Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)

C. Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)

Insider Trading merupakan istilah teknis yang hanya dikenal di pasar modal. Istilah tersebut mengacu kepada praktek di mana orang dalam (corporate insider) melakukan transaksi sekuritas dengan menggunakan informasi eksklusif yang mereka miliki yang belum tersedia bagi masyarakat atau investor Secara yuridis, menurut Munir Fuady diketemukan beberapa elemen dari suatu pranata hukum Insider Trading, yaitu sebagai berikut:

1. Adanya perdagangan efek

2. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan

3. Adanya Inside Information

4. Inside Information tersebut belum terbuka untuk umum

5. Perdagangan dimotivisir oleh adanya Inside Information tersebut.

6. Tujuannya untuk mendapat keuntungan yang tidak layak

C.1 Unsur-Unsur Perdagangan Orang Dalam

1 Adanya orang dalam atau setiap Berdasarkan penjelasan pasal 95 UUPM, maka dapat kita pihak

yang

berusaha

untuk ketahui bahwa

orang yang dimaksud dengan orang dalam adalah: dalam dari orang dalam secara

memperoleh

informasi

i. komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau melawan hukum;

Perusahaan Publik;

ii. pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan

Publik;

iii. orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam; atau Berdasarkan kategori orang dalam ini, maka yang dimaksud dengan:

a) Yang dimaksud dengan “kedudukan” dalam penjelasan angka iii ini adalah jabatan pada lembaga, institusi, atau badan pemerintah.

b) Yang dimaksud dengan “hubungan usaha” dalam penjelasan angka iii ini adalah hubungan kerja atau kemitraan dalam kegiatan usaha, antara lain hubungan

nasabah,

pemasok, kontraktor,

pelanggan, dan kreditur. iv. Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi Pihak sebagaimana dimaksud dalam angka i, ii, iii di atas. Sebagai contoh penjelasan angka iv adalah Tuan A berhenti sebagai direktur pada tanggal 1 Januari. Namun demikian Tuan A masih dianggap sebagai orang dalam sampai dengan tanggal 30 Juni pada tahun yang bersangkutan.

2 Mempunyai informasi orang dalam

Yang dimaksud dengan “informasi orang dalam” adalah

yang belum tersedia untuk umum;

Informasi Material yang dimiliki oleh orang dalam yang belum tersedia untuk umum.

 Informasi atau Fakta Materil yang diperkirakan dapat mempengaruhi efek atau keputusan investasi pemodal dapat dilihat dalam Pasal 6 Peraturan OJK No. 31 /POJK.04/2015 tentang Keterbukaan atas Informasi atau Fakta Material Oleh Emiten atau Perusahaan Publik, yaitu:

1) Penggabungan usaha, pemisahan usaha, peleburan 1) Penggabungan usaha, pemisahan usaha, peleburan

2) Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan

lain;

3) Pembelian atau penjualan saham perusahaan yang

nilainya material;

4) Pemecahan saham atau penggabungan saham;

5) Pembagian dividen interim;

6) Penghapusan pencatatan dan pencatatan kembali

saham di Bursa Efek;

7) Pendapatan berupa dividen yang luar biasa sifatnya;

8) Perolehan atau kehilangan kontrak penting;

9) Penemuan baru atau produk baru yang memberi nilai

tambah bagi perusahaan;

10) Penjualan tambahan Efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya;

11) Perubahan dalam pengendalian baik langsung maupun tidak langsung terhadap Emiten atau Perusahaan Publik;

12) Perubahan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan

Komisaris

13) Pembelian kembali atau pembayaran Efek Bersifat

Utang dan/ atau Sukuk;

14) Pembelian atau penjualan aset yang sifatnya penting;

15) Perselisihan tenaga kerja yang dapat mengganggu

operasional perusahaan;

16) Perkara hukum terhadap Emiten atau Perusahaan Publik dan/atau anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik yang berdampak material;

