan respos diperkuat ketika digunakan (low of use); dan

b. koneksi situasi dan respons diperlemah ketika tidak dilakukan atau hubungan syaraf tidak digunakan (low of disuse).

3. The law of effect menyatakan bahwa memperkuat atau memperlemah koneksi antara stimulus dan respons adalah hasil dari konsekuensi respons. Respons yang diikuti dengan kondisi yang menyenangkan maka koneksi akan meningkat.

b. Konsep Sekunder

1. multiple respons (respons berganda), reaksi bervariasi memecahkan masalah dalam belajar;

2. set or attitude, Thorndike menyebut disposisi atau predjustment sebagai set atau attitude. perbedaan individu dalam belajar dilihat dari hal yang mendasar seperti deprivasi, kondisi emosional;

3. prepotency elemen, Thorndike sebagai the partial or piecemeal activity of a situation(bagian aktivitas pada suatu situasi);

4. respons by analogy, respons terhadap situasi yang kita belum pernah dimasuki. trasnfer of training antara situasi familiar dengan situasi tidak familiar, keduanya ditentukan oleh jumlah elemen yang sama (identical element); dan

5. associative shifting, fenomena respons yang dibawa melalui sejumlah stimulus berbeda, dan akhirnya stimulus kondisi berbeda dengan respons aslinya (Sriyanti, 2013:39-44).

2. Teori PavlovianismeClassical Cinditioning

Ivan Petrovicht Pavlov mengembangkan penelitiannya dilaboratorium dan hasil percobaannya dapat disimpulkan bahwa pertanda (signal) dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam adaptasi individu terhadap sekitarnya. Pertanda atau signal itu itu disebut dengan perangsang bersyarat


(38)

15

sehingga hasil adaptasinya disebut sebagai refleks bersyarat (conditioned reflex). Refleks bersyarat adalah merupakan hasil reaksi sebagai hasil belajar,

tetapi Pavlov tidak tertarik dengan masalah ini, melainkan lebih tertarik pada masalah fungsi otak. Karena dengan mendapatkan refleks bersyarat ini Pavlov berkeyakinan telah mendapatkan sesatu yang baru dalam bidang fisiologi yakni penyelidikan mengenai fungsi otak secara tidak langsung. Refleks bersyarat dapat hilang atau dihilangkan dengan perangsang yang mengganggu (hilang untuk sementara) dan proses persyaratan kembali (reconditioning, berconditionnering) (Suryabrata, 2008:261-265)

3. Teori Jhon B. WastonBehaviorisme

Waston berpendapat bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti. Menurut Waston manusia terlahir dengan beberapa refleks atau reaksi-reaksi emosional berupa takut, cinta dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus respon baru melalui conditioning. Teori Waston memiliki

bagian-bagian penting sebagai berikut:

a. perangsang dan reaksi (stimulus and response bond theory)

Perangangsang (stimulus) adalah situasi objektif, yang wujudnya dapat bermacam-macam, seperti sinar, rumah terbakar dan kereta yang penuh dan sesak. Reaksi (respons) adalah reaksi objektif dari individu terhadap situasi sebagai perangsang yang wujudnya bermacam-macam yang merupakan tindakan terhadap stimulus;

b. pengamatan dan kesan (sensation dan perception)

Waston berpendapat bahwa kita tidak berhak bicara tentang manusia melihat, mendengar dan sebagainya. Melainkan harus berbicara tentang manusia-manusia melakukan response motoris yang dapat ditunjukkan terhadap perangsang-perangsang pendengaran, penglihatan dan sebagainnya. Karena itu tidak terbantahkan bahwa manusia membuat respon pendengaran dan penglihatan sehingga data objektifnya adalah stimulus dan respons;


(39)

16

c. perasaan dan tingkah laku afektif

Waston berpendapat bahwa hal senang atau tidak senang itu adalah soal senso-motoris. Reaksi emosional itu dapat ditimbulkan dengan pensyaratan (conditioning) atau reaksi emotional bersyarat itu dapat dihilangkan dengan pensyaratan kembali (Reconditioning);

d. teori tentang berfikir

Waston mengemukakan bahwa berfikir itu haruslah semacam tingkah laku senso-motoris, dan baginya bicara dalam hati adalah tingkah laku berfikir; dan

e. pengaruh lingkungan

Waston berpendapat bahwa reaksi-reaksi kodrati yang dibawa sejak lahir itu sedikit sekali. Kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam perkemabangan, karena latihan dan belajar (Suryabrata, 2008: 266-270).

4. Teori SkinnerOperant Conditioning

Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku. Skinner membagi dua jenis respon dalam belajar yakni:

a. repondent response(reflexive response) yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu (eliciting stimuli), yang menimbulkan respons-respons relatif tetap; dan

b. operant response (instrumental response) yaitu respons yang timbul dan berkembangnya dikuti oleh perangsang tertentu yang disebut reisforcing stimuli atau reiforcer. Karena perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, perangsang tersebut mengikuti suatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan (Suryabrata, 2008:266-268).

3. Teori Belajar Psikologi Humanitis

Teori belajar humanitis muncul pada tahun 1960-1970-an dalam dunia pendidikan. Teori humanitis berorientasi pada sikap individu yang dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik humanitis penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Hamachek dalam M. Dalyono, (2012) mengemukakan tujuan utama pendidik adalah membantu siswa mengembangkan dirinya, yaitu


(40)

17

membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.

4. Belajar dan Pembelajaran

Belajar didefinisikan dan dirumuskan berbeda-beda oleh masing-masing ahli. Cronbach dalam Sumadi Suryabrata, (2008:231) dalam bukunya berjudul Educational Psycology menyatakan bahwa “Learning is shown by a change in

behavior as a result of experience”(Cronbach, 1954:47).

