Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
4.2 Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
Perkembangan beberapa indikator ekonomi makro yang diiringi dengan respon kebijakan yang akan diambil Pemerintah menyebabkan perubahan postur APBN tahun 2016, tidak terkecuali pada komponen belanja Pemerintah Pusat. Perubahan belanja Pemerintah Pusat secara umum disebabkan oleh dampak perubahan asumsi dasar ekonomi makro maupun kebijakan yang diambil Pemerintah, antara lain sebagai berikut: (1) perubahan belanja akibat perubahan asumsi seperti perubahan pembayaran bunga utang dan subsidi; (2) penghematan belanja K/L dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN tahun 2016; (3) tambahan belanja, baik untuk kebutuhan mendesak maupun untuk kekurangan pembayaran beberapa komponen belanja hasil audit BPK; dan (4) tambahan belanja dalam rangka penyelesaian piutang PDAM.
Selain itu, RAPBNP tahun 2016 juga menampung berbagai perubahan dengan sumber pendanaan yang berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak/Badan Layanan Umum (PNBP/BLU), pinjaman dan hibah luar negeri, serta realokasi dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) ke Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (BA K/L). Aturan yang menjadi landasan atas perubahan-perubahan tersebut telah diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang APBN Tahun Anggaran 2016.
Dengan berbagai perkembangan dan langkah-langkah kebijakan tersebut, anggaran belanja Pemerintah Pusat dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp1.289.537,6 miliar, atau 10,2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Jumlah ini menurun sebesar Rp36.013,8 miliar atau 2,7 persen bila dibandingkan dengan anggaran belanja Pemerintah Pusat yang ditetapkan dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp1.325.551,4 miliar.
Selanjutnya, sesuai dengan amanat Pasal 11 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan dalam rangka menindaklanjuti Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-XI/2013 tanggal 22 Mei 2014, anggaran belanja Pemerintah Pusat dirinci menurut fungsi dan organisasi. Berikut uraian lebih lanjut mengenai perubahan belanja Pemerintah Pusat menurut fungsi dan organisasi dalam RAPBNP tahun 2016.
4.2.1 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, khususnya Pasal
11 ayat (5) diatur bahwa anggaran belanja Pemerintah Pusat selain dikelompokkan menurut klasifikasi ekonomi dan organisasi juga dikelompokkan menurut fungsi. Sesuai PMK Nomor 127/PMK.02/2015 tentang Klasifikasi Anggaran, pengelompokan menurut fungsi meliputi
11 fungsi, yang menggambarkan berbagai aspek penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat dan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Kesebelas fungsi Pemerintah tersebut, yaitu: (1) fungsi pelayanan umum, (2) fungsi pertahanan, (3) fungsi ketertiban dan keamanan, (4) fungsi ekonomi, (5) fungsi perlindungan lingkungan hidup, (6) fungsi perumahan dan fasilitas umum, (7) fungsi kesehatan, (8) fungsi pariwisata, (9) fungsi agama, (10) fungsi pendidikan, dan (11) fungsi perlindungan sosial.
II.4-2 Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
Bagian II
Selanjutnya, uraian mengenai alokasi angggaran belanja Pemerintah Pusat berdasarkan fungsi dalam RAPBNP tahun 2016 disajikan dalam Tabel II.4.1 serta diuraikan di dalam penjelasan lebih lanjut.
TABEL II.4.1 BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT FUNGSI, 2015 - 2016 (Miliar Rupiah)
NO. FUNGSI
1 PELAYANAN UMUM
100.047,2 398,2 0,4 3 KETERTIBAN DAN KEAMANAN
(12.965,3) (3,6) 5 PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP
(1.039,6) (8,6) 6 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM
(10.578,8) (7,0) 11 PERLINDUNGAN SOSIAL
Sumber : Kementerian Keuangan
Anggaran Fungsi Pelayanan Umum
Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi pelayanan umum dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp312.081,1 miliar yang berarti lebih rendah Rp4.451,4 miliar atau 1,4 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp316.532,6 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran pada fungsi pelayanan umum tersebut seiring dengan kebijakan penghematan dan pemotongan belanja K/L, termasuk di dalamnya K/L yang menjalankan fungsi pelayanan umum. Selain itu, terdapat realokasi anggaran dari fungsi pelayanan umum ke fungsi lainnya pada beberapa K/L, termasuk untuk reward bagi K/L yang memenuhi persyaratan, serta terdapat penurunan pada subsidi BBM.
Namun demikian, alokasi pada fungsi pelayanan umum tersebut tetap diupayakan untuk mempercepat capaian dan sasaran pada fungsi pelayanan umum, yaitu: (1) meningkatnya sistem informasi pelayanan publik dan inovasi yang terintegrasi; (2) meningkatnya efektivitas pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi reformasi birokrasi, akuntabilitas aparatur negara dan pengawasan wilayah di pusat dan daerah; dan (3) terpenuhinya kewajiban Pemerintah secara tepat waktu dan tepat jumlah dalam rangka menjaga kredibilitas dan kesinambungan pembiayaan.
Anggaran Fungsi Pertahanan
Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi pertahanan dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp100.047,2 miliar yang berarti lebih tinggi Rp398,2 miliar atau 0,4 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp99.648,9 miliar. Lebih tingginya alokasi anggaran pada fungsi pertahanan tersebut terutama disebabkan adanya tambahan anggaran untuk penyelamatan orbit satelit dalam rangka memperkuat sistem pertahanan.
Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016 II.4-3
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Bagian II
Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
Alokasi anggaran pada fungsi pertahanan tersebut sejalan dengan upaya Pemerintah untuk mempercepat capaian dan sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) meningkatnya kontribusi industri pertahanan dalam negeri terhadap pemenuhan minimum essential force (MEF); (2) meningkatnya kesejahteraan prajurit melalui pembangunan perumahan dinas dan peningkatan kesiapan TNI; serta (3) penguatan keamanan laut dan daerah perbatasan dengan pengadaan peralatan pendukung, dan pembangunan pos pengamanan perbatasan darat baru.
Anggaran Fungsi Ketertiban dan Keamanan
Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi ketertiban dan keamanan dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp111.543,7 miliar yang berarti lebih tinggi Rp1.749,7 miliar atau 1,6 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp109.794,0 miliar. Lebih tingginya alokasi anggaran pada fungsi ketertiban dan keamanan tersebut terutama disebabkan adanya tambahan anggaran untuk penambahan peralatan dan personil tindak pidana terorisme, penguatan Densus 88 Anti Teror Polri, pembangunan/rehabilitasi lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan di beberapa daerah, kebutuhan operasional dan peningkatan sarana dan prasarana terkait pemberantasan narkoba, dan kegiatan terkait intelijen.
Alokasi anggaran pada fungsi ketertiban dan keamanan tersebut sejalan dengan upaya Pemerintah untuk mempercepat capaian dan sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) meningkatnya profesionalisme Polri pada aspek pelayanan publik melalui perbaikan kualitas dan peningkatan operasi kepolisian yang menjadi prioritas kebutuhan masyarakat; (2) menguatnya koordinasi intelijen; (3) meningkatnya kapasitas rehabilitasi penyalahgunaan narkoba dan terkendalikannya laju prevalensi penyalahgunaan narkoba; dan (4) meningkatnya efektivitas sistem keamanan nasional melalui perbaikan kualitas dan jumlah policy brief yang dihasilkan sistem informasi Dewan Ketahanan Nasional.
Anggaran Fungsi Ekonomi
Alokasi anggaran pada fungsi ekonomi dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp347.261,4 miliar yang berarti lebih rendah Rp12.965,3 miliar atau 3,6 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp360.226,7 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran pada fungsi ekonomi tersebut terutama disebabkan adanya penghematan dan pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi ekonomi.
Namun demikian, alokasi anggaran pada fungsi ekonomi tersebut tetap diupayakan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, antara lain: (1) meningkatnya kapasitas
sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda; (2) meningkatnya kinerja pelayanan dan industri transportasi nasional untuk mendukung konektivitas nasional, Sistem Logistik Nasional dan konektivitas global; (3) penguatan ketahanan pangan dan ketahanan air untuk kedaulatan pangan nasional; (4) terlaksananya pembangunan/peningkatan daerah irigasi baru dan percepatan rehabilitasi jaringan irigasi untuk mendukung kedaulatan pangan; (5) penguatan kedaulatan energi melalui peningkatan produksi sumber daya energi; dan (6) meningkatnya pelayanan ketenagalistrikan melalui peningkatan rasio elektrifikasi.
Anggaran Fungsi Perlindungan Lingkungan Hidup
Alokasi anggaran pada fungsi perlindungan lingkungan hidup dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp11.048,2 miliar yang berarti lebih rendah Rp1.039,6 miliar atau 8,6 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp12.087,8 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran pada fungsi perlindungan lingkungan hidup tersebut terutama
II.4-4 Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
Bagian II
disebabkan adanya penghematan dan pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi perlindungan lingkungan hidup.
