Membaca Sastra Melayu Klasik
B. Membaca Sastra Melayu Klasik
Tujuan Pembelajaran Pada subbab ini, Anda akan menemukan nilai-nilai yang
membandingkan nilai-nilai karya sastra Melayu klasik terkandung di dalam sastra Melayu klasik.
dengan kehidupan masa kini, dan (4) membuat sinopsis dengan bahasa sendiri.
Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat (1) menentukan struktur, (2) menemukan nilai-nilai, (3)
Pernahkah Anda Membaca Sastra Melayu Klasik?
Karya sastra Melayu Klasik merupakan karya sastra Indonesia lama. Karya sastra jenis ini di antaranya sajak, bidal, pantun, syair, seloka, gurindam, dongeng, dan hikayat. Nah, sekarang Anda dapat membaca salah satu karya sastra Melayu Klasik berupa .
Bacalah penggalan karya sastra Melayu Klasik di bawah ini!
Ringkasan Hikayat Nakhoda Muda
Ada seorang raja yang bernama Raja Gaznawi yang dahulu barulah naik ke rumah. Orang tua itu tidak besar kerajaannya dan memerintah dengan adil. Sekali
memberi perhatian kepada peringatan kedua orang peristiwa, baginda bermimpi memperoleh seorang itu. Setiba di rumah, didapatinya Sitti Sara sedang perempuan yang amat baik parasnya. Perempuan mandi telanjang, kelihatan susunya. itu memakai kain merah dan memberi makan hati
Orang tua itu menceritakan kepada Sitti Sara kelakuan biri-biri panggang dengan isi pinggangnya. Maka,
dua orang muda yang dijumpainya di tengah jalan baginda berahi akan perempuan yang dilihat dalam
itu. Anaknya menjawab bahwa perbuatan kedua mimpi itu. Dua orang anak perdana menteri yang
anak muda itu ada alasannya. Misalnya, kalau masing-masing bernama Husain Mandi dan Husain
bapanya berdehem-dehem dahulu sebelum naik ke Mandari, sanggup pergi mencari perempuan itu.
rumah, niscaya ia sempat mengambil kain untuk Tersebut pula perkataan Husain Mandari, dua menutup susunya. bersaudara pergi mencari perempuan yang
Selang beberapa hari, Sitti Sara menyuruh seorang dimimpikan raja itu. Segala rumah raja-raja,
budak perempuan yang bernama Si Delima rumah pengawal, dan rumah orang besar-besar
mengantar makanan kepada kedua anak muda itu. semuanya diperiksa mereka, tetapi perempuan
Makanan yang diantar itu ialah apam tiga puluh seperti yang dimimpikan baginda tidak dijumpai
biji, kuah tujuh mangkuk dan air sekendi. Ia juga juga. Kemudian, mereka sampai di pinggir negeri
berpesan: “Adapun sebulan itu genap tiga puluh hari Batawi. Mereka bertemu dengan seorang tua yang
dan sejumaat itu genap tujuh hari, dan ada ketika mengambil kayu dan bertanya: “Adakah di dalam
air pasang.” Kedua orang muda itu menyambut negeri itu rumah yang tiada berdapur?” Mereka
makanan itu dengan gembira dan memberikan setail mengikuti orang tua itu berjalan, tetapi kelakuan
emas kepada Sitti Sara. Pada keesokan harinya, Sitti mereka menimbulkan prasangka di hati orang tua itu.
Sara berbuat pula makanan yang sama jumlahnya, Mereka mengembangkan payung semasa berjalan di
pesannya pun sama juga. Tetapi kali ini Si Delima dalam hutan, memakai kaus, dan sarung kaki semasa
bertemu kendaknya di jalan dan memberikan apam menyeberangi sungai, serta menamai jembatan yang
sebiji, kuah satu mangkuk dan air di kendi. Setelah tiada pegangan itu jembatan monyet. Akhirnya,
menerima makanan yang kurang dari biasanya itu, mereka masih memperingatkan orang tua itu bahwa
kedua anak muda memberi pesan kepada Sitti Sara: kalau sampai di rumah, mestilah berdehem-dehem
Bab 10 Sastra dan Pidato
113
114 Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas X
“Adapun sebulan itu kurang sehari tiga puluh dan sejumaat itu enam hari juga dan pasang itu sudah surut.” Dengan demikian Sitti Sara tahu perbuatan curang budak perempuannya itu.
