Pengembangan Ekonomi Wilayah Kabupaten P

Berbasis Agropolitan

Ekonomi Wilayah

Disusun Oleh:

Wahyu Septiana

Nuri Iswoyo Ramadhani

Septiar Cahyo Purnomo

Farida Kusuma Wardhani

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hidayah dan rahmat-Nya sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ekonomi Wilayah yang berjudul “Pengembangan Ekonomi Wilayah Kabupaten Ponorogo Berbasis Agropolitan ” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Laporan ini tidak akan terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini tim penyusun menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg. sebagai dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Wilayah yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

2. Mbak Vely Kukinul Siswanto, ST, MT, MSc. sebagai dosen mata kuliah Ekonomi Wilayah yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini serta memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

3. Orang tua kami yang tak henti-hentinya memberi semangat dan mendoakan keberhasilan kami.

4. Pemerintah Kabupaten Ponorogo atas bantuan informasi dan data yang sangat bermanfaat bagi penelitian ini.

5. Teman-teman mahasiswa PWK ITS yang telah membantu kelancaran penyelesaian penelitian ini.

6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian laporan ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya terutama kami sebagai penulis.

Surabaya, 24 Mei 2015

Penyusun

1. BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam otonomi daerah, pemerintah daerah menuntut pemerintah kota atau kabupaten untuk aktif dan kreatif dalam membangun daerahnya masing-masing. Pembangunan daerah tersebut sepenuhnya menjadi hak dan tanggung jawab pemerintah Kabupaten dan Kota sesuai dengan potensi, kondisi, masalah, kebutuhan dan karakteristik masing-masing daerah. Agar pembangunan daerah dapat tercapi dengan optimal maka sudah menjadi kesepakatan perlunya perencanaan pembangunan daerah.

Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan dan juga untuk meningkatkan pelayanan kesempatan kerja serta kestabilan ekonomi untuk kemakmuran wilayah maupun masyarakatnya. Pembangunan tersebut dapat berupa pembangunan fisik maupun pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).

Masalah yang sering terjadi dalam pembangunan ekonomi adalah pada kebijakan pemerintah daerah yang sering kali tidak sesuai dengan potensi-potensi sumber daya yang dimiliki oleh daerah. Suatu daerah memiliki potensi yang berbeda-beda karena adanya perbedaan karakteristik sumber daya di masing-masing daerah. Perbedaan yang ada dapat menyebabkan tidak meratanya pembangunan antar daerah pada masing-masing sektor. Perbedaan ini dapat berdampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Sehingga pembangunan daerah yang ada harus sesuai dengan potensi dan karakteristik sumber daya yang ada pada daerah tersebut.

Pembangunan wilayah berbasis sumberdaya lokal juga diterapkan di Kabupaten Ponorogo. Di dalam RTRW disebutkan dalam visi penataan ruang wilayah Kabupaten Ponorogo adalah terwujudnya Ruag Wilayah Kabupaten Ponorogo sebagai pusat agropolitan dan agribisnis serta budaya unggulan di Jawa Timur. Sehingga dilakukan studi terkait pengembangan wilayah Kabupaten Ponorogo dalam bidang ekonomi yaitu terkait Pembangunan wilayah berbasis sumberdaya lokal juga diterapkan di Kabupaten Ponorogo. Di dalam RTRW disebutkan dalam visi penataan ruang wilayah Kabupaten Ponorogo adalah terwujudnya Ruag Wilayah Kabupaten Ponorogo sebagai pusat agropolitan dan agribisnis serta budaya unggulan di Jawa Timur. Sehingga dilakukan studi terkait pengembangan wilayah Kabupaten Ponorogo dalam bidang ekonomi yaitu terkait

1.2 Tujuan dan Sasaran Penulisan

Berdsarakan Latar Betujuan dari penulisan makalah ini adalah menganalisis persoalan ekonomi Kabupaten Ponorogo dan kemudian menyusun upaya dan rekomendasi untuk menangani persoalan tersebut. Adapun sasaran dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi faktor penyebab timbulnya persoalan ekonomi wilayah.

2. Menganalisis sektor-sektor potensial yang terdapat pada Kabupaten Ponorogo.

3. Menyusun upaya dan rekomendasi untuk mengatasi persoalan perekonomian Kabupaten Ponorogo.

4. Menyusun lesson learned terkait dengan upaya untuk mengatasi persoalan ekonomi wilayah yang telah dirumuskannya.

1.3 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang telah disusun untuk mempermudah pembaca memahami isi makalah adalah sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan,

pada bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, tujuan dan sasaran penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Kebijakan, berisi tentang tinjauan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan

perekonomian Kabupaten Ponorogo.

BAB III Gambaran Umum, berisi mengenai gambaran umum perekonomian dan potensi serta permasalahan perekonomian Kabupaten Ponorogo.

BAB IV Hasil Analisis,

berisi mengenai hasil analisis yang digunakan, yaitu analisis Location Quotient , analisis Shift Share dan analisis multisektor.

BAB V Konsep Pengembangan Wilayah, berisi tentang konsep pengembangan wilayah berbasis ekonomi yang dapat diterapkan di Kabupaten Ponorogo berdasarkan hasil analisis, yaitu konsep Agropolitan.

BAB VI Penutup, berisi mengenai kesimpulan dan lesson learned .

2. BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1 RPJMD Kabupaten Ponorogo 2010-2015

2.1.1 Visi dan Misi

Berdasarkan visi dan misi yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Ponorogo 2010-2015, terdapat misi dalam bidang perekonomian. Yaitu dalam misi no.2 “ Memacu pertumbuhan

ekonomi dan membuka lapangan kerja dalam rangka pengentasan kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat ” dengan tujuanmeningkatnya daya saing dan struktur ekonomi daerah. Berikut adalah indikator kerja dalam mewujudkan tujuan tersebut:

A. Pertumbuhan ekonomi atau Pertumbuhan PDRB

B. Pendapatan perkapita

C. PDRB per Kapita

D. Persentase penduduk miskin

E. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Meningkatnya daya saing dan struktur perekonomian daerah akan mendorong stabilitas perekonomian daerah. Pada sisi lainnya akan terjadi ekonomi biaya tinggi, yang akan memberikan efek terhadap tingginya pengangguran dan kemampuan daya beli masyarakat, apabila perekonomian daerah mengalami ketidakstabilan. Adalah sebagai suatu keberhasilan memanfaatkan peluang, atas tantangan terbesar yaitu terciptanya kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang diikuti dengan pemerataan pendapatan di masyarakat.

