PENGARUH SOSIALISAI BELA NEGARA TERHADAP SIKAP BELA NEGARA GURU SEKOLAH DASAR DI JAKARTA (STUDI EKSPLANATORI DI DIREKTORAT BELA NEGARA KEMENTRIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA)
PENGARUH SOSIALISAI BELA NEGARA TERHADAP SIKAP BELA NEGARA GURU SEKOLAH DASAR DI JAKARTA (STUDI EKSPLANATORI DI DIREKTORAT BELA NEGARA KEMENTRIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA)
Oleh : Aska Leonardi, S. I. Kom, M. I. Kom. E-mail : askaleonardi@yahoo.com
Abstract
This thesis is titled “The Influence of State Defense Awareness Management among Elementary Teacher in Jakarta” The Explanatory Study at Direktorat Bela Negara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Under supervision by Prof. Dr. Hj. Nina Winangsih, MS. as
Chair Person and Dra. Hj. Lukiati Komala, M.Si. as member adviser. This research aims to reveal the extent to which the state defence awareness management
influenced to the state defense awareness attitude among the elementary teacher in Jakarta. This research design was quantitative with survey explanatory method and sampling
technique that used is total sampling. Population of this research is the elementary teachers who attending the state defense awareness management held by Direktorat Bela Negara Ministry of State Defense of Indonesia at Jakarta. In this research involved 2 independent variables which contents; Source Factor (X1) and Message Factor (X2), while 3 dependent variables are; cognitive aspect (Y1), affective aspect (Y2) and conation aspect (Y3) of the state defence attitude. Measure and data collecting technique used questionnaires and documentation. Data analysis technique used in this research is path analysis and inferential analysis used correlation coefficient based on Pearson correlation formula.
The conclusion of this research is : (1) There is no significant influence of source factor to cognitive aspect about the state defense attitude but it significantly influenced the affective and conation aspects about the state defense attitude (2) message factor is strongly influenced into the cognitive, affective and conation aspects about the state defense attitude of the elementary teachers at Jakarta who attend the state defense awareness management.
The advice from researcher for Direktorat Bela Negara is decrease the quantity of the source from military corps and increase the source with the elementary teacher back ground also the source from the person who attended the state defense awareness management before. According to the duration of the occasion the researcher suggests to do the state defense awareness management once a week within a month. The advice for other communication researchers to included religion, ethnic and ideology of the respondent into questionnaire. For the next research, the researcher advices to do the depth research to observe how the implementation of state defense value among the teachers who attend the state defense awareness management, also its effect to the state defense attitude of their elementary student.
Key word: Socialization, Attitude, The state defense.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan sosialisasi bela negara yang diselenggarakan Direktorat Bela Negara Kementerian Pertahanan Republik
Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
Indonesia terhadap sikap bela negara guru-guru Sekolah Dasar di Jakarta yang menjadi peserta sosialisasi. Penelitian ini menggunakan metode survey eksplanatory dengan pendekatan kuantitatif, dan teknik sampling yang dilakukan adalah total sampling. Populasi dan sample penelitian adalah guru-guru sekolah dasar peserta sosialisasi bela negara yang berjumlah 50 orang. Penelitian ini melibatkan 2 variabel bebas (X) yang terdiri dari faktor sumber (X1) dan faktor pesan (X2), serta 3 variabel terikat (Y) yang terdiri dari aspek kognisi (Y1), aspek afeksi (Y2) dan aspek konasi (Y3) sikap bela negara. Alat pengumpul data berupa angket dan dokumentasi. Teknis analisis data yang digunakan adalah teknik analisis jalur dan analisis inferensial yang digunakan adalah koefisien korelasi dengan menggunakan rumus korelasi Pearson.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah, (1) Faktor sumber tidak berpengaruh terhadap aspek kognisi bela negara, tetapi secara signifikan berpengaruh terhadap aspek afeksi, dan konasi
sikap bela negara guru sekolah dasar di Jakarta. (2) Faktor pesan secara signifikan berpengaruh terhadap aspek kognisi, afeksi, dan konasi sikap bela negara guru sekolah dasar di Jakarta.
Saran yang dikaitkan dengan hasil penelitian adalah bagi Direktorat Bela Negara untuk mengurangi kuantitas pemateri yang berasal dari kalangan militer dan menghadirkan pemateri yang memiliki latar belakang profesi guru sekolah dasar serta pemateri yang pernah menjadi peserta sosialisasi sebelumnya. Dari segi tempat penyelenggaraan sebaiknya tidak berada di lingkungan kedinasan Kementerian Pertahanan. Dari segi waktu penyelenggaraan disarankan untuk menyelenggarakan sosialisasi secara simultan setiap seminggu sekali selama satu bulan. Saran bagi peneliti lain dalam bidang komunikasi, untuk memasukkan identitas agama, suku, dan ideologi responden ke dalam kuisioner. Penelitian selanjutnya juga diharapkan untuk melakukan penelitian secara mendalam guna melihat implementasi nilai-nilai sikap bela negara peserta sosialisasi di dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus pengaruhnya terhadap sikap bela negara murid-murid sekolah dasar.