Menurut James O Whittaker (Whittaker. 1970:15) mengemukakan “learning may

be defined as the process by which behavior originates oi is altered through

training or experience”. Howard L. Kingsley (1957:12) juga mengemukakan pendapatnya belajar, “learing is the process by which behavior (in the

boardersense) is originated or changed through practice or training”(Soemanto,

2006:104).

Belajar adalah suatu proses perubahan. Perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang tampak tetapi juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan yang negatif, tetapi perubahan yang positif yaitu perubahan yang menuju arah kemajuan atau arah perbaikan (Mustaqim, 2010:62).


(41)

18

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh individu yang menimbulkan perubahan pada dirinya baik secara kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) berubahan tersebut terjadi baik berasal dari latihan maupun pengalaman pada individu tersebut.

Menurut Aunurrahman kegiatan belajar memiliki ciri umum sebagai berikut: 1) belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari dan

disengaja. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh individu sendiri dalam bentuk aktifitas tertentu. Aktifitas menunjukkan keaktifan seseorang baik pada aspek-aspek jasmani maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya;

2) belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dapat berupa manusia ataupun objek-objek yang terdapat di sekitar individu yeng memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman baru maupun pengalaman yang sudah dimiliki oleh individu sehingga menimbulkan perhatian bagi individu dan memungkinkan terjadinya interaksi; dan

3) hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Meskipun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktifitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku ini merupakan perubahan yang dapat diamati (Observable). Perubahan hasil belajar juga ditandai dengan perubahan kemampuan berfikir. (Aunurrahman, 2013:35-38).

B. Konsep dan Jenis Kesulitan Belajar

Pada hakikatnya belajar bertujuan untuk membantu anak dapat sukses dalam hidup serta berguna bagi orang lain dimasa mendatang. Harapan tersebut dapat tercapai secara bertahap melalui prestasi yang diraih di sekolah. Prestasi yang memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik jika mereka belajar secara wajar terhindar dari berbagai ancaman, hambatan dan gangguan. Menurut Lilik Sriyanti (2013:145) Anak didik yang menunjukkan prestasi rendah merupakan indikasi awal bahwa anak mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah suatu


(42)

19

keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya (Dalyono, 2012:229). Kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. (Ahmadi, 2004:93).

Fenomena kesulitan belajar seseorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar. Kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan siswa berteriak didalam kelas, mengusik teman, berkelahi tidak masuk sekolah dan sering minggat dari sekolah (Syah, 2004:182). Kesulitan belajar tidak sesalu disebabkan oleh rendahnya intelegensi siswa namun dapat pula disebabkan oleh faktor non-intelegensi lainnya. hal ini dikarenakan anak yang berintelegensi tinggi juga berpotensi untuk mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan hambatan-hambatan yang dialami oleh siswa sehingga umumnya siswa menampakkan gejala-gejala kesulitan belajar.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:94) gelaja kesulitan belajar tersebut antara lain:

1. menunjukkan prestasi yang rendah/dibawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.

2. hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.

3. lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar, selalu tertinggal diantara teman-temannya.

4. menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh, berpura-pura, berbohong dan lainnya.

5. menunjukkan tingkah laku yang berlainan misalnya mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, dan selalu sedih.


(43)

20

1. Penyelidikan Kesulitan Belajar

Dari gejala-gejala yang ditampakkan oleh siswa, sebagai seorang pendidik atau pembimbing maka guru dapat melakukan penyelidikan tentang kesulitan belajar antara lain dengan:

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan memperoleh data dengan langsung melakukan pengamatan terhadap objek. Observasi mencatat gejala-gejala yang tampak pada diri subjek, kemudian diseleksi untuk dipilih yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Data yang diperoleh pada kegiatan observasi berupa:

1. sikap siswa dalam mengikuti pelajaran adalah tanda-tanda cepat lelah, mudah mengantuk, suka memusatkan perhatian pada pelajaran.

2. kelengkapan catatan, peralatam dalam pelajaran.

3. Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan menunjukkan gejala cepat lelah, mudah mengantuk, sukar konsentrasi, catatan tidak lengkap, dan sebagainya (Dalyono, 2012:248-249).

b. Interview

Penyelidikan tentang kesulitan belajar dapat dilakukan dengan menggunakan interview atau wawancara langsung dan tidak langsung. Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung pada orang yang diselidiki sedangkan wawancara tidak langsung dilakukan terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diselidiki (guru, orang tua dan teman dekat) (Ahmadi, 2004:95).

c. Tes diagnostik

Tes diagnostik disebut juga dengantest of entering behaviouryaitu suatu cara

untuk mengetahui tingkat dan jenis karakteristik perilaku anak didik miliki ketika dia mau mengikuti kegiatan interaksi edukatif di kelas. Dengan kata lain sejauh mana tingkat penguasaan anak didi terhadap bahan pelajaran yang


(44)

21

akan diberikan oleh guru, dapat diketahui dengan tes diagnostik (Djamarah, 2011:249).

Menurut Cronbach tes adalah suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan kelakuan dari dua orang atau lebih (Dalyono, 2012:249). Tes untuk mengetahui kesulitan belajar siswa meliputi tes buatan guru (teacher made test) yang dikenal dengan tes diagnosting test psikologsi.

Karena, siswa yang mengalami kesulitan belajar mungkin disebabkan oleh IQ yang rendah, tidak memiliki minat dan bakat, mentalnya minder dan lainnya. d. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah suatu cara yang sering dipakai dalam upaya mencari faktor-faktor penyebab yang menyebabkan anak didik mengalami kesulitan belajar melalui dokumen anak didik itu sendiri (Djamarah, 2011:248). Dokumen tersebut antara lain daftar hadir dalam mengikuti pelajaran, riwayat hidup, daftar pribadi, catatan harian, daftar di sekolah, kumpulan ulangan, raport dan lainnya (Dalyono, 2012:248-250).