Kestabilan perekonomian daerah salah satu alat ukurnya adalah dengan menggunakan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000. Dengan demikian pertumbuhan PDRB dapat digunakan untuk mengukur intensitas kehidupan ekonomi masyarakat Kabupaten Ponorogo yang meliputi tiga sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Maka sangatlah tepat apabila meningkatnya daya saing dan struktur ekonomi daerah dikur dengan faktor PDRB.

Tujuan ini selanjutnya akan dijabarkan dalam sasaran-sasaran, yang menggambarkan keberhasilan penyelenggaraan Urusan Tenaga Kerja; Koperasi dan Usaha Kecil Menengah; Penanaman Modal; Ketahanan Pangan; Pertanian; Kehutanan; Energi dan Sumber Daya Mineral; Kelautan dan Perikanan; Perdagangan; Industri; dan Transmigrasi. Berikut ini adalah

11 sasaran dalam mewujudkan tujuan tersebut.

1. Meningkatnya kesempatan kerja dan kualitas calon tenaga kerja yang menggambarkan keberhasilan penyelenggaraan urusan tenaga kerja, dan diukur dengan

indikator:

 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja  Pencari Kerja yang Ditempatkan

Kebijakan: Perluasan kesempatan kerja melalui peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja Program Pemerintah Daerah: Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

2. Meningkatnya kualitas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah(UKM) yang menggambarkan keberhasilan penyelenggaraan urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah, dan diukur denganindikator:  Koperasi aktif  Usaha Mikro dan Kecil

Kebijakan: Revitalisasi kelembagaan dan usaha koperasi melalui pembinaan intensif Program Pemerintah Daerah: Program penciptaan iklim Usaha Kecil Menengah yang kondusif

3. Meningkatnya investasi di daerah yang menggambarkan keberhasilan penyelenggaraan urusan penanaman modal, dandiukur dengan indikator:

 Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah) Kebijakan:Meningkatkan investasi di daerah melalui instrumentasi prosedur pelayanan

investasi serta pengembangan kawasan industri dan infrastruktur Program Pemerintah Daerah:Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

4. Meningkatnya ketersediaan pangan utama masyarakat yang menggambarkan keberhasilan penyelenggaraan urusan ketahanan pangan, dan diukur dengan indikator:

 Regulasi ketahanan pangan  ketersediaan pangan utama

Kebijakan: Meningkatkan produksi dan ketersediaan pangan secara berkelanjutan melalui penganekaragaman pangan lokal, optimalisasi kelembagaan ekonomi pedesaan, dan fasilitasi modal usaha kelompok tani maupun UKM Program Pemerintah Daerah: Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan

5. Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman pangan yang menggambarkan keberhasilan penyelenggaraan urusan pilihan pertanian, dan diukur dengan indikator:

 Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar

 Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kebijakan: Meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian melalui penyediaan dan

pengembangan alat mesin pertanian (alsistan), peningkatan fasilitas kredit program bagi petani, dan perbaikan infrastruktur pertanian, Mengembangkan jaringan pemasaran produk pertanian melalui pola kemitraan dengan pihak III dan standarisasi mutu produk pertanian serta Optimalisasi sumberdaya pertanian baik penyuluh maupun petani, dan peningkatan gerakan budidaya pertanian organik Program Pemerintah Daerah: Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan

6. Meningkatnya fungsi pelestarian hutan yang menggambarkan keberhasilan penyelenggaraan urusan pilihan kehutanan, dandiukur dengan indikator:

 Rehabilitasi hutan dan lahan kritis  Kerusakan Kawasan Hutan Kebijakan: Optimalisasi pemanfaatan hutan dan lahan serta pengembangan hutan tanaman secara berkelanjutan Program Pemerintah Daerah: Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

7. Meningkatnya pengelolaan energi dan sumber daya mineraldaerah yang menggambarkan keberhasilan penyelenggaraan urusan pilihan energi dan sumber daya mineral, yang diukur denganindikator:

 Pertambangan tanpa ijin  Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB

Kebijakan: Meningkatkan pembinaan, pengawasan dan pendapatan di bidang pertambangan dan sumber daya mineral daerah Program Pemerintah Daerah: Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan

8. Meningkatnya produksi perikanan dan konsumsi ikan dimasyarakat yang menggambarkan keberhasilan penyelenggaraan urusan pilihan kelautan dan perikanan,

yang diukur denganindikator:

 Produksi perikanan  Konsumsi ikan

Kebijakan: Meningkatkan produksi perikanan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap perairan umum, kolam, laut dan tambak Program Pemerintah Daerah: Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan

9. Meningkatnya volume

menggambarkan keberhasilan penyelenggaraan urusan pilihan perdagangan, yangdiukur dengan indikator:

perdagangan

yang

 Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB  Ekspor Bersih Perdagangan

Kebijakan: Mengembangkan sistem pemasaran produk unggulan/andalan Program Pemerintah Daerah: Program Perlindungan Konsumen dan pengamanan perdagangan

10. Meningkatnya kuatitas dan kualitas hasil Industri unggulandaerah yang menggambarkan keberhasilan penyelenggaraan urusan pilihan industri, yang diukur

dengan indikator:

 Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB  Pertumbuhan Industri

Kebijakan: Mengembangkan industri kecil dan menengah Program Pemerintah Daerah: Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

11. Meningkatnya pelayanan transmigrasi dan kerjasama antardaerah bidang

transmigrasi yang menggambarkan keberhasilan penyelenggaraan urusan pilihan transmigrasi, yang diukur denganindikator:

 Transmigran Swakarsa Kebijakan: Meningkatkan kerjasama antar daerah tujuan transmigrasi dan

pemberangkatan calon transmigran yang sudah dilatih Program Pemerintah Daerah: Peningkatan kerjasama antar daerah tujuan transmigrasi dan pemberangkatan calon transmigran yang sudah dilatih

2.1.2 Strategi dan Arah Kebijakan

Selain menjelaskan tujuan Kabupaten Ponorogo di bidang ekonomi tersebut dan sasarannya, terdapat pula strategi dan arah pembangunan Kabupaten Ponorogoyang berhubungan dengan perekonomian, akan dijelaskan sebagai berikut.

