Analisis Komparatif
4.2 Analisis Komparatif
Pada sub judul analisis komparatif ini, akan menguraikan tentang perbandingan hasil belajar, ketuntasan belajar dan proses belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II sehingga dapat diketahui peningkatan hasil belajar, ketuntasan belajar dan proses belajar IPA yang diperoleh siswa kondisi awal/sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan yaitu pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Penigkatan ketuntasan belajar IPA ditunjukkan pada tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16 Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Siklus II No.
Ketuntasan
Kondisi Awal
Siklus I
Nilai
(%) Jumlah (%) 1. Tuntas
27 81,81 33 100 2. Belum Tuntas < 65
33 100 33 100 Nilai Rata-rata
Berdasarkan tabel 4.16 tentang perbandingan ketuntasan belajar IPA, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Pada kondisi awal atau sebelum pelaksanaan tindakan, siswa yang tuntas atau telah mencapai Krite ria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) hanya berjumlah 15 siswa dengan persentase 45,45% sementara siswa yang belum tuntas berjumlah 18 siswa dengan persentase 54,55%, pada kondisi awal rata-rata hasil belajar IPA 61,09. Selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan siklus I terlihat peningkatan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 27% siswa dengan persentase siswa tuntas 81,81%, sementara 6 siswa lainnya masih memperoleh nilai di bawah KKM dengan persentase 18,19%, pada siklus I rata-rata hasil belajar IPA 76,36 dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara klasikal nilai rata-rata siswa belum tercapai, ketuntasan belajar siswa belum mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian tindakan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan siklus II agar ketuntasan belajar IPA siswa bisa mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu sejumlah 90% dari total keseluruhan siswa.
Setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus II jumlah siswa yang m emperoleh nilai mencapai KKM ≥ 65 yaitu sebanyak 33 siswa dengan besar persentase 100%, nilai rata-rata hasil belajar IPA siklus II mencapai 85,75. Dari hasil belajar IPA dan ketuntasan belajar siswa siklus II tersebut dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan tindakan penelitian menggunakan model pembelajaran Children Learning in Sciense yang telah ditentukan oleh peneliti sudah tercapai (ketuntasan belaja r siswa ≥ 90%). Perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram 4.20 berikut:
Siklus II Tuntas
Kondisi Awal
Siklus I
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Gambar 4.20 Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Children Learning in Sciense, hasil belajar mata pelajaran IPA yang diperoleh siswa semakin baik dan mencapai rata- rata KKM ≥
65 yang telah ditentukan. Kondisi yang demikian terbukti dari perolehan nilai hasil tes evaluasi dari masing-masing siklus, baik siklus I maupun siklus II. Peningkatan rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dapat diketahui dalam tabel 4.17 sebagai berikut:
Tabel 4.17 Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Hasil Tindakan
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Rata-rata Hasil
85,75 Belajar IPA
Berdassarkan tabel 4.17 tentang perbandingan rata-rata hasil belajar, diketahui pada pelaksanaan tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 76,36 mengalami peningkatan dari kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 61,09. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA, hasil yang diperoleh sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu minimal 7 nilai dari KKM ≥ 65, namun masih diupayakan perbaikan agar hasil perolehan rata-rata hasil belajar semakin meningkat.
Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa hasil belajar IPA semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata hasil belajar IPA yang diperoleh siswa 85,75. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti minimal 7 nilai dari KKM ≥
65. Untuk memperjelas peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siklus I dan siklus
II dapat diketahui melalui diagram 4.21 sebagai berikut:
Siklus I
Siklus II Rata-rata
Kondisi Awal
Gambar 4.21 Diagram Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Children Learning in Sciense, proses belajar mata pelajaran IPA yang diperoleh siswa semakin baik dan mencapai indikator yang telah ditentukan yaitu signifikan 10%. Kondisi yang demikian terbukti dari perolehan skor hasil observasi aktivitas guru dan siswa dari siklus I dan siklus II. Peningkatan proses belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dapat diketahui dalam tabel 4.18 sebagai berikut :
Tabel 4.18 Perbandingan Analisis Rata-rata Observasi Siklus I dan Siklus II
Siklus II No.
Siklus I
Ketuntasan Belajar
× (%) 1. Aktivitas Guru
64,5 89,5 2. Aktivitas Siswa
Berdasarkan tabel 4.18 tentang perbandingan analisis rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dari siklus I dan siklus II dengan penerapan model pembelajaran Children Learning in Sciense. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata skor aktivitas guru mencapai 46,5 dengan persentase 64,58%. Pada siklus
II rata-rata skor aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 64,5 dengan persentase 89,5%. . Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan 10 %. Seiring dengan peningkatan aktivitas guru, rata-rata skor aktivitas siswa juga mengalami peningkatan, pada siklus I rata-rata skor aktivitas siswa 47,5 dengan persentase 65,97%, kemudian pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 65,5 dengan persentase 90,97%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan 10 %. Untuk menjelaskan perbandingan rata-rata hasil analisis skor II rata-rata skor aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 64,5 dengan persentase 89,5%. . Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan 10 %. Seiring dengan peningkatan aktivitas guru, rata-rata skor aktivitas siswa juga mengalami peningkatan, pada siklus I rata-rata skor aktivitas siswa 47,5 dengan persentase 65,97%, kemudian pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 65,5 dengan persentase 90,97%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan 10 %. Untuk menjelaskan perbandingan rata-rata hasil analisis skor
Siklus I Siklus II
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
Gambar 4.22 Diagram Peningkatan Rata-rata Skor Observasi Siklus I dan Siklus II