2. Macam-Macam Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar dikelompokkan menjadi empat macam yakni:

1. dilihat dari jenis kesulitannya yakni jenis kesulitan berat dan sedang; 2. dilihat dari bidang studi yang dipelajari yakni kelulitan pada sebagian

bidang studi dan kesulitan pada keseluruhan bidang studi;

3. dilihat dari sifat kesulitannya yakni kesulitan yang bersifat permanen dan kesulitan yang bersifat sementara; dan

4. dilihat dari segi faktornya yakni kesulitan karena faktor intelegensi dan faktor non intelegensi (Ahmadi, 2004:78).


(45)

22

3. Tipe Kesulitan Belajar

Weinberg mengemukakan beberapa masalah belajar yang kemudian digolongkan dalam beberapa tipe sebagai berikut:

1. tidak mempunyai motivasi belajar, yakni anak yang menunjuukan usaha terlalu rendah, kurang semangat, mudah putus asa, tidak memiliki tujuan studi;

2. slow learner, yakni hambatan belajar yang dialami anak karena kemampuan dan daya serap terhadap pelajaran yang rendah (seperti anak dengan IQ 70-89); 3. sangat cepat dalam belajar, anak yang berintelegensi cenderung melampaui

kemampuan orang tua dan guru serta mampu menangkap palajaran dengan waktu dan penjelasan singkat. Anak yang cerdas dengan IQ 120-130 sering dihantui kebosanan dalam mengikuti pembelajaran yang dianggapnya kurang menantang;

4. underachiever, yakni anak yang menunjukkan prestasi dibawah kemampuan sebenarnya. Anak yang beintelegensi dapat mengalami Underachiever bila potensinya tidak difasilitasi;

5. penempatan kelas, yakni anak ditempatkan pada kelas yang tidak tepat. Penempatan kelas disesuaikan dengan minat-bakat anak, serta kemampuan anak; dan

6. kebiasaan belajar yang tidak baik, yakni anak yang memiliki kebiasaan belajar yang tidak baik seperti menunda belajar, belajar hanya bila akan ada ujian, mempunyai kebiasaan mencontek atau meminjam pekerjaan rumah (PR) teman (Sriyanti, 2013:146-147).

4. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar meliputi gangguan atau ketidakmampuan psiko-fisik anak didik sebagai berikut:

1. bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi anak didik;

2. bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap; 3. bersifat psikomotor (ranah karsa) antara lain seperti terganggunya alat-alat

indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga);

4. lingkungan keluarga, contohnya ketidak harmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga;

5. lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal; dan 6. lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk

seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang rendah (Djamarah, 2011:235).


(46)

23

1. Faktor Fisiologi (Kondisi Fisik)

a. Keadaan Fisik (Kekurangan anggota tubuh dan cacat tubuh)

Kekurang anggota tubuh merupakan cacat tubuh ringan biasanya masih dapat mengikuti pendidikan umum, asalkan guru memperhatikan dan memberikan placement yang tepat, seperti kurangnya pendengaran, penglihatan, dan

gangguan psikomotor. Cacat tubuh tetap (serius) dalah cacat tubuh yang berupa kehilangan bagian tubuh atau fungsi tubuh seperti bisu, buta, tuli, kehilangan tangan dan kaki. Golongan ini harus masuk sekolah pendidikan khusus seperti SLN, Bisu Tuli, TPAC-SROC (Dalyono, 2012:232).

Jadi, keadaan fisik memberikan pengaruh terhadap kebehasilan siswa dalam belajar. Hal ini dikarenakan siswa membutuhkan anggota tubuhnya untuk berfungsi sebagaimana mestinya. Jika terdapat fungsi anggota tubuh dan panca indra yang yang kurang mendukung dapat menjadi hambatan dalam proses belajar siswa.

b. Keadaan Kesehatan (Kurang sehat atau sakit dan gangguan kesehatan)

Anak yang kurang sehat atau sakit dapat mengalami kesulitan belajar, dengan keadaan ini anak akan mudah capek, mengantuk, pusing, kurang semangat, pikiran terganggu hingga kehilangan daya konsentrasi. Hal ini berakibat pada kurangnya penerimaan respon pelajaran, saraf otak tidak mampu berproses, mengelola bahan ajar. Menurut M. Dalyono (2012:231), Kelemahan fisik yang dialami membuat perintah saraf sensori dan motorisnya lemah sehingga perintah dari otak yang berupa ucapan, tulisan, hasil pemikiran dan lukisan menjadi lemah juga. Keadaan kesehatan yang kurang baik seperti memiliki


(47)

24

sakit yang sering kambuh seperti pusing, asma, sakit kepala, sakit gigi hingga kanker juga dapat menyebabkan anak kesulitan belajar (Sriyanti, 2013:150).

