Demikian juga penelitian Castera dkk sehubungan dengan elastograf transient, tidak menemukan perbedaan signifikan secara statistik antara
fibroScan dan skor APRI pada METAVIR F2 – F4 Fibrosis AUC: 0,83 dan 0,78.
Dengan dasar teori diatas, peneliti ingin mengetahui sejauh mana skor APRI yang relatif murah dan pemeriksaannya dapat dilakukan hampir
diseluruh laboratorium di daerah, bermanfaat untuk menilai derajat fibrosis hati pada penyakit hati kronik, dengan membandingkan dengan FibroScan
yang masih relativ mahal dan hanya tersedia pada sentra pelayanan tertentu.
35
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
Apakah terdapat korelasi antara skor APRI dengan FibroScan dalam menilai derajat fibrosis hati pada penyakit hati kronik.
1.3. Hipotesa Penelitian
Terdapat korelasi antara skor APRI dengan FibroScan dalam menilai derajat fibrosis hati pada penyakit hati kronik.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui korelasi antara skor APRI dengan FibroScan untuk
penilaian derajat fibrosis hati pada penyakit hati kronik.
1.5. Manfaat penelitian
Dengan mengetahui skor APRI yang merupakan metode noninvasiv yang sederhana, murah, dan tersedia luas , dapat
ditentukan derajat fibrosis hati sehingga diharapkan bermanfaat dalam menyusun strategi dan tatalaksana penyakit hati kronis,
serta dapat mengurangi komplikasi yang mungkin terjadi.
Universitas Sumatera Utara
1.6. Kerangka konsep
Penderita Penyakit hati
Kronik
Fibrosis Hati
Skor APRI FibroScan
Korelasi
splenomegali, penekanan sum-sum
tulang
Trombositopenia
Kerusakan hepatosit
Kadar AST serum Trombopoeitin
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. FIBROSIS HATI
Penyakit hati kronis adalah penyakit hati yang berlangsung lebih dari enam bulan.
36
Pada fibrosis hati terbentuknya jaringan ikat yang terjadi sebagai respon terhadap cedera hati, diawali oleh cedera hati kronis
ditandai oleh aktivasi Hepatic Stellate Cells HSC dan produksi berlebih komponen Matriks Ekstraseluler MES. Penumpukan protein matriks
ekstraseluler yang berlebihan akan menyebabkan gangguan arsitektur hati, terbentuk jaringan ikat yang diikuti regenerasi sel hepatosit.
2,6
Bila fibrosis berjalan secara progresif, dapat menyebabkan sirosis hati
1,2,3,4.
Penentuan derajat fibrosis mempunyai peranan penting dalam hepatologi karena pada umumnya penyakit hati kronis berkembang menjadi
fibrosis dan dapat berakhir menjadi sirosis. Selain penting untuk prognosis, penentuan derajat fibrosis hati dapat mengungkapkan riwayat alamiah
penyakit .
1,2
dan faktor faktor resiko yang berkaitan dengan progresifitas penyakit untuk dijadikan panduan variasi terapi antifibrotik
Patogenesa fibrosis hati merupakan proses yang sangat kompleks yang melibatkan sel stellata hati HSC sebagai sel utama, sel kupffer,
lekosit, berbagai mediator, sitokin, growth factors dan inhibitor, serta berbagai jenis kolagen.
12.
1,2,6.
Universitas Sumatera Utara
2.2.Sel Sel Sinusoidal
Hati memiliki sinusoidal yang terdiri dari sel sel endotelial, pits cells, kupffer dan Hepatic Stellate Cells HSC. Sel kupffer dan sel HSC
berperan penting dalam proses fibrogenesis hati. Sel sel endotelial membatasi sinusoid-sinusoid dan memiliki fenestra yang memungkinkan
terjadinya pertukaran zat antara hepatosit dan sel endotel. Antara hepatosit dan sel endotelial terdapat ruang Disse subendotel yang
merupakan tempat dimana HSC berada. Sel kupffer melekat pada sel endotel dan merupakan derivad sel
monosit. Fungsi sel kupffer adalah memfagosit sel hepatosit tua, debris sel, benda asing, sel tumor dan berbagai mikroorganisme.
1,2,37,38
39,40.
Gambar 1. Perubahan pada arsitektur hati. Dikutip dari Bataller R, Brenner D A, modified from Science Medicine, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Produk dari kupffer yang aktif terdiri dari berbagai interleukin IL; IL-1, IL-6, IL-10, interferon-
α dan β, transforming growth factor TGF, TNF, hidrogen peroksida, nitric oxide NO.
HSC memiliki sitoplasma yang panjang sampai sinusoid yang bersentuhan dengan hepatosit, sehingga berperan dalam menentukan
besarnya aliran darah hepatik. Pada keadaan inaktif HSC merupakan tempat penyimpanan retinoid sehingga memiliki morfologi Cytoplasmic
lipid droplets. Pada keadaan aktif akibat terjadinya cedera hati, HSC akan kehilangan lipid droplets, berproliferasi dan kemudian bermigrasi ke zona
3 asinus lalu berubah menjadi sel miofibroblas yang memproduksi kolagen tipe I, III, IV dan laminin. Miofiobroblas bersifat kontraktil karena memiliki
filamen aktin dan miosin.
.
HSC merupakan sel yang berperan utama dalam
memproduksi MES pada hati normal dan fibrosis hati.
41,42.
2.3. Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya fibrosis hati.