Pada suatu hari, Sitti Sara mempersilakan kedua orang muda itu ke rumahnya. Disediakannya hati biri-biri dan isi pinggang yang dipanggang sebagai lauknya. Husain Mandari dan Husain Mandi melihat rupa Sitti Sara dan makanan yang disajikan itu. Pada pikiran mereka, Sitti Sara adalah perempuan yang dimimpikan baginda. Gambar Sitti Sara lalu dikirim kepada baginda. Baginda sukacita melihat gambar Sitti Sara tiada berbeda dengan perempuan yang dilihatnya dalam mimpi. Utusan lalu dikirim untuk meminang Sitti Sara. Setelah pinangan diterima oleh orang tuanya, Sitti Sara diarak ke Negeri Gaznawi untuk dinikahkan dengan baginda. Maka, baginda pun terlalu kasih akan Sitti Sara dan memeliharanya seperti menatang minyak penuh.
Setelah beberapa lama baginda menikah, baginda pergi berburu ke dalam hutan. Dipanahnya seekor rusa, kena kepalanya, lalu mati. Maka, datanglah anak rusa itu menangisi ibunya yang sudah mati. Kemudian, baginda insaf akan keadaan dirinya yang tiada beranak itu, lalu ia berlayar ke Pulau Langkawi. Dia mengatakan kepada istrinya bahwa dia baru akan kembali, kalau istrinya sudah beranak, cincinnya pindah ke tangan istrinya, kudanya sudah beranak dan gedungnya yang tujuh buah itu sudah berisi ketujuhnya. Sitti Sara diam saja, tiada berkata- kata.
Sepeninggalan baginda, Sitti Sara pun memanggil Husain Mandari dan Husain Mandi serta berunding dengan mereka tentang keadaan dirinya. Disuruhnya mereka menyediakan sebuah perahu yang lengkap dengan segala perkakasnya, teristimewa kayu dan air. Disiapkan juga seekor kuda betina, perkakas orang pandai emas dan papan catur. Dengan menyamar sebagai seorang nakhoda, Sitti Sara pun berlayar ke Pulau Langkawi. Ia memperkenalkan dirinya sebagai seorang nakhoda yang datang dari Negeri Dangsekan. Maksudnya ialah hendak bermain catur dengan baginda.
Maka Sitti Sara yang menyebut dirinya Nakhoda Muda itu, bermain catur dengan baginda. Taruhannya ialah isi kapalnya. Untuk tiga kali pertama, baginda kalah dan terpaksa menyerahkan kuda, cincin dan segala hartanya. Untuk kali keempat, Sitti Sara menjadikan gundiknya sebagai taruhan. Tetapi, kali ini Sitti Sara berpura-pura kalah dan datang menghadap baginda sebagai gundik Nakhoda Muda. Tujuh hari lamanya, Sitti Sara bersama-sama dengan baginda, kemudian ia pun dikembalikan kepada Nakhoda Muda. Sekembali ke perahunya, Sitti Sara pun berlayar kembali ke Negeri Gaznawi, karena maksudnya sudah tercapai.
Beberapa bulan kemudian, perut Sitti Sara besar dan pada hari yang baik, ia melahirkan seorang laki- laki yang baik parasnya, serupa dengan ayahanda baginda. Kudanya juga beranak kuda jantan. Kemudian, baginda kembali ke negerinya dan mendapati bahwa Sitti Sara sudah mempunyai anak. Baginda murka sekali seperti hendak membunuh Sitti Sara. Maka, Sitti Sara menerangkan segala kelakuannya dan segala perilakunya menyamar sebagai laki-laki dan bermain catur dengan baginda. Setelah mendengar kata-kata Sitti Sara itu, baginda pun menjadi suka hati dan bertambah kasih hatinya kepada istrinya. Maka, kekallah Sitti Sara itu menjadi permaisuri Raja Gaznawi. Husain Mandari dan Husain Mandi dua bersaudara juga dijadikan menteri di dalam negeri. Tamatlah Hikayat Nakhoda Muda ini.
Sumber: Kesusastraan Melayu Klasik Jilid 1 dan 2, Liaw Yock Fang.
Sumber: Ilustrasi
Agus
Latihan 4
Jawablah soal-soal berikut ini dengan tepat dan jelas!
1. Identifikasilah unsur-unsur dalam Hikayat
3. Kaitkan nilai-nilai yang terkandung dalam tersebut dari segi pelaku, alur, latar, amanat,
cerita rakyat itu dengan kehidupan masa dan pesan!
kini!
2. Tulislah nilai-nilai yang terkandung dalam
4. Apakah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut!
cerita rakyat itu bermanfaat bagi Anda?
Latihan 5
Bentuklah kelompok beranggotakan 4 siswa, kemudian kerjakan soal berikut ini!
1. Bacalah satu buah hikayat yang Anda
3. Tulislah nilai-nilai yang terkandung dalam ketahui!
hikayat tersebut dan kaitkan dengan kehidupan
2. Analisislah unsur-unsurnya!
masa kini!
4. Buatlah sinopsis hikayat tersebut!