Jadi, keadaan kesehatan juga memberikan pengaruh terhadap kelangsungan proses belajar siswa. hal ini dikarenakan siswa yang mengalami gangguan kesehatan tidak dapat berkonsentrasi penuh dalam proses belajar. Siswa yang kurang sehat atau sedang sakit akan kesulitan dalam belajar karena siswa merasakan sakit pada tubuhnya dan membutuhkan istirahat.

c. Aktivitas Belajar Kurang baik

Aktivitas yang dimaksud adalah siswa tidak mempelajari kembali pelajaran dirumah. Kemudian kurangnya memamfaatkan waktu luang untuk belajar, waktu terbuang untuk kegiatan yang kurang bermanfaat seperti menonton TV, dan bermain game (Sriyanti, 2013:149). Jadi, aktivitas merupakan suatu

kegiatan yang terus-menerus dilakukan. Memanfaatkan waktu luang untuk belajar serta aktivitas belajar yang baik dan rutin membantu siswa menguasai pelajaran dan memperoleh prestasi belajar yang memuaskan.

d. Kebiasaan Belajar Kurang Baik

Kebiasaan belajar yang asalah adalah belajar dilakukan ketika mendapatkan tugas dari guru atau ketika akan ujian, memiliki kebiasaan menyontek serta belajar sekedar menghafal tanpa mengerti maknanya (Sriyanti, 2013:149). Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011:237), Kebiasaan belajar yang kurang baik, penguasaan ilmu pengetahuan hanya pada tingkat hafal bukannya pemahaman mengakibatkan pengetahuan tersebut sulit untuk ditransfer. Jadi,


(48)

25

kebiasaan belajar yang baik dapat dilakukan dengan belajar dengan memahami makna dari pelajaran bukan dengan menghafal agar ilmu pengetahuan yang dipelajarinya dapat di transfer atau diajarkan kepada yang lainnya.

Faktor penyebab kesulitan belajar siswa pada faktor fisiologi terdiri dari keadaan fisik, keadaan kesehatan, aktifitas belajar, dan kebiasaan belajar. Faktor fisiologi yang dimaksud atau difokuskan dalam penelitian ini adalah kondisi fisik siswa yang meliputi:

1. keadaan fisik siswa yakni kurangnya anggota tubuh atau kurang berfungsinya anggota tubuh dan cacat;

2. keadaan kesehatan siswa yakni kurang sehat atau sakit dan gangguan kesehatan;

3. aktivitas belajar yang kurang baik yakni tidak mempelajari kembali pelajaran ketika di rumah, kurang memanfaatkan waktu luang untuk belajar; dan

4. kebiasaan belajar kurang baik yakni belajar dilakukan ketika ada tugas dan akan ujian dan penguasaan pelajaran dengan cara menghafal.

2. Faktor Psikologi (Kondisi Mental)

Belajar memerlukan kesiapan rohani, ketenangan dengan baik, karena hal-hal tersebut berpengaruh pula terhadap kesulitan siswa dalam menerima informasi. Faktor rohani tersebut sebagai berikut:

a. Intelegensi

Intelligence Quotient (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual, analitik,

logika, dan rasio seseorang. IQ seseorang digolongkan menjadi empat yakni: a. IQ diatas 140 digolongkan sebagai seorang yang jenius,


(49)

26

b. IQ 110-140 digolongkan sebagai seorang yang cerdas, c. IQ 90-110 digolongkan sebagai seorang yang normal,

d. IQ kurang dari 90 digolongkan sebagai seorang lemah mental (Mentally Deffective). Anak pada golongan dengan inilah yang biasanya mengalami kesulitan belajar (Djaali, 2008:233).

Skiner (1959) dalam Lilik Sriyanti (2013:121), mengungkapkan bahwa “intelegence is demonstrablein ability of the individual to make good responses

from the stand point of truth or fact”. Jadi, Intelegensi atau kecerdasan menentukan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. siswa yang diberikan masalah melebihi kemampuannya maka kemungkinan besar siswa tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut, sehingga siswa mengalami kesulitan belajar.

b. Bakat

Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar seseorang yang dibawa sejak lahir. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan menonjol pada suatu bidang yang menjadi bakatnya, ditandai dengan kecenderungan menguasai bidang tersebut. Sedangkan seseorang yang mempelajari sesuatu diluar bakatnya akan menemukan kesulitan dalam menguasainya, sehingga timbul rasa bosan, mudah putus asa, tidak senang dan lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa tingkah laku siswa dikelas seperti menggangu teman, membuat gaduh kelas, tidak ingin belajar sehingga nilai hasil belajarnya rendah (Dajali, 2008:233).

Menurut Sunarto dan Hartono (1999:121) memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat


(50)

27

terwujud (Djamarah, 2012:197). Menurut Chaplin (1972), Reber (1988) Bakat (Aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2004:150).

Jadi, bakat adalah suat kemampuan atau potensi yang dimiliki setiap individu sejak lahir. Bakat membantu seseorang untuk menentukan jati dirinya. Seseorang akan merasa senang ketika ia mengerjakan sesuatu sesuai bakatnya. Begitu pula pada belajar. Siswa akan cenderung menguasai pelajaran yang menjadi bagian dari bakatnya.

c. Minat

Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyeluruh (Slameto, 1991:182). Menurut Crow D. Leatar and Alice Crow mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya

gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirancang oleh kegiatan itu sendiri (Djaali, 2008:121). Minat (interest) adalah kecendenrungan dan kegairahan tinggi atau keinginan yang gesar terhadap sesuatu. Reber (1988) mengemukakan minat tidak tertmasuk istilah populer psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan (Syah, 2004:151).