Namun demikian, alokasi anggaran pada fungsi perlindungan lingkungan hidup tersebut tetap diupayakan untuk mencapai sasaran yang diharapkan, antara lain: (1) terlaksananya pelestarian keanekaragaman hayati pada kawasan lindung, agro ekosistem dan kawasan nonlindung/produksi; (2) terlaksananya pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan untuk kegiatan ekonomi; (3) meningkatnya kualitas lingkungan hidup yang tercermin didalam indeks kualitas lingkungan hidup; dan (4) menguatnya upaya penanganan perubahan iklim (mitigasi dan adaptasi) dan sistem peringatan dini cuaca dan iklim.
Anggaran Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum
Dalam RAPBNP tahun 2016, anggaran yang dialokasikan pada fungsi perumahan dan fasilitas umum mencapai Rp37.822,1 miliar yang berarti lebih tinggi sebesar Rp3.171,0 miliar atau meningkat 9,2 persen jika dibandingkan dengan alokasi anggaran fungsi perumahan dan fasilitas umum pada APBN tahun 2016 sebesar Rp34.651,1 miliar. Lebih tingginya alokasi anggaran pada fungsi perumahan dan fasilitas umum tersebut terutama disebabkan pembangunan infrastruktur dalam rangka persiapan pelaksanaan Asian Games tahun 2018 di Jakarta dan Palembang.
Adapun sasaran yang diharapkan dicapai dari fungsi perumahan dan fasilitas umum pada tahun 2016 adalah: (1) meningkatnya akses masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) termasuk pekerja/buruh terhadap hunian yang layak dengan membangun satuan rumah susun yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas pendukungnya; (2) meningkatnya kualitas permukiman kumuh perkotaan sebagai bagian dari pengurangan kondisi kumuh di perkotaan; (3) meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan; (4) terbangunnya rumah khusus di daerah pasca bencana/konflik, maritim, dan perbatasan negara; (5) terwujudnya keswadayaan masyarakat untuk peningkatan kualitas dan pembangunan rumah/hunian yang layak dan terjangkau bagi MBR dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi; (6) meningkatnya akses terhadap layanan air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan; serta (7) berkurangnya angka backlog perumahan.
Anggaran Fungsi Kesehatan
Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi kesehatan dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp65.819,8 miliar yang berarti lebih rendah Rp1.393,9 miliar atau 2,1 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp67.213,7 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran pada fungsi kesehatan tersebut terutama disebabkan oleh adanya penghematan dan pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi kesehatan. Namun demikian, pemotongan tersebut diarahkan pada beberapa komponen belanja yang sifatnya kurang produktif seperti perjalanan dinas, biaya iklan, dan operasional perkantoran.
Selain itu, anggaran tersebut juga masih sesuai dengan komitmen Pemerintah untuk memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu pemenuhan alokasi anggaran kesehatan sebesar lima persen dari belanja negara. Dengan didukung oleh program yang lebih efektif dan luas, pemenuhan anggaran kesehatan tersebut diharapkan dapat mencapai sasaran, yaitu: (1) meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu, anak, dan reproduksi; (2) meningkatnya kualitas penanganan masalah gizi masyarakat; (3) meningkatnya efektivitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka keamanan, mutu
Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016 II.4-5
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Bagian II
Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
dan manfaat/khasiat obat dan makanan; (4) meningkatnya penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan; (5) terselenggaranya pendidikan tinggi dan pertumbuhan mutu SDM kesehatan; dan (6) meningkatnya penduduk yang mendapatkan jaminan kesehatan termasuk kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan.
Anggaran Fungsi Pariwisata
Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi pariwisata dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp6.341,5 miliar yang berarti lebih rendah Rp1.091,3 miliar atau 14,7 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp7.432,7 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran pada fungsi pariwisata tersebut terutama disebabkan adanya penghematan dan pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi pariwisata.
Namun demikian, alokasi anggaran pada fungsi pariwisata tersebut tetap diupayakan untuk mencapai sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) tercapainya devisa di sektor pariwisata; (2) tercapainya kontribusi bidang pariwisata terhadap PDB; (3) tercapainya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara; dan (4) penambahan tenaga kerja dari sektor ekonomi kreatif dan menciptakan pertumbuhan orang kreatif menjadi start-up usaha baru.
Anggaran Fungsi Agama
Alokasi anggaran pada fungsi agama dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp9.778,4 miliar, yang berarti lebih rendah Rp6,7 miliar atau 0,1 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp9.785,1 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran pada fungsi agama tersebut terutama disebabkan adanya penghematan dan pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi agama.
Namun demikian, alokasi anggaran pada fungsi agama tersebut tetap diupayakan untuk mecnapai sasaran yang diharapkan, antara lain: (1) meningkatnya kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama, kualitas pelayanan kehidupan beragama, serta harmoni sosial dan kerukunan hidup umat beragama; dan (2) meningkatnya kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan umrah yang transparan, efisien, dan akuntabel.
Anggaran Fungsi Pendidikan
Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi pendidikan dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp139.511,1 miliar yang berarti lebih rendah sebesar Rp10.578,8
miliar atau 7,0 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp150.090,0 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran pada fungsi pendidikan tersebut disebabkan adanya
penghematan dan pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi pendidikan. Namun demikian, alokasi anggaran pada fungsi pendidikan tersebut tetap
diupayakan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, antara lain yaitu: (1) meningkatnya angka partisipasi pendidikan pada tiap jenjang pendidikan; (2) meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk usia di atas 15 tahun; (3) meningkatnya rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15 tahun; (4) meningkatnya persentase Prodi Pendidikan Tinggi minimal terakreditasi B; (5) meningkatnya persentase sekolah yang berakreditasi minimal B pada jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/ MA; (5) meningkatnya persentase kompetensi keahlian SMK berakreditasi minimal B; (6) menurunnya kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok masyarakat antara 20 persen penduduk termiskin dan 20 persen penduduk terkaya pada jenjang SMP/MTs dan SMA/SMK/MA; dan (7) meningkatnya jaminan hidup dan fasilitas pengembangan ilmu pengetahuan dan karir bagi guru yang ditugaskan di daerah khusus.
II.4-6 Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
Bagian II
Anggaran Fungsi Perlindungan Sosial
Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi perlindungan sosial dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp148.283,1 miliar yang berarti lebih rendah
sebesar Rp9.805,7 miliar atau 6,2 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp158.088,8 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran pada fungsi perlindungan sosial tersebut terutama disebabkan adanya penghematan dan pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi perlindungan sosial.
Namun demikian, alokasi anggaran pada fungsi perlindungan sosial tersebut tetap diupayakan untuk mencapai sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) menurunnya tingkat
kesenjangan antarkelompok masyarakat; (2) meningkatnya sasaran/coverage program- program perlindungan sosial termasuk perluasan conditional cash transfer (CCT); (3) meningkatnya jumlah rumah tangga sangat miskin yang digraduasi dari program perlindungan dan jaminan sosial; (4) meningkatnya cakupan pelayanan dasar dan akses masyarakat kurang mampu terhadap ekonomi produktif; (5) meningkatnya akses penduduk rentan dan kurang mampu terhadap air minum dan sanitasi layak; (6) meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan; (7) meningkatnya akses dan kualitas hidup penyandang disabilitas dan lanjut usia; dan (8) meningkatnya jumlah pengawasan pelaksanaan perlindungan anak dari tindak kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya.
4.2.2 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi
Anggaran belanja Pemerintah Pusat dari aspek organisasi, secara umum dikelompokkan dalam dua bagian. Pertama, anggaran yang dialokasikan melalui BA K/L dengan Menteri/ Pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran ( Chief Operational Officer). Kedua, anggaran yang dialokasikan melalui BA BUN dengan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara ( Chief Financial Officer).
Penyesuaian terhadap belanja Pemerintah Pusat merupakan tindak lanjut dari perubahan asumsi dasar ekonomi makro dan/atau pokok-pokok kebijakan fiskal dapat dilakukan dalam bentuk penambahan pada beberapa komponen belanja maupun pengurangan pada komponen belanja yang lainnya. Selain itu, penyesuaian belanja Pemerintah Pusat juga dilakukan dalam bentuk pergeseran anggaran, baik antarunit organisasi maupun
antarprogram. Dalam rangka penyesuaian APBN tersebut, Pemerintah menyampaikan perubahan anggaran belanja menurut organisasi agar tetap dapat berjalan dengan baik dan akuntabel sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan dilakukan, baik terhadap anggaran yang dialokasikan melalui K/L maupun anggaran BUN.
Anggaran belanja Pemerintah Pusat dalam RAPBNP tahun 2016 sebesar Rp1.289.537,6 miliar dengan rincian sebagaimana Tabel II.4.2.
