Proyeksi Jangka Menengah
2.2 Proyeksi Jangka Menengah
Perkembangan ekonomi global dan domestik turut memengaruhi pergerakan dan prospek ekonomi nasional ke depan. Dalam kaitan ini, asumsi dasar ekonomi makro yang telah ditetapkan dalam APBN tahun 2016 mengalami penyesuaian agar lebih sesuai dengan kondisi terkini dan juga arah kebijakan pembangunan pemerintah baru.
II.2-12 Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016
Bab 2: Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Proyeksi Jangka Menengah
Bagian II
Pertumbuhan ekonomi selama periode 2017 hingga 2019 diperkirakan bergerak pada kisaran 5,3 persen hingga 7,4 persen. Kondisi perekonomian global dan domestik yang lebih dinamis berpotensi menimbulkan ketidakstabilan pada perekonomian nasional. Dari sisi eksternal, perekonomian dunia dan perdagangan global yang belum kondusif memberi tekanan pada neraca perdagangan Indonesia, tetapi dalam jangka menengah diharapkan akan kembali meningkat. Sementara itu, dari sisi domestik, berbagai pelaksanaan program pembangunan infrastruktur yang antara lain terfokus pada perbaikan dan pembangunan infrastruktur pertanian, pelabuhan dan prasarana transportasi, dan infrastruktur ekonomi lainnya diharapkan akan mendorong peningkatan kegiatan investasi dalam negeri. Pada saat yang sama, semakin terjaga dan menurunnya laju inflasi juga turut memberikan dampak positif bagi peningkatan permintaan agregat.
Tingkat inflasi terus dijaga pada tingkat yang rendah dengan kecenderungan menurun. Sesuai dengan inflation targeting framework, tingkat inflasi pada tahun 2017 ditetapkan pada kisaran
4,0 ± 1 persen dan menurun menjadi 3,5 ± 1 persen pada periode 2018-2019. Pencapaian sasaran inflasi tersebut didukung oleh program-program pembangunan untuk perbaikan infrastruktur dan kapasitas produksi nasional, serta program kemandirian pangan. Di samping itu, tren inflasi global yang juga menurun akan mengurangi tekanan gejolak inflasi di dalam negeri.
Perkembangan nilai tukar rata rata selama periode 2017-2019 diperkirakan bergerak pada kisaran Rp13.650 hingga Rp14.300 per US$. Pergerakan tersebut dipengaruhi baik oleh faktor eksternal maupun faktor internal. Kebijakan moneter Amerika Serikat yang secara bertahap akan menjalankan pengetatan diperkirakan dapat memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah. Dari sisi domestik, peningkatan aktivitas investasi dan produksi juga mendorong peningkatan kebutuhan barang modal dan bahan baku impor. Namun di sisi lain, stabilitas perekonomian nasional dan perbaikan fundamental perekonomian nasional diharapkan dapat mengurangi tekanan pada tukar rupiah terhadap dolar AS.
Suku bunga SPN 3 bulan dalam periode 2017-2019 diperkirakan bergerak pada kisaran 5,0 sampai dengan 6,0 persen. Penurunan tekanan inflasi dan perbaikan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri, serta posisi fiskal yang semakin sehat berpengaruh secara positif terhadap minat investor. Di sisi lain, faktor eksternal seperti ekspektasi peningkatan suku bunga The Fed yang dapat memengaruhi capital outflow menjadi salah satu faktor yang memengaruhi tingkat yield obligasi pemerintah, termasuk suku bunga SPN 3 bulan.
Pada periode 2017-2019, harga ICP diperkirakan bergerak pada kisaran US$35 hingga US$55 per barel. Perkembangan harga ICP masih tetap dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak mentah dunia secara umum. Dalam kurun 2014-2015, harga minyak dunia mengalami penurunan yang tajam antara lain dipengaruhi melemahnya permintaan global, peningkatan pasokan minyak dan penggunaan sumber energi alternatif.
Di sisi lain, perkembangan lifting minyak mentah dan gas bumi diperkirakan cenderung menurun. Kecenderungan penurunan tersebut disebabkan oleh usia sumur-sumur migas yang semakin tua, serta belum adanya kepastian beroperasinya sumur-sumur baru. Secara umum, lifting minyak mentah pada periode 2017-2019 diperkirakan bergerak pada kisaran 540 hingga
Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016 II.2-13
Bab 2: Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Bagian II
dan Proyeksi Jangka Menengah
760 ribu bph dengan kecenderungan menurun di tiap tahun. Di sisi lain, lifting gas bumi diperkirakan bergerak pada kisaran 1.050 hingga 1.200 ribu bsmph dengan kecenderungan meningkat. Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah akan terus mengurangi ketergantungan sumber penerimaan dari sumber daya alam dan terus mengupayakan penerimaan negara dari sumber-sumber yang lebih berkesinambungan. Tabel berikut merangkum angka asumsi dasar ekonomi makro jangka menengah 2017-2019.
TABEL II.2.4 ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO JANGKA MENENGAH
Indikator Ekonomi
a. Pertumbuhan ekonomi (%yoy)
6,1-7,4 b. Inflasi (%, yoy)
5,3-5,9
5,5-6,6
2,5-4,5 c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%)
3,0-5,0
2,5-4,5
5,0-6,0 d. Nilai tukar (Rp/US$)
5,0-6,0
5,0-6,0
13.800-14.200 13.800-14.300 e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel)
13.650-13.900
35-55 f. Lifting minyak (ribu barel per hari)
35-45
35-50
540-610 g. Lifting gas (ribu barel setara minyak per hari)
740-760
630-680
1.100-1.200 1.100-1.200 Sumber: Kemenkeu
1.050-1.150
II.2-14 Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016
Bab 3: Perubahan Kebijakan dan Target Pendapatan Negara dan Proyeksi Pendapatan Negara Jangka Menengah
Bagian II