Jadi minat adalah ketertarikan siswa terhadap suatu pembelajaran baik ketertarikan pada guru, pelajaran, lingkungan dan lainnya. Siswa yang tidak


(51)

28

memiliki minat dapat dilihat melalui cara anak mengikuti pelajaran seperti kelengkapan catatan dan fokus perhatian. Terkadang minat berkaitan dengan bakat seseorang, sehingga siswa juga dapat mengalami kesulitan belajar pada pelajaran yang kurang diminatinya.

d. Motivasi

Menurut Woodworth dan Marque dalam Mustaqim dan Abdul Wahib Motif adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi di sekitarnya (Mustaqim, 2010:72). Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan) (Djaali, 2008:101). Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan

perbuatan belajar. Semakin besar motivasi seseorang untuk belajar maka semakin besar pula kesuksesan belajarnya. Jadi, siswa yang memiliki motivasi kuat akan berusaha dengan giat dan gigih, pantang menyerah, untuk meningkatkan prestasi dan memecahkan masalahnya. Begitu pula sebaliknya siswa yang tidak memiliki motivasi maka akan cenderung tingkah laku yang acuh, tidak suka terhadap pelajaran, suka mengganggu dikelas, dan mudah putus asa.

e. Tipe-tipe Khusus Seorang Pelajar

Setiap individu memiliki tipe belajar yang berbeda-beda. Tipe-tipe belajar tersebut digolongkan menjadi tiga yakni:


(52)

29

a. tipe visual merupakan tipe yang mudah mempelajari bahan melalui indra penglihatan seperti tulisan, grafik, bagan dan gambar;

b. tipe auditif merupakan tipe yang mudah mempelajari dan memproses informasi berupa suara seperti ceramah, diskusi, kaset, perekam suara, dan lainnya; dan

c. tipe motorik atau tipe campuran yakni tipe yang mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan, pergerakan namun sulit mempelajari bahan yang berupa suara dan penglihatan (Djaali, 2008:233-237).

Jadi, setiap siswa memiliki tipe belajar yang berbeda-beda sehingga dibutuhkan kecakapan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Kecapan tersebut dapat dilakukan dengan menerapakn metode pembelajaran yang bervariasi dan menggunakan media pembelajaran atau alat peraga pembelajaran.

Faktor penyebab kesulitan belajar siswa pada faktor psikologi terdiri dari itelegensi, bakan, minat, motivasi dan tipe-tipe khusus belajar. Faktor psikologi yang dimaksud atau difokuskan dalam penelitian ini adalah kondisi mental siswa yang meliputi:

1. minat siswa yakni keikutsertaan siswa dalam belajar, kelengkapan catatan pelajaran, fokus siswa, ketertarikan siswa pada pelajaran, dan perhatian siswa pada pelajaran; dan

2. motivasi siswa yakni motivasi belajar, motivasi usaha dalam memecahkan masalah, motivasi mengerjakan tugas, motivasi mengikuti pelajaran, dan motivasi melakukan kegiatan menggangu.

3. Faktor Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terdekat siswa yang menjadi pusat pendidikan dan tempat pertama belajar anak. Keluarga menjadi faktor pendorong dan


(53)

30

motivasi belajar siswa untuk mencapai keberhasilan siswa. Namun, keluarga juga dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar siswa antara lain sebagai berikut: 1. Faktor Orang Tua

Orang tua merupakan pendidik dan pembimbing siswa dalam keluarga. Pada dasarnya orang tua ingin anaknya pandai, cepat berhasil, dan sukses namun terkadang orang tua pun menjadi faktor kesulitan belajar siswa. faktor tersebut yakni:

a. cara mendidik anak, yakni pola pengasuhan yang bersifat lemah (memanjakan) atau otoriter (kejam);

b. hubungan orang tua dan anak, yakni kasih sayang, perhatian, penghargaan, dan emosi lainnya antara oreang tua dan anak. Hubungan yang kurang baik antara keduanya dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan kegelisahan yang disebutemosional insecurity; dan

c. contoh atau bimbingan dari orang tua, yakni kebiasaan yang dilakukan keluarga dan bimbingan orang tua terhadap anak ketika menemukan masalah (kesulitan) (Ahmadi, 2004:85-87).

2. Suasana Rumah/Keluarga

Suasana rumah yang damai, tentram, harmonis, menyenangkan membuat anak betah berada di rumah. Keadaan ini akan membantu kemajuan belajar anak. Suasana rumah yang gaduh atau ramai seperti keluarga saling cekcok, bertengkar, dan saling berdiam-diaman membuat anak menyebabkan anak merasa tegang dan dilanda kesedihan, sehingga tidak dapat belajar dengan tenang. Gangguan tersebut membuat anak tidak mampu berkonsentrasi dan sukar belajar, akibatnya anak akan pergi keluar rumah mencari ketenangan dan menghabiskan waktunya untuk menghibur diri (Dalyono, 2012:240).

3. Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga pun merupakan faktor penting dalam keberhasilan dan kesulitan belajar siswa. Proses belajar membutuhkan biaya untuk


(54)

31

memenuhi kebutuhan kelengkapan belajar seperti buku, alat-alat belajar, uang sekolah dan biaya-biaya lainnya. Kondisi keuangan keluarga digolongkan menjdai dua sebagai berikut:

a) keadaan ekonomi kurang (miskin), keadaan ini menimbulkan kurangnya biaya yang disediakan orang tua, kurang tersedianya alat-alat dan bahan ajar, serta tidak adanya tempat belajar yang baik; dan

b) keadaan ekonomi lebih (kaya), keadaan ini merupakan keadaaan ekonomi yang berlimpah ruah, segala kebutuhan dapat terpenuhi dan cenderung memberikan kemudahan kepada anak. Terkadang hal ini menyebabkan anak kurang bertanggung jawab dan menjaga apa yang dimilikinya dan cenderung bersenang-senang (Dalyono, 2012:238-242).

Jadi, keluarga pun dapat menyebabkan kesulitan bagi proses belajar siswa dimulai dari kurangnya perhatian orang tua terhadap anak, hungan anak dan orang tua yang kurang baik, bimbingan orang tua ketika anak mendapatkan kesulitan, suasan rumah yang kurang nyaman, kegiatan anak selama dirumah, dan keadaan ekonomi yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan belajar seperti alat-alat belajar, buku, hingga biaya pendidikan anak.

