Tabel 4.8. Luas Areal dan Produksi Tanaman Gambir Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2005-2009
Kecamatan Tahun
2005 Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008 Tahun 2009
Luas ha
Prod ton
Luas ha
Prod ton
Luas ha
Prod ton
Luas ha
Prod ton
Luas ha
Prod ton
Salak 49,5 112,5
34,5 66,96
34,5 66,96
34,5 53,5
38 53
STU Jehe 363
825 279
928,43 489
928,43 524
624,6 582
873 Pagindar
- -
8 18,16
10 18,16
8 12,8
10 13
STU Julu -
- 12
27.24 12
27.24 12
18,6 12
19 PGGS
- -
72 95,34
72 95,34
72 95,3
98 115
Kerajaan 234,3 532,5 108,8
246,99 110
246,99 108,8 145,7
117 174
Tinada -
- 53,2
120,71 55
120,71 53,2
78 114
156 Siempat
Rube -
- 72,3
164,14 74
164,14 72,3
93 80
120 Total
646,8 1470 839,8 1667,99 856,5 1667,99 884,8 1121,5 1051 1523 Sumber: Kabupaten Pakpak Bharat dalam Angka 2006-2010
4.5.2. Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian
Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat rata-rata hanya sebesar 0,06 persen per tahun dan berada pada urutan
terakhir dibandingkan sektor-sektor lain serta lebih rendah dibanding Provinsi Sumatera Utara. Laju pertumbuhan sektor ini rata-rata sebesar 4,11 persen per tahun,
laju pertumbuhan sektor ini lebih rendah dibandingkan sektor yang sama di tingkat Provinsi, sehingga sektor ini diklasifikasikan sebagai sektor relatif tertinggal.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9. Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian No
Aspek Parameter
Makna
1 Tipologi Klassen
Kudran IV Sektor relatif tertinggal
2 Lq
1 Sektor non basis
3 P
Negatif Tumbuh lambat di Provinsi
4 D
Positif Pertumbuhan lebih cepat
dibanding Provinsi Sumber: Data diolah dari lampiran 2011
Nilai LQ sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan nilai lebih kecil dari 1, yaitu 0,0529 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis.
Perkembangan nilai LQ sektor ini selama periode penelitian berfluktuatif, di mana secara umum mengalami penurunan seperti ditunjukkan Tabel 4.4.
Hasil analisis shift share sektor pertambangan dan penggalian, komponen P sebesar -0,0199 menunjukkan sektor ini termasuk ke dalam sektor yang di Provinsi
tumbuh dengan lambat, sedangkan nilai D sebesar 0,0022 berarti sektor ini mempunyai daya saing yang tinggi, sehingga pertumbuhannya lebih cepat
dibandingkan Provinsi. Berdasarkan analisis sektor pertambangan dan penggalian, menunjukkan
bahwa sektor ini tidak dapat digolongkan ke dalam sektor unggulan. Walaupun sektor ini pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan Provinsi, namum termasuk sektor non
basis dan sektor relatif tertinggal.
4.5.3. Analisis Sektor Industri Pengolahan
Hasil analisis menggunakan Klassen Tipology sektor industry pengolahan diklasifikasikan sebagai sektor relatif tertinggal. Hal ini disebabkan pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
rata-rata sebesar 1,06 persen masih lebih kecil dibandingkan pertumbuhan rata-rata di tingkat Provinsi sebesar 4,20 persen. Sedangkan kontribusi rata-rata terhadap PDRB
sebesar 0,31 persen juga lebih kecil dibandingkan Provinsi sebesar 23,45 persen. Perkembangan nilai LQ sektor industri pengolahan menunjukkan trend menurun
selama waktu pengamatan dan nilainya tidak pernah 1 Tabel 4.4, sehingga sektor ini dikategorikan sebagai sektor non basis
Tabel 4.10. Analisis Sektor Industri Pengolahan No
Aspek Parameter
Makna
1 Tipologi Klassen
Kudran IV Sektor relative tertinggal
2 Lq
1 Sektor non basis
3 P
Negatif Tumbuh lambat di Provinsi
4 D
Negatif Pertumbuhan lebih lambat
dibanding Provinsi Sumber: Data diolah dari lampiran 2011
Sektor industri pengolahan memiliki nilai komponen P sebesar – 0,0501 yang menunjukkan bahwa sektor ini tumbuh lambat di Provinsi Sumatera Utara.
Sedangkan nilai komponen D sebesar -0,1015 menggambarkan bahwa sektor industri pengolahan sebagai sektor yang daya saingnya menurun, sehingga pertumbuhannya
lebih lambat daripada pertumbuhan di Provinsi. Berdasarkan hasil analisis sektor industri pengolahan, maka sektor ini tidak
termasuk ke dalam sektor unggulan dan tergolong ke dalam sektor relative tertinggal.
4.5.4. Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Minum