Pada strategi pembangunan no.3 dijelaskan bahwa titik berat pembangunan mengarah ke wilayah perdesaan . Kondisi ini semakin dirasakan sebagai hal yang mendesak karena adanya ketimpangan dan kesenjangan yang nyata antara wilayah perdesaan dan perkotaan. Oleh karena itu untuk menjawab tantangan tersebut pada Pemerintahan Tahun 2010- 2015 titik berat pembangunan di Ponorogo berada di perdesaan. Hal ini bukan berarti pembangunan wilayah perkotaan akan diabaikan, akan tetapi prosentase pembangunan wilayah pedesaan akan lebih besar dibandingkan dengan wilayah perkotaan.

Sedangkan pada strategi pembangunan no.5 dijelaskan pembangunan ekonomi melalui pendekatan Pro Growth, Pro JobPro-Poor, Pro Gender dan Pro Enviroment . Melalui strategi pro growth , terjadi percepatan laju pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan perbaikan distribusi pendapatan ( growth with equity ). Percepatan laju pertumbuhan ini ditandai dengan makin banyaknya kesempatan kerja tercipta sehingga semakin banyak masyarakat Kabupaten Ponorogo yang dapat dilepaskan dari perangkap kemiskinan, serta memperkuat perekonomian untuk menghadapi berbagai goncangan. Hal ini menunjukkan bahwa strategi progrowth, pro jobs, pro poor, pro genderdan pro enviroment , telah memberikan arah Sedangkan pada strategi pembangunan no.5 dijelaskan pembangunan ekonomi melalui pendekatan Pro Growth, Pro JobPro-Poor, Pro Gender dan Pro Enviroment . Melalui strategi pro growth , terjadi percepatan laju pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan perbaikan distribusi pendapatan ( growth with equity ). Percepatan laju pertumbuhan ini ditandai dengan makin banyaknya kesempatan kerja tercipta sehingga semakin banyak masyarakat Kabupaten Ponorogo yang dapat dilepaskan dari perangkap kemiskinan, serta memperkuat perekonomian untuk menghadapi berbagai goncangan. Hal ini menunjukkan bahwa strategi progrowth, pro jobs, pro poor, pro genderdan pro enviroment , telah memberikan arah

pertumbuhanekonomi, melalui pengembangan agroindustri/ agrobisnis dengantetap

memperhatikan kelestarian lingkungan (pro enviroment) . Untuk mewujudkan strategi-strategi pembangunan ekonomi , hal yang akan dilakukan

adalah pemberdayaan rakyat. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat people-centered, participatory, empowering, dan sustainable. Konsep ini lebih luas dari semata memenuhi kebutuhan dasar ( basicneeds ) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut ( safety net ). Konsep ini berkembang dari upaya mencari strategi pembangunan alternatif, yang menghendaki adanya inclusive democracy,appropriate economic growth, kesetaraan gender, dan intergenerational equity. Upaya pemberdayaan masyarakat paling pokok adalah melalui peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke sumber-sumber kemajuan ekonomi, seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar

Strategi pembangunan daerah Kabupaten Ponorogo 2010-2015 yang bertumpu pada pemberdayaan rakyat ini dijalankan melalui model dual trackstrategy , di mana di satu sisi berupaya mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat, seperti hak atas pangan, pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi, pekerjaan, secara merata, berkualitas, dan berkeadilan, melalui keberpihakan kepada rakyat miskin ( pro-poor ) untuk menuju masyarakat Ponorogo sejahtera, makmur dan berakhlak, aman, berbudaya dan berkeadalian.

Di sisi lain, Kabupaten Ponorogo juga berupaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi

yang berkualitas dan berkelanjutan, terutama melalui pengembangan agroindustri/

agrobisnis dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Pemerataan pendapatan, melalui revitalisasi pertanian dan ekonomi pedesaan,

revitalisasi kelautan dan masyarakat pesisir, reformasi agraria, dan pengembangan infrastruktur pedesaan, akan meningkatkan penciptaan lapangan kerja, sehingga pada gilirannya dapat mengentas penduduk miskin. Dengan adanya pemerataan, maka akan tercipta landasan lebih luas bagi pertumbuhan,dan akan menjamin pertumbuhan berkelanjutan.

Pembangunan Kabupaten Ponorogo saat ini sedang mengalami tantangan serius berupa masalah kemiskinan dan ketertinggalan, serta dampak krisis ekonomi nasional maupun global.

Krisis ekonomi yang terjadi saat ini merupakan akibat masalah fundamental dan keadaan khusus ( shock ). Masalah fundamental itu adalah tantangan internal --berupa kesenjangan yang ditandai pengangguran, ketertinggalan, dan kemiskinan-- serta tantangan eksternal yakni upaya meningkatkan daya saing menghadapi era perdagangan bebas.

Pembangunan adalah milik rakyat, karenanya agenda pemulihan ekonomi harus berpihak kepada rakyat untuk mewujudkan kesejahteraan. Strategi pemberdayaan rakyat harus dipahami dan menjadi komitmen dalam penyelenggaraan kebijakan ekonomi melalui sistem perencanaan dan penganggaran pembangunan, maupun melalui upaya pemihakan pada ekonomi rakyat yang masih tertinggal dan rawan kondisi krisis.

Suatu konsep pembangunan yang berpihak pada rakyat, pro-poor, dengan memberi penekanan prioritas pada program pendidikan yang murah dan bermutu untuk semua demi peningkatan kualitas sumber daya manusia; program pembangunan kesehatan yang murah

dan berkualitas demi meningkatkan produktivitas sumber daya manusia; dan perluasan

lapangan kerja, terutama di sektor pertanian (agroindustri/agrobisnis), di mana sebagian terbesar masyarakat miskin Kabupaten Ponorogo berada, serta pemeliharaan lingkungan hidup untuk mencegah kerugian-kerugian sosial-ekonomi rakyat.