17) Penggantian Akuntan yang sedang diberi tugas mengaudit Emiten atau Perusahaan Publik;

18) Penggantian Wali Amanat;

19) Penggantian Biro Administrasi Efek;

20) Perubahan tahun buku Emiten atau Perusahaan

Publik;

21) Perubahan penggunaan mata uang pelaporan dalam

laporan keuangan;

22) Emiten atau Perusahaan Publik berada dalam pengawasan khusus dari regulator terkait yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha Emiten atau Perusahaan Publik;

23) Pembatasan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan

Publik oleh regulator terkait;

24) Perubahan atau tidak tercapainya proyeksi keuangan yang telah dipublikasikan, secara material;

akan menyebabkan

bertambahnya

keuangan atau menurunnya pendapatan Emiten atau Perusahaan Publik secara material;

kewajiban

26) Restrukturisasi utang;

27) Penghentian atau penutupan sebagian atau seluruh

segmen usaha;

28) Dampak yang bersifat material terhadap Emiten atau Perusahaan Publik karena kejadian yang bersifat memaksa;

29) Informasi atau Fakta Material lainnya

3 Dilarang mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pembelian atau

penjualan atas Efek atau memberi informasi orang dalam kepada Pihak mana pun yang patut diduganya dapat menggunakan informasi

penjualan atas Efek.

C.2 Pelaku Insider Trading dalam UUPM

INSIDER

OUTSIDER

1 Komisaris, Direktur, Pegawai

A. Tippee I

2. Pemegang Saham Utama

1. Pihak

lain

dipengaruhi (tidak

dihukum)

3. Pihak Karena Kedudukanya

2. Pihak lain diberi informasi (tidak dihukum)

4. Pihak Karena Profesinya

B. Tippee II

5. Pihak karena hubungan usahanya

1. Pihak lain memperoleh info dari insider secara melawan hukum (dihukum, Pasal 97.a)

6. Pihak tersebut telah berhenti 2. Pihak lain memperoleh informasi dalam 6 bulan (Penjelasan pasal

(dengan pembatasan) dari insider 95)

tidak

secara melawan hukum (dihukum Pasal 97.b)

MELAKUKAN

C. Tippee III

1 Pembelian/penjualan efek 1 Pihak lain memperoleh info dari Perusahaan

Tippee I dan Tippee II (tidak pasal 95.a)

Publik.

(dihukum,

dihukum karena tidak diatur)

2 Pembelian/penjualan perusahaan lain yang melakukan transaksi

(dihukum, pasal 95.b)

(dihukum, Pasal 96.a)

4 Memberi informasi kepada Pihak D Perusahaan efek yang memiliki lain yang patut diduga akan

info, kecuali atas perintah nasabah melaksanakan trading (dihukum,

dan tidak memberi rekomendasi pasal 96.b)

(dihukum, pasal 98)

C.3 Contoh Kasus

1. Kasus Insider Trading Dalam Perdagangan Saham PT. PGN

 Posisi Kasus

Kasus yang dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk diawali oleh fakta-fakta sebagai berikut: bermula pada jatuhnya dalam penjualan saham dibursa efek. Hal ini terjadi pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007. Dalam rentang waktu tersebut terdapat indikasi terjadinya pelanggaran terhadap Peraturan Hukum Pasar modal. Dugaan tersebut terlihat dari penurunan secara signifikan harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk di Bursa Efek Jakarta yaitu sebanyak 23,36%, dari Rp 9.650,00 (harga penutupan pada tanggal 11 januari 2006) menjadi Rp 7.400,00 per lembar saham pada tanggal 12 januari 2007.

Penurunan harga saham yang signifikan tersebut sangat erat hubungannya dengan siaran pers yang dilakukan manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk sehari sebelum (11 januari 2007). Dalam siaran pers tersebut dinyatakan bahwa terjadi koreksi atas rencana besarnya volume gas yang akan dialirkan, yaitu mulai dari (paling sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD. Dan terdapat Pernyataan bahwa tertundanya gas in yang semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007. Penundaan proyek komersialisasi pemipaan gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dari Sumatra Selatan sampai Jawa Barat dan yang membuat informasi ini berhubungan erat dengan kasus anjloknya harga saham PGN.

