PENGARUH SOSIALISAI BELA NEGARA TERHADAP SIKAP BELA NEGARA GURU SEKOLAH DASAR DI JAKARTA (STUDI EKSPLANATORI DI DIREKTORAT BELA NEGARA KEMENTRIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA)
Tabel. 4.1. Hasil Uji hipotesis minor
pengaruh signifikan faktor
pemateri pada sosialisasi bela negara
terhadap aspek kognisi sikap bela negara guru sekolah dasar di Jakarta.
H o diterima
Tidak Signifikan
Terdapat pengaruh signifikan
terhadap aspek kognisi sikap bela negara guru sekolah dasar di Jakarta.
H o ditolak
Signifikan
Terdapat pengaruh signifikan
terhadap aspek afeksi sikap bela negara guru sekolah dasar di Jakarta.
H o ditolak
Signifikan
Terdapat pengaruh
dan jabatan tinggi yang dimiliki oleh
signifikan faktor
pemateri, terbukti tidak memberi pengaruh
materi pada
signifikan terhadap aspek kognisi
sosialisasi bela
4. negara terhadap
Signifikan
H o sikap bela negara peserta sosialisasi.
ditolak
Aspek kognisi peserta sosialisasi justru
aspek afeksi sikap
bela negara guru
lebih terpengaruh ketika pemateri
sekolah dasar di
menyampaikan materi mengenai sikap
Jakarta.
bela negara. Dapat diasumsikan, keyakinan
Terdapat pengaruh
peserta sosialisasi terhadap sikap bela
signifikan faktor
negara bukan disebabkan oleh pengaruh
pemateri pada sosialisasi
langsung dari pemateri, tetapi melalui
bela
5. negara terhadap
pengaruh tidak langsung, yaitu pada saat
ditolak
Signifikan
aspek konasi sikap
pemateri menyampaikan materi sosialisasi
bela negara guru
bela negara. Dari hasil penelitian diketahui
sekolah dasar di
bahwa sebagian besar peserta sosialisasi
Jakarta.
menganggap pemateri memiliki keahlian
Terdapat pengaruh signifikan
faktor
tinggi dalam menyampaikan materi
materi pada
sosialisasi bela negara. Dapat dilihat dari
sosialisasi bela
H tingginya frekuensi jawaban peserta yang
o ditolak
6. negara terhadap
Signifikan
menyatakan pemateri dapat menyampaikan
aspek konasi sikap
materi sosialisasi bela negara secara
bela negara guru sekolah dasar di
lengkap, mampu menjawab pertanyaan
Jakarta.
yang diajukan peserta sosialisasi secara lugas,
dan
berpengalaman dalam
menyampaikan materi sosialisasi bela negara secara variatif serta tidak monoton.
Dari tabel diketahui terdapat enam Menurut Kelman dan Hovland (1953), pada
hipotesis minor yang terdiri dari tiga hipotesis proses komunikasi dengan sumber yang
minor mengenai faktor pemateri terhadap berkredibilitas tinggi, setelah melewati
aspek kognisi, afeksi, dan konasi sikap bela rentang waktu, penerima pesan tidak lagi
negara peserta sosialisasi, dan tiga hipotesis menghubungkan sumber dengan isi pesan. minor mengenai faktor materi terhadap
Ini sesuai dengan apa yang disebut Kelman aspek kognisi, afeksi, dan konasi sikap bela
dan Hovland (1953) sebagai “Sleeper negara peserta sosialisasi. Analisis mengenai
Effect”. Hasil pengujian hipotesis juga hipotesis minor adalah sebagai berikut :
menunjukkan bahwa meskipun tanggapan
1. Pada hipotesis minor pertama, dari peserta sosialisasi terhadap pemateri pengujian melalui analisis jalur diperoleh
adalah positif, tetapi kontribusi faktor nilai t hitung sebesar 1.710, yang berarti lebih
pemateri terhadap aspek kognisi sikap kecil dari t tabel sehingga dinyatakan bahwa
bela negara peserta lebih kecil apabila
H 0 diterima. Hasil pengujian hipotesis dibandingkan dengan kontribusi faktor mengindikasikan faktor pemateri pada
materi pada sosialisasi bela negara. sosialisasi bela negara tidak berpengaruh
signifikan terhadap aspek kognisi sikap 2. Pada hasil pengujian hipotesis minor kedua diperoleh nilai t hitung sebesar 4.622,
bela negara guru sekolah dasar di Jakarta. yang berarti lebih besar dari t tabel sehingga
Data penelitian menunjukkan pemateri dinyatakan bahwa H 0 ditolak. Hasil
sosialisasi bela negara memiliki latar pengujian hipotesis mengindikasikan faktor belakang pendidikan serta jenjang karir
materi pada sosialisasi bela berpengaruh yang tinggi. Melihat hasil pengujian signifikan terhadap aspek kognisi sikap hipotesis, fakta bahwa tingkat pendidikan
bela negara guru sekolah dasar di Jakarta.