2.1.3 Kebijakan dan Program

Di dalam RPJMD Kabupaten Ponorogo 2010-2015 ini juga dijelaskan Agenda Utama Pembangunan Daerah Ponorogo 2011-2015. Terdapat 1 poin yang berhubungan dengan perekonomian, yaitu pada no. 2 “Memacu produk unggulan pertanian, yang menjadikanKabupaten Ponorogo sebagai ikon Wilayah Agropolitan,Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan,Pengembangan Iklim dan Perluasan Kesempatan Kerja danPengentasan Kemiskinan” . Program Prioritas Pembangunan yang berpihak kepada masyarakat disemua lapisan yaitu:

A. Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ponorogo Sejak tahun 2005- 2009 menunjukkan regresi linear menanjak positif. Kenaikan harga BBM merupakan pemicu utama (push factor) yang mendorong kenaikan barang-barang lainnya di pasaran. Multiplier effects yang terjadi adalah biaya transportasi menjadi naik sehingga menghambat distribusi barang- barang. Kegiatan pembangunan telah merangsang kegiatan berproduksi penduduk yang Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ponorogo Sejak tahun 2005- 2009 menunjukkan regresi linear menanjak positif. Kenaikan harga BBM merupakan pemicu utama (push factor) yang mendorong kenaikan barang-barang lainnya di pasaran. Multiplier effects yang terjadi adalah biaya transportasi menjadi naik sehingga menghambat distribusi barang- barang. Kegiatan pembangunan telah merangsang kegiatan berproduksi penduduk yang

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Ponorogo.

Sektor Pembangunan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Ponorogo sesuai dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu: Sektor Pertanian dalam arti luas (pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan). Sektor ini mepunyai kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi hampir 27.96 % dari total PDRB Kabupaten Ponorogo. Selain mempunyai kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo, sektor pertanian juga menjadi sumber penghasilan dan mata pencaharian utama masyarakat Ponorogo.

Problem utama sektor ini mulai dari pembiayaan produksi sampai dengan pasca produksi, yaitu dari problem pengadaan pupuk, pengadaan benih sampai dengan tata niaga pasca panen. Pada sektor pertanian, kenaikan BBM merangsang kenaikan harga pupuk dan alat-alat pertanian serta bibit tanaman pertanian sehingga berdampak terhadap tingkat produksi.Meskipun produk pertanian sangat tergantung dari kebijakan atau regulasi dari Pemerintah Pusat, akan tetapi konsep ke depan Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi regulasi-regulasi tersebut dengan cara memberikan kemudahan melalui pengamanan serta kontribusi APBD yang cukup, sehingga dari sistem distribusi pupuk sampai dengan sistem penyangga harga panen, akan meringankan beban petani serta meningkatkan pendapatan petani.

Untuk sektor peternakan dan perikanan, ditekankan pada pola produksi potensi peternakan dan perikanan, dengan cara pemberian kemudahan serta pemerataan pengembangannya tidak hanya di daerah tertentu saja. Selain telaga Ngebel, sektor perikanan dapat dikembangkan di daerah yang mempunyai air cukup, waduk, embung dan aliran sungai yang berpotensi. Pengembangan peternakan juga masih dimungkinkan pengembangannya di daerah yang belum tersentuh untuk produksi peternakan sapi, kambing dan ternak lainnya, sehingga ke depan daerah Ponorogo menjadi sentra ternak

yang cukup besar.

Sektor Perdagangan dan Jasa ini diharapkan dapat menyumbang kontribusi pertumbuhan ekonomi sebesar 25,18 % dari total PDRB Kabupaten Ponorogo. Hal yang Sektor Perdagangan dan Jasa ini diharapkan dapat menyumbang kontribusi pertumbuhan ekonomi sebesar 25,18 % dari total PDRB Kabupaten Ponorogo. Hal yang

Penciptaan iklim investasi yang kondusif dan pembenahan tahapan perizinan dengan memotong proses yang menghambat alur investasi atau penyederhanaan prosedur perizinan, dapat menjadi dayarangsang meningkatnya iklim investasi di Kabupaten Ponorogo. Pembenahan Infrastruktur yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi, di mana infrastruktur untuk akses ekonomi yang tinggi perluditingkatkan baik akses jalan, maupun fasilitas umum lainnya.

B. Penyediaan Lapangan Kerja

Salah satu sasaran pembangunan ketenaga kerjaan adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Penempatan dan penggunaan SDM serta peningkatan hasil-hasilnya apabila dikembangkan secara efektif akan sangat mendukung proses gerak langkah pembangunan. Dengan demikian keberhasilan pembangunan tidak semata terlihat pada tercapainya hasil-hasil pembangunan, akan tetapi juga banyaknya SDM yang terlibat di dalamnya. Pada kenyataannya tidak mudah mengadakan penyediaan lapangan kerja bagi golongan penduduk usia angkatan kerja yang setiap tahunnya semakin bertambah.

Menurut konsep Labor Force (yang telah disempurnakan), penduduk umur 10 tahun ke atas dapat dirinci menjadi Angkatan Kerja (AK) dan Bukan Angkatan (BAK). Angkatan Kerja adalah penduduk umur 10 tahun ke atas yang yang bekerja, mencari pekerjaan dan sementara tidak bekerja. Sedangkan penduduk umur 10 tahun ke atas yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan mempunyai aktivitas lain dikategorikan sebagai Bukan Angkatan Kerja. Ketenagakerjaan merupakan aspek yang cukup penting karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Beberapa faktor penting yang perlu dikaji dalam aspek ketenagakerjaan antara lain adalah keadaan angkatan kerja, penyerapan tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan, staus pekerjaan dan lamanya jam kerja.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan proporsi Angkatan Kerja yang dinyatakan dalam persen, dengan demikian TPAK dapat menggambarkan berpa persen penduduk umur 10 tahun ke atas yang merupakan angkatan kerja pada waktu tertentu. Indikator lainnya dalam bidang ketenagakerjaan adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengangguran terbuka di kalangan angkatan kerja. Terlihat bahwa angka TPT di Kabupaten Ponorogo tahun 2009 sekitar 3.45 persen, yang berarti dari 100 angkatan kerja secara rata-rata terdapat antara 3 sampai 4 orang yang sedang mencari pekerjaan. Kondisi lapangan kerja di Ponorogo dalam lima tahun ini masih besar jumlah pengganggurannya, hal ini dapat dilihat dari angka angkatan kerja terbuka yang mencapai sekitar 4,087 persen, karena usia angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada. Kondisi ini tentunya akan menyebabkan jumlah pengangguran semakin meningkat. Dengan angka pengangguran yang tinggi, maka tingkat kerawanan sosial juga akan semakin meningkat. Oleh sebab itu kebijakan Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam lima tahun ke depan adalah mengurangi tingkat pengangguran dengan tindakan yang nyata terhadap simpul-simpul pengangguran. Pengurangan penggangguran akan dapat mendorong terjadinya kondisi yang cukup kondusif di Ponorogo, serta bisa menumbuhkan peluang usaha dan membuka lapangan kerja. Oleh sebab itu diperlukan penciptaan dunia usaha di tingkat mikro dan