Maka dilihat dari hal tersebut diatas, Kasus yang dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk diawali oleh fakta-fakta sebagai berikut:

1) Penurunan atau jatuhnya harga saham PT Perushaan Gas Negara Tbk pada saat penjualan dibursa efek Indonesia. Pada harga Rp 9.650 (harga penutupan pada tanggal 11 januari 2006) 23,36% anjlok pada harga Rp 7.400 perlembar saham pada tanggal 12 januari 2007.

2) Adanya bukti-bukti yang menunjuk pada praktek transaksi saham perusahaan yang dilakukan oleh pihak orang dalam perusahaan, yang terjadi pada periode 12 september 2006 sampai dengan 11 januari 2007.

3) Adanya informasi yang tergolong sebagai informasi material dan dapat mempengaruhi harga saham. Antaranya:

a. Penurunan harga saham PT Perusahaan Gas Negara sangat erat dengan siaran pers yang dilakukan manajemn perusahaan sehari sebelumnya tertanggal 11 Januari 2007.

b. Pernyataan bahwa ditundanya proyek komersialisasi pemipaan gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk yang semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007.

c. Informasi tentang penurunan volume gas telah diketahui para pihak perusahaan sejak tertanggal 12 September 2006 dan informasi tentang tertundanya gas in sejak tanggal 18 Desember 2006, para pihak perusahaan baru menjelaskan pada tanggal 11 januari 2007

 Pelanggaran Prinsip Disclosure terhadap keterlambatan penyampaian laporan

kepada Bapepam dan masyarakat tentang peristiwa material.

Dalam Pasal 86 ayat (2) UUPM disebutkan bahwa perusahaan publik menyampaikan laporan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material yang dapat mempengaruhi harga efek selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya peristiwa tersebut.

Pada kenyataannya PT. PGN terlambat melaporkan fakta atas penundaan proyek pipanisasi yang dilakukan oleh PT PGN. Dalam hal ini keterlambatan pelaporan keterbukaan informasi sebanyak

35 hari. Mengenai informasi penurunan volume gas dan informasi tertundanya gas in Dikategorikan sebagai fakta material dalam Peraturan Nomor X.K.1. Sehingga telah jelas, bahwa PT. Gas Negara melanggar pasal 86 ayat (2) UU No. 5/1995 jo. Peraturan Nomor X.K.1.

 Pelanggaran Prinsip Disclosure terhadap pemberian keterangan yang secara

material tidak benar.

Ada beberapa hal yang seringkali dilarang dalam hal keterbukaan informasi, di antaranya sebagai berikut:

a. Memberikan informasi yang salah sama sekali.

b. Memberikan informasi yang setengah benar.

c. Memberikan informasi yang tidak lengkap.

d. Sama sekali diam terhadap fakta/informasi material.

Keempat hal ini dilarang karena oleh hukum dianggap dapat menimbulkan ”misleading” bagi investor dalam memberikan judgement nya untuk membeli atau tidak suatu efek. Ketentuan ini juga diadopsi dalam pasal 93 UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal, yang menyebutkan bahwa tiap pihak dilarang, dengan cara apa pun, memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek.

Dalam kasus ini PT. PGN memberikan keterangan material tidak benar tentang rencana volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ (South Sumatera-West Java). Fakta itu sudah diketahui atau sewajarnya diketahui oleh direksi, yang kemudian seharusnya keterangan itu disampaikan kepada publik, namun tidak disampaikan. Sehingga jelas terjadi bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap pasal 93 UU No. 8/1995 dan diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp. 15 milyar.

