Per ubahan K ebijakan Pem biayaan An ggar an
6.1 Per ubahan K ebijakan Pem biayaan An ggar an
Dalam RAPBNP tahun 2016, kebijakan pembiayaan anggaran mengalami perubahan karena beberapa faktor antara lain (1) kenaikan defi sit anggaran dari 2,15 persen terhadap PDB dalam APBN tahun 2016 menjadi 2,48 persen dalam RAPBNP tahun 2016, (2) peningkatan pengeluaran pembiayaan anggaran terutama untuk investasi pemerintah, dan (3) penyesuaian akibat perubahan asumsi dasar ekonomi makro. Konsekuensi dar i kebijakan ter sebut, Pemerintah harus mencari sumber-sumber penerimaan pembiayaan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Namun, secara umum kebijakan pembiayaan anggaran dalam RAPBNP tahun 2016 masih tetap mengacu pada kebijakan pembiayaan anggaran dalam APBN tahun 2016.
Perubahan kebijakan pembiayaan anggar an dalam RAPBNP tahun 2016 terdapat pada pengeluaran pembiayaan maupun penerimaan pembiayaan. Perubahan dalam pengeluaran pembiayaan antara lain (1) penambahan PM N kepada PT PLN (Persero) dalam rangka mendukung program 35.000 M W, (2) alokasi untuk pembiayaan investasi kepada BLU Lembaga M anajemen Aset Negara (BLU LM AN) dalam rangka pendanaan pengadaan tanah untuk infrastruktur, (3) alokasi PM N kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan demi keberlanjutan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dan (4) alokasi cadangan pembiayaan untuk dana antisipasi pembayaran kepada masyarakat terdampak lumpur Sidoarjo.
Sejalan dengan peningkatan defi sit dan pengeluaran pembiayaan tersebut, penerimaan pembiayaan direncanakan juga meningkat. Tambahan penerimaan pembiayaan terutama bersumber dari (1) SBN (neto), (2) Saldo Anggaran Lebih (SAL), dan (3) penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman. Dalam memenuhi target peningkatan penerbitan SBN
(neto) tersebut, Pemerintah akan menerapkan prinsip kehati-hatian dan mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain biaya dan risiko utang, kondisi pasar keuangan, kapasitas daya serap pasar, dan kebutuhan kas negara.
6.1.1 Defi sit APBN
Defi sit anggaran dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan sebesar Rp313.340,6 miliar (2,48 persen terhadap PDB) yang berarti meningkat sebesar Rp40.161,7 miliar dari defi sit dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp273.178,9 miliar (2,15 persen terhadap PDB). Kenaikan defi sit ini disebabkan oleh menurunnya pendapatan negara, baik penerimaan perpajakan maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Nota Keuangan dan RAPBN Per ubahan Tahun 2016 I I.6-1
Bab 6 Per ubahan Kebijakan Pembiayaan Anggar an dan Bagian I I
Pr oyeksi Pembiayaan Anggar an Jangka Menengah
6.1.2 Pem biayaan Anggar an
Pembiayaan anggaran dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan sebesar Rp313.340,6 miliar atau meningkat Rp40.161,7 miliar (14,7 persen) dari target pembiayaan anggaran dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp273.178,9 miliar. Perubahan pembiayaan anggaran tersebut terjadi baik di sisi penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran pembiayaan. Di sisi penerimaan, pembiayaan anggaran dalam RAPBNP tahun 2016 meningkat sebesar Rp76.890,8 miliar sebagai dampak dari meningkatnya defi sit anggaran sebesar Rp40.161,7 miliar dan kenaikan pengeluaran pembiayaan sebesar Rp36.729,1 miliar terutama pada pembiayaan investasi pemerintah.
Dari sisi pembiayaan utang dan nonutang pembiayaan anggaran juga mengalami perubahan besaran. Pembiayaan nonutang dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar negatif Rp72.505,1 miliar, atau mengalami kenaikan sebesar Rp14.799,2 miliar jika dibandingkan dengan targetnya dalam APBN tahun 2016 sebesar negatif Rp57.705,9 miliar. Sementara itu, pembiayaan utang dalam RAPBNP tahun 2016 ditargetkan Rp385.845,7 miliar, atau naik sebesar Rp54.960,9 miliar jika dibandingkan dengan targetnya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp330.884,8 miliar. Rencana defi sit dan pembiayaan anggaran tahun 2015-2016,
serta perkembangannya dalam periode 2011-2016 disajikan pada Tabel I I .6.1 dan Grafi k
I I .6.1.
TABEL I I .6.1
D EFI SI T D AN PEM BI AYAAN AN GGARAN , 20 15—20 16
( tr iliun r upiah)
20 16 U r aian
RAPBN P
U na udited
N om inal %
A. Pendapatan Negara
(88,0) (4,8) B. Belanja Negara
(47,9) (2,3) C. Surplus/ (Defisit) Anggaran (A-B)
(40,2) 14,7 % Sur plus/ (Defisit ) ter hadap PDB
D. Pembiayaan Anggaran (I +I I )
40,2 14,7 I . Nonutang
(14,8) 25,6 I I . Utang
55,0 16,6 Sum ber : Kem ent er ian Keuangan
I I.6-2 Nota Keuangan dan RAPBN Per ubahan Tahun 2016
Bab 6 Per ubahan Kebijakan Pembiayaan Anggar an dan Pr oyeksi Pembiayaan Anggar an Jangka Menengah
Bagian I I
GRAFI K I I .6 .1. PERK EM BAN GAN D EFI SI T D AN PEM BI AYAAN AN GGARAN , 20 11—20 16
tr iliun r upiah per sen
RAPBN P
U naudited
Pembiayaan Anggaran
% Defisi t Anggaran thd PDB (RHS)
Sum ber : K em en ter ian K euan gan
6.1.2.1 Pem biayaan N onutang
Perubahan kebijakan pembiayaan nonutang pada RAPBNP tahun 2016 antara lain sebagai berikut:
1) M endukung PT PLN (Persero) dalam rangka program 35.000 MW melalui alokasi PMN;
2) M endukung pembangunan infrastruktur melalui alokasi pembiayaan investasi kepada BLU LM AN untuk pendanaan pengadaan tanah;
3) M endukung kebijakan penyelesaian permasalahan program kesejahteraan rakyat, antara lain melalui alokasi PMN kepada BPJS Kesehatan demi keberlanjutan program JKN, dan alokasi cadangan pembiayaan untuk dana antisipasi pembayaran kepada masyarakat terdampak lumpur Sidoarjo; dan
4) Pemanfaatan dana SAL. Pembiayaan nonutang dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar negatif Rp72.505,1
mi liar , mengalami peningkatan sebesar Rp14.799,2 mili ar ji ka di bandingkan dengan targetnya dalam APBN tahun 2016 sebesar negatif Rp57.705,9 miliar. Perubahan pembiayaan nonutang tersebut disebabkan oleh adanya kenaikan pembiayaan perbankan dalam negeri dan kenaikan alokasi pembiayaan nonper bankan dalam neger i. Kenaikan pembiayaan perbankan dalam negeri berasal dari penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman, dan pemanfaatan SAL. Sementara itu, perubahan alokasi pada pembiayaan nonperbankan dalam negeri terdapat pada dana investasi Pemerintah, cadangan pembiayaan untuk dana antisipasi pembayaran kepada masyarakat terdampak lumpur Sidoarjo, dan penurunan alokasi kewajiban penjaminan. Rincian pembiayaan nonutang pada RAPBNP tahun 2016 disajikan pada Tabel I I .6.2.
Nota Keuangan dan RAPBN Per ubahan Tahun 2016 I I.6-3
Bab 6 Per ubahan Kebijakan Pembiayaan Anggar an dan Bagian I I
Pr oyeksi Pembiayaan Anggar an Jangka Menengah
TABEL I I .6.2 PEM BI AYAAN N ON U TAN G 20 16 (m ili ar r upiah)
Sel i si h
U r aian
A PBN
RA PBN P
Nominal % A . Per b a n k a n D al a m N ege r i
1. Pener im aan Ci ci lan Pengem bali an Pener usan Pi nj am an
851,4 15,5 2. Sal do An ggar an Lebih
B. N o n p er b an k an D al am N eger i
- - 2. Dana I nv est asi Pemer int ah
1. Hasi l Pengelol aan A set
(3 4.87 3,6) 60 ,5 3. Dana Pengemb angan Pend idi kan Nasi onal
- - 4. Kewaj iban Penjam i nan
266,3 (2 9,0 ) 5. Cadangan Pem biay aan unt u k Dana A nt i sip asi Pembay ar an
(5 4,3) - kepad a M asy ar akat Ter dam pak Lum pur Si doar j o
Su mber : Kem ent er i an Keuangan
6.1.2.1.1 Per bankan D alam N eger i
Pembiayaan nonutang yang bersumber dari perbankan dalam negeri pada RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp25.360,7 miliar. Jumlah ini naik sebesar Rp19.862,4 miliar jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp5.498,3 miliar. Kenaikan tersebut disebabkan oleh adanya penerimaan SAL dan penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman. Kenaikan penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman disebabkan oleh pembayaran piutang PDAM yang akan dikonversi menjadi belanja hibah kepada Pemerintah Daerah, dan penyesuaian nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam RAPBNP tahun 2016. Sementara itu, di dalam penerimaan SAL termasuk dana SAL yang berasal dari sur plus BLU Bidang Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol.
6.1.2.1.2 N onper bankan D alam N eger i
Pembiayaan nonutang yang berasal dari sumber-sumber nonperbankan dalam negeri dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan mencapai negatif Rp97.865,8 miliar, yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp34.661,6 miliar dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar negatif Rp63.204,2 miliar. Kenaikan tersebut terutama disebabkan tambahan alokasi dana investasi Pemerintah. Di sisi lain, alokasi kewajiban penjaminan justru mengalami penurunan. Penjelasan lebih rinci tentang pembiayaan nonutang yang berasal dari sumber- sumber nonperbankan dalam negeri disampaikan sebagai berikut.
6.1.2.1.2.1 D ana I nvestasi Pem er intah
Dalam RAPBNP tahun 2016, dana i nvestasi Pemeri ntah di perkirakan sebesar negatif Rp92.484,8 miliar, mengalami peningkatan sebesar Rp34.873,6 miliar jika dibandingkan dengan yang di tetapkan dalam APBN tahun 20 16 sebesar negati f Rp57.611,2 mil iar . Per ubahan tersebut disebabkan oleh tambahan penerimaan kembali investasi, alokasi PMN, dan alokasi pembiayaan investasi kepada BLU LM AN. Rincian mengenai alokasi dana investasi Pemerintah dalam RAPBNP tahun 2015—2016 disajikan dalam Tabel I I .6.3.
I I.6-4 Nota Keuangan dan RAPBN Per ubahan Tahun 2016
Bab 6 Per ubahan Kebijakan Pembiayaan Anggar an dan Pr oyeksi Pembiayaan Anggar an Jangka Menengah
Bagian I I
TABEL I I .6.3 D AN A I N V ESTASI PEM ERI N TAH , 20 15—20 16 ( m i li ar r upi ah)
U r aian
L KPP
Sel isih
1. Penerim aan Kem bali I nvestasi
1.40 1,9 - 2. Penyertaan M odal Negara
(20 .27 5,5) 41,9 3. Dana Bergulir
- - 4. Pem biayaan I nvestasi kepada BLU LM AN
Sumber : Kementer ian Keuangan
6.1.2.1.2.1.1 Pener im aan K em bali I nvestasi
Tambahan alokasi penerimaan kembali investasi dalam RAPBNP tahun 2016 merupakan penarikan dana bergulir yang dialokasikan kepada BLU Bidang Pendanaan Sekretar iat Badan Pengatur Jalan Tol sebesar Rp1.401,9 miliar yang akan dialihkan menjadi pembiayaan investasi Pemerintah kepada BLU LMAN. Penerimaan kembali investasi dimaksud terkait dengan r encana Pemer intah untuk melaksanakan fungsi land bank guna mendor ong pelaksanaan pengadaan lahan untuk pembangunan infrastruktur.
6.1.2.1.2.1.2 Penyer taan M odal N egar a
Dalam RAPBNP tahun 2016, alokasi PMN direncanakan sebesar Rp68.658,8 miliar atau meningkat sebesar Rp20.275,5 miliar dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp48.383,3 miliar. Peningkatan alokasi PMN tersebut digunakan untuk PM N kepada BUM N dan PMN Lainnya. Sementara itu, PMN kepada Organisasi/ Lembaga Keuangan I nternasional (LKI ) mengalami penurunan. Penjelasan mengenai perubahan alokasi PMN disampaikan sebagai berikut.
A. Penyer taan M odal N egar a kepada BU M N
Alokasi PM N pada BUM N dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan sebesar Rp53.980,8 miliar, meningkat Rp13.560,0 miliar jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp40.420,8 miliar. Perubahan alokasi PM N disebabkan penambahan PMN kepada PT PLN (Persero) dalam rangka mendukung program 35.000 MW. Rincian PMN kepada BUMN tahun 2016 disajikan pada Tabel I I .6.4 .
Nota Keuangan dan RAPBN Per ubahan Tahun 2016 I I.6-5
Bab 6 Per ubahan Kebijakan Pembiayaan Anggar an dan Bagian I I
Pr oyeksi Pembiayaan Anggar an Jangka Menengah
TABEL I I .6.4 PM N K EPAD A BU M N 20 16 (m il i ar r upi ah)
Selisih N o.
BU M N Pener im a PM N
APBN
RAPBN P
N om inal %
- - 2 PT Sarana M ultigriya Finansial
1 PT Sarana M ulti I nfrastruktur
- - 3 PT Penjaminan I nfrastruktur I ndonesia
- - 4 Perum Bulog
- - 5 PT Pertani
- - 6 PT Perikanan Nusantara
- - 7 PT Rajawali Nusantara I ndonesia
- - 8 PT Angkasa Pura I I
- - 9 PT Pelni
- - 10 PT Barata I ndonesia
- - 11 PT Hutama Karya
- - 12 PT Wijaya Karya
- - 13 PT Pem bangunan Perumahan
- - 14 Perum Perum nas
- - 15 PT Jasa Marga
- - 16 PT I ndustri Kereta Api
- - 17 PT Pelindo I I I
- - 18 PT Krakatau Steel
- - 19 PT Bahana Pem binaan Usaha I ndonesia
- - 20 PT Perusahaan Perdagangan I ndonesia
- - 21 PT Perusahaan Listrik Negara
13.560,0 135,6 22 PT Askrindo
- - 23 Perum Jamkrindo
- - 24 PT Amarta Karya
Sum ber: Kementerian Keuangan
Penjelasan PMN untuk BUMN yang mengalami perubahan alokasi disajikan sebagai berikut.
PT Per usahaan Listr ik N egar a ( Per ser o)
PT PLN (Per ser o) merupakan BUM N yang diber i kewenangan oleh Pemerintah dalam pen yedi aan t enaga l i st r i k untuk kepent i ngan um um , ser t a di ber i kan t ugas unt uk melaksanakan pekerjaan usaha penunjang tenaga listrik. Dalam menjalankan usahanya, PT PLN (Persero) mempunyai tiga unit bisnis yaitu unit bisnis pembangkitan, unit bisnis penyaluran, dan unit bisnis distribusi. Tambahan alokasi PMN kepada PT PLN (Persero) sebesar Rp13.560,0 miliar akan digunakan dalam rangka mendukung program 35.000 M W.
B. Pen yer t aan M od al N egar a k ep ad a O r gan i sasi / L em baga K eu an gan
I nter nasional ( LK I )
Alokasi PM N kepada Organisasi/ LKI dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan sebesar Rp3.792,3 miliar, turun Rp112,4 miliar jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBN
I I.6-6 Nota Keuangan dan RAPBN Per ubahan Tahun 2016
Bab 6 Per ubahan Kebijakan Pembiayaan Anggar an dan Pr oyeksi Pembiayaan Anggar an Jangka Menengah
Bagian I I
tahun 2016 sebesar Rp3.904,7 miliar. Penurunan PM N tersebut sebagai akibat penyesuaian asumsi nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat dalam RAPBNP tahun 2016. Rincian PM N kepada Organisasi/ LKI dalam tahun 2016 disajikan pada Tabel I I .6.5.
TABEL I I .6.5 PM N K EPAD A ORGAN I SASI / LK I 20 16 ( m il iar r upiah)
N o.
U r aian
APBN
RAPBN P Selisih N om inal
1 I slam ic Developm ent Bank (I DB)
77,8 (2,3) (2,9) 2 I nternational Fund for Agricultural and Development (I FAD)
40,5 (1,2) (2,9) 3 I nternational Finance Corporation (I FC)
0,2 (0,0) (2,9) 4 I nternational Development Association (I DA)
44,3 (1,3) (2,9) 5 Asian I nfrastructure I nvestm ent Bank (AI I B)
Sumber : Kement er i an Keuangan
C. Penyer taan M odal N egar a Lainnya
Alokasi PMN lainnya dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan sebesar Rp10.885,7 miliar, meningkat sebesar Rp6.827,9 miliar jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp4.057,8 miliar. Peningkatan PMN lainnya tersebut seluruhnya berasal dari alokasi untuk PM N kepada BPJS Kesehatan.
Alokasi PMN kepada BPJS Kesehatan adalah untuk menjaga kecukupan Dana Jaminan Sosial (DJS) Kesehatan karena tidak seimbangnya antara jumlah iuran yang dibayarkan peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dengan biaya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh BPJS Kesehatan. Selanjutnya, PMN kepada BPJS Kesehatan tersebut nantinya akan diteruskan kepada DJS Kesehatan untuk menambah aset bersih yang diharapkan dapat digunakan untuk membiayai jaminan kesehatan sehingga kesinambungan program JKN dapat terjaga. Rincian PMN lainnya dalam tahun 2016 disajikan pada Tabel I I .6.6.
TABEL I I .6.6 PM N LAI N N YA 20 16 (m ili ar r upiah)
Selisih N o.
U r aian
APBN
RAPBN P
N om inal %
1 Lem baga Pem biayaan Ekspor I ndonesia
- - 2 Badan Penyelenggara Jam inan Sosial Kesehatan
6.827,9 6.827,9 - 3 PT Perkebunan Nusantara I
- - 4 PT Perkebunan Nusantara VI I I
Sum ber : Kement er ian Keuangan
Nota Keuangan dan RAPBN Per ubahan Tahun 2016 I I.6-7
Bab 6 Per ubahan Kebijakan Pembiayaan Anggar an dan Bagian I I
Pr oyeksi Pembiayaan Anggar an Jangka Menengah
6.1.2.1.2.1.3 Pem bi ayaan I n vest asi k epad a Bad an L aya n an U m u m Lem baga M anajem en Aset N egar a ( BLU LM AN )
BLU LM AN merupakan operator dari Pengelola Barang, sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2014 tentang pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, yang didirikan dalam rangka optimalisasi aset negara dan pelaksanaan fungsi land bank yang akan mendukung pendanaan pengadaan lahan untuk pembangunan infrastruktur. BLU LMAN memiliki fl eksibilitas dalam pengelolaan keuangan dan pengelolaan aset, yang dapat memberikan layanan dengan menerapkan praktik bisnis yang sehat.
Alokasi pembiayaan investasi kepada BLU LM AN ditujukan untuk mendukung pelaksanaan fungsi land bank, yang akan digunakan dalam pemenuhan kebutuhan pendanaan pengadaan lahan untuk pembangunan infrastruktur, khususnya proyek strategis nasional terutama jalan tol. M anfaat alokasi pembiayaan investasi yaitu bagi BLU akan memberikan kemampuan melakukan pembayaran lahan untuk pembangunan infrastruktur dan/ atau penggantian pembayaran yang telah diberikan oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) sebesar nilai uang ganti rugi dan nilai tambahnya. Pembayaran ter sebut harus berdasar kan per mohonan dar i Kementerian Negara/ Lembaga yang membutuhkan lahan yang dilengkapi dengan persyar atan-per syaratan termasuk laporan hasil pengawasan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Sementara itu, manfaat alokasi pembiayaan investasi bagi Pemerintah dan masyarakat yaitu terwujudnya percepatan pembangunan infrastruktur yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi, meningkatkan konektivitas, dan menurunkan biaya distribusi.
6.1.2.1.2.2 K ewajiban Penjam inan
Anggaran kewajiban penjaminan dialokasikan dalam APBN tahun 2016 sebagai upaya pemberian jaminan Pemerintah guna percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara (Fast Tr ack Pr oject tahap 1/ FTP 1), percepatan penyediaan air minum, dan pelaksanaan proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) melalui Badan Usaha Penjaminan I nfrastruktur (BUPI ).
Dalam RAPBNP tahun 2016, alokasi anggaran kewajiban penjaminan mengalami perubahan yang disebabkan oleh: (1) perubahan outstanding kredit pinjaman pada penjaminan proyek FTP 1 dan proyek penyediaan air minum; serta (2) perubahan eksposur investasi karena kemunduran target pemenuhan fi nancial close investment oleh Independent Power Producer (I PP) dari semula semester I I tahun 2015 menjadi semester I tahun 2016 akibat penyelesaian pembebasan lahan pada penjaminan proyek KPBU (proyek PLTU Jawa Tengah 2 x 1.000 MW). Rincian perubahan dimaksud sebagaimana Tabel I I .6.7.
T ABEL I I .6.7 ANGGARAN KEW AJI BAN PENJAMI NAN , 2015—2016 ( mi l iar r upi ah)
20 16 N O.
Rincian Penjam inan Pem er intah
APBN P
APBN
RAPBN P Selisih N om inal
(23,4) (3,9) 2 Percepatan Penyediaan Air M inum
1 Percepatan Pem bangunan Pem bangkit Tenaga Listrik Yang M enggunakan Batubara
(0,3) (33,3) 3 Proyek Kerjasam a Pem erintah dengan badan usaha m elalui Badan Usaha Penjam inan I nfrastruktur
Sum ber : Kementer ian Keuangan
I I.6-8 Nota Keuangan dan RAPBN Per ubahan Tahun 2016
Bab 6 Per ubahan Kebijakan Pembiayaan Anggar an dan Pr oyeksi Pembiayaan Anggar an Jangka Menengah
Bagian I I
6.1.2.1.2.3 Cadangan Pem biayaan untuk D ana Antisipasi Pem bayar an
kepada M asyar akat Ter dam pak Lum pur Sidoar jo
Untuk menjamin pelunasan pembelian atas tanah dan bangunan kepada masyarakat korban di dalam peta area ter dampak lumpur Sidoarjo, Pemerintah mengalokasikan cadangan pembiayaan untuk dana antisipasi pembayar an kepada masyarakat terdampak lumpur Sidoar jo sebesar Rp54,3 mili ar . Cadangan pembiayaan untuk dana antisipasi ter sebut dialokasikan untuk memenuhi kekurangan alokasi tahun anggaran 2015 yang digunakan untuk pembayaran kepada masyarakat yang memiliki tanah dan bangunan yang terkena luapan lumpur Sidoarjo dalam peta area terdampak 22 M aret 2007 yang bila digunakan akan menjadi pinjaman PT Lapindo Brantas I nc./ PT M inarak Lapindo Jaya kepada Pemerintah.
6.1.2.2 Pem biayaan U tang
Dalam APBN tahun 2016, pembi ayaan utang ditetapkan sebesar Rp330.884,8 miliar, yang bersumber dari SBN (neto) sebesar Rp327.224,4 miliar, pinjaman luar negeri (neto) sebesar Rp398,2 miliar, dan pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp3.262,2 miliar. Dalam RAPBNP tahun 2016 pembiayaan utang direncanakan sebesar Rp385.845,7 miliar atau meningkat Rp54.960,9 miliar (16,6 persen) dibandingkan dengan targetnya dalam APBN tahun 2016. Pembiayaan utang tersebut bersumber dari SBN (neto) sebesar Rp384.983,6 miliar, pinjaman luar negeri (neto) sebesar negatif Rp2.526,9 miliar, dan pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp3.389,0 miliar. Rincian pembiayaan utang dalam RAPBNP tahun 2016 disajikan pada Tabel I I .6.8 .
TABEL I I .6.8 PEM BI AYAAN U T AN G, 20 15—20 16 ( m i l i ar r upi ah )
20 16 U r aian
% I. Sur at Ber har ga N egar a ( N eto)
U na udited
APBN
RAPBN P N ominal
II. Pinjam an L uar N eger i ( N eto)
( 2.526 ,9 ) ( 2.9 25,1) ( 734,6 ) 1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto)
78.158,1 75.091,9 72.959,1 (2.132,8) (2,8) a. Pinjaman Program
55.084,7 36.835,0 35.775,0 (1.060,0) (2,9) b. Pinjaman Proyek
23.073,4 38.256,9 37.184,1 (1.072,8) (2,8) i. Pinjaman Proyek Pemerintah Pusat
21.940,3 32.347,2 31.350,5 (996,8) (3,1) - Pinjaman Proyek Kementerian/ Lembaga
29.942,9 28.465,2 (1.477,7) (4,9) - Pinjaman Proyek Diterushibahkan (on-gr anting )
2.885,3 481,0 20,0 ii. Penerimaan Penerusan Pinjaman
5.833,7 (76,0) (1,3) 2. Penerusan Pinjaman kepada BUMN/ Pemda
(5.909,7) (5.833,7) 76,0 (1,3) 3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri
I I I . Pinjaman Dalam N eger i ( N eto)
1. Penarikan Pinjaman Dalam Negeri (Bruto)
3.710,0 - - 2. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Dalam Negeri
16 ,6 Sumber : Kementer i an Keuangan
Jumlah Pembiayaan U tang 374.0 44,6 330 .8 8 4,8 38 5.8 45,7 54.9 6 0 ,9
Meningkatnya pembiayaan utang dalam RAPBNP tahun 2016 berdampak pada meningkatnya jumlah utang Pemerintah dan rasionya terhadap PDB. Perkembangan utang Pemerintah disajikan pada Grafi k II.6.2.
Nota Keuangan dan RAPBN Per ubahan Tahun 2016 I I.6-9
Bab 6 Per ubahan Kebijakan Pembiayaan Anggar an dan Bagian I I
Pr oyeksi Pembiayaan Anggar an Jangka Menengah
GRAFI K I I .6 .2. PERK EM BAN GAN RASI O D AN STOK U TAN G PEM ERI N TAH , 20 11—20 16
Sumber: Kementerian Keuangan
Sementar a
Stok Utang Pemerintah
PDB
Rasio Utang Thd PDB (RHS)
6.1.2.2.1 Sur at Ber har ga N egar a ( N eto)
Penerbitan SBN (neto) dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan sebesar Rp384.983,6 miliar atau naik Rp57.759,2 miliar (17,7 persen) jika dibandingkan dengan targetnya dalam APBN tahun 2016. Kenaikan ini dikarenakan perubahan besaran pendapatan negara dan asumsi dasar ekonomi makro yang berpengaruh terhadap defi sit APBN, serta kenaikan pengeluaran pembiayaan. M eskipun target penerbitan SBN (neto) mengalami kenaikan, Pemerintah tetap berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan mempertimbangkan berbagai faktor, diantaranya biaya dan risiko utang, perkembangan kondisi pasar keuangan, kapasitas daya serap pasar SBN, dan kebutuhan kas negara. Perkembangan penerbitan SBN (neto) disajikan pada Grafi k II.6.3.
GR AFI K I I .6.3
PERK EM BAN GAN PEN ERBI TAN SBN ( N ETO) , 20 11—20 16
APBN RAPBNP
Sum ber : Kem enter ian Keuangan
Unaudited
I I.6-10 Nota Keuangan dan RAPBN Per ubahan Tahun 2016
Bab 6 Per ubahan Kebijakan Pembiayaan Anggar an dan Pr oyeksi Pembiayaan Anggar an Jangka Menengah
Bagian I I
Target penerbitan SBN (neto) pada RAPBNP tahun 2016 tersebut telah memperhitungkan juga r ealisasi pener bitan SBN dalam rangka pr e-fundi ng yang di laksanakan di pasar internasional dan pasar domestik pada bulan Desember 2015. Tujuannya adalah untuk menjamin ketersediaan anggaran di awal tahun 2016. Penjelasan mengenai penerbitan SBN dalam rangka pr e-funding diuraikan dalam Boks I I .6.1.
BOKS I I .6.1 PEN ERBI TAN SBN D ALAM RAN GKA PRE-FU N DI N G
Pada t ahun 2015, Pemerintah t elah menetapkan beberapa agenda prioritas di ant ar anya percepatan pembangunan infrastruktur. Pemerintah telah mendorong K/ L untuk mempercepat pelaksanaan lelang proyek-proyek infrastruktur agar pola penyerapan belanja pemerintah, khususnya belanja modal, tidak menumpuk menjelang akhir tahun anggaran. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah perlu menjamin ketersediaan anggaran untuk membiayai pengeluaran awal tahun 2016. Mengingat terbatasnya sumber penerimaan pada awal tahun, salah satu sumber pembiayaan yang dapat disediakan Pemerintah untuk menjamin ketersediaan anggaran tersebut adalah melalui penerbitan SBN. Hal tersebut diamanatkan dalam pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016.
Penerbitan SBN dalam rangka menjamin ketersediaan anggaran di awal tahun 2016 dilaksanakan di pasar internasional dan pasar domestik pada bulan Desember 2015. Penerbitan SBN di pasar internasional dilakukan sebanyak satu kali dengan total penawaran yang diterima sebesar USD3,5 miliar ekuivalen Rp48.643,0 miliar. Keberhasilan penerbitan di tengah kondisi pasar keuangan yang penuh ketidakpastian, sesaat sebelum kenaikan suku bunga The Fed, menegaskan masih tingginya kepercayaan masyarakat keuangan internasional terhadap I ndonesia. Sementara itu, penerbitan di pasar domestik dilakukan sebanyak dua kali, masing-masing dengan total penawaran yang diterima sebesar Rp1.000,0 miliar dan Rp14.000,0 miliar. Dengan demikian, total nominal SBN yang diterbitkan untuk kebutuhan pr e-funding adalah sebesar Rp63.643,0 miliar.
6.1.2.2.2 Pinjam an Luar N eger i ( N eto)
Pinjaman luar neger i (neto) dalam RAPBNP tahun 2016 diperki rakan sebesar negatif Rp2.526,9 miliar, atau turun sebesar Rp2.925,1 miliar jika dibandingkan dengan target dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp398,2 miliar. Perubahan pinjaman luar negeri (neto) disebabkan oleh menurunnya penarikan pinjaman program dan pinjaman proyek, serta meningkatnya pembayaran cicilan pokok utang luar negeri.
Penarikan pinjaman program dalam mata uang asal direncanakan masih tetap sama, yaitu sebesar USD2.650,0 juta. Namun, ketika dikonversikan ke dalam rupiah, jumlahnya turun Rp1.060,0 miliar atau 2,9 persen jika dibandingkan dengan target dalam APBN tahun 2016. Penyebab utama turunnya pinjaman program tersebut karena apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Untuk tahun 2016, komitmen pinjaman program akan diperoleh dari World Bank, Asian Development Bank, Pemerintah Perancis (Agence Fr ançaise de Développement/ AFD), Pemerintah Jerman (Kr editanstaltfür Wieder aufbau/ KfW), dan lain-lain. Perkembangan penarikan pinjaman program 2011-2016 disajikan dalam Grafi k II.6.4.
Nota Keuangan dan RAPBN Per ubahan Tahun 2016 I I.6-11
Bab 6 Per ubahan Kebijakan Pembiayaan Anggar an dan Bagian I I
Pr oyeksi Pembiayaan Anggar an Jangka Menengah
GRAFI K I I .6.4 PERK EM BAN GAN PI N JAM AN PROGRAM , 20 11—20 16
p u n 30,0 R
RAPBNP Sumber : Kementerian Keuangan
Penarikan pinjaman proyek dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp37.184,1 miliar atau turun Rp1.072,8 miliar dibandingkan dengan target dalam APBN tahun 2o16 sebesar Rp38.256,9 miliar. Penurunan pinjaman proyek tersebut terutama terkait dengan perubahan rencana penarikan pinjaman proyek K/ L dari semula sebesar Rp29.942,9 miliar dalam APBN tahun 2016 menjadi Rp28.465,2 miliar atau turun Rp1.477,7 miliar dalam RAPBNP tahun 2016. Faktor utama yang memengaruhi penurunan rencana penarikan pinjaman proyek K/ L adalah perubahan jadwal pelaksanaan proyek/ kegiatan dan progres penyelesaian pengadaan pinjaman kegiatan baru.
Pinjaman yang diterushibahkan dalam RAPBNP tahun 2016 sebesar Rp2.885,3 miliar atau meningkat sebesar Rp481,0 miliar dari target dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp2.404,3 miliar. Peningkatan pinjaman ter sebut menyesuai kan dengan kebutuhan pelaksanaan kegiatan Constr uction of Jakar ta M ass Rapid Tr ansit Pr oject di Provinsi DKI Jakarta, dan Water Resour ces and I r r igation Sector M anagement Pr ogr am I I (WI SMP-2) di 115 kabupaten/ kota.
Alokasi penerusan pinjaman kepada BUMN/ Pemda dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan sebesar negatif Rp5.833,7 miliar atau turun sebesar Rp76,0 miliar dari alokasi dalam APBN tahun 2016 sebesar negatif Rp5.909,7 miliar. Penurunan penerusan pinjaman ter sebut menyesuaikan perubahan asumsi kurs dari semula Rp13.900 per USD dalam APBN tahun 2016 menjadi Rp13.500 per USD. Perkembangan penarikan pinjaman proyek 2011—2016 disajikan dalam Grafi k II.6.5.
I I.6-12 Nota Keuangan dan RAPBN Per ubahan Tahun 2016
Bab 6 Per ubahan Kebijakan Pembiayaan Anggar an dan Pr oyeksi Pembiayaan Anggar an Jangka Menengah
Bagian I I
GR AFI K I I .6.5 PERK EM BAN GAN PI N JAM AN PR OYEK , 20 11—20 16
p u 25,0 n R 20,0
Pinjaman Proyek K/ L
Pinjaman Diterushibahkan
Pinjaman Diteruspinjamkan
Pinjaman Proyek
Sumber: Kementerian Keuangan
Rencana pembayaran cicilan pokok utang luar negeri dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar negatif Rp69.652,4 miliar atau meningkat Rp868,3 miliar dari alokasi dalam APBN tahun 2016 sebesar negatif Rp68.784,o miliar. Peningkatan tersebut menyesuaikan dengan perubahan asumsi nilai tukar mata uang selain dolar Amerika Serikat terhadap dolar Amerika Serikat dan penyesuaian proyeksi pembayaran cicilan pokok berdasarkan data terkini.
6.1.2.2.3 Pinjam an D alam N eger i ( N eto)
Sumber pembiayaan anggaran yang berasal dari pinjaman dalam negeri (neto) pada RAPBNP tahun 2016 direncanakan sebesar Rp3.389,0 miliar. Jumlah ini mengalami kenaikan Rp126,8 miliar atau 3,9 persen jika dibandingkan dengan rencananya pada APBN tahun 2016. Rencana pinjaman dalam negeri (neto) ini terdiri dari penarikan pinjaman dalam negeri (bruto) sebesar Rp3.710,0 miliar dan pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri sebesar negatif Rp321,0 miliar.
Penarikan pinjaman dalam negeri (bruto) dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan tidak berubah atau tetap sebesar Rp3.710,0 miliar. Pinjaman dalam negeri akan memanfaatkan sumber dana dari perbankan BUMN/ BUM D dan pemanfaatannya tetap difokuskan untuk upaya pemberdayaan industri dalam negeri, serta membiayai kegiatan pengadaan alutsista pada Kementerian Pertahanan dan almatsus pada Polri.
Sementara itu, pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri yang semula direncanakan sebesar negatif Rp447,8 miliar dalam APBN tahun 2016 turun Rp126,8 miliar atau 28,3 persen sehingga menjadi negatif Rp321,0 miliar dalam RAPBNP tahun 2016. Penurunan ini disebabkan adanya penyesuaian proyeksi perhitungan pembayaran cicilan pokok akibat tertundanya sebagian penarikan pinjaman pada tahun sebelumnya. Perkembangan pinjaman dalam negeri disajikan pada Grafi k II.6.6.
Nota Keuangan dan RAPBN Per ubahan Tahun 2016 I I.6-13
Bab 6 Per ubahan Kebijakan Pembiayaan Anggar an dan Bagian I I
Pr oyeksi Pembiayaan Anggar an Jangka Menengah
GRAFI K I I .6.6
miliar Rupiah
PERKEM BANGAN PI NJAM AN DALAM NEGERI , 20 11—20 16
APBN RAPBNP Penarikan (Bruto)
LKPP Unaudited
Pembayaran Cicilan Pokok
Pinjaman Dalam Negeri (Neto)
Sum ber : Kem enter ian Keuangan