menengah melalui pembenahan pada bidang peningkatan sumber daya dan ketrampilan, menciptakan sentra usaha potensial di setiap kecamatan serta pembukaan pangsa pasar yang kompetitif di semua jalur tingkatan.

Hal yang perlu juga dibenahi adalah konsep pertumbuhan ekonomi bidang perdagangan dan jasa. Selain ituperlu juga adanya pembenahan pola-pola pelatihan ketrampilan,

peningkatan pengetahuan manajemen, membuat jaringan pasar yang kuat, akses perolehan modal yang mudah, serta yang paling pokok adalah menumbuhkan jiwa

entrepreneurship yang tinggi bagi masyarakat. Penyediaan anggaran lebih diarahkan pada pemberian subsidi dan optimalisasi tempat-tempat yang dapat menciptakan kewirausahaan baru, seperti Balai Latihan Kerja, kursus pendidikan ketrampilan, sekolah kejuruan agar dapat mebuka chanelling kepada pusat usaha di luardaerah.

Dengan demikian maka akan muncul dunia usaha baru, dan tentunya akan membuka peluang usaha yang berpengaruh pada menurunnya angka pengangguran, serta dapat meningkatkankesejahteraan masyarakat Kabupaten Ponorogo. Untuk pembukaan lapangan kerja baru juga dapat direalisasikan melalui optimalisasi hasil pendapatan TKI yang sangat besar untuk mengerakkan pembangunan, dimana hasil devisa TKI di Ponorogo diperkirakan kurang lebih Rp.900.000.000.000,00 (sembilan ratus milyard) pertahun. Ini merupakan potensi yang cukup besar dan dapat dinjadikan investasi guna dikembangkan menjadi modal usaha bagi TKI pasca kepulangannya. Pemerintah Daerah akan memberikan fasilitas dengan pemberian pengetahuan manajemen usaha dan

ketrampilan.

C. Pengentasan Kemiskinan

Dari sisi kuantitas, angka kemiskinan yang ada di Ponorogo dalam kurun lima tahun terakhir ini (tahun 2005-2010) masih cukup besar. Kondisi ini menjadi permasalahan yang mendasar bagi pemerintah Kabupaten Ponorogo. Program lima tahun ke depan pada tahun 2010- 2015 diharapkan dapat berkurang sehingga pada tahun 2015 dibawah sebesar 10 %, yaitu melalui program pendekatan secara lintas bidang dan sektor, karena dengan kebijakan yang parsial tentunya tidak akanefektif bahkan cenderung sia-sia. Oleh karena itu, perlu adanya penanganan yang terkoordinasi di segala bidang, baik itu pembangunan

pelayanan dasar, pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, pembangunan politik

dan pembangunan budaya serta pembangunan hukum, hal ini dilakukan untuk mencapai keharmonisan dan efektifitas program. Dalam upaya melaksanakan koordinasi penanganan kemiskinan di Kabupaten Ponorogo telah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten/ Kota yang dipimpin oleh Wakil Bupati. Pembentukan TKPK merupakan bentuk komitmen pemerintah Daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dan bentuk sinergi dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengurangan kemiskinan akan dicapai apabila terjadi peningkatan pembangunan di bidang:

 Pembangunan pelayanan dasar yang meliputi pendidikan, kesehatan, sandang, pangan, dan sebagainya. Bidang ini harus terpenuhi dan ditingkatkan dalam rangka membentuk pembangunan manusia yang baik.

 Pembangunan ekonomi ditingkatkan melalui bidang infrastruktur, iklim investasi yang kondusif, peningkatan perdagangan dan jasa, pertanian yang menyeluruh, pariwisata, ketahanan fiscal atau ketahanan anggaran, pembangunan bidang ini akan sangat

berpengaruh pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.  Pembangunan Sosial, pembangunan bidang ini di tingkatkan melalui penguatan

masyarakat dengan pola pemberdayaan masyarakat yang mandiri, perlindungan sosial (akses pendidikan, kesehatan yang cukup terjangkau), bantuan sosial, pelayanan sosial /publik. Pembangunan ini untuk memenuhi rasa keadilan sosial di masyarakat. Pembangunan

merupakan salah satu bagian yang penting meliputi pencapaian good governace, anti korupsi, budaya kearifan lokal. Semua ini ditingkatkan dalam rangka membentuk nation and character building atau pembentukan karakter bangsa yang berbudaya.

 Pembangunan Politik, di tingkatkan pembangunan politik yang bermartabat, beretika guna mencapai kondisi demokrasi yang berbudaya.

 Pembangunan Hukum, kepastian hukum di setiap sendi kemasyarakatan dan

pemerintahan, sehingga timbul rasa adil, rasa aman dan keamanan dimasyarakat.

2.2 RTRW Kabupaten Ponorogo

2.2.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi

Kebijakan Penataan Ruang terkait dengan agropolitan adalah sebagai berikut:

1. pengembangan produk unggulan Kabupaten Ponorogo dalam mendorong perwujudan sistem agropolitan;

2. pengembangan industri pengolah hasil pertanian dalam mendukung percepatan perwujudan agropolitan;

3. menetapkan prioritas pengembangan kawasan agropolitan dengan mengarahkan pada wilayah Kecamatan Ponorogo Barat dan Timur serta Kecamatan Ngebel;

Strategi untuk mengembangkan produk unggulan kabupaten Ponorogo dalam mendorong perwujudan sistem agropolitan meliputi:

a. mengembangkan pertanian unggulan daerah;

b. membentuk sentra produksi pertanian unggulan;

c. meningkatkan infrastruktur pertanian dalam mendorong agropolitan;

d. menetapkan lahan pangan berkelanjutan di Kabupaten Ponorogo; serta

e. mempertahankan fungsi kawasan penghasil produk unggulan dan pendukung agropolitan di Kabupaten Ponorogo.