 Keterlibatan Fiduciary Position Pelanggaran Insider Trading PT.PGN

Dalam kasus Insider Trading PT. PGN dapat dilihat konstruksinya sebagai berikut:

1) Keterlibatan Orang Dalam

Beberapa orang dalam yang melakukan transaksi dalam rentang waktu 35 hari dari diketahuinya informasi sampai pemberitahuan ke publik yaitu Adil Abas, Nursubagjo Prijono, WMP Simanjuntakm Widyatmiko Bapang, Iwan Heriawan, Djoko Saputro, Hari Pratoyo, Rosichin, dan

Thohir Nur ilhami. Kesembilan orang tersebut adalah manajerial internal yang berkedudukan sebagai pegawai kunci, direktur teknis, sekertaris yang secara langsung melakukan transaksi. Jelas untuk transaksi (tingkat pertama) penjualan yang dilakukan orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik atas saham Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan telah dilarang dalam Pasal 95 UUPM pada huruf a perihal kategori orang dalam yaitu komisaris, direktur, atau pegawai Emiten yang bersangkutan dan pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi Pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

2. Informasi Material

Penggunaan informasi penting yang bersifat rahasia dan belum dipublikasikan ini jelas-jelas menghancurkan prinsip fiduciary duty oleh setiap unsur manajerial dari level bawah sampai atasan yang memiliki kontrak hukum untuk bekerja dan bertanggungjawab dengan mengedepankan kepentingan pemegang saham, dibanding kepentingan pribadi, untuk segala sesuatu yang terkait langsung dengan kinerja perusahaan, minimal sampai enam bulan setelah penghentian kontrak kerja dengan Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan. Informasi yang direlease pada awal Januari 2007, sebenarnya sudah diketahui oleh manajemen PT.PGN sejak 12 September 2006 (informasi penurunan volume gas) dan 18 Desember 2006 (informasi terundannya gas in). Kedua informasi tersebut dikategorikan sebagai informasi yang material dan dapat mempengaruhi harga saham di Bursa Efek, hal tersebut tercemin dari penurunan harga saham PT.PGN pada tanggal 12 Januari 2007

3. Keuntungan

Penjualan saham yang dilakukan kesembilan orang yang dikategorikan orang dalam menyebabkan mencegah kemungkinan rugi atas penurunan harga saham setelah Press Confrence. Sehingga kesembilan orang dalam tersebut dalam jangka waktu 35 hari melakukan penjualan atas sahamnya

4. Menjual atau Membeli

Kesembilan orang dalam tersebut melakukan transaksi selama tenggat waktu 35 hari sebelum konfrensi pers.

 Penyelesaian Terhadap kasus Perdagangan Saham PT.PGN

1) Penyelesaian terhadap Pelanggaran Disclosure Terhadap pelanggaran Disclosure Bapepam telah mengeluarkan Press Release pada tanggal 13

Maret 2007 yang berisi sebagai berikut:

1. Bapepam-LK telah melakukan pemeriksaan terhadap dokumen dan Pihak-pihak terkait dengan pelanggaran Pasal 86 Undang-undang Pasar Modal jo. Peraturan Nomor X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik yang dilakukan oleh PT PGN dan tentang pemberian keterangan yang secara material tidak benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 Undang-undang Pasar Modal.

2. Terdapat pemberian keterangan yang secara material tidak benar, yakni memberikan keterangan tentang rencana volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ yang tidak sesuai dengan fakta bahwa telah terjadi perubahan dari rencana awal tersebut. Fakta tersebut sudah diketahui atau sepatutnya diketahui oleh Direksi yang seharusnya disampaikan saat keterangan itu diberikan kepada publik.

3. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Bapepam-LK menetapkan:

a. Sanksi denda sebesar Rp. 35.000.000,00 (tiga puluh lima juta rupiah) kepada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atas pelanggaran Pasal 86 Undang-undang Pasar Modal jo. Peraturan Nomor X.K.1;

b. Sanksi denda sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) kepada Direksi PT PGN yang menjabat pada periode bulan Juli 2006 s/d sekarang yaitu Sdr. Sutikno, Sdr. Adil Abas, Sdr. Djoko Pramono, Sdr. WMP Simanjuntak dan Sdr. Nursubagjo Prijono, atas pelanggaran pemberian keterangan yang secara material tidak benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 Undang-undang Pasar Modal.

