Analisis Matriks

4.4.1 Analisis Matriks

Analisis matriks ini langsung difokuskan pada sektor pertanian berdasarkan hasil analisis keunggulan komparatif. Sektor pertanian merupakan sektor paling produktif karena menyumbang sampai 32% nilai PDRB Kabupaten Ponorogo. Dilihat dari aspek lahan, 65% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Ponorogo merupakan lahan pertanian dan 55% dari seluruh tenaga kerja bekerja di sektor pertanian.

4.4.1.1 Matriks Tingkat Kepentingan

Berikut merupakan matriks tingkat kepentingan yang menjelaskan keterkaitan antara kriteria dengan sub sektor yang telah ditentukan sebelumnya.

Tabel 4.16 Matriks tingkat kepentingan kriteria terhadap sektor pertanian Kabupaten Ponorogo

Kriteria/Sub Sektor aka

im luas

Jum N Indek Kependudukan 5 4,3 4,3 4,3 3,3 21 25 0,85

Kebijakan 5 4,7 4,7 4,7 3,7 23 25 0,91 Ekspor 3,3 3 3 3 3 15 25 0,61 Investasi 4 3,7 3,7 3,7 3,7 19 25 0,75 Teknologi 4,3 4 4 4 4 20 25 0,81 Infrastruktur 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 23 25 0,93

Jumlah 26 24 24 24 22 Nilai Maksimum 30 30 30 30 30 Indeks Evaluasi Kepentingan Sub Sektor 0,88 0,81 0,81 0,81 0,74

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Dari matriks tersebut, dapat ditarik kesimpulan mengenai urutan prioritas tingkat kepentingan kriteria terhadap sektor pertanian. Kriteria infrastruktur menjadi prioritas utama dengan nilai indeks kepentingan 0,93. Kriteria kebijakan menjari prioritas urutan kedua dengan nilai indeks kepentingan 0,91. Urutan ketiga adalah kriteria kependudukan dengan nilai indeks kepentingan 0,85. Urutan selanjutnya adalah kriteria teknologi dengan nilai indeks kepentingan 0,81. Urutan prioritas kelima yaitu kriteria investasi dengan nilai indeks kepentingan 0,75 dan urutan terakhir dengan nilai indeks kepentingan 0,61 yaitu kriteria ekspor.

Tabel 4.17 Urutan tingkat kepentingan kriteria dan sub sektor

Tingkat Kepentingan

Urutan Kriteria Sub Sektor

1 Infrastruktur Tanaman Bahan Makanan

2 Kebijakan Tanaman Perkebunan

3 Kependudukan Peternakan dan Hasil Lainnya

4 Teknologi Kehutanan

5 Investasi Perikanan

6 Ekspor

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Sedangkan prioritas pengembangan sub sektor dapat dilihat dari nilai indeks evaluasi kepentingan sub sektor. Prioritas pertama yaitu sub sektor tanaman bahan makanan dengan nilai indeks kepentingan 0,88. Urutan selanjutnya yaitu sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil lainnya dan sub sektor kehutanan dengan nilai indeks kepentingan yang sama yaitu 0,81. Urutan terakhir yaitu sub sektor perikanan dengan nilai indek kepentingan 0,74.

4.4.1.2 Matriks Tingkat Kekuatan

Berikut merupakan matriks tingkat kekuatan yang menjelaskan keterkaitan antara kriteria dengan sub sektor yang telah ditentukan sebelumnya. Khusus untuk tingkat kepentingan kriteria infrastruktur terhadap sub sektor tanaman bahan makanan, faktor yang digunakan untuk menunjukkan skor adalah kondisi jalan dan luas lahan sawah teknis (irigasi). Sedangkan untuk sub sektor yang lainnya menggunakan faktor kondisi jalan. Untuk skoring infrastruktur sendiri menggunakan kriteria sebagai berikut:

a. Angka 1 = 0% – 20% dari kondisi jalan keseluruhan dikategorikan baik/sedang dan/atau 0% – 20% luas lahan keseluruhan menggunakan sistem irigasi.

b. Angka 2 = 21% – 40% dari kondisi jalan keseluruhan dikategorikan baik/sedang dan/atau 20% – 40% luas lahan keseluruhan menggunakan sistem irigasi.

c. Angka 3 = 41% – 60% dari kondisi jalan keseluruhan dikategorikan baik/sedang dan/atau 41% – 60% luas lahan keseluruhan menggunakan sistem irigasi.

d. Angka 4 = 61% – 80% dari kondisi jalan keseluruhan dikategorikan baik/sedang dan/atau 61% – 80% luas lahan keseluruhan menggunakan sistem irigasi.

e. Angka 5 = 81% – 100% dari kondisi jalan keseluruhan dikategorikan baik/sedang dan/atau 81% – 100% luas lahan keseluruhan menggunakan sistem irigasi.