Strategi untuk mengembangkan kawasan perdesaan dalam menunjang pengembangan wilayah sekaligus untuk mengurangi kesenjangan yang ada melalui:

a. menetapkan prioritas pengembangan kawasan agropolitan dengan mengarahkan pada wilayah Kecamatan Ponorogo Barat dan Timur serta Kecamatan Ngebel

Strategi untuk mengembangkan infrastruktur wilayah dalam bidang agropolitan adalah mengembangkan sistem jaringan prasarana sumber daya air:

a. mengoptimalisasikan Sumber Air baku untuk kegiatan permukiman;

b. melindungi sumber-sumber mata air dan daerah resapan air, Pengembangan waduk baru, bendung, dan cek dam pada kawasan potensial;

c. mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi dan Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air; c. mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi dan Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air;

e. membangun embung dan sudetan untuk mengurangi banjir akibat luapan air sungai. Strategi untuk mengembangkan kawasan pertanian yang didukung industri pengolahan

hasil pertanian

a. mengembangkan potensi lahan basah dan lahan kering dalam menunjang penyediaan lahan pertanian,

b. mengembangkan produk unggulan daerah melalui komoditas yang dapat diolah menjadi agroindustri; serta

c. memperluas jaringan pemasaran hasil agroindustri Strategi untuk mengembangkan kawasan strategis dalam mendorong pengembangan

wilayah meliputi mengembangkan kawasan agropolitan di Kabupaten Ponorogo yang terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Ponorogo dan Kecamatan Ngebel sebagai kawasan strategi ekonomi.

2.2.2 Rencana Struktur Ruang Agropolitan

Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi akan akan dilengkapi sarana dan prasana produksi, juga pasar komoditas unggulan. Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui pengolahan akan dilakukan pengembangan industri kecil dengan membentuk sentra industri kecil. Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan, yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. Zona pengembangan agropolitan di Kabupaten Ponorogo adalah di Kecamatan Babadan, Kecamatan Sukorejo, dan Kecamatan badegan dengan pusat di Kecamatan Ponorogo. Sedangkan wilayah pendukung sebagai penghasil komoditi adalah di Kecamatan Pulung, Kecamatan Kenangan, Kecamatan Babatan, Kecamatan Balaong dengan komoditi Jagung. Kecamatan Pulung, Kecamatan Jenangan, Kecamatan Babatan, Kecamatan Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Kauman, Kecamatan Balong dan Kecamatan Slahung adalah komoditi Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi akan akan dilengkapi sarana dan prasana produksi, juga pasar komoditas unggulan. Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui pengolahan akan dilakukan pengembangan industri kecil dengan membentuk sentra industri kecil. Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan, yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. Zona pengembangan agropolitan di Kabupaten Ponorogo adalah di Kecamatan Babadan, Kecamatan Sukorejo, dan Kecamatan badegan dengan pusat di Kecamatan Ponorogo. Sedangkan wilayah pendukung sebagai penghasil komoditi adalah di Kecamatan Pulung, Kecamatan Kenangan, Kecamatan Babatan, Kecamatan Balaong dengan komoditi Jagung. Kecamatan Pulung, Kecamatan Jenangan, Kecamatan Babatan, Kecamatan Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Kauman, Kecamatan Balong dan Kecamatan Slahung adalah komoditi

1. Pengembangan terminal agribisnis di Kecamatan Ponorogo dan Kecamatan Ngebel untuk mendukung pengembangan kegiatan agropolitan, yang terdiri dari:

 Terminal agribisbis di Kecamatan Ponorogo  Sarana penunjang kegiatan wisata alam dan agrowisata di Desa Ngebel  Pasar penunjang kegiatan perikanan di Telaga Ngebel  Jaringan jalan dari kawasan pertanian menuju pusat agropolitan  Sarana pendidikan pertanian

2. pengembangan jaringan jalan lokal primer yang akan menghubungkan antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya serta wilayah kabupaten yang bersebelahan

 Babadan-Kabupaten Madiun  Jalan Lingkar Babdan-Ngebel-Pulung-Mlarak-Ponorogo  Ponorogo-Badegan-Wonogiri  Sawoo-Tulungagung

3. Pembangunan jalan sirip & tembus serta Pembangunan Jalan Lingkar Wilis(Pulung – Ngebel – Pudak)

4. Teknologi pengolahan produk hasil pertanian, seperti teknologi pengemasan, pengolahan ikan, pengolahan jagung, pengolahan coklat, buah dll.

5. Pengembangan akomodasi wisata berupa hotel/penginapan, restoran/rumah makan serta Tourism Information Center di Kecamatan Ponorogo.

Gambar 2.1 Konsep pengembangan kawasan agropolitan dan kawasan pendukungnya Sumber: RTRW Kabupaten Ponorogo tahun 2012-2032

Berdasarkan hasil analisa dengan metode LQ yang dilakukan bahwa komoditi jagung merupakan komoditi yang dapat diangkat menjadi produk unggulan prioritas karena berdasarkan analisa keterkaitan dan rantai kegiatan serta kreteria yang disebutkan diatas komoditas ini mempunyai rantai kegiatan yang mempunyai multiplayer efek yang sagat besar terhadap perkembangan ekonomi di Kabupaten Ponorogo. Produksi Komoditi Jagung tertinggi terjadi pada bulan Januari sampai dengan Mei dengan nilai sebesar 200 ton / hari.

Gambar 2.2 Diagram model agribisnis kawasan agropolitan Sumber: RTRW Kabupaten Ponorogo tahun 2012-2032

Gambar 2.3 Lokasi strategis pengembangan komoditi jagung Sumber: RTRW Kabupaten Ponorogo tahun 2012-2032

Gambar 2.4 Kebutuhan Sarana Prasarana Pendukung Kegiatan Agropolitan Sumber: RTRW Kabupaten Ponorogo tahun 2012-2032

Gambar 2.5 Rencana pengembangan sistim perdesaan Sumber: RTRW Kabupaten Ponorogo tahun 2012-2032

Rencana Fungsi Pusat Pelayanan

A. Pusat Kegiatan Lokal Promosi(PKLp) Perkotaan Pulung

Pusat Pelayanan Lokal Promosi (PKLp) Perkotaan Pulung ini meliputi Kecamatan Sooko, Kecamatan Pulung dan Kecamatan Ngebel dan Kecamatan Pudak, dengan Kecamatan Pulung sebagai pusat pelayanannya. Fungsi pusat pelayanan ini adalah sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa skala lokal,pusat agropolitan dan pusat kesehatan skala lokal.

Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di PKLp Pulung ini salah satunya adalah pusat Industri / Pemasaran hasil pertanian ( Industri hasil Pertanian, pusat pemasaran pertanian ).

B. Pusat Kegiatan Lokal Promosi(PKLp) Perkotaan Slahung

Pusat Pelayanan Lokal Promosi (PKLp) Perkotaan Slahung ini meliputi Kecamatan Balong, Kecamatan Slahung dan Kecamatan Ngrayun, dengan Kecamatan Slahung sebagai pusatnya. Fungsi pusat ini adalah sebagai sub pusat pengembangan kawasan agropolitan untuk kegiatan off farm dan pusat perdagangan dan jasa skala lokal / kecamatan.

Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di PKLp Slahung salah satunya adalah pemasaran hasil pertanian ( Industri hasil Pertanian, pusat pemasaran pertanian ).

C. Pengembangan Fasilitas Kawasan Perkotaan

Pusat Pelayanan PKL Perkotaan Ponorogo dengan kecamatan pendukung Ponorogo (sebagai Pusat Pelayanan dan Ibukota Kabupaten) membutuhkan fasilitas untuk pusat pengelolaan hasil produksi pertanian (Pusat Agropolitan) atau sub terminal agrobisnis.

Pusat Pelayanan PKLp Perkotaan Pulung dengan Kecamatan Pulung sebagai pusat pelayanan membutuhkan Pasar agro dan fasilitas untuk Pusat Indusri/Pemasaran Hasil Pertanian (Industri Hasil Pertanian, Pusat Pemasaran Pertanian (zona Agropolitan).

2.2.3 Rencana Pola Ruang

A. Kawasan Hortikultura

Sentra produk hortikultura di Kabupaten Ponorogo adalah di Kecamatan Pudak dengan hasil hortikultura yang dihasilkan adalah bawang merah, buncis, kobis, sawi, wortel, bawang daun, penggasil produk horti kedua adalah Kecamatan Ngebel dengan jenis sayuran bawang Sentra produk hortikultura di Kabupaten Ponorogo adalah di Kecamatan Pudak dengan hasil hortikultura yang dihasilkan adalah bawang merah, buncis, kobis, sawi, wortel, bawang daun, penggasil produk horti kedua adalah Kecamatan Ngebel dengan jenis sayuran bawang

Pengembangan kawasan dilakukan dengan:

1. Pada zona pengenbangan agropolitan dikembangkan sarana dan prasarana pengelolahan hasil produksi

2. Pengembangan sistem agropolitan khusus sentra akomodasi pertanian diletakan pada zona pengembangan agro;

3. pengembangan sektor pertanian untuk kegiatan agrobis dari bahan pertanian mencadi bahan jadi yang siap untuk dipasarkan;

4. pengelolahan komoditas unggulan dengan pemasaran nasional . Adapun arahan pengelolaannya kawasan hortikultura adalah:

1. kawasan hortikultura sebagai penunjang komoditas unggulan di Kabupaten Ponorogo dengan memperhatikan supply dan permintaan pasar untuk penstabilan harga produk.

2. Lebih mengutamakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan memiliki kemampuan pemasaran yang luas.

3. kawasan ini sebaiknya tidak dialih fungsikan kecuali untuk kegiatan pertanian dengan catatan mempunyai nilai ekonomis tinggi dan memiliki kemampuan penyerapan tenaga kerja yang lebih luas;

4. beberapa bagian hortikultura khususnya sayuran terletak pada ketinggian 1000m dpl; dan banyak memiliki kelerengan 40%. Kawasan ini harus ditingkatkan konservasinya secara teknis dan vegetatip.

5. kawasan hortikultura buah-buahan harus ditingkatkan nilai ekonomisnya dengan mengembalikan komoditas yang sudah mulai hilang misalnya durian dan manggis yang sebagian besar di Kecamatan Ngebel.

B. Kawasan Peruntukan Perkebunan

Lokasi perkebunan di Kabupaten Ponorogo banyak terdapat di Kecamatan Ngayun, Kecamatan Slahung, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Sambit, Kecamatan Sawo, Kecamatan Pulung dan Mlarak dimana untuk pemanfaatan dilakukan dengan peningkatan produktivitas dan perlindungan kawasan.

Secara keseluruhan luas lahan perkebunan di Kabupaten Ponorogo mencapai 21,74 % dari luas wilayah Kabupaten Ponorogo atau sebesar 28.22.5 Ha dengan rincian perkebunan kelapa 2.086,62 Ha, cengkeh 1.621,03 Ha, kopi arabika 53,64 Ha, kopi robusta 213,04 Ha, jambu mente 737,66 Ha, kapuk randu 1.405,48 Ha,tembakau virginia 35 Ha, tembakau jawa 40 Ha. Janggelan 185 Ha, tebu 2.184,92 Ha, panili 11,78 Ha, lada 4,59 Ha, kakao 55,49, dan cabe jamu 15 Ha.

Kabupaten Ponorogo merupakan bagian dari Kimbun Lawu bersama dengan Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi, dimana sesuai dengan RTRW

Provinsi Jawa Timur dengan rencana Pengembangan pertanian dan perkebunan serta home

industry yang merupakan bagian dari Kimbun Lawu dengan komoditi yang dikembangkan antara lain kopi, tebu, kakao, kelapa dan cengkeh, serta bagian dari Kimbun Wilis bersama Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kediri, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten dengan komoditas yang dikembangkan meliputi kopi, tebu, kakao dan kelapa

Pada beberapa lokasi perkebunan yang saat ini digunakan untuk pertanian tanaman semusim akan dilakukan pengembalian kepada fungsi perkebunan dengan pengelolaan bersama masyarakat. Berbagai cara dalam pemanfaatan perkebunan antara lain adalah :

1. Pengembangan perkebunan dilakukan dengan mengembangkan industri pengolahan hasil komoditi diarahkan pada Kecamatan Sambit, Sawoo, Pulung, Mlarak, Siman, Jetis dan Kecamatan Bedegan;

2. Pengembangan fasilitas sentra produksi dan pemasaran pada pusat kegiatan ekonomi di Kecamatan Ponorogo sebagai pusat dari kegiatan agropolitan di Kabupaten Ponorogo;

3. Pengembangan perkebunan, misalnya merehabilitasi tanaman perkebunan yang rusak atau pada area yang telah mengalami kerusakan yaitu mengembalikan fungsi perkebunan yang telah berubah menjadi peruntukan lainnya, khususnya yang telah berubah menjadi area pertanian tanaman pangan;

4. Pengembangan kawasan-kawasan yang berpotensi untuk tanaman perkebunan sesuai dengan rencana, seperti kelapa, cengkeh, tembakau, kopi, jahe, panili, teh, dan cokelat;

5. Pengembangan kawasan-kawasan potensi untuk pertanian pangan lahan kering;

6. Pengembangan pasar produksi perkebunan; serta

7. Pengolahan hasil perkebunan terutama dengan membentuk keterikatan antar produk.

Adapun arahan pengelolaan perkebunan di Kabupaten Ponorogo diarahkan sebagai berikut :

1. Kawasan perkebunan yang dikembangkan di Kecamatan Sambit, Sawoo, Pulung, Mlarak, Siman, Jetis dan Kecamatan Bedegan tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan yang lain, dan dapat ditingkatkan perannya sebagai penunjang pariwisata dan penelitian;

2. Perkebunan yang juga memiliki fungsi perlindungan kawasan seperti di Kecamatan Pudak, Kecamatan Pulung dan Kecamatan Ngebel, sebagian merupakan kawasan yang telah dialihfungsikan menjadi tanaman semusim. Lokasi ini harus dikembalikan menjadi perkebunan kembali dengan melibatkan masyarakat;

3. Peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan melalui peningkatan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kawasan masing-masing; serta

Penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air, juga perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan keindahan/estetika.

C. Kawasan PeruntukanPeternakan

Ternak besar (sapi potong dan sapi perah) terdapat di Kecamatan beberapa kecamatan diantaranya adalah di Kecamatan Kauman, Kecamatan Ngebel, Kecamatan Pulung, Kecamatan Sooko, Kecamatan Slahung dan Kecamatan Pudak. Sedangkan untuk pengembangan ternak kecil (ayam ras, ayam buras/kampung) pendistribusian sudah cukup merata pada masing- masing kecamatan yang ada di Kabupaten Ponorogo dan setiap penduduk rata-rata memiliki ternak ini meskipun dalam jumlah kecil.

Pengembangan komoditas ternak yang dapat berfungsi sebagai lokomotif benggerak pertumbuhan dan perkembangan di bidang peternakan. Pengembangan kawasan peternakan di Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut :

Pengembangan sentra ternak sapi perah dikaitkan dengan konsep agropolitan keterkaitannya dengan pengembangan komoditas jagung sebagai produk unggulan.

Pengembangan kawasan ternak unggulan

Kawasan peternakan diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat distribusi pakan ternak;

Kawasan ternak unggas banyak tersebut di permukiman penduduk harus dipisahkan dari permukiman penduduk untuk mencegah penyebaran penyakit ternak seperti flu burung; serta

Peningkatan nilai ekonomi ternak dengan mengelola dan mengolah hasil ternak, seperti pembuatan industri pengolah hasil ternak, mengolah kulit, dan industri lainnya.

Adapun arahan ngengelolahan peternakan di Kabupaten Ponorogo adalah:

1. Meningkatkan kegiatan peternakan secara alami dengan mengembangkan dan pada beberapa bagian dapat menyatu dengan kawasan perkebunan atau kelautan

2. Kawasan peternakan dalam skala besar dikembangkan pada lokasi tersendiri jauh dari permukiman diharapkan mempunyai keterkaitan dengan kawasan pengembangan agropolitan pada kawasan pendukung kecamatan penghasil hasil pertanian

3. mengolah hasil ternak sehingga memiliki nilai ekonomis tinggi, pengembangan ternak unggulan, ternak sapi jawa dan kambing etawa Rencana pengelolaaan kawasan industri yang berhubungan dengan agropolitan adalah industri yang dikembangkan harus mempunyai keterkaitan proses dengaN komoditas yang ada di Kabupaten Ponorogo konsep agropolitan.

Sedangkan arahan pengelolaan kawasan pariwisata alam meliputi pembentukan pengembangan pariwisata dengan sistem unggulan dan pembuatan paket-paket wisata yang beragam pada wisata alam, dengan yakni Ecotourism dan Agrotourism Ngebel.

Gambar 2.6 Linkage System Wisata Alam dan Wisata Pertanian Sumber: RTRW Kabupaten Ponorogo tahun 2012-2032

2.2.4 Penetapan Kawasan Strategis

Untuk mewujudkan Kabupaten Ponorogo sebagai Kabupaten yang produktif yang bertumpu pada Agropolitan maka kawasan Ponorogo Barat dan Ponorogo Utara dipusatkan sebagai lokasi pengembangan Agropolitan dengan asumsi tersedianya lahan untuk pengembangan dan lokasinya yang strategis.

Adapun produk unggulan dari kawasan agropolitan di Kabupaten Ponorogo antara lain adalah jeruk keprok, durian, manggis, jagung dan padi. Sedangkan untuk industri rumah tangga, buah – buahan hasil perkebunan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan kripik, dodol dan manisan yang biasanya disebut juga Off Farm (kegiatan pertanian diluar kegiatan produksi)

Kawasan Strategis Ekonomi

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121