Keputusan pengenaan sanksi sebagaimana butir 3 huruf b di atas, didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:

a. Segera memberikan kepastian hukum kepada industri Pasar Modal dalam rangka memelihara kepercayaan publik terhadap Pasar Modal Indonesia.

b. Memberikan efek jera kepada pelaku Pasar Modal, khususnya manajemen Emiten, agar lebih cermat dan bertanggungjawab atas kebenaran dari keterangan yang diberikan kepada publik.

4. Disamping pengenaan sanksi di atas, Bapepam-LK masih melanjutkan pemeriksaan terhadap indikasi adanya perdagangan saham berdasarkan informasi orang dalam yang diduga dilakukan oleh pihak orang dalam PT PGN dan pihak-pihak yang terkait dengan transaksi yang dilakukan oleh Perusahaan Efek Anggota Bursa (insider trading).

2) Penyelesaian terhadap Pelanggaran Insider Trading Menindaklanjuti Press Release Bapepam tanggal 13 Maret 2007 point ke 5 diatas, Bapepam

akhirnya mengeluarkan Press Release terhadap pelanggaran Insider Trading PT.PGN pada tanggal 27 Desember 2007, yang isinya sebagai berikut:

i. Kasus ini bermula dari terjadinya penurunan secara signifikan harga saham PGAS di Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta), yaitu sebesar 23,36%, dari Rp9.650 (harga penutupan pada tanggal 11 Januari 2006) menjadi Rp7.400 per lembar saham pada tanggal

12 Januari 2007.

ii. Penurunan harga saham tersebut sangat erat kaitannya dengan press release yang dilakukan oleh PGAS sehari sebelumnya (11 Januari 2007), dimana dalam press release tersebut dinyatakan bahwa terjadi koreksi atas rencana besarnya volume gas yang akan dialirkan, yaitu mulai dari (paling sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD.

iii. Selain itu, juga dinyatakan bahwa tertundanya gas in (dalam rangka komersialisasi) yang semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007. Informasi yang direlease tersebut sebenarnya sudah diketahui oleh manajemen PGAS sejak tanggal 12 September 2006 (informasi tentang penurunan volume gas) serta sejak tanggal 18 Desember 2006 (informasi tertundanya gas in).

iv. Kedua informasi tersebut dikategorikan sebagai informasi yang material dan dapat mempengaruhi harga saham di Bursa Efek, hal tersebut tercermin dari penurunan harga saham PGAS pada tanggal 12 Januari 2007.

v. Bahwa pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007, orang dalam PGAS yang melakukan transaksi saham PGAS yaitu: Sdr. Adil Abas, Sdr. Nursubagjo Prijono, Sdr. WMP Simanjuntak, Sdr. Widyatmiko Bapang, Sdr. Iwan Heriawan, Sdr. Djoko Saputro, Sdr. Hari Pratoyo, Sdr. Rosichin, Sdr. Thohir Nur Ilhami.

vi. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Bapepam-LK menetapkan sanksi administratif berupa denda terhadap:

1. Sdr. Adil Abas sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah);

2. Sdr. Nursubagjo Prijono sebesar Rp53.000.000,00 (lima puluh tiga juta rupiah);

3. Sdr. WMP Simanjuntak sebesar Rp2.330.000.000,00 (dua miliar tiga ratus tiga puluh juta rupiah);

4. Sdr. Widyatmiko Bapang sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);

5. Sdr. Iwan Heriawan sebesar Rp76.000.000,00 (tujuh puluh enam juta rupiah);

6. Sdr. Djoko Saputro sebesar Rp154.000.000,00 (seratus lima puluh empat juta rupiah);

7. Sdr. Hari Pratoyo sebesar Rp9.000.000,00 (sembilan juta rupiah);

8. Sdr. Rosichin sebesar Rp184.000.000,00 (seratus delapan puluh empat juta rupiah); dan

9. Sdr. Thohir Nur Ilhami sebesar Rp317.000.000,00 (tiga ratus tujuh belas juta rupiah). vii. Sanksi tersebut ditetapkan antara lain dengan mempertimbangkan pola transaksi dan akses

yang bersangkutan terhadap informasi orang dalam.