Faktor penyebab kesulitan belajar siswa pada faktor keluarga terdiri dari faktor orang tua, keadaan rumah atau suasana rumah dan keadaan ekonomi. Faktor keluarga yang dimaksud atau difokuskan dalam penelitian ini meliputi:

1. faktor orang tua, yakni kurangnya perhatian orang tua, hubungan antara anak dan orang tua kurang baik, dan tidak membantu anak ketika menemukan kesulitan;

2. keadaan rumah, yakni tidak tersedianya ruang belajar, kesehatan keluarga yang terganggu, banyak membantu orang tua, tidak nyaman atau betah berada dirumah; dan


(55)

32

3. keadaan ekonomi, yakni keadaan ekonomi yang terlalu lemah, kurang lengkapnya alat belajar, tidak tersedianya biaya pendidikan.

4. Faktor Sekolah

Sekolah adalah tempat belajar siswa setelah keluarga. Sekolah merupakan tempat siswa menuntut ilmu dan memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar. Sekolah juga dapat menimbulkan kesulitan siswa faktor-faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Faktor Guru

Guru yang dapat menjadi sebab kesulitan belajar antara lain: a. pribadi guru yang kurang baik;

b. guru tidak berkualitas yakni guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang studi yang diambilnya sehingga kurang menguasai materi pelajaran, kurang pesiapan sehingga siswa kurang memahami materi yang dijelaskan;

c. guru menuntut standar pelajaran diatas kemampuan siswa; dan

d. guru yang tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosa kesulitan belajar. Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan siswa, dan lainnya (Djamarah, 2011:239).

e. Guru menggunakan metode belajar yang menyulitkan siswa, antara lain: 1. metode mengajar didasarkan pada latihan mekanis bukan pengertian; 2. guru tidak menggunakan alat peraga yang memfungsikan alat indra siswa; 3. metode mengajar menyebabkan siswa pasif sehingga siswa tidak memiliki aktivitas. hal ini bertentangan dengan dasar psikologis, karena pada dasarnya setiap individu bersifat dinamis; dan

4. metode mengajar tidak menarik, guru hanya menggunakan satu metode tanpa mengadakan variasi (Dalyono, 2012:243).

f. Hubungan guru dan siswa

Hubungan yang baik antara guru dan siswa berawal dari sikap guru. Sikap tersebut cenderung kurang disenagi atau dibenci oleh siswa, seperti sikap kasar, suka marah-marah, suka mengejek, suka membentak, tidak pandai menerangkan, tinggi hati, pelit dalam memberi nilai, tidak adil, sombong


(56)

33

(jarang senyum dan wajah tidak ramah), tidak suka membantu anak dan lain-lain.

2. Faktor Alat

Alat peraga pembelajaran merupakan media belajar. Alat peraga sangat membantu guru dalam menyajikan pelajaran terutama pada pelajaran yang bersifat praktik atau praktikum, kurangnya alat di laboratorium dapat menimbulkan kesulitan saat proses belajar. Seiring berkembangnya teknologi maka alat peraga pendidikan pun turut mengalami perkembangan.

Menurut Abu Ahmadi, perkemabangan pada alat-alat pelajaran/pendidikan, sebab dulu yang tidak ada sekarang menjadi ada. Timbulnya alat-alat tersebut akan menentukan:

1. perubahan metode mengajar guru;

2. segi dalamnya ilmu pengetahuan pada pikiran anak; 3. memnuhi tuntutan dari bermacam-macam tipe anak; dan

4. tiadanya alat-alat itu guru cenderung menggunakan metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi ana sehingga tidak mustahil timbul kesulitan belajar ( Ahmadi, 2004:90).

3. Faktor Gedung

Faktor gedung yang utama adalah ruang kelas. Ruang kelas adalah tempat siswa mengikuti proses pembelajaran. Ruang kelas sudah seharusnya memenuhi syarat kesehatan. Aunurrahman menemukakan beberapa syarat kesehatan sebagai berikut:

1. ruang kelas berjendela, berventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan, dan sinar dapat menerangi ruangan;

2. dinding harus bersih atau tidak kotor; 3. lantai tidak licin, becek, dan kotor; dan

4. jauh dari keramaian seperti jalan raya, pasar, toko (swalayan), pabrik, bengkel dan tempat lainnya yang memungkinkan siswa terganggu dan sulit berkonsentrasi (Aunurrahman, 2012:94).


(57)

34

fasilitas untuk mengeksplor potensi dan kemampuannya, seperti perpustakaan, gedung laboratorium, laboratorium komputer mushola/masjid, UKS dan gedung lainnya.

4. Faktor Kurikulum

Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai kerangka acuan untuk mengmbangkan perangkat pembelajaran. Seluruh aktivitas pembelajaran, mulai dari penyusunan RPP, pemilihan materi, penentuan pendekatan dan strategi/metode pembelajaran, memilih dan menentukan media pembelajaran, menentukan teknik evaluasi, kesemuanya berpedoman pada kurikulum. Kurikulum kerap kali berubah. Perubahan tersebut dapat menimbulkan masalah sebagai berikut:

a. tujuan yang akan dicapai mungkin berubah meliputi perubahan pada pokok bahasan, kegiatan pembelajaran;

b. isi pendidikan berubah meliputi perubahan buku pelajran, buku bacaan dan sumber belajar lainnya;

c. kegiatan belajar mengajar meliputi perubahan strategi, metode, teknik, dan pendekatan guru dalam mengajar; dan

d. evaluasi yang berubah meliputi perubahan metode dan teknik evaluasi yang baru (aunurrahman, 2012:194).