30 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
31
Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
Unsur satu sisi vs dua sisi materi sosialisasi mengenai sikap bela negara, menjadikan sebagian besar peserta sosialisasi dapat menerima sikap bela negara dalam arti keras dan sikap bela negara dalam arti lunak. Dari frekuensi jawaban dapat diketahui bahwa urutan argumentasi yang diawali dengan penyajian sisi sikap bela negara dalam arti keras dan diakhiri dengan penyajian sisi sikap bela negara dalam arti lunak, telah memudahkan mayoritas peserta sosialisasi untuk mengingat dan memahami isi materi yang disampaikan pada sosialisasi bela negara. Pada aspek kognisi, mayoritas peserta sosialisasi mendapatkan pengetahuan tentang sikap bela negara dalam arti keras dan sikap bela negara dalam arti lunak setelah mengikuti sosialisasi bela negara. Mayoritas peserta sosialisasi juga memahami konsep mencintai tanah air, dengan menyatakan akan memberi kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa dan negara sesuai profesi sebagai guru sekolah dasar. Pada konsep kesadaran berbangsa dan bernegara, peserta menyatakan akan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan. Untuk konsep keyakinan pada Pancasila sebagai ideologi negara, peserta menyatakan bersedia untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan profesi sebagai guru sekolah dasar. Dalam konsep rela berkorban, peserta bersedia mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk kemajuan bangsa dan negara sebagai guru sekolah dasar. Pada konsep kemampuan awal bela negara, peserta menyatakan setuju untuk memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, dan bekerja keras sesuai profesi guru sekolah dasar demi bangsa dan negara Indonesia. Mayoritas peserta sosialisasi memiliki keyakinan akan perlunya menerapkan sikap bela negara di dalam kehidupan sehari-hari. Dan temuan fakta juga menunjukkan mayoritas peserta sosialisasi memiliki keyakinan untuk mengajarkan sikap bela negara kepada murid sekolah
dasar.
3. Pada hipotesis minor ketiga, dari pengujian melalui analisis jalur diperoleh nilai t hitung sebesar 4.236, yang berarti lebih besar dari
t tabel sehingga dinyatakan H 0 ditolak. Hasil pengujian hipotesis mengindikasikan bahwa faktor pemateri pada sosialisasi bela negara berpengaruh signifikan terhadap aspek afeksi sikap bela negara guru sekolah dasar di Jakarta. Mayoritas peserta sosialisasi menyukai pemateri yang hadir dalam sosialisasi bela negara. Dapat diketahui dari tingginya frekuensi jawaban yang menyatakan penampilan pemateri sudah mencerminkan sikap bela negara, mudah beradaptasi dengan peserta sosialisasi sehingga dapat menjalin suasana hangat pada saat penyampaian materi sosialisasi bela negara, serta memiliki kesamaan cara pandang dengan peserta sosialisasi mengenai sikap bela negara. Mayoritas peserta merasa puas atas penyelenggaraan sosialisasi bela negara yang berjalan dengan lancar. Mayoritas peserta juga menyatakan dukungan akan perlunya mengadakan sosialisasi bela negara secara simultan di seluruh wilayah Indonesia, supaya dapat membentuk karakter bangsa Indonesia yang kuat sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Peserta sosialisasi bela negara menilai pemateri sebagai sumber dengan kredibilitas yang tinggi. Sebagaimana teori instrumental persuasif menurut Hovland, Janis, dan Kelly (1959), pemateri yang berkredibilitas tinggi lebih memiliki daya persuasif yang dapat mempengaruhi emosional peserta sosialisasi akan sikap bela negara.