4.2.2.1 Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
Secara umum, perubahan belanja K/L dalam RAPBNP tahun 2016 dilakukan dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN tahun 2016 dengan tetap mendukung pelaksanaan berbagai program pembangunan yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016, seperti pendidikan, kesehatan, kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman, pariwisata dan industri. Selain itu, belanja K/L juga diarahkan dapat mendukung penyelenggaraan pemerintahan secara efisien dan efektif.
Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016 II.4-7
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
II.4-8 Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016
Bagian II
Perubahan belanja K/L dalam RAPBNP tahun 2016 disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) penghematan dan pemotongan anggaran belanja K/L, (2) tambahan anggaran untuk program/kegiatan yang bersifat mendesak pada beberapa K/L, dan (3) perubahan sebagaimana telah diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang APBN Tahun Anggaran 2016, seperti perubahan sumber pendanaan baik yang berasal dari pagu penggunaan PNBP/BLU maupun perubahan rencana penarikan pinjaman dan hibah luar negeri, serta perubahan akibat realokasi BA BUN ke BA K/L.
Realokasi BA BUN ke BA K/L dilakukan untuk mendanai berbagai kebutuhan mendesak, termasuk penyesuaian tunjangan kinerja pada beberapa K/L. Selain itu, realokasi dari BA BUN ke BA K/L juga dilakukan dalam rangka pelaksanaan kebijakan pemberian penghargaan kepada beberapa K/L atas pelaksanaan anggaran belanja pada tahun 2014.
Dalam rangka mendukung pencapaian prioritas pembangunan nasional pada tahun 2016, Pemerintah mengambil kebijakan untuk mengalokasikan tambahan anggaran belanja untuk berbagai program/kegiatan yang mendesak. Tambahan belanja mendesak tersebut dialokasikan untuk beberapa K/L yang penggunaannya diarahkan antara lain untuk: (1) pembangunan infrastruktur dalam rangka pelaksanaan Asian Games tahun 2018 di Jakarta dan Palembang, (2) penyelamatan orbit satelit dalam rangka memperkuat sistem pertahanan, (3) pembangunan/rehabilitasi lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan di beberapa daerah, (4) kebutuhan operasional dan peningkatan sarana prasarana terkait pemberantasan narkoba, dan (5) kegiatan terkait intelijen dan pemberantasan terorisme.
Sementara itu, untuk mengamankan pelaksanaan APBN, Pemerintah melakukan kebijakan efisiensi belanja melalui penghematan dan pemotongan anggaran belanja K/L. Kebijakan ini tetap memperhatikan dan menjaga capaian target kinerja dari tiap-tiap K/L. Besaran
penghematan dan pemotongan anggaran belanja K/L dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan sebesar Rp50.016,3 miliar atau 6,4 persen dari total pagu anggaran belanja K/L dalam APBN 2016 sebesar Rp784.125,7 miliar. Jika dikaitkan dengan anggaran rupiah murni, besaran penghematan dan pemotongan tersebut adalah 7,4 persen dari pagu anggaran rupiah murni belanja K/L sebesar Rp675.891,0 miliar. Penghematan tersebut terdiri atas efisiensi belanja operasional dan efisiensi belanja lainnya. Efisiensi belanja operasional utamanya dapat dilakukan pada belanja perjalanan dinas dan paket meeting, langganan daya dan jasa, serta pembangunan gedung baru. Selanjutnya, efisiensi belanja lainnya utamanya dapat dilakukan pada honorarium tim/kegiatan, belanja modal non- infrastruktur (seperti pembangunan gedung dan pengadaan kendaraan), biaya jasa (seperti iklan), kegiatan-kegiatan prioritas dan pendukung yang setelah dikaji ulang ternyata tidak mendesak/dapat ditunda, serta operasional perkantoran lainnya.
2015
Nominal % thd APBN
1. Belanja K/L 725.633,1 784.125,7 743.548,1 (40.577,5) (5,2) 2. Belanja Non K/L
448.877,7 541.425,7 545.989,5 4.563,7 0,8 - 1.174.510,8 1.325.551,4 1.289.537,6 (36.013,8) (2,7)
Sumber: Kementerian Keuangan
JUMLAH
TABEL II.4.2 BELANJA PEMERINTAH PUSAT, 2015-2016
(Miliar Rupiah)
Uraian
2016
LKPP Unaudited
APBN
RAPBNP
Perubahan
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
Bagian II
Besaran penghematan dan pemotongan dihitung dengan tetap memperhatikan pemenuhan anggaran pendidikan dan anggaran kesehatan, serta terjaganya sumber-sumber pendanaan yang berasal dari pinjaman dan hibah, serta yang bersumber dari penggunaan PNBP/ BLU. Berkenaan dengan mekanisme penghematan dan pemotongan, teknis pelaksanaan pemotongan dilakukan melalui pemblokiran anggaran belanja oleh masing-masing K/L (self blocking ), yang akan ditindaklanjuti dengan revisi RKA-K/L setelah perubahan APBN 2016 disahkan.
Selanjutnya, dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penganggaran dan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang APBN Tahun Anggaran 2016, perubahan belanja K/L dalam RAPBNP tahun 2016 juga mengakomodir perubahan sesuai kewenangan Pemerintah, seperti: (1) perubahan sumber pendanaan yang berasal dari PNBP dan BLU karena perubahan target dan pagu penggunaannya; (2) perubahan sumber pendanaan yang berasal dari perubahan/percepatan rencana penarikan pinjaman dan hibah luar negeri; dan (3) realokasi belanja dari BA BUN ke BA K/L, termasuk alokasi dalam rangka pelaksanaan kebijakan pemberian penghargaan pada beberapa K/L.
Terkait dengan realokasi anggaran dalam rangka pemberian penghargaan, sejalan dengan ketentuan perundang-undangan dan dengan memperhatikan kinerja, baik penganggaran, capaian output, dan pelaporan keuangan atas pelaksanaan anggaran belanja pada tahun 2014, terdapat sepuluh K/L yang diberikan penghargaan dengan jumlah penghargaan sebesar Rp737,0 miliar. Selain itu, perubahan belanja K/L juga termasuk perubahan sumber pendanaan dari pagu penggunaan PNBP menjadi rupiah murni. K/L yang mengalami perubahan sumber pendanaan dan realokasi BA BUN dalam RAPBNP tahun 2016 dapat diikuti pada Tabel II.4.3.
TABEL II.4.3 K/L DENGAN PERUBAHAN SUMBER PENDANAAN DAN REALOKASI BA BUN DALAM RAPBNP TAHUN 2016
REALOKASI BA BUN PERUBAHAN PNBP/BLU
PERUBAHAN PLN/HLN
A. Untuk Kegiatan mendesak
B. Dalam Rangka Pemberian Penghargaan
1 Kementerian Pertahanan
1 Kementerian Keuangan 2 Kementerian Energi dan Sumber Daya
1 Kementerian Dalam Negeri
1 Kementerian Sekretariat Negara
2 Kementerian Kelautan dan Perikanan Mineral 3 Kementerian Perhubungan
2 Kementerian Keuangan
2 Kementerian Luar Negeri
3 Kementerian Pertanian
3 Kementerian Pertahanan
3 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
4 Badan Intelijen Negara Pendidikan Tinggi
4 Kementerian Riset, Teknologi, dan
4 Kementerian ESDM
4 Kementerian Keuangan
5 Badan Narkotika Nasional 6 Kementerian Komunikasi dan Informatika
5 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN
5 Kementerian Perhubungan
5 Kementerian Pertanian
6 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
6 Kementerian Koordinator Bidang
6 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan 7 Lembaga Administrasi Negara
Perekonomian
7 Kementerian Kesehatan
7 Kementerian Komunikasi dan Informatika
7 Komisi Pengawas Persaingan Usaha
8 Kementerian Agama
8 Kepolisian Negara Republik Indonesia
8 Mahkamah Agung
9 Kementerian Ketenagakerjaan
9 Komisi Pemilihan Umum
9 Mahkamah Konstitusi
10 Kementerian Lingkungan Hidup dan
10 Mahkamah Konstitusi RI
10 Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Kehutanan
11 Kementerian Kelautan dan Perikanan
11 Kementerian Pemuda dan Olah Raga
12 Kementerian Pekerjaan Umum dan
12 Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Perumahan Rakyat
13 Kemenko Perekonomian
13 Sekretariat Kabinet
14 Kementerian Riset, Teknologi, dan
14 Badan Pengawas Pemilihan Umum
Pendidikan Tinggi
15 Badan Pusat Statistik
15 LPP RRI
17 Kementerian Komunikasi dan Informatika
16 Kementerian PPN/Bappenas
16 Kejaksaan RI
18 Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi 19 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
20 Badan Informasi Geospasial
Sumber: Kementerian Keuangan
Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016 II.4-9
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Bagian II
Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
Berdasarkan kebijakan dan perubahan tersebut di atas, anggaran belanja Pemerintah Pusat yang dikelola K/L dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp743.548,1 miliar yang berarti menurun sebesar Rp40.577,5 miliar atau 5,2 persen dari pagu alokasi anggaran belanja K/L dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp784.125,7 miliar. Pokok-pokok perubahan belanja K/L yang diajukan dalam RAPBNP tahun 2016 sebagaimana Tabel II.4.4.
