Deskripsi Siklus I

4.1.2.4 Refleksi Siklus I

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan pertama, kedua, dan ketiga, maka selanjutnya diadakan refleksi atas pelaksanaan

tindakan pembelajaran siklus I. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Refleksi ini digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan indikator aktivitas yang telah ditetapkan. Selain itu kegiatan refleksi juga dilakukan untuk mengetahui manfaat dari tindakan pembelajaran menggunakan model Children Learning in Sciense , kegiatan refleksi juga dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari pelaksanaan tindakan pembelajaran yang dilakukan. Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk diskusi, diskusi ini dilakukan oleh guru kolaborator, guru observer, peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa kelas 5. Kegiatan diskusi tersebut berisi tentang evaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Children Learning in Sciense, evaluasi tersebut ditujukan bagi guru kolaborator, guru observer, peneliti dan siswa. Dari diskusi yang dilakukan diketahui bahwa dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning in Sciense guru dapat memperoleh pengalaman dan wawasan yang baru di dalam pembelajaran, selain itu guru juga merasa lebih mudah dalam mengajar khususnya di dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Sementara itu bagi siswa dengan kegiatan penyusunan ulang gagasan yang sebelumnya siswa sudah memiliki gagasan awal dengan melakukan diskusi antar siswa, membandingkan gagasan dengan teori ilmiah kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pengamatan dan praktikum, siswa merasa suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan lagi, siswa tidak harus selalu mendengarkan penjelasan guru dengan ceramah selain itu menjadikan materi pelajaran dapat dipahami dengan mudah oleh siswa.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh melalui hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama indikator yang mendapat skor 1 sebanyak 1 item, indikator dengan jumlah skor 2 sebanyak 10 item, indikator yang memperoleh skor 3 sebanyak 5 item, indikator yang memperoleh skor 4 sebanyak

2 item sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh 44. Pada siklus I pertemuan kedua indikator aktivitas guru yang mendapat skor 1 sebanyak 1 item, indikator dengan jumlah skor 2 sebanyak 6 item, indikator yang memperoleh skor

3 sebanyak 8 item, indikator yang memperoleh skor 4 sebanyak 3 item sehingga 3 sebanyak 8 item, indikator yang memperoleh skor 4 sebanyak 3 item sehingga

Pertemuan I

Pertemuan II

Gambar 4.10 Diagram Peningkatan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I dan II

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh melalui hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama indikator yang mendapat skor 1 sebanyak 3 item, indikator dengan jumlah skor 2 sebanyak 6 item, indikator yang memperoleh skor 3 sebanyak 6 item, indikator yang memperoleh skor 4 sebanyak

3 item sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh 45. Pada siklus I pertemuan kedua indikator yang mendapat skor 1 sebanyak 1 item, indikator dengan jumlah skor 2 sebanyak 6 item, indikator yang memperoleh skor 3 sebanyak

7 item, indikator yang memperoleh skor 4 sebanyak 4 item sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh 50. Hasil observasi dengan indikator penilaian aktivitas siswa sebanyak 18 item, hasil persentase aktivitas guru pertemuan pertama sebesar 62,5%, selanjutnya pertemuan kedua meningkat menjadi 69,44%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat 7 item, indikator yang memperoleh skor 4 sebanyak 4 item sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh 50. Hasil observasi dengan indikator penilaian aktivitas siswa sebanyak 18 item, hasil persentase aktivitas guru pertemuan pertama sebesar 62,5%, selanjutnya pertemuan kedua meningkat menjadi 69,44%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

Pertemuan I

Pertemuan II

Gambar 4.11 Diagram Peningkatan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I dan II

Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) pada pelaksanaan tindakan siklus I mencapai 69,44% siswa tuntas. Artinya hasil tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan yang peneliti tentukan sebesar 90%. Masih ada 10 siswa yang perolehan nilainya masih berada di bawah KKM 65. Namun rata-rata hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 sudah mengalami peningkatan dari kondisi awal 61,09 menjadi 68,48 setelah pelaksanaan tindakan siklus I. Persentase ketuntasan belajar siswa naik dari kondisi awal 54,55% menjadi 69,49% .