4. Dalam hipotesis minor keempat, dari pengujian melalui analisis jalur diperoleh nilai t hitung sebesar 3.407, yang berarti lebih besar dari t tabel sehingga dinyatakan
H 0 ditolak. Hasil pengujian hipotesis mengindikasikan bahwa faktor materi pada sosialisasi bela negara berpengaruh signifikan terhadap aspek afeksi sikap
bela negara guru sekolah dasar di Jakarta. Mayoritas peserta sosialisasi menyatakan
Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
materi yang disampaikan pada sosialisasi bela negara memiliki daya tarik visual, audio, verbal, dan non verbal. Dari frekuensi jawaban diketahui gambar dan lambang yang ditampilkan dalam sosialisasi bela negara memiliki daya tarik, lagu nasional yang diperdengarkan pada sosialisasi bela negara memiliki daya tarik, bahasa dan pilhan kata dalam materi sosialisasi bela negara memiliki daya tarik, dan gerakan permainan bela negara juga memiliki daya tarik. Dalam dimensi evaluasi emosional, mayoritas peserta merasa semakin mencintai produk dalam negeri setelah mengikuti sosialisasi bela negara. Selain itu mayoritas peserta semakin merasa bangga menjadi warga negara Indonesia. Hasil penelitian juga menunjukkan mayoritas peserta semakin mencintai Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Mayoritas peserta merasa semakin rela berkorban demi bangsa dan negara. Dan mayoritas peserta menyatakan semakin tidak mudah menyerah dan putus asa sebagai bentuk kemampuan awal bela negara. Untuk dimensi intensitas emosional, frekuensi jawaban menyatakan mayoritas peserta sosialisasi bersedia untuk menjadi tentara cadangan apabila negara membutuhkan. Demikian juga dengan intensitas emosional terhadap pentingnya mengajarkan sikap bela negara kepada murid-murid sekolah dasar.
5. Pada hipotesis minor kelima, dari pengujian melalui analisis jalur diperoleh nilai t hitung sebesar 2.765, yang berarti lebih besar dari
t tabel sehingga dinyatakan H 0 ditolak. Hasil pengujian hipotesis mengindikasikan bahwa faktor pemateri pada sosialisasi bela negara berpengaruh signifikan terhadap
aspek konasi sikap bela negara guru sekolah dasar di Jakarta. Dapat dikatakan
semakin tinggi tingkat objektifitas pemateri maka semakin tinggi tingkat kepercayaan peserta sosialisasi. Mayoritas
peserta sosialisasi memiliki kepercayaan yang kuat terhadap pemateri. Dapat dilihat dari tingginya frekunesi jawaban peserta
yang menyatakan pemateri memiliki kejujuran dengan menyampaikan materi sosialisasi bela negara secara objektif, ketulusan pemateri yang terlihat antusias ketika menyampaikan materi sosialisasi bela negara, dan keseriusan pemateri yang terlihat dari ekspresi dan gesturnya pada saat menyampaikan materi sosialisasi bela negara. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis , diperoleh fakta bahwa figur atau karakteristik personal pemateri memberi pengaruh langsung terhadap aspek konasi sikap bela negara peserta sosialisasi. Mengenai Figur pemateri pada sosialisasi bela negara, Azwar (1995) mengatakan bahwa orang lain disekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap seseorang. Yakni orang yang dianggap penting, yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapatnya, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap seseorang terhadap sesuatu.
