Hakikat Model Pendekatan Contextual Teaching adn Learning (CTL)
2.3 Hakikat Model Pendekatan Contextual Teaching adn Learning (CTL)
2.3.1 Pengertian
Menurut KUBI dalam Kesuma (2010: 57), kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang b erarti “hubungan, konteks, suasana, dan keadaan (konteks)”. Sehingga Contextual Teaching and
Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Secara umum contextual mengandung arti: Yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti kontesk; yang memebawa maksud, makna, dan kepentingan.
Sedangkan menurut Kesuma (2010: 73), Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari – hari.
Lalu menurut Hamruni (2012: 173), pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
2.3.2 Karakteristik CTL
Menurut Kesuma (2010: 84), adapun beberapa karakteristik yang dimiliki oleh model pendekatan CTL, yaitu:
a) Materi ajar disesuaikan dengan konteks kehidupan siswa;
b) Mengaitkan pengalaman siswa dengan masalah lainnya yang lebih besar (terintegrasi);
c) Memperhatikan apa yang menjadi daya tarik siswa;
d) Memperhatikan pengalaman empiris siswa;
e) Membangun perubahan perilaku siswa dengan gembira (menyenangkan);
f) Menumbuhkan kesadaran bekerja sama (kolegalitas);
g) Membentuk komunitas belajar (learning community).
2.3.3 Asas – asas CTL
Menurut Hamruni (2012: 181), pembelajaran kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas (komponen). Asas – asas inilah yang melandasi pelaksanaan pembelajaran kontekstual (CTL), yaitu:
a) Konstruktivisme Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang a) Konstruktivisme Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial;
2. Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan kearifan siswa sendiri untuk eblajar;
3. Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah;
4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.
b) Inkuiri Inkuiri berarti proses pembeljaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Penerapan asas inkuiri dalam pembelajaran kontesktual, dimulai dari aadanya kesadaran siswa akan maslaah yang jelas yang ingin dipecahkan.dengan demikian, siswa harus didorong untuk menemukan maslaah. Jika masalah telah diphami dengan batasan – batasan yang jela, selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan menuntun siswa untuk melakukan observasi dalam rangka mengumpulkan data. Manakala data terkumpul selanjutnya siswa dituntun untuk menguji hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpilan. Asas menemukan seperti yang digambarkan tersebut, merupakan asas penting dalam b) Inkuiri Inkuiri berarti proses pembeljaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Penerapan asas inkuiri dalam pembelajaran kontesktual, dimulai dari aadanya kesadaran siswa akan maslaah yang jelas yang ingin dipecahkan.dengan demikian, siswa harus didorong untuk menemukan maslaah. Jika masalah telah diphami dengan batasan – batasan yang jela, selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan menuntun siswa untuk melakukan observasi dalam rangka mengumpulkan data. Manakala data terkumpul selanjutnya siswa dituntun untuk menguji hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpilan. Asas menemukan seperti yang digambarkan tersebut, merupakan asas penting dalam
c) Bertanya (Questioning) Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan – pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kemmapuan bertanya sangan penting, karena digunakan untuk berbagai tujuan, anatara lain:
1. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi
2. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar
3. Merangsang keingitntahuan siswa terhadap sesuatu
4. Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan
5. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu 5. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu
e) Pemodelan (Modeling) Modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelejaran kontekstual, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teroretik – abtsrak.
f) Refleksi (Reflection) Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian – kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilkinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa kan mempengaruhi pengetahuannya yang telah dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannya. Dalam pembelajaran kontekstual, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalaman be;jarnya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkannya.
g) Penilaian Nyata (Authentic Assesment) Penilaiannya nyata (authentic assesment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini g) Penilaian Nyata (Authentic Assesment) Penilaiannya nyata (authentic assesment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini
2.3.4 Strategi CTL
Bern dan Erickson dalam Komalasari (2013: 23), mengemukakakn lima strategi dalam mengimplementasikan CTL, yaitu:
1. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), pendekatan yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pendekatan ini meliputi mengumpulan dan menyatukan informasi, dan mempresentasikan penemuan.
2. Cooperative learning (pembelajaran kooperatif), pendekatan mengorganisasikan pembelajaran dengan mnggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan bembelajaran.
3. Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disipin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong isswa untuk bekerja menaidir membangun pembelajaran, dan akhirnya menghasilkan karya nyata.
4. Pembelajaran pelayanan (service learning), pendekatan yang menyediakan suatu aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan dan keterampilan baru untuk kebutuhan di masyarakat melalui proyek dan aktivitas.
5. Pembelajaran berbasis kerja (work-based learning), pendekatan di mana temapt kerja, atau seperi tempat kerja, kegiatan terintegrasi dengan materi di kelas untuk kepentingan para siswa dan bisnis.
2.3.5 Tahapan CTL
Untuk mencapai kompetensi yang sama dalam menggunakan konstekstual, maka guru melakukan langkah – langkah pembelajaran seperti di bawah ini.
a) Pendahuluan
1. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
2. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual: siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa.
3. Guru melakukan tanya jawab sekita tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
b) Inti Di lapangan, siswa melakukan hal – hal berikut:
1. Melakukan wawancara sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
2. Mencatat hal – hal yang mereka temukan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.
Di dalam kelas, siswa melakukan hal – hal berikut:
1. Mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing – masing.
2. Maleporkan hasil diskusi.
3. Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
c) Penutup
1. Dengan bantuan guru siswa menyimpulkasn hasil wawancara sekitar masalah sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
2. Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema materi pelajaran yang telah dipelajari.
2.3.6 Perbedaan CTL dengan Model Konvensional
Menurut Kesuma (2010: 85), adapun beberapa perbedaan CTL dengan model konvensional, yaitu:
Tabel 2.2 Perbedaan CTL dengan Model Konvensional
Model Konvensional Belajar berdasarkan pengalaman Belajar berdasarkan abstraksi nyata siswa Siswa berupaya mempelajari
Model CTL
Siswa berupaya mengetahui Siswa menemukan sendiri
Siswa diberitahu guru Siswa sebagai pusat
Guru sebagai pusat pembelajaran pembelajaran (siswa sebagai
(siswa sebagai objek ajar) subjek ajar) Guru memberikan penguatan
Guru memberikan kesimpulan Siswa memahami makna
Siswa menghafal materi pembelajaran
pembelajaran