TABEL II.4.4 PERUBAHAN BELANJA K/L RAPBNP TAHUN 2016 (Miliar Rupiah)
NO.
JUMLAH APBN 2016
(40.577,5) 1 Tambahan Belanja Mendesak
5.751,4 2 Penghematan dan Pemotongan
(50.016,3) 3 Perubahan Pagu PNBP/BLU
(484,3) 4 Perubahan PHLN
(1.712,6) 5 Realokasi BA BUN
4.321,9 6 Perubahan Lainnya
1.214,0 7 Penyesuaian Anggaran Pendidikan
Sumber: Kementerian Keuangan
Rincian anggaran belanja K/L, selengkapnya disajikan pada Tabel II.4.5. Selanjutnya, perubahan anggaran belanja beberapa K/L dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp97.073,1 miliar, atau turun sebesar Rp7.007,6 miliar (8,0 persen) apabila dibandingkan dengan alokasi anggarannya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp104.080,7 miliar. Perubahan alokasi anggaran tersebut dikarenakan adanya tambahan anggaran untuk kebutuhan mendesak sebesar Rp963,0 miliar yang dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka persiapan pelaksanaan Asian Games tahun 2018 di Jakarta dan Palembang, perubahan rencana penarikan pinjaman luar negeri sebesar Rp456,9 miliar, dan perubahan hibah luar negeri sebesar Rp67,9 miliar. Selain itu, alokasi anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga mengalami penghematan dan pemotongan anggaran sebesar Rp8.495,4 miliar dalam rangka pengendalian dan pengamanan pelaksanaan APBN tahun 2016. Jumlah penghematan tersebut terdiri dari efisiensi belanja operasional sebesar Rp1.894,4 miliar dan efisiensi belanja lainnya sebesar Rp6.601,0 miliar. Dengan demikian, komposisi alokasi anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan bersumber dari rupiah murni sebesar Rp80.458,7 miliar, pagu penggunaan PNBP sebesar Rp21,6 miliar, pagu penggunaan BLU Rp95,2 miliar, pinjaman luar negeri sebesar Rp9.088,3 miliar, hibah luar negeri sebesar Rp183,0 miliar, dan Surat Berharga Syariah Negara Berbasis Proyek (Project Based Sukuk)/SBSN PBS sebesar Rp7.226,3 miliar.
II.4-10 Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
Bagian II
Kementerian Pertanian
Anggaran Kementerian Pertanian dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp27.580,9 miliar, atau turun sebesar Rp3.926,3 miliar (12,7 persen) apabila dibandingkan dengan alokasi anggarannya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp31.507,2 miliar. Sebagian besar perubahan disebabkan oleh penghematan dan pemotongan anggaran sebesar Rp3.923,0 miliar dalam rangka pengendalian dan pengamanan pelaksanaan APBN tahun 2016. Jumlah penghematan tersebut terdiri dari efisiensi belanja operasional sebesar Rp1.623,9 miliar dan efisiensi belanja lainnya sebesar Rp2.299,1 miliar. Selain karena penghematan, perubahan alokasi anggaran Kementerian Pertanian juga disebabkan oleh realokasi BA BUN untuk kegiatan mendesak terkait biaya penagihan dan pengendalian, percepatan pengembalian pinjaman petani perkebunan, serta perubahan rencana penarikan pinjaman luar negeri. Dengan demikian, komposisi alokasi anggaran Kementerian Pertanian dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan bersumber dari rupiah murni sebesar Rp27.078,5 miliar, pagu penggunaan PNBP sebesar Rp85,8 miliar, pagu penggunaan BLU Rp26,3 miliar, pinjaman luar negeri sebesar Rp371,4 miliar, dan hibah luar negeri sebesar Rp18,9 miliar.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN
Anggaran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp6.023,6 miliar, atau mengalami penurunan sebesar Rp364,3 miliar (8,0 persen) apabila dibandingkan dengan palokasi anggarannya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp6.387,9 miliar. Perubahan alokasi anggaran tersebut dikarenakan adanya perubahan pagu penggunaan PNBP sebesar Rp3,7 miliar. Selain itu, alokasi anggaran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN juga mengalami penghematan dan pemotongan anggaran sebesar Rp368,0 miliar dalam rangka pengendalian dan pengamanan pelaksanaan APBN tahun 2016. Jumlah penghematan tersebut terdiri dari efisiensi belanja operasional sebesar Rp171,6 miliar dan efisiensi belanja lainnya sebesar Rp196,4 miliar. Dengan demikian, komposisi alokasi anggaran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan bersumber dari rupiah murni sebesar Rp4.168,4 miliar dan pagu penggunaan PNBP sebesar Rp1.855,3 miliar.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Anggaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp42.605,9 miliar, atau mengalami penurunan sebesar Rp6.626,9 miliar (13,6 persen) apabila dibandingkan dengan alokasi anggarannya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp49.232,8 miliar. Perubahan alokasi anggaran tersebut dikarenakan adanya perubahan rencana penarikan pinjaman luar negeri sebesar Rp59,6 miliar dan perubahan hibah luar negeri sebesar Rp381,3 miliar. Selain itu, alokasi anggaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mengalami penghematan dan pemotongan anggaran sebesar Rp6.523,9 miliar dalam rangka pengendalian dan pengamanan pelaksanaan APBN tahun 2016. Jumlah penghematan tersebut terdiri dari efisiensi belanja operasional sebesar Rp3.633,0 miliar dan efisiensi belanja lainnya sebesar Rp2.890,9 miliar. Dengan demikian, komposisi alokasi anggaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan bersumber dari rupiah murni sebesar Rp42.515,4 miliar, pinjaman luar negeri sebesar Rp59,6 miliar, dan hibah luar negeri sebesar Rp30,8 miliar.
Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016 II.4-11
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Bagian II
Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
Kementerian Kesehatan
Anggaran Kementerian Kesehatan dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp62.470,9 miliar, atau mengalami penurunan sebesar Rp1.010,7 miliar (1,9 persen) apabila dibandingkan dengan alokasi anggarannya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp63.481,6 miliar. Perubahan alokasi anggaran tersebut dikarenakan adanya perubahan hibah luar negeri sebesar Rp40,8 miliar. Selain itu, alokasi anggaran Kementerian Kesehatan juga mengalami penghematan dan pemotongan anggaran sebesar Rp1.051,4 miliar dalam rangka pengendalian dan pengamanan pelaksanaan APBN tahun 2016. Jumlah penghematan tersebut terdiri dari efisiensi belanja operasional sebesar Rp685,0 miliar dan efisiensi belanja lainnya sebesar Rp366,4 miliar. Dengan demikian, komposisi alokasi anggaran Kementerian Kesehatan dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan bersumber dari rupiah murni sebesar Rp52.879,5 miliar, pagu penggunaan PNBP sebesar Rp446,9 miliar, pagu penggunaan BLU Rp9.103,8 miliar, dan hibah luar negeri sebesar Rp40,8 miliar.
Kementerian Pertahanan
Anggaran Kementerian Pertahanan dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp99.883,8 miliar, atau mengalami kenaikan sebesar Rp421,7 miliar (0,5 persen) apabila dibandingkan dengan alokasi anggarannya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp99.462,1 miliar. Perubahan alokasi anggaran tersebut karena adanya tambahan anggaran untuk kebutuhan mendesak sebesar Rp1.327,5 miliar yang dipergunakan untuk penyelamatan orbit satelit, perubahan target dan pagu PNBP/BLU sebesar Rp28,5 miliar, dan realokasi anggaran dari BA BUN sebesar Rp1.923,0 miliar, antara lain untuk pembayaran hutang bahan bakar minyak dan pelumas (BMP) tahun 2014 dan dukungan kekurangan anggaran tunjangan kinerja Kementerian Pertahanan dan TNI tahun anggaran 2016. Selain itu, alokasi anggaran Kementerian Pertahanan juga mengalami penghematan dan pemotongan anggaran sebesar Rp2.857,3 miliar dalam rangka pengendalian dan pengamanan pelaksanaan APBN tahun 2016. Jumlah penghematan tersebut terdiri dari efisiensi belanja operasional sebesar Rp1.062,6 miliar dan efisiensi belanja lainnya sebesar Rp1.794,6 miliar. Dengan demikian, komposisi alokasi anggaran Kementerian Pertahanan dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan bersumber dari rupiah murni sebesar Rp88.780,5 miliar, pagu penggunaan PNBP sebesar Rp28,5 miliar, pinjaman luar negeri sebesar Rp8.074,8 miliar, dan pinjaman dalam negeri sebesar Rp3.000,0 miliar.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Anggaran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp10.552,5 miliar atau mengalami kenaikan sebesar Rp1.020,6 miliar (14,4 persen) apabila dibandingkan dengan alokasi anggarannya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp9.531,9 miliar. Perubahan alokasi anggaran tersebut karena adanya tambahan anggaran untuk kebutuhan mendesak sebesar Rp1.300,0 miliar yang dipergunakan untuk pembangunan/rehabilitasi Lapas/Rutan di beberapa daerah. Selain itu, alokasi anggaran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia juga mengalami penghematan dan pemotongan anggaran sebesar Rp279,4 miliar dalam rangka pengendalian dan pengamanan pelaksanaan APBN tahun 2016. Jumlah penghematan tersebut terdiri dari efisiensi belanja operasional sebesar Rp172,4 miliar dan efisiensi belanja lainnya sebesar Rp107,0 miliar. Dengan demikian, komposisi alokasi anggaran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan bersumber dari rupiah murni sebesar Rp8.088,3 miliar dan pagu penggunaan PNBP sebesar Rp2.464,2 miliar.