6. Untuk hipotesis minor keenam diperoleh nilai t hitung sebesar 3.297, yang berarti lebih besar dari t tabel sehingga dapat dinyatakan
H 0 diterima. Hasil pengujian hipotesis mengindikasikan bahwa faktor materi pada sosialisasi bela negara berpengaruh signifikan terhadap aspek konasi sikap bela negara guru sekolah dasar di Jakarta. Mayoritas peserta sosialisasi dapat mengerti kesimpulan eksplisit dan kesimpulan implisit
dari
diselenggarakannya sosialisasi bela negara adalah untuk menanamkan dan mengajarkan sikap bela negara kepada murid-murid sekolah dasar, serta mentransformasikan materi mengenai sikap bela negara ke dalam pelajaran sekolah dasar. Hasil penelitian dapat mengindikasikan bahwa guru-guru sekolah dasar memiliki kecenderungan untuk berperilaku sesuai dengan nilai- nilai dasar yang terkandung dalam sikap bela negara di kehidupan sehari-hari. Setelah mengikuti sosialisasi bela negara, guru-guru sekolah dasar menyatakan kecenderungan perilaku untuk mencintai tanah air, sadar berbangsa dan bernegara
Indonesia, yakin pada Pancasila sebagai berargumentasi pada saat berlangsungnya ideologi negara, rela berkorban demi sosialisasi bela negara, dikarenakan adanya bangsa dan negara Indonesia, serta kesamaan profesi sebagai guru sekolah dasar. kecenderungan perilaku untuk memiliki
Tempat penyelenggaraan sosialisasi bela kemampuan awal bela negara. Mayoritas negara sebaiknya tidak berada di lingkungan peserta sosialisasi menyatakan bersedia kedinasan Kementerian Pertahanan. Supaya untuk menumbuhkan dan menanamkan peserta sosialisasi bela negara lebih meyakini nilai-nilai sikap bela negara kepada bahwa sikap bela negara tidak hanya murid sekolah dasar, dan bersedia untuk diperuntukkan bagi kalangan militer semata. mengimplementasikan sikap bela negara Akan lebih baik lagi apabila Direktorat ke dalam kurikulum pelajaran sekolah Bela Negara menyelenggarakan sosialisasi dasar. Sebagian besar peserta sosialisasi bela negara di lingkungan profesi peserta menyatakan akan bersikap, berbuat, dan
sosialisasi.
bertindak yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia tidak hanya di tempat
Sosialisasi bela negara sebaiknya penyelenggaraan sosialisasi bela negara. diselenggarakan secara simultan selama satu Mayoritas peserta juga menyatakan minggu sekali selama satu bulan, dan tidak bertindak yang terbaik bagi bangsa dan diselenggarakan selama tiga hari berturut- negara Indonesia juga tidak hanya ketika turut. Tujuannya adalah untuk menghindari berlangsungnya sosialisasi bela negara.
kejenuhan, sekaligus dapat memperkuat konsistensi sikap bela negara peserta sosialisasi.
Simpulan
Hasil Penelitian juga menunjukkan
Dari hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa materi yang disampaikan pada bahwa kegiatan sosialisasi bela negara yang sosialisasi bela negara berpengaruh signifikan diselenggarakan oleh Direktorat Bela Negara terhadap sikap bela negara guru sekolah dasar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia di Jakarta. Untuk itu, materi yang disampaikan berpengaruh signifikan terhadap sikap bela pada sosialisasi sebaiknya lebih dikemas
negara guru sekolah dasar di Jakarta. Hasil berdasarkan target sosialisasi. Dari segi audio, penelitian sekaligus menjawab identifikasi visual, verbal, maupun non verbal, daya tarik
masalah yang diajukan pada Bab I mengenai materi sosialisasi bela negara juga sebaiknya seberapa besar pengaruh sosialisasi bela lebih difokuskan, supaya lebih efektif dalam negara terhadap sikap bela negara guru mempengaruhi sikap bela negara peserta sekolah dasar di Jakarta.
disampaikan, agar lebih meningkatkan Daftar Pustaka
keberhasilan sosialisasi bela negara sebaiknya
Direktorat Bela Negara Kementerian Buku
Pertahanan Republik Indonesia mengurangi Agger, Ben. 2009. Critical Social Theories: kuantitas pemateri yang berasal dari kalangan
An Introduction. Terjemahan: Nurhadi. militer. Untuk sosialisasi bela negara bagi
Yogyakarta: Kreasi Wacana. guru sekolah dasar, sebaiknya Direktorat bela
negara menghadirkan pemateri yang memiliki Applbaum, Ronald L. & Anatol, Karl W.E. latar belakang profesi sebagai guru sekolah
1974. Strategies For Persuasive dasar, dan juga pemateri yang sebelumnya
Communication. Ohio: Charles E. pernah menjadi peserta sosialisasi bela negara.
Merril Publishing Company. Tujuannya agar peserta sosialisasi tidak
Ardianto, Elvinaro & Bambang Q-Anees. merasa canggung dan lebih terbuka untuk
2009. Filsafat Ilmu Komunikasi.
Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Malik, Dedy Djamaludin. 1993. Komunikasi
Bandung: Remaja Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia Teori
Persuasif.