Kurikulum sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan anak dan membawa kesuksesan pada anak. Kurikulum yang kurang baik, misalnya:

a. bahan-bahannya terlalu tinggi (terlalu sulit bagi siswa);

b. pembagian bahan tidak seimbang seperti, kelas 1 lebih banyak mata pelajarannya dibandingkan dengan kelas diatasnya; dan


(58)

35

5. Faktor Waktu dan Kedisiplinan

Waktu belajar adalah waktu yang disenangi siswa untuk belajar (study time preference). Seorang ahli bernama J. Bigger (1980) berpendapat bahwa belajar

pada pagi hari lebih efektif dari pada belajar pada waktu-waktu lainnya. Menurut penelitian bebrapa ahli learning style (gaya belajar), berpendapat bahwa hasil

belajar tidak bergangtng pada waktu secara mutlak tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiap siagaan siswa (Dunn, dkk 1988) perbedaan waktu dan kesiapan belajar inilah yang menimbulkan perbedaan study time

preference (Syah, 2004:154). Dengan kata lain, waktu belajar yang tepat adalah

pagi hari. Waktu siang atau sore hari merupakan kondisi dimana tubuh siswa mulai kekurangan energi, sehingga tubuh lebih cepat merasa lelah.

Disamping itu kedisiplinan siswa menjadi faktor kesulitan belajar siswa seperti sering terlambat masuk kelas (mengikuti pelajaran), tugas yang diberikan tidak dilaksanakan, kewajibannya dilalaikan, sekolah berjalan tanpa kendali. Hal ini dapat lebih buruk jika guru pun kurang disiplin maka pembelajaran akan banyak mengalami hambatan (Dalyono, 2012:242-245).

6. Faktor Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah atau suasana sekolah yang kurang menyenangkan dapat menjadi penyebab kesulitan anak didik dalam belajar (Djamarah, 2011:240). Pada dasarnya proses belajar siswa melibatakn dirinya dengan lingkungan sehingga lingkungan pun memberikan pengaruh pada proses belajar siswa sebagai akibat dari interaksi keduanya.


(59)

36

Jadi, sekolah yang menjadi tempat anak menuntut ilmu pun dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa. Kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh guru yang kurang berkualitan, penggunaan metode dan media yang menyulitkan siswa, kurikulum yang terlalu tinggi, ketersediaan alat, gedung hingga keadaan lingkungan. faktor tersebut memberikan pengaruh yang cukup besar karena sejak pagi hingga siang hari bahkan sore hari siswa berada disekolah yang mengharuskan sekolah memberikan fasilitas ang dapat membuat siswa merasa nyaman belajar dan berada di sekolah setiap hari.

Faktor penyebab kesulitan belajar siswa pada faktor sekolah terdiri dari faktor guru, faktor alat, faktor gedung, faktor kurikulum, faktor waktu dan kedisplinan, serta fakror lingkungan sekolah. Faktor sekolah yang dimaksud atau difokuskan dalam penelitian ini meliputi:

1. faktor guru, yakni guru tidak berkualitas, metode pembelajaran yang digunakan guru, media atau alat peraga yang digunakan guru, hubungan siswa dan guru; 2. faktor alat, yakni tidak terdapatnya alat peraga pembelajaran geografi;

3. faktor gedung, yakni ruang kelas yang tidak sehat, tidak tersebianya perpustakaan, mushola, toilet, laboratorium, dan gedung lainnya yang mendukung proses belajar siswa;

4. faktor kurikulum, penerapan kurikulum dan pemadatan materi;

5. faktor waktu, yakni pembelajaran yang dilakukan pada siang hari; dan

6. faktor lingkungan sekolah, yakni lingkungan yang kurang nyaman untuk belajar.


(60)

37

5. Faktor Media Massa

Media massa merupakan salah satu sumber siswa dalam memperoleh informasi. Media massa tersebut memberikan manfaat kepada siswa namun juga dapat memberiakan dampak negatif bagi keberhasilan belajar siswa. Hal ini bergantung pada informasi yang diperoleh siswa dari media massa dan pemanfaatan media massa itu sendiri. Media massa meliputi majalah, surat kabar, buku (komik, novel, ensiklopedia, kamus), televisi, bioskop radio, dan lainnya. Menurut Lilik Sriyanti (2013:153-154) bahwa kesulitan belajar bersumber dari media cetak dan media elektronik yang kurang mendidik. Bahan bacaan, gambar dan majalah porno hadir melengkapi pentas bacaan masyarakat dapat mengikis gairah belajar. Kemudian, media elektronik yang seharusnya berfungsi sebagai media pendidikan, media informasi dan sebagai media hiburan ternyata mengecewakan. Kepentingan bisnis sampai hari menelantarkan aspek koral, etika dan susila (Djamarah, 2012:245).

Faktor penyebab kesulitan belajar siswa pada faktor media massa terdiri dari penggunaan media massa dan pemanfaatan media massa. Faktor media massa yang dimaksud atau difokuskan dalam penelitian ini meliputi:

1. penggunaan media massa, yakni siswa menggunakan media massa baik media elektronik, maupun media cetak; dan

2. pemanfaatan media massa, yakni tidak memanfaatkan media massa sebagai sumber belajar atau bahan ajar

6. Faktor Lingkungan Sosial (Masyarakat)

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk berinteraksi. Siswa belajar tidak hanya dengan


(1)

62

yang menyatakan sikap siswa terhadap objek penelitian yang meliputi minat dan motivasi belajar siswa. Untuk mengetahui persentase masing-masing faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa pada materi geografi dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

= / × 100%

Persamaan 3. Rumus Tabulasi Persentase

Hasil perhitungan persentase tersebut kemudian dikualifikasikan berdasarkan tabel kualifikasi sebagai berikut:

Tabel 6.Kualifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa No. Persentase Penyebab Kualifikasi Penyebab

1. 81%-100% Sangat Kuat

2. 61%-80% Kuat

3. 41%-60% Cukup

4. 21%-40% Lemah

5. 0%-20% Sangat Lemah


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian angket, wawancara, observasi yang dilakukan pada siswa dan sekolah, mengenai faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015, dapat disimpulkan bahwa: 1. faktor fisiologi merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X

pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015;

2. faktor fisiologi merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X namun kurang berpengaruh terhadap kesulitan siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015;

3. faktor keluarga merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015;

4. faktor sekolah merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015;


(3)

110

5. faktor media massa merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015; dan

6. faktor lingkungan sosial merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa, namun kurang memberikan pengaruh terhadap kesulitan belajar siswa kelas X pada mata pelajaran geografi di SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah Bandar Lampung TP 2014/2015;

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Kesulitan belajar siswa disebabkan oleh faktor fisiologi yakni keadaan kesehatan yang terganggu ativitas belajar yang kurang baik kebiasaan belajar yang kurang baik Kepada siswa kelas X SMA Islam Terpadu Miftahul Jannah disarankan untuk selalu menjaga kesehatan dan pola makan yang sehat, dan istirahat yang cukup agar badan kembali segar setelah berkegiatan selama seharian. Kemudian untuk melakukan aktivitas yang mendukung belajar yakni dengan mempelajari kembali pelajaran ketika dirumah, menggunakan waktu luang untuk belajar. Siswa juga diharapkan dapat melakukan kebiasaan belajar yang baik seperti belajar dengan rutin dan menguasai pelajaran tersebut dengan memaknainya atau memahaminya bukan dengan menghafal.

2. Kesulitan belajar disebabkan oleh faktor keluarga yakni kurangnya perhatian orang tua yakni tidak membantu anak ketika menemukan kesulitan, tidak tersedianya ruang belajar, banyak membantu orang tua, dan keadaan rumah


(4)

111

yang tidak nyaman sehingga siswa tidak betah berada dirumah. Kepada anggota keluarga disarankan untuk selalu memperhatikan belajar anak, serta menyediakan kebutuhan siswa dalam belajar serta meciptakan suasana rumah yang nyaman. Siswa kelas X mulai mencari jadi dirinya (memasuki masa pubertas), sehingga tingkat emosional yang masih belum stabil siswa cenderung merasa terlalu dikekang, diatur, dan sering diomeli, akibatnya siswa lebih sering keluar bermain dengan teman-temannya.

3. Kesulitan belajar siswa disebabkan oleh faktor sekolah yakni metode pembelajaran yang membosankan dan tidak bervariasi, tidak menggunakan media atau alat peraga pembelajaran, faktor waktu dan faktor lingkungan sekolah. Kepada guru mata pelajaran geografi disarankan untuk sering mengadakan variasi metode pembelajaran dan mengggunakan atau mengembangkan media pembelajaran dan alat peraga pada saat pembelajaran. Jika memungkinkan disarankan untuk melakukan diagnosa kesulitan belajar dan melakukan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Kepada pihak sekolah untuk dapat menciptakan lingkungan yang nyaman dan mendukung proses belajar siswa, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang meskipun di waktu siang hari.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan widodo supriyono. 2004. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Asdi Mahasatya.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

. 2010.Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

. 2012.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar. 2006.Media Pembelajaran. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Aunurrahman. 2013.Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.

Dalyono, M. 2012.Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rinela Cipta. Djaali. 2008.Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Djamarah Syaiful Bahri. 2011.Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Hidayati W, dan Harjanto. 2010.Konsep dasar Penilaian Properti, Edisi Pertama Cetakan Kedua. Yogyakarta. BPFE.

Mulyo, Agus. 2008.Pengantar Ilmu Kebumian. Bandung. Pustaka Setia.

Mustaqim, dan Abdul Wahib. 2010.Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung.

Alfabeta.

, 2012. Belajar Mudah Penelitian Guru-Karyawan Peneliti Pemula. Bandung. Alfabeta.

Rusman. 2013.Model-model Pembelajaran. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003.Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta. Rineka Cipta. Soemanto, Wasty. 2006.Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2011. Media Pengajaran. Bandung. Sinar Baru Algensindo Offset.


(6)

113

Sugiyono. 2014. Metodologi penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sumaatmadja, Nursid. 2001.Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta. PT Bumi Aksara.

Sumadi. 2010. Perkembangan Pemikiran dan Kajian Geografi. Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan P.IPS. FKIP Universitas Lampung.

Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

. 2012.Metodologi Penelitian. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Sriyanti, Lilik. 2013.Psikologi Belajar. Jakarta. Ombak.

Syah, muhibbin. 2004.Psikologi Belajar. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Referensi Internet:

Adinuansah. 2014.Metode Penelitian Ex Post Facto. LITBANG LPM-PNL UNM 2013/2014. http://www.penalaran-unm.org/artikel/penelitian/335-metode-penelitian-ex-post-facto.html. Diakses pada 29 November 2015, pukul 22:35 WIB.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN PRE -TES T DAN RESITASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012-2013

0 7 58

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

5 63 29

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SMA DI BANDAR LAMPUNG

1 18 91

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR GEOGRAFI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA UTAMA WACANA METRO TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013

1 2 39

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG

0 11 87

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA IT MIFTAHUL JANNAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

2 9 90

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 58

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG

2 17 74

HUBUNGAN PERHATIAN ORANGTUA DAN MANAJEMEN WAKTU BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

11 108 89

FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 2 SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

0 1 21