Tabel 4.18 Matriks tingkat kekuatan kriteria terhadap sektor pertanian Kabupaten Ponorogo

Kriteria/Sub Sektor il

Jum N Indek Kependudukan 4,7 4 4 4 3 20 25 0,79

Kebijakan 4,3 4,3 4 4 4 21 25 0,83 Ekspor 3,3 3 3 3 3 15 25 0,61 Investasi 4,3 4 3,7 3,7 3,7 19 25 0,77 Teknologi 4 3,3 3,3 3,3 3,3 17 25 0,69 Infrastruktur 4,5 4 4 4 4 20,5 25 0,82

Jumlah 25 23 22 22 21 Nilai Maksimum 30 30 30 30 30 Indeks Evaluasi Kekuatan Sub Sektor 0,84 0,77 0,74 0,73 0,70

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Panjang jalan raya di Kabupaten Ponorogo yang tergolong jalan kabupaten adalah 916,11 km. Sekitar 49,12% dari total panjang jalan kabupaten pada tahun 2013 adalah termasuk dalam kategori baik, 24,16 persen termasuk dalam kategori sedang, rusak ringan 16,64% dan rusak berat 10,08%. Kondisi jalan kabupaten yang rusak berat berkurang 5,48% yaitu dari 97,68 Km pada tahun 2012 menjadi 92,33 Km pada tahun 2013. Luas lahan sawah di Kabupaten Ponorogo adalah 34.638 Ha. Dari lahan sawah seluas itu terdapat 29.929 Ha atau 86,40% lahan sawah berpengairan teknis. Sisanya adalah lahan sawah berpengairan setengah teknis, non teknis, dan tadah hujan (Ponorogo Dalam Angka, 2014). Dengan begitu, skor untuk tingkat kekuatan infrastruktur terhadap sub sektor tanaman bahan makanan adalah 4,5 sedangkan untuk sub sektor lain mendapatkan skor 4.

Dari matriks tersebut, dapat ditarik kesimpulan mengenai urutan tingkat kekuatan kriteria terhadap sektor pertanian. Kriteria kebijakan menjadi urutan pertama dengan nilai indeks kekuatan 0,83. Kriteria infrastruktur menempati urutan kedua dengan nilai indeks kekuatan 0,82. Urutan ketiga adalah kriteria kependudukan dengan nilai indeks kekuatan 0,79. Urutan Dari matriks tersebut, dapat ditarik kesimpulan mengenai urutan tingkat kekuatan kriteria terhadap sektor pertanian. Kriteria kebijakan menjadi urutan pertama dengan nilai indeks kekuatan 0,83. Kriteria infrastruktur menempati urutan kedua dengan nilai indeks kekuatan 0,82. Urutan ketiga adalah kriteria kependudukan dengan nilai indeks kekuatan 0,79. Urutan

Sedangkan prioritas pengembangan sub sektor dapat dilihat dari nilai indeks evaluasi kekuatan sub sektor. Prioritas pertama yaitu sub sektor tanaman bahan makanan dengan nilai indeks kekuatan 0,84. Urutan selanjutnya yaitu sub sektor tanaman perkebunan dengan nilai indeks kekuatan 0,77, sub sektor peternakan dan hasil lainnyamenempati urutan ketiga dengan nilai indeks kekuatan 0,74 dan urutan keempat adalah sub sektor kehutanan dengan nilai indeks kekuatan0,73. Urutan terakhir yaitu sub sektor perikanan dengan nilai indek kekuatan 0,70.

Tabel 4.19 Urutan tingkat kekuatan kriteria dan sub sektor

Tingkat Kekuatan

Urutan Kriteria Sub Sektor

1 Kebijakan Tanaman Bahan Makanan

2 Infrastruktur Tanaman Perkebunan

3 Kependudukan Peternakan dan Hasil Lainnya

4 Investasi Kehutanan

5 Teknologi Perikanan

6 Ekspor

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121