2. Kasus Insider Trading Dalam Perdagangan Saham PT Lippo e-Net Tbk Pada tanggal 31 Juli 2000, Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) mengumumkan hasil

pemeriksaan terhadap kasus penerbitan press release PT Lippo e-Net Tbk. dan transaksi saham PT. Lippo e-Net Tbk. (d/h PT Lippo Life Tbk.) di Bursa Efek Jakarta sebagai berikut:

1) Berkaitan dengan keberadaan Press Release PT Lippo e-Net Tbk. :

a. Bahwa dalam periode Januari 2000 s.d. Februari 2000, PT. Lippo e-Net Tbk. telah menerbitkan sekaligus mempublikasikan 9 (sembilan) press release yang mengundang kontroversi di kalangan masyarakat, khususnya investor Pasar Modal;

b. Bahwa di antara kesembilan press release tersebut, beberapa di antaranya mengandung informasi yang kurang tuntas penjabarannya serta kurang didukung oleh fakta-fakta yang dapat menguatkan atau dapat menjelaskan informasi yang tertuang di dalamnya;

c. Bahwa dari pemeriksaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan:

i. PT. Lippo e-Net Tbk. tidak cukup berhati-hati dalam menuangkan informasi mengenai perseroan dalam press release tersebut, serta kurang memperhatikan waktu yang i. PT. Lippo e-Net Tbk. tidak cukup berhati-hati dalam menuangkan informasi mengenai perseroan dalam press release tersebut, serta kurang memperhatikan waktu yang

ii. Direksi dan Komisaris PT Lippo e-Net Tbk. tidak cukup berhati-hati dalam memberikan komentar dan pernyataan mengenai perseroan dalam press release tersebut sehingga dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda dan berpotensi menyesatkan Pihak yang membacanya.

d. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Bapepam menetapkan sanksi administratif dan mewajibkan perseroan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

i. Memperingatkan PT Lippo e-Net Tbk. untuk:

a) Berhati-hati di kemudian hari dalam menyebarluaskan informasi dalam bentuk dan cara apapun, termasuk dengan cara penerbitan press release;

b) memperhatikan waktu yang tepat dalam menyebarluaskan informasi tersebut dikaitkan dengan persiapan internal dan kondisi aktual perseroan;

c) menghindari penggunaan kata-kata atau kalimat yang dapat menimbulkan interpretasi berbeda dalam publikasi yang diterbitkan perseroan;

ii. Mengenakan sanksi administratif berupa denda kepada PT Lippo e-Net Tbk. sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

iii. Mewajibkan PT Lippo e-Net Tbk. untuk menanggung seluruh biaya registrasi saham PT Lippo e-Net Tbk. dalam rangka implementasi perdagangan saham tanpa warkat (scripless trading);

iv. Mewajibkan PT Lippo e-Net Tbk. untuk mengumumkan pada 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia, yang salah satu di antaranya mempunyai peredaran nasional mengenai perkembangan terakhir kegiatan usaha perseroan di bidang cyber internet dan ecommerce selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah surat ini ditetapkan.

e. Selain itu, Bapepam juga menetapkan sanksi administratif dan mewajibkan Direksi dan Komisaris perseroan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

i. Memperingatkan Direksi dan Komisaris perseroan untuk lebih cermat, teliti, dan berhati-hati dalam memberikan komentar dan pernyataan, khususnya yang akan dimuat dalam press release atau media komunikasi publik lainnya;

ii. Mewajibkan Direksi dan Komisaris PT. Lippo e-Net Tbk. Untuk membayar sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) atas ketidakhati-hatiannya dalam memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal yang harus segera disetor ke Kas Negara.

2) Berkaitan dengan transaksi saham LPLI di Bursa Efek Jakarta, Bapepam juga mencermati bahwa bersamaan dengan sekuen penerbitan press release, salah satu afiliasi dari Lippo e-Net, yakni PT. Lippo Securities Tbk., aktif mentransaksikan saham Lippo e-Net di Bursa Efek Jakarta untuk kepentingan nasabahnya melalui perantaraan 2 Wakil Perusahaan Efek yang berasal dari

2 anggota bursa yang berbeda. Praktek tersebut, tidak atau kurang sejalan dengan tekad dan semangat untuk menciptakan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien. Untuk mencegah terjadinya hal serupa di kemudian hari, dan sebagai upaya untuk membuat jera pelaku lainnya (deterrent effect), berkaitan dengan transaksi saham Lippo e-Net di Bursa Efek Jakarta yang terjadi selama periode Januari – Pebruari 2000 tersebut, Bapepam menetapkan sanksi administratif dan mewajibkan Pihak di bawah ini untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Peringatan Tertulis kepada PT Lippo Securities Tbk. dan denda sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

b. Mewajibkan kepada PT Lippo Securities Tbk. untuk menanggung seluruh biaya registrasi saham PT Lippo Securities Tbk. Dalam rangka perdagangan tanpa warkat (scriples trading);

c. Peringatan Tertulis kepada Direksi PT Lippo Securities Tbk.;

d. Peringatan Tertulis dan pembekuan izin orang perseorangan atas nama Sdr. Lina Haryanti Latif selaku Wakil Perantara Pedagang Efek pada PT Lippo Securities Tbk. selama 3 (tiga) bulan;

e. Peringatan Tertulis dan pembekuan izin orang perseorangan atas nama Sdr. Peter Indra Lembong selaku Wakil Penjamin Emisi Efek pada PT Lippo Securities Tbk. selama 2 (dua) minggu;

f. Peringatan Tertulis dan pembekuan izin orang perseorangan atas nama Sdr. D. Fona Marundrury selaku Wakil Perantara Pedagang Efek pada PT Ciptadana Sekuritas selama 2 (dua) bulan;

g. Peringatan Tertulis dan pembekuan izin orang perseorangan atas nama Sdr. Johanes T Sutiono selaku Wakil Perantara Pedagang Efek pada PT Intan Artha Parama selama 3 (tiga) minggu.

3) Seluruh bentuk penetapan sanksi dan kewajiban untuk melakukan tindakan tertentu di atas merupakan alternatif penyelesaian kasus yang ditawarkan Bapepam kepada Pihak terkait. Dalam hal Pihak dimaksud tidak atau belum melaksanakan baik sebagian maupun seluruh 3) Seluruh bentuk penetapan sanksi dan kewajiban untuk melakukan tindakan tertentu di atas merupakan alternatif penyelesaian kasus yang ditawarkan Bapepam kepada Pihak terkait. Dalam hal Pihak dimaksud tidak atau belum melaksanakan baik sebagian maupun seluruh

4) Berkaitan dengan kasus PT. Fisakaragung Perkasa Tbk., Bapepam telah memerintahkan kepada Performa Investment Limited, salah satu Pihak yang dikategorikan sebagai Orang Dalam yang telah mentransaksikan saham emiten, untuk mengembalikan manfaat dan atau hasil penjualannya senilai Rp. 396,5 juta ke Kas Negara dalam jangka waktu 30 (tigapuluh) hari. Dalam hal Pihak bersangkutan tidak melaksanakan kewajiban tersebut dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Bapepam akan meningkatkan Pemeriksaan ke tahap Penyidikan .