Dari hasil observasi yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus I dapat diketahui beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning in Sciense, kekurangan yang ditemui selama tindakan pembelajaran menjadikan proses pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang maksimal. Kelebihan dan kekurangan tersebut diantaranya:

1) Kelebihan

a. Rancangan pembelajaran sudah tersusun dengan baik terlihat dari beberapa aspek yang sudah mengalami peningkatan walaupun peningkatan tersebut belum mencapai skor yang maksimal.

b. Kegiatan pembelajaran nampak lebih menarik, antusiasme siswa untuk mengikuti pembelajaran lebih meningkat dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning in Sciense diketahui dari aspek tahap pemunculan gagasan, aspek tahap penyusunan ulang gagasan, aspek tahap penerapan gagasan mengalami peningkatan skor hasil observasi.

c. Sebagian siswa sudah terarah dalam kegiatan membandingkan gagasan awal dengan teori ilmiah melalui bimbingan guru sesuai dengan ada beberapa indikator yang mengalami peningkatan pada aspek tahap penyusunan ulang gagasan yaitu indikator nomor 11.

d. Kondisi pembelajaran yang terbentuk lebih baik, dominasi guru dalam pembelajaran berkurang terlihat dari peningkatan aspek guru dalam mengorganisasikan dalam kegiatan penyusunan ulang gagasan sehingga guru sudah tidak mendominasi pembelajaran dengan ceramah terus menerus tetapi pembelajaran lebih terarah kepada aktivitas siswa dalam Children Learning in Sciense.

2) Kekurangan

a. Penerapan pembelajaran Children Learning in Sciense belum terbiasa dilaksanakan oleh siswa, sehingga pada awal-awal proses pembelajaran berlangsung siswa masih kebingungan dan merasa canggung di dalam proses pembelajaran diketahui dari masih banyak indikator yang memperoleh skor 2 dalam pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama.

b. Masih ada beberapa siswa yang belum bekerjasama secara optimal dalam kegiatan diskusi. Sehingga kegiatan bertukar gagasan belum berjalan dengan kondusif diketahui dari indikator nomor 9 pada penilaian aktivitas siswa masih belum memperoleh skor maksimal.

c. Beberapa siswa masih malu-malu dalam menyampaikan gagasan atau pendapat diketahui dari perolahan skor pada indikator nomor 10 yaitu siswa menyampaikan gagasan awal yang belum mendapatkan skor yang maksimal.

d. Beberapa siswa masih bingung membedakan konsep awal dengan konsep ilmiah diketahui dari perolehan skor pada indikator nomor 11 yaitu siswa membandingkan gagasannya dengan teori ilmiah yang ada di buku teks belum mendapat skor maksimal.

Dari berbagai kekurangan yang ditemui tersebut, maka peneliti melakukan analisis dan berkonsultasi dengan guru kelas 5 tentang kondisi siswa serta pelaksanaan tindakan pembelajaran yang telah dilangsungkan, hingga didapatkan rencana perbaikan dari kekurangan tersebut yang akan diterapkan pada siklus II sebagai berikut:

1) Sebelum proses tindakan pembelajaran dilangsungkan sebaiknya dilakukan pengarahan dan diskusi bersama antara peneliti dan guru kolaborator mengenai langkah-langkah dari model pembelajaran Children Learning in Sciense sehingga antara rencana dan pelaksanaan dapat berjalan selaras.

2) Guru kolaborator harus membimbing siswa dalam setiap kegiatan agar kegiatan pembelajaran menjadi kondusif sehingga model pembelajaran Children Learning in Sciense dapat berjalan dengan baik.

3) Guru koloborator harus selalu memberikan motivasi kepada siswa agar siswa berani dalam menyampaikan setiap gagasan. Salah satu contoh pemberian motivasi bisa dilakukan guru adalah dengan memberikan semangat kepada siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

4) Guru kolaboartor harus memberikan bimbingan secara khusus kepada setiap siswa agar dapat memahami cara membedakan konsep awal dan teori ilmiah.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24