Kata kunci : Sosialisasi, sikap, Bela Negara
Pendahuluan
serta bertanggung jawab.
Setiap negara di dunia senantiasa Agar selaras dengan tujuan dan berusaha untuk mewujudkan tujuan dan kepentingan nasional negara Indonesia, maka kepentingan nasionalnya, demikian juga pendidikan sebagai sarana strategis dalam dengan negara Indonesia. Guna mewujudkan membina dan mengembangkan kualitas tujuan dan kepentingan nasional negara sumber daya manusia diselenggarakan Indonesia, maka sumber daya manusia berdasar kepada Pancasila dan Undang- menjadi titik sentral yang perlu dibina dan Undang Dasar 1945, sebagaimana dijelaskan dikembangkan. Pendidikan merupakan sarana dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun strategis guna membina dan mengembangkan 2003 pasal 1 ayat 3 tentang sistem pendidikan kualitas sumber daya manusia. Dijelaskan nasional yang menyatakan bahwa pendidikan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional, Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara yang menyatakan bahwa pendidikan nasional Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar berfungsi mengembangkan kemampuan dan pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional membentuk watak serta peradaban bangsa Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan perubahan zaman. kehidupan
Sejalan dengan tujuan dan kepentingan berkembangnya potensi peserta didik agar nasional tersebut maka prinsip dasar upaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pembinaan potensi sumber daya manusia agar kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mampu mewujudkan tujuan dan kepentingan mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, nasional negara Indonesia dapat dilakukan dan menjadi warga negara yang demokratis melalui pembelaan negara, sesuai dengan
16 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013 16 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
rezim Orde Baru sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan. Tetapi di sisi
Bela negara adalah sikap dan perilaku lain, keyakinan terhadap Pancasila sebagai
serta tindakan warga negara yang dijiwai ideologi negara yang juga merupakan wujud oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan nyata dari sikap bela Negara, harus tetap Republik Indonesia yang berdasarkan dilaksanakan secara konsisten oleh seluruh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 warga negara Indonesia. Dari sini, persoalan dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa komunikasi antara pemerintah kepada dan bernegara (Kementerian Pertahanan, 2010 masyarakat haruslah mendapat perhatian yang : 2). maksimal. Akibat indoktrinasi penataran P4
Pembentukan watak, karakter, dan jati oleh rezim orde baru, pemerintah menyadari diri bangsa, serta upaya aktualisasi nilai-nilai bahwa bentuk komunikasi melalui penataran bela negara dalam kehidupan bermasyarakat, P4 yang begitu memaksa dan mengikat sudah berbangsa, dan bernegara merupakan misi tidak dapat diterapkan lagi. Pemerintah perlu yang penting untuk dikedepankan. Nilai-nilai menumbuhkan kepercayaan dari masyarakat bela negara hendaknya menjadi landasan sikap dengan bentuk komunikasi yang lebih bersifat dan perilaku sekaligus menjadi kultur dalam persuasi, agar masyarakat bersedia secara kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan sukarela meyakini Pancasila sebagai ideologi bernegara. Konsepsi bela negara tidak hanya negara Indonesia. sekedar rumusan ide yang berfungsi sebagai
Selain meyakini Pancasila sebagai jargon belaka, melainkan harus diwujudkan ideologi negara, yang termasuk wujud nyata dan diimplementasikan dalam interaksi sosial dari sikap bela negara adalah cinta tanah di masyarakat.