II.4-12 Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
Bagian II
Kepolisian Republik Indonesia
Anggaran Kepolisian Republik Indonesia dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp72.425,6 miliar atau mengalami penurunan sebesar Rp577,3 miliar (1,0 persen) apabila dibandingkan dengan alokasi anggarannya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp73.002,9 miliar. Perubahan alokasi anggaran tersebut karena adanya tambahan anggaran untuk kebutuhan mendesak sebesar Rp660,7 miliar yang dipergunakan untuk penambahan peralatan dan personil tindak pidana terorisme dan realokasi anggaran dari BA BUN sebesar Rp322,3 miliar untuk penguatan Densus 88 Anti Teror Polri. Selain itu, alokasi anggaran Kepolisian Republik Indonesia juga mengalami penghematan dan pemotongan anggaran sebesar Rp1.560,3 miliar dalam rangka pengendalian dan pengamanan pelaksanaan APBN tahun 2016. Jumlah penghematan tersebut terdiri dari efisiensi belanja operasional sebesar Rp706,8 miliar dan efisiensi belanja lainnya sebesar Rp853,5 miliar. Dengan demikian, komposisi alokasi anggaran Kepolisian Republik Indonesia dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan bersumber dari rupiah murni sebesar Rp59.814,6 miliar, pagu penggunaan PNBP sebesar Rp7.518,7 miliar, pagu penggunaan BLU Rp1.046,1 miliar, pinjaman luar negeri sebesar Rp3.336,2 miliar, dan pinjaman dalam negeri sebesar Rp710,0 miliar.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Anggaran Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp7.741,8 miliar atau mengalami penurunan sebesar Rp822,1 miliar (10,1 persen) apabila dibandingkan dengan alokasi anggarannya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp8.563,9 miliar. Perubahan alokasi anggaran tersebut karena adanya penurunan pagu penggunaan PNBP sebesar Rp53,3 miliar dan perubahan hibah luar negeri sebesar Rp3,1 miliar. Selain itu, alokasi anggaran Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga mengalami penghematan dan pemotongan anggaran sebesar Rp771,9 miliar dalam rangka pengendalian dan pengamanan pelaksanaan APBN tahun 2016. Jumlah penghematan tersebut terdiri dari efisiensi belanja operasional sebesar Rp217,9 miliar dan efisiensi belanja lainnya sebesar Rp554,0 miliar. Dengan demikian, komposisi alokasi anggaran Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan bersumber dari rupiah murni sebesar Rp7.358,6 miliar, pagu penggunaan PNBP sebesar Rp292,7 miliar, pagu penggunaan BLU Rp87,4 miliar, dan hibah luar negeri sebesar Rp3,1 miliar.
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp11.167,5 miliar atau mengalami penurunan sebesar Rp2.633,6 miliar (19,9 persen) apabila dibandingkan dengan alokasi anggarannya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp13.801,2 miliar. Perubahan alokasi anggaran tersebut karena adanya kenaikan rencana penarikan pinjaman luar negeri sebesar Rp97,8 miliar dan tambahan anggaran sebagai penghargaan atas pelaksanaan APBN tahun 2014 sebesar Rp159,0 miliar. Selain itu, alokasi anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan juga mengalami penghematan dan pemotongan anggaran sebesar Rp2.890,5 miliar dalam rangka pengendalian dan pengamanan pelaksanaan APBN tahun 2016. Jumlah penghematan tersebut terdiri dari efisiensi belanja operasional sebesar Rp1.561,5 miliar dan efisiensi belanja lainnya sebesar Rp1.329,0 miliar. Dengan demikian, komposisi alokasi anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan bersumber dari rupiah murni sebesar Rp10.522,6 miliar, pagu penggunaan PNBP sebesar Rp63,6 miliar, pinjaman luar negeri sebesar Rp516,6 miliar, dan hibah luar negeri sebesar Rp64,8 miliar.
Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016 II.4-13
II.4-14 Bagian II
TABEL II.4.5 BELANJA KEMENTERIAN NEGERA/LEMBAGA, 2016
(Miliar Rupiah)
PERUBAHAN
NO. KEMENTERIAN
NEGARA/LEMBAGA
PAGU PHLN
PNBP/BLU
BA BUN
1 MPR 953,3 (185,0) - - - - - (185,0) 768,3 2 DPR
5.223,3 (500,6) - - - - - (500,6) 4.722,7 3 BPK
3.471,2 (78,6) 46,5 - - - - (32,1) 3.439,2 4 MA
8.964,9 (194,2) - - - - 25,0 (169,2) 8.795,7 5 KEJAKSAAN
4.527,6 (162,8) - - - 628,9 - 466,1 4.993,7 6 KEMENSETNEG
2.158,5 (154,2) - - - 88,6 - (65,6) 2.092,9 7 KEMENDAGRI
5.124,5 (1.385,6) - - (2,0) - - (1.387,6) 3.736,9
Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah
8 KEMENLU 7.331,3 (413,1) - - - 36,7 - (376,5) 6.954,9 9 KEMENHAN
99.462,1 (2.857,3) 1.327,5 28,5 - 1.923,0 - 421,7 99.883,8 10 KEMENHUKHAM
9.531,9 (279,4) 1.300,0 - - - - 1.020,6 10.552,5
Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016
11 KEMENKEU 39.278,3 (1.467,4) - - (8,6) 110,3 158,0 (1.207,7) 38.070,6 12 KEMENTAN
31.507,2 (3.923,0) - - (8,2) 5,0 - (3.926,3) 27.580,9 13 KEMENPERIN
3.256,7 (369,5) - - - - - (369,5) 2.887,2 14 KEMEN ESDM
8.563,9 (771,9) - (53,3) 3,1 - - (822,1) 7.741,8 15 KEMENHUB
48.465,6 (3.750,2) - - (1.813,0) - - (5.563,2) 42.902,5 16 KEMENDIKBUD
49.232,8 (6.523,9) - - (321,7) - 218,6 (6.626,9) 42.605,9 17 KEMENKES
63.481,6 (1.051,4) - - 40,8 - - (1.010,7) 62.470,9 18 KEMENAG
57.120,5 (1.399,4) - - (21,0) - 48,5 (1.371,9) 55.748,6 19 KEMENNAKER
3.801,7 (560,2) - - (277,4) - - (837,7) 2.964,0 20 KEMENSOS
14.681,0 (1.582,1) - - - - - (1.582,1) 13.098,9 21 KEMEN LHK
6.113,9 (248,5) - - (19,8) - - (268,3) 5.845,7 22 KKP
13.801,2 (2.890,5) - - 97,8 - 159,0 (2.633,6) 11.167,5 23 KEMEN PU & PERA
104.080,7 (8.495,4) 963,0 - 524,8 - - (7.007,6) 97.073,1 24 KEMENKO POLHUKAM
292,7 (51,8) - - - - - (51,8) 240,9 25 KEMENKO PEREKONOMIAN
361,6 (42,4) - - (1,8) 41,8 - (2,4) 359,2 26 KEMENKO PMK
487,4 (93,9) - - - - - (93,9) 393,5
Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016 Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah
(Miliar Rupiah)
PERUBAHAN
NO. KEMENTERIAN
NEGARA/LEMBAGA
PAGU PHLN
PNBP/BLU
BA BUN
27 KEMENPAR 5.409,0 (784,7) - - - - - (784,7) 4.624,4 28 KEMEN BUMN
345,0 (95,1) - - - - - (95,1) 249,9 29 KEMEN RISTEK & DIKTI
40.627,4 (1.953,3) - - 0,0 - 81,2 (1.872,0) 38.755,4 30 KEMEN KUKM
1.233,2 (167,7) - - - - - (167,7) 1.065,4 31 KEMEN PP & PA
769,3 (161,7) - - - - 100,0 (61,7) 707,6 32 KEMEN PAN & RB
205,4 (24,8) - - - - - (24,8) 180,6 33 BIN
2.018,3 (154,7) 511,8 - - - 50,0 407,0 2.425,3 34 LSN
905,4 (114,7) - - - - - (114,7) 790,8 35 WANTANAS
46,0 (2,3) - - - - - (2,3) 43,7 36 BPS
5.439,7 (531,1) - - (42,2) - - (573,3) 4.866,4 37 BAPPENAS
1.463,9 (62,2) - - 22,0 - - (40,2) 1.423,7 38 KEMEN ATR / BPN
6.387,9 (368,0) - 3,7 - - - (364,3) 6.023,6 39 PNRI
701,1 (88,8) - - - - - (88,8) 612,3 40 KOMINFO
5.174,3 (51,2) - (477,0) (15,8) 10,7 477,0 (56,4) 5.117,9 41 POLRI
73.002,9 (1.560,3) 660,7 - - 322,3 - (577,3) 72.425,6 42 BPOM
1.617,4 (78,2) - - - - - (78,2) 1.539,3 43 LEMHANAS
314,3 (21,2) - - - - - (21,2) 293,0 44 BKPM
520,9 (32,4) - - - - - (32,4) 488,5 45 BNN
1.367,8 (65,5) 741,7 - - - 90,0 766,2 2.134,0 46 KEMEN DESA, PDT, DAN TRANS.
8.554,5 (542,2) - - 72,9 - - (469,3) 8.085,2 47 BKKBN
3.864,7 (305,1) - - - - - (305,1) 3.559,6 48 KOMNAS HAM
94,0 (16,1) - - - - - (16,1) 77,8 49 BMKG
1.554,5 (158,9) - - - - - (158,9) 1.395,6 50 KPU
1.648,1 (36,4) - - - 305,9 - 269,5 1.917,7 51 MK
250,4 (26,4) - - - 14,4 50,0 37,9 288,3 52 PPATK
190,0 (15,8) - - - - 30,0 14,2 204,2 53 LIPI
1.178,2 (75,5) - - 79,6 - - 4,1 1.182,3 54 BATAN
Bagian II II.4-15
814,9 (54,6) - - - - - (54,6) 760,3
55 BPPT 977,1 (77,5) - - - - - (77,5) 899,6 56 LAPAN
777,5 (75,3) - - - - - (75,3) 702,2 57 BIG
865,5 (158,3) - - (22,0) - - (180,3) 685,2
II.4-16
Bagian II
(Miliar Rupiah)
PERUBAHAN
NO. KEMENTERIAN
NEGARA/LEMBAGA
PAGU PHLN
PNBP/BLU
BA BUN
58 BSN 246,9 (120,7) - - - - - (120,7) 126,2 59 BAPETEN
190,8 (23,5) - - - - - (23,5) 167,3 60 LAN
273,1 (12,9) - 13,8 - - - 0,9 274,0 61 ANRI
206,7 (35,3) - - - - - (35,3) 171,4 62 BKN
555,2 (26,7) - - - - - (26,7) 528,5 63 BPKP
1.633,4 (19,9) - - - - - (19,9) 1.613,5 64 KEMENDAG
3.952,7 (483,1) - - - - - (483,1) 3.469,6 65 KEMENPORA
3.302,3 (609,3) - - - 56,2 - (553,1) 2.749,2 66 KPK
1.061,5 (69,6) - - - - - (69,6) 991,9 67 DPD
1.027,0 (225,9) - - - - - (225,9) 801,2 68 KY RI
148,9 (38,5) - - - - - (38,5) 110,3
Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah
69 BNPB 1.186,9 (133,0) - - - 500,0 50,0 417,0 1.603,9 70 BNP2TKI
415,0 (68,6) - - - - - (68,6) 346,5 71 BPLS
500,0 (41,7) - - - - - (41,7) 458,3
Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016
72 LKPP 240,8 (64,2) - - - - - (64,2) 176,6 73 BASARNAS
2.432,4 (193,5) - - - - - (193,5) 2.238,9 74 KPPU
116,5 (27,0) - - - - 25,0 (2,0) 114,5 75 BPWS
318,6 (37,0) - - - - - (37,0) 281,5 76 OMBUDSMAN RI
146,3 (35,3) - - - - - (35,3) 111,1 77 BNPP
200,6 (20,8) - - - - - (20,8) 179,8 78 BPKPB BATAM
1.169,8 (12,7) - - - - - (12,7) 1.157,1 79 BNPT
531,9 (19,7) 200,2 - - - - 180,5 712,4 80 SETKAB
222,8 (31,0) - - - 5,4 - (25,5) 197,2 81 BAWASLU
446,9 (29,9) - - - 46,1 - 16,2 463,1 82 LPP RRI
864,4 (69,4) - - - 226,6 - 157,2 1.021,6 83 LPP TVRI
930,3 (68,4) - - - - - (68,4) 861,9 84 BPKPB SABANG
261,4 (21,2) - - - - - (21,2) 240,2 85 BAKAMLA
334,8 (8,7) - - - - - (8,7) 326,2 86 KEMENKO KEMARITIMAN
500,0 (86,8) - - - - - (86,8) 413,2 87 BEKRAF
1.113,8 (89,9) - - - - - (89,9) 1.023,9
TOTAL
Sumber: Kementerian Keuangan
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
Bagian II
4.2.2.2 Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara
Secara umum, perubahan BA BUN dalam RAPBNP tahun 2016 disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) peningkatan alokasi program pengelolaan utang karena adanya peningkatan outstanding utang tahun 2015 dan target SBN neto di tahun 2016; (2) peningkatan alokasi subsidi karena pengalokasian kurang bayar tahun sebelumnya; dan (3) adanya realokasi BA BUN ke BA K/L, serta adanya tambahan cadangan BA BUN untuk antisipasi beberapa kegiatan.
4.2.2.2.1 Program Pengelolaan Utang
Pembayaran bunga utang merupakan bagian dari Program Pengelolaan Utang Negara dalam belanja Pemerintah Pusat, sedangkan pembayaran pokok utang merupakan bagian dari program pengelolaan utang negara dalam pembiayaan anggaran. Perhitungan besaran pembayaran bunga utang mempertimbangkan beberapa faktor antara lain: (1) outstanding utang yang berasal dari akumulasi utang-utang tahun sebelumnya (legacy debts), (2) rencana utang tahun anggaran berjalan, (3) pengelolaan portofolio utang, (4) asumsi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama USD, Yen, dan Euro, maupun dengan mata uang asing lainnya, (5) asumsi tingkat bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
3 bulan yang digunakan sebagai referensi bunga instrumen variable rate dan yield Surat Berharga Negara (SBN), dan (6) perkiraan biaya yang timbul dari pengadaan utang baru (diskon penerbitan dan biaya pengadaan utang).
Berdasarkan beberapa faktor tersebut, pembayaran bunga utang dalam RAPBNP tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp191.731,6 miliar atau meningkat Rp6.791,2 miliar (naik 3,7 persen) dari pagu alokasinya dalam APBN tahun 2016. Jumlah ini terdiri atas pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp174.529,6 miliar dan pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp17.202,0 miliar.
Peningkatan indikasi pembayaran bunga utang dalam negeri dalam RAPBNP tahun 2016 disebabkan oleh peningkatan outstanding utang awal tahun 2016 dan peningkatan target SBN Bruto tahun 2016. Outstanding utang awal tahun 2016 mengalami peningkatan, sejalan dengan adanya tambahan penerbitan SBN Bruto tahun 2015 yang melebihi target semula dalam APBNP tahun 2015. Peningkatan target SBN bruto tersebut merupakan konsekuensi dari outlook pelebaran defisit yang ditetapkan Pemerintah dari 2,15 persen menjadi 2,53 persen dari PDB. Sementara itu, peningkatan target SBN Bruto tahun 2016 terjadi karena kenaikan target SBN Neto dalam RAPBNP tahun 2016 sejalan dengan kebijakan pelebaran defisit dari 1,9 persen menjadi 2,48 persen dari PDB dalam tahun 2016. Selain kedua faktor di atas, terjadi perubahan asumsi yield penerbitan dan tingkat diskon SBN seiring dengan kondisi pasar keuangan internasional. Sementara itu, indikasi pembayaran bunga utang luar negeri tahun 2016 meningkat terutama karena perubahan signifikan tingkat bunga referensi pinjaman luar negeri. Perkembangan alokasi program pengelolaan utang negara untuk pembayaran bunga utang disajikan dalam Tabel II.4.6.
TABEL II.4.6 PEMBAYARAN BUNGA UTANG, 2015-2016
(Miliar Rupiah) 2015
a. Dalam Negeri 141.903,9 168.510,9 174.529,6 6.018,7 3,6 b. Luar Negeri
Pembayaran Bunga Utang
Sumber: Kementerian Keuangan
Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016 II.4-17
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Bagian II
Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
4.2.2.2.2 Program Pengelolaan Subsidi
Selanjutnya Program Pengelolaan Belanja Subsidi dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp188.668,5 miliar. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebesar Rp6.097,4 miliar, apabila dibandingkan dengan alokasi yang ditetapkan dalam APBN 2016 sebesar Rp182.571,1 miliar. Perubahan besaran subsidi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) perubahan alokasi subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg; (2) perubahan alokasi subsidi listrik; (3) perubahan alokasi subsidi pangan, subsidi pupuk dan subsidi PSO PT Pelni untuk menampung kurang bayar berdasarkan laporan hasil pemeriksaan (LHP) BPK atas alokasi tahun 2014; (4) perubahan alokasi subsidi bunga kredit perumahan; dan (5) perubahan alokasi anggaran pajak DTP. Rincian perubahan besaran subsidi dalam tahun 2016 selengkapnya disajikan pada Tabel II.4.7.
TABEL II.4.7 SUBSIDI, 2015-2016
(Miliar Rupiah)
Nominal % I. ENERGI
137.824,0 119.091,1 102.080,2 97.823,2 (4.257,0) (4,2) 1. Subsidi BBM dan LPG Tabung 3 Kg
64.674,8 60.758,7 63.692,8 40.639,1 (23.053,7) (36,2) 2. Subsidi Listrik
74.280,3 66.880,0 80.490,9 90.845,3 10.354,4 12,9 1. Subsidi Pangan
II. NON ENERGI
18.939,9 21.845,5 20.993,4 22.503,6 1.510,3 7,2 2. Subsidi Pupuk
39.475,7 31.316,2 30.063,2 37.509,1 7.445,9 24,8 3. Subsidi Benih
1.023,8 1.023,8 - - 4. Subsidi/Public Service Obligation
3.800,1 47,6 1,3 5. Subsidi Bunga Kredit Program
15.772,4 (702,1) (4,3) 6. Subsidi Pajak
Sumber: Kementerian Keuangan
Subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp40.639,1 miliar, yang berarti mengalami penurunan Rp23.053,7 miliar jika dibandingkan dengan pagunya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp63.692,8 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh perubahan asumsi dasar ekonomi makro, seperti penurunan harga minyak mentah dunia dari USD50 per barel ke USD35 per barel dan penyesuaian nilai tukar rupiah terhadap USD dari Rp13.900 ke Rp13.500. Di samping itu, penurunan subsidi BBM juga disebabkan oleh perubahan besaran fixed subsidy dari Rp1.000 per liter menjadi Rp350 per liter.
Sementara itu, beban subsidi listrik dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp57.184,1 miliar, atau berarti mengalami peningkatan sebesar Rp18.796,7 miliar bila dibandingkan dengan pagunya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp38.387,4 miliar. Peningkatan anggaran subsidi listrik tersebut disebabkan oleh penundaan penerapan harga keekonomian untuk tarif listrik golongan 900 VA yang tidak termasuk kategori miskin dan rentan miskin, meskipun ada penurunan harga minyak dan penyesuaian nilai tukar.
Alokasi anggaran subsidi pangan dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan meningkat sebesar Rp1.510,3 miliar dari pagunya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp20.993,4 miliar. Perubahan alokasi subsidi pangan tersebut disebabkan oleh tambahan alokasi kurang
II.4-18 Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
Bagian II
bayar subsidi pangan berdasarkan LHP BPK atas alokasi tahun 2014 sebesar Rp1.510,3 miliar. Dengan demikian total kurang bayar subsidi pangan dalam RAPBNP tahun 2016 adalah sebesar Rp2.054,1 miliar.
Anggaran subsidi pupuk dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan meningkat sebesar Rp7.445,9 miliar dari pagunya dalam APBN tahun 2016 yang merupakan alokasi kurang bayar subsidi pupuk berdasarkan LHP BPK atas alokasi tahun 2014.
Sejalan dengan itu, anggaran subsidi PSO kepada PT Pelni juga diperkirakan meningkat dari pagunya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp47,6 miliar yang merupakan alokasi kurang bayar berdasarkan LHP BPK atas alokasi tahun 2014.
Anggaran subsidi bunga kredit program diperkirakan menurun dari Rp16.474,5 miliar dalam APBN tahun 2016 menjadi Rp15.772,4 miliar dalam RAPBNP tahun 2016 yang disebabkan oleh perubahan pembayaran tahun kedua subsidi bunga kredit perumahan tahun 2015 dari semula 100.445 unit menjadi 13.189 unit.
Selanjutnya, alokasi anggaran subsidi pajak ditanggung pemerintah (DTP) dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp10.236,2 miliar, yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp2.052,7 miliar, dari pagu anggaran subsidi pajak DTP yang ditetapkan dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp8.183,6 miliar. Lebih tingginya perkiraan beban anggaran subsidi pajak DTP tersebut disebabkan adanya tambahan alokasi kekurangan pembayaran subsidi pajak PPh DTP tahun 2015 dan penyesuaian anggaran subsidi pajak DTP tahun 2016. Penyesuaian subsidi pajak DTP tahun 2016 tersebut dipengaruhi oleh perubahan asumsi dasar ekonomi makro dan peningkatan kebutuhan subsidi pajak DTP tahun 2016.
4.2.2.2.3 Program Pengelolaan Hibah Negara
Alokasi anggaran untuk Program Pengelolaan Hibah Negara dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp8.537,3 miliar, yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp4.571,9 miliar dari pagunya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp3.965,4 miliar. Peningkatan alokasi anggaran tersebut, selain disebabkan oleh adanya perubahan rencana penarikan pinjaman dan hibah luar negeri yang akan diterushibahkan ke daerah, juga disebabkan oleh adanya perubahan alokasi anggaran hibah kepada daerah yang pendanaannya bersumber dari penerimaan dalam negeri yang akan diterushibahkan ke daerah.
Pinjaman luar negeri yang diterushibahkan ke daerah diperkirakan meningkat Rp481,0 miliar. Perubahan tersebut akan berakibat pada peningkatan alokasi belanja hibah untuk Mass Rapid Transit (MRT) sebesar Rp424,4 miliar dan Water Resources and Irrigation Sector Management Project-Phase II (WISMP-2) sebesar Rp56,6 miliar sebagai akibat adanya perubahan rencana tahunan yang disusun oleh Pemerintah Daerah.
Hibah luar negeri yang diterushibahkan ke daerah diperkirakan meningkat sebesar Rp178,2 miliar, yang disebabkan oleh peningkatan rencana penarikan Hibah Air Minum sebesar Rp122,9 miliar, Hibah Air Limbah sebesar Rp2,0 miliar, dan Hibah PKP-SPM Dikdas sebesar Rp75,6 miliar. Di samping itu, perubahan program pengelolaan hibah negara tersebut juga menampung hibah yang tidak dapat dilaksanakan pada tahun sebelumnya yaitu hibah Provincial Road Improvement and Maintenance (PRIM) sebesar Rp62,1 miliar dan hibah Microfinance Innovation Fund sebesar Rp24,3 miliar. Selain itu, terdapat komponen hibah luar negeri yang diterushibahkan ke daerah yang mengalami penurunan, yaitu Development of Seulawah Agam sebesar Rp40,5 miliar dan Hibah Australia-Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi sebesar Rp68,1 miliar.
Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016 II.4-19
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Bagian II
Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
Sementara itu, hibah ke daerah yang bersumber dari penerimaan dalam negeri diperkirakan meningkat Rp3.912,4 miliar. Peningkatan tersebut terkait dengan upaya peningkatan pelayanan dan pemerataan ketersediaan air bersih bagi masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah. Untuk mendukung upaya tersebut dalam RAPBNP tahun 2016 Pemerintah akan melakukan penyelesaian/penghapusan utang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), melalui mekanisme pemberian Hibah kepada 107 Pemerintah Daerah sebesar Rp3.912,4 miliar. Pemberian hibah kepada Pemerintah Daerah tersebut akan diikuti oleh penyertaan modal daerah (PMD) kepada PDAM yang memiliki kesulitan likuiditas untuk menyelesaikan utang kepada Pemerintah, baik pokok maupun non pokok. Selanjutnya, pemberian hibah tersebut langsung dipotong dan diperhitungkan sebagai pelunasan kewajiban PDAM atas piutang negara, yang dicatat sebagai salah satu komponen dari penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman (utang pokok) sebesar Rp883,1 miliar dan penerimaan negara bukan pajak (utang non pokok) sebesar Rp3.029,3 miliar. Alokasi dana hibah tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan upaya perbaikan kondisi keuangan PDAM serta penyelesaian piutang negara pada PDAM.
Program Pengelolaan Hibah Negara dalam RAPBNP tahun 2016 secara lebih rinci disajikan pada Tabel II.4.8.
TABEL II.4.8 PROGRAM PENGELOLAAN HIBAH NEGARA, 2015 - 2016 (Miliar Rupiah)
LKPP Unaudited
% A. Hibah Kepada Pemerintah Daerah
APBN
RAPBNP
Perubahan Nominal
3.048,7 3.965,2 8.536,9 4.571,7 115,3 I. Pinjaman Luar Negeri Yang Diterushibahkan
1. Mass Rapid Transit (MRT) Project 700,7 2.233,6 2.658,0 424,4 19,0 2. Water Resources and Irrigation Sector Management Program
120,2 170,7 227,3 56,6 33,2 Phase II (WISMP-2)
II. Hibah Luar Negeri Yang Diterushibahkan 410,7 560,9 739,2 178,2 31,8
1. Hibah Air Minum 185,7 188,8 311,7 122,9 65,1 2. Hibah Air Limbah
- 21,0 23,0 2,0 9,6 3. Development of Seulawah Agam
- 41,5 1,0 (40,5) (97,6) 4. Hibah Australia-Indonesia Untuk Pembangunan Sanitasi
- 167,3 99,2 (68,1) (40,7) 5. Provincial Road Improvement and Maintenance
104,3 - 62,1 62,1 - 6. Hibah Microfinance Innovation Fund
- 24,3 24,3 - 7. Peningkatan Kapasitas Penerapan Standar Pelayanan Minimal
56,9 137,5 213,1 75,6 55,0 (PKP-SPM) Pendidikan Dasar
8. Biodiversity Conservation and Climate Protection in the - 4,8 4,8 - - Gunung Leuser Ecosystem
III. Penerimaan Dalam Negeri Yang Dihibahkan 1.817,1 1.000,0 4.912,4 3.912,4 -
1. Nationwide Water Hibah Program 309,9 800,0 800,0 - - 2. Hibah Sanitasi
- 200,0 200,0 - - 3. Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana
- - - - 4. Kegiatan Konferensi Asia Afrika ke 60 (penyelesaian untuk Kota
8,6 - - - - Bandung)
5. Penghapusan Piutang Pemerintah pada PDAM - - 3.912,4 3.912,4 -
B. Hibah Kepada Pemerintah Asing/Lembaga Asing 43,6 - - -
C. Pengelolaan Hibah Lainnya - 0,2 0,4 0,2 100,0
1. Banking Commission - 0,2 0,4 0,2 100,0
Jumlah
Sumber : Kementerian Keuangan
II.4-20 Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
Bagian II
4.2.2.2.4 Program Pengelolaan Belanja Lainnya
Alokasi anggaran Program Pengelolaan Belanja Lainnya dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp46.490,7 miliar, yang secara keseluruhan lebih rendah Rp13.422,7 miliar atau turun 22,4 persen bila dibandingkan dengan pagunya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp59.913,3 miliar. Perubahan tersebut terutama disebabkan oleh realokasi cadangan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ke pembiayaan sebesar Rp6.827,9 miliar dan realokasi anggaran BA BUN ke BA K/L sebesar Rp4.321,9 miliar. Di samping itu, perubahan juga disebabkan karena terdapat alokasi cadangan untuk beberapa pos baru antara lain: anggaran penyelesaian pengembalian kelebihan pembayaran BPHTB dan/atau PBB-P2, cadangan pelaksanaan Asian Games tahun 2018 (sementara ditampung dalam program pengelolaan belanja lainnya), cadangan penyangga energi, dan cadangan BBM Pemerintah.
4.2.2.2.5 Program Pengelolaan Transaksi Khusus
Alokasi anggaran Program Pengelolaan Transaksi Khusus dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp110.561,4 miliar, atau lebih tinggi Rp526,0 miliar (0,5 persen) jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp110.035,4 miliar. Lebih tingginya alokasi anggaran tersebut terutama disebabkan adanya penyesuaian perhitungan anggaran belanja manfaat pensiun, iuran Pemerintah dalam program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, program jaminan kesehatan pada alokasi anggaran kontribusi sosial, serta adanya penambahan alokasi pada dana kontribusi ke Lembaga Internasional. Penambahan dana kontribusi ke Lembaga Internasional dimaksud disebabkan oleh adanya perubahan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan adanya kontribusi pada organisasi internasional baru.
Di sisi lain terdapat penurunan alokasi anggaran pada pos anggaran program pengelolaan transaksi khusus, yaitu pada alokasi dana penugasan fasilitas penyiapan proyek yang dilaksanakan melalui skema kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dikarenakan perubahan rencana penarikan dana untuk beberapa proyek KPBU yang diberikan fasilitas Project Development Fund (PDF).
4.2.3 Perubahan Anggaran Pendidikan
Guna memenuhi anggaran pendidikan sebesar 20 persen terhadap APBN sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-4 Pasal 31 ayat (4), anggaran pendidikan dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp409.747,2 miliar. Sejalan dengan penurunan volume belanja negara, anggaran pendidikan tersebut turun sebesar Rp11.960,6 miliar dari besaran anggaran pendidikan dalam APBN tahun 2016. Perubahan anggaran pendidikan tersebut terjadi baik pada anggaran pendidikan melalui belanja Pemerintah Pusat maupun melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
Anggaran pendidikan melalui belanja Pemerintah Pusat diperkirakan turun sebesar Rp10.702,9 miliar dari APBN tahun 2016 menjadi sebesar Rp138.116,9 miliar. Perubahan tersebut karena ditempuhnya kebijakan penghematan dan pemotongan belanja K/L pada program/kegiatan terkait pendidikan. Selain itu, perubahan anggaran pendidikan tersebut juga disebabkan oleh adanya penurunan alokasi anggaran yang bersumber dari pinjaman luar negeri.
Selanjutnya, anggaran pendidikan melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa diperkirakan mengalami penurunan sebesar Rp1.257,7 miliar dari pagunya dalam APBN 2016 menjadi
sebesar Rp266.630,3 miliar dalam RAPBNP tahun 2016. Penurunan tersebut terjadi karena
Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016 II.4-21
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Bagian II
Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
turunnya Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD sebesar Rp1.257,7 miliar dari APBN tahun 2016 menjadi sebesar Rp69.762,7 miliar dalam RAPBNP tahun 2016. Anggaran pendidikan dalam RAPBNP tahun 2016 disajikan pada Tabel II.4.9.
TABEL II.4.9 ANGGARAN PENDIDIKAN, 2015-2016 (Miliar Rupiah)
RAPBNP Selisih 1. Belanja Pemerintah Pusat
2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa
4. Anggaran Pendidikan (1 + 2 + 3)
5. Total Belanja Negara
20,0 (0,1) Sumber: Kementerian Keuangan
6. RASIO ANGGARAN PENDIDIKAN (4 : 5) x 100%
4.2.4 Perubahan Anggaran Kesehatan
Dalam RAPBNP tahun 2016, anggaran kesehatan diperkirakan sebesar Rp102.565,4 miliar, atau turun sebesar Rp2.254,7 miliar dari besaran anggaran kesehatan dalam APBN tahun 2016, sejalan dengan penurunan volume belanja negara. Meskipun demikian, jumlah tersebut tetap menunjukkan rasio anggaran kesehatan terhadap belanja negara sebesar 5,0 persen, sehingga amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dapat dipenuhi dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal. Perubahan anggaran kesehatan tersebut disebabkan oleh adanya penurunan anggaran kesehatan melalui belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp8.188,2 miliar dari APBN 2016 menjadi sebesar Rp74.535,6 miliar. Perubahan anggaran kesehatan melalui belanja Pemerintah Pusat tersebut terutama sehubungan dengan ditempuhnya kebijakan penghematan dan pemotongan belanja K/L pada program/kegiatan terkait kesehatan, serta realokasi anggaran dari cadangan program jaminan kesehatan nasional ke penyertaan modal negara kepada BPJS kesehatan untuk program dana Jamsos kesehatan.
Selain itu, perubahan anggaran kesehatan tersebut juga sebagai akibat terjadinya penurunan anggaran kesehatan melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp894,4 miliar dari pagunya dalam APBN 2016 menjadi sebesar Rp21.201,9 miliar dalam RAPBNP tahun 2016.
Penurunan tersebut disebabkan oleh adanya penurunan anggaran bantuan operasional kesehatan (BOK) dan bantuan operasional keluarga berencana (BOKB). Sementara itu, anggaran kesehatan melalui Pembiayaan dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp6.827,9 miliar, sebagai akibat adanya realokasi anggaran dari cadangan program jaminan kesehatan nasional ke penyertaan modal negara kepada BPJS kesehatan untuk program dana Jamsos kesehatan. Anggaran kesehatan dalam RAPBNP Tahun 2016 disajikan pada Tabel II.4.10.
II.4-22 Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan Tahun 2016
Bab 4: Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah
Bagian II
TABEL II.4.10 ANGGARAN KESEHATAN, 2015-2016 (Miliar Rupiah)
RAPBNP Selisih 1. Belanja Pemerintah Pusat
APBNP
APBN
63.500,8 82.723,8 74.535,6 (8.188,2) A. Melalui Kementerian Negara/Lembaga
69.082,8 (1.393,9) B. Melalui Belanja Non K/L
2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa
4. Anggaran Kesehatan (1 + 2 + 3)
5. Total Belanja Negara
6. RASIO ANGGARAN KESEHATAN (4 : 5) x 100%
Sumber: Kementerian Keuangan