Rosdakarya.
dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Mar’at, Prof.DR. 1982. Sikap Manusia
serta Baldwin, John R., Perry, Stephen D.& Moffit, Pengukuran. Bandung: Ghalia Indonesia.
Perubahan
Mary Anne. Communication Theories for Everydaylife. USA: Pearson Miles, Mathew B. & Huberman. 1992. Buku Education Inc.
Sumber Tentang Metode-Metode Baru, Jakarta: UI Press.
Basrie, Chaidir. 1988. Bela Negara : Implementasi dan Pengembangannya Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar (Penjabaran Pasal 30 UUD 1945).
Pendidikan : Sebuah Studi Awal Jakarta : UI PRESS.
Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di
Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi. Indonesia . Jakarta : PT. RajaGrafindo Jakarta: Kencana Prenada Media
Persada.
Group.
2007. Theorizing Effendy, Onong Uchjana. 2004. Dinamika
Muller,
Craig.
Communication: Readings Across Komunikasi.
Bandung:
Remaja
California: Sage Rosdakarya.
Traditions,
Publications.
----------------------------------. 1989. Kamus Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Mandar Maju.
Rosdakarya.
Fisher, B. Aubrey. 1986. Teori-Teori
2001. Psikologi Komunikasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Komunikasi.
Rosdakarya.
DeVito. 1991. Human Communication 5 th ed., Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2008.
New York: Harper Collins Publishers Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Inc. Kencana Prenada Media Group.
Unesco. 1980. Many Voice One World. Rogers, Everett M. dan Shoemaker, Ffloyd. Terjemahan: Djamaludin
Hadis.
1981. Memasyarakatkan ide-ide baru. Jakarta: Balai Pustaka.
usaha nasional. Surabaya. Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan :
Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi: Individu, Masyarakat & Pendidikan.
Perspektif, Ragam dan Aplikasi. Jakarta : PT. Rajawali Pers.
Jakarta: Rineka Cipta. Larson, Charles U. 1986. Persuasion:
Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan Reception
and
Responsibility.
dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: California: Wadsworth Publishing
LaksBang Mediatama. Company.
Saefuddin, Azwar. 1995. Sikap manusia, Teori Littlejhon, Stephen. W. 2008. Theories
dan Pengukurannya. Yogyakarta: of Human communication 9 ed.
th
Pustaka Belajar.
Hamdan. Jakarta: Salemba Humanika. Sendjaja, S. Djuarsa. 1998. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
34 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
-------------------------.
Pengantar Syam, Nina Winangsih. 2010. Komunikasi Komunikasi. Jakarta: Universitas
1999.
Pariwisata di Indonesia. Bandung: Terbuka.
News Publishing.
Severin, Werner J & James W. Tankard. 2008. ------------------------------. 2011. Psikologi Teori Komunikasi Sejarah, Metode
sebagai Akar Ilmu Komunikasi. dan Terapan di Dunia Media Massa.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Jakarta: Kencana Prenada Media
Sztompka, Piotr. 1993. Sosiologi Perubahan Group.
Sosial. Jakarta: Prenada Media Group. Soemirat, Soleh. 2000. Komunikasi Persuasif.
Tan, Alexis. 1981. Mass Media : Theories and Jakarta: UT Depdiknas.
Research. Ohio: Grid.Publishing, Inc. Soerjono, Soekanto. 1999. Sosiologi, Suatu
Tubbs, Stewart L & Moss, Sylvia. 1996. Human Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Communication : Prinsip-Prinsip Sugiyono, Prof.DR. 2010. Statistika untuk
Dasar. Terjemahan : Deddy Mulyana. Penelitian. Bandung. Alfabeta.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Susanto, Astrid. 1983. Pengantar Sosiologi Sumber lain
dan Perubahan Sosial. Jakarta: Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.
Binacipta. 2010. Tataran Dasar Bela Negara.
Sutaryo. 2005. Sosiologi Komunikasi.
Jakarta.
Yogyakarta: Arti Bumi Intaran. (http://www.kemdiknas.go.id/kemdiknas/
Suyanto, Bagong. 2010. Anatomi Dan Sekolah_Dasar). Perkembangan
Teori
Sosial.
Yogyakarta: Aditya Media Publishing. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
35
Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013