air, kesadaran berbangsa dan bernegara, rela
Pada masa pemerintahan presiden berkorban demi bangsa dan negara, serta Soeharto yang dikenal sebagai rezim Orde memiliki kemampuan awal bela negara Baru, pembentukan sikap bela negara ini (Kementerian Pertahanan, 2010 : 2). secara eksplisit ditanamkan melalui penataran
pendidikan guna Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Peran
dunia
menumbuhkan sikap bela negara adalah Pancasila (P4), yang diwajibkan pada penting. Guru merupakan faktor penentu setiap lembaga pendidikan dan organisasi dunia pendidikan. Dalam kaitannya dengan masyarakat. Pancasila menjadi suatu ideologi bela negara, peran guru diharapkan dapat yang demikian mengikat bagi seluruh warga menanamkan dan menumbuhkan kecintaan negara Indonesia ketika rezim Orde Baru
anak didik terhadap Indonesia. Sikap bela berkuasa. Siswa sekolah, baik yang tinggal di negara harus ditumbuhkan sejak dini dan dari pedesaan hingga mereka yang hidup di kota pendidikan yang paling dasar yaitu sekolah besar, diharuskan untuk menghafal 36 butir dasar. Agar terbentuk karakter individu yang Pancasila. kuat sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
Penataran P4 disahkan melalui Ketetapan tentunya dengan bantuan guru-guru sekolah MPR RI Nomor II/MPR/1978. Sebagai akibat dasar itu sendiri. Sebab sebagai pendidik di bahwa penataran P4 adalah penjabaran dari tingkat sekolah dasar, guru di sekolah dasar suatu Ketetapan MPR, maka penyelenggaraan mempunyai tugas untuk membangun dasar- penataran P4 menerapkan pendekatan yang dasar dari corak kehidupan individu pada masa bersifat sentralistis, dan dari atas ke bawah yang akan datang. Begitu juga dengan fungsi (top-down). Faktor-faktor inilah yang disebut dari sekolah dasar itu sendiri, yaitu sebagai sebagai indoktrinasi rezim Orde Baru. lembaga pendidikan yang memberikan dasar- Sehingga ketika terjadi gerakan reformasi dasar pengetahuan dan kecakapan, untuk yang menjatuhkan rezim Orde Baru, penataran melanjutkan pelajaran ke jenjang pendidikan P4 dipandang kurang menguntungkan dan yang lebih tinggi. dicabut melalui Ketetapan MPR RI Nomor
Dalam mengoptimalkan peran dunia XVIII/MPR/1998.
Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
Melalui sosialisasi bela Negara, melakukan sosialisasi bela negara kepada diharapkan dapat menambah pengetahuan guru-guru sekolah dasar di Jakarta. dan keterampilan praktis dalam upaya
Maksud dan tujuan diselenggarakannya menumbuhkan sikap bela negara. Untuk sosialisasi bela negara bagi guru sekolah selanjutnya, bagaimana pengetahuan dan dasar adalah untuk menyamakan satu pola keterampilan yang telah didapat oleh pikir tentang konsep bela negara melalui guru sekolah dasar saat sosialisasi, dapat pendidikan, sehingga di dapat gambaran diaplikasikan ke dalam kehidupan keseharian dan pemahaman yang sama mengenai sikap sesuai dengan kapasitas, peran, dan tugas bela negara. Sedangkan sasaran yang ingin guru sekolah dasar untuk turut serta secara dicapai pada sosialisasi bela negara ini adalah pro-aktif menjaga persatuan dan kesatuan, untuk memperoleh tenaga inti sebagai kader membela kepentingan bangsa dan negara, penyebarluasan bela negara di lingkungan serta menjalankan profesionalisme guru yang sekolah dasar (Kementerian Pertahanan, 2010 berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang : 4).
Dasar 1945.
Direktorat Bela Negara merupakan Sikap bela negara jangan ditafsir hanya pelaksana fungsi pertahanan dalam program berhubungan dengan angkat senjata melawan kerja Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan militer dari negara luar saja. Tetapi harus Kementerian Pertahanan yang mempunyai lebih luas memandangnya. Sehingga dalam tugas untuk menyiapkan rumusan dan implementasinya, masyarakat dapat lebih melaksanakan kebijakan serta standarisasi, kreatif menerapkan arti bela negara dalam penyelenggaraan sosialisasi bela negara.
kehidupannya, tanpa menghilangkan hakikat dari bela negara.
Sikap bela negara yang diharapkan dari para guru sekolah dasar sebagai peserta
Hakikat dari sosialisasi bela negara sosialisasi bela negara ini adalah agar seorang adalah upaya untuk membangun karakter guru bisa membangun psikomotorik anak bangsa Indonesia yang memiliki jiwa dan menerapkan perilaku tersebut sebagai nasionalisme dan patriotisme serta memiliki bentuk sikap bela negara yang sesuai dengan ketahanan nasional yang tangguh guna usianya. Guru-guru sekolah dasar diharapkan mencapai tujuan dan kepentingan nasional mampu membimbing siswanya untuk belajar yang berdasarkan Pancasila dan Undang- mencintai tanah airnya dan memiliki semangat undang dasar 1945, yaitu untuk melindungi bela negara. Karena sikap bela negara bukan segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah hanya soal berperang mempertahankan negara darah Indonesia, memajukan kesejahteraan dengan senjata saja, tetapi juga bagaimana anak umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan Indonesia di usia dini mampu berbuat untuk ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang mengharumkan negaranya (Kementerian berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, Pertahanan, 2002 : 2).
dan keadilan sosial.
P4 yang merupakan dan berperan langsung serta terukur dalam perwujudan dari indoktrinasi rezim Orde pemberian materi bela negara di sekolah Baru, menjadikan sosialisasi bela negara dasar. Mereka harus betul-betul mampu dan dianggap sebagai bentuk lain dari indoktrinasi menguasai materi bela negara yang diberikan pemerintah. Saat ini, bentuk komunikasi kepada anak didiknya. Itulah yang menjadi secara lebih persuasi antara pemerintah dengan alasan Direktorat Bela Negara mengundang masyarakