Pr oyeksi Pem biayaan Anggar an Jangka M enengah

6.2 Pr oyeksi Pem biayaan Anggar an Jangka M enengah

Dalam Nota Keuangan dan APBN tahun 2016, defi sit anggaran dalam proyeksi APBN jangka menengah (2017—2019) ditargetkan semakin menurun baik dalam nominal maupun persentase terhadap PDB. Sejalan dengan peningkatan defi sit dalam RAPBNP tahun 2016,

maka defi sit anggaran dalam jangka menengah secara nominal diperkirakan akan terjadi peningkatan, tetapi secar a per sentase terhadap PDB tetap dijaga agar semakin tur un. Kondisi tersebut juga berpengaruh pada keseimbangan primer yang semula pada tahun 2019 diproyeksikan positif, menjadi negatif tetapi masih dalam batas yang aman. Upaya tersebut terus dilakukan untuk mempertahankan ketahanan dan kesinambungan fi skal serta menjaga

keberlanjutan pengendalian rasio utang terhadap PDB. Perkembangan proyeksi defi sit dan pembiayaan anggaran dalam tahun 2011—2019, disajikan dalam Grafi k II.6.7.

GRAFI K I I .6.7 PERKEM BAN GAN D EFI SI T D AN PEM BI AYAAN AN GGARAN , 20 11—20 19

tr iliun r upiah per sen

Pr oyeksi Pr oyeksi Sum ber : K em enter ian Keuangan

U naudited LKPP

RAPBN P

Pr oyeksi

Pembiayaan Anggaran

% Defisit Anggaran thd PDB (RHS)

I I.6-14 Nota Keuangan dan RAPBN Per ubahan Tahun 2016

Bab 6 Per ubahan Kebijakan Pembiayaan Anggar an dan Pr oyeksi Pembiayaan Anggar an Jangka Menengah

Bagian I I

Untuk menutup defisi t yang dir encanakan dalam pr oyeksi APBN j angka menengah, Pemerintah tetap menggunakan pembiayaan anggaran yang bersumber dari pembiayaan nonutang dan utang. Kebi jakan pembi ayaan nonutang dalam pr oyeksi APBN jangka menengah tidak mengalami perubahan, antara lain (1) menggunakan SAL sebagai sumber pembiayaan anggaran dan fi scal buff er untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis, (2) mendukung pembangunan infrastruktur melalui alokasi pada PMN, dana bergulir, pembiayaan investasi, dan kewajiban penjaminan, (3) mendukung pemberdayaan KUMKM melalui alokasi pada PM N dan dana bergulir, (4) mendukung peningkatan kapasitas usaha BUM N melalui alokasi pada PM N, (5) mendukung pemenuhan kewajiban Indonesia sebagai anggota organisasi/ LKI dan badan usaha lain, serta mempertahankan persentase kepemilikan modal melalui alokasi pada PM N, (6) mendukung pemenuhan ketersediaan rumah murah bagi MBR melalui alokasi pada dana bergulir, (7) melanjutkan program dana pengembangan pendidikan nasional, dan (8) melakukan optimalisasi penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman.

Selanjutnya, kebijakan pembiayaan melalui utang dalam jangka menengah juga tidak mengalami perubahan, yaitu mencakup (1) optimalisasi potensi pendanaan utang dari sumber dalam negeri dan memanfaatkan sumber utang dari luar negeri sebagai pelengkap, (2) pengembangan instrumen dan perluasan basis/investor utang agar diperoleh fl eksibilitas dalam memilih sumber utang yang lebih sesuai kebutuhan dengan biaya yang minimal dan risiko terkendali, (3) pemanfaatan fl eksibilitas pembiayaan utang untuk menjamin terpenuhinya pembiayaan APBN dengan biaya dan risiko yang optimal, (4) pemanfaatan pinjaman untuk pembangunan infrastruktur, (5) pengelolaan utang secara aktif dalam kerangka ALM Negara, dan (6) peningkatan transparansi dan akuntabilitas.

Dalam r angka pembiayaan anggar an melalui utang, strategi pengelolaan utang tetap diarahkan dalam rangka pencapaian tiga sasaran utama, yaitu (1) pengendalian rasio utang terhadap PDB, (2) penggunaan utang secara selektif, dan (3) optimalisasi pemanfaatan utang. Berkenaan dengan upaya pengendalian rasio utang ter hadap PDB, dampak dari adanya peningkatan defi sit anggaran secara nominal berpengaruh pada peningkatan rasio utang pemerintah terhadap PDB dalam jangka menengah dari semula berkisar antara 24–26 persen menjadi 28-29 persen. Grafi k II.6.8 menyajikan perkembangan dan proyeksi rasio utang Pemerintah terhadap PDB dalam periode 2011—2019.

GRAFI K I I .6.8 PERK EM BAN GAN RASI O D AN STOK U TAN G PEM ERI N TAH , 20 11—20 19

u p 10.000 20,0

Sumber: Kementerian Keuangan

Stok Utang Pemerintah

PDB

Rasio Utang Thd PDB (RH S)

Nota Keuangan dan RAPBN Per ubahan Tahun 2016 I I.6-15

Bab 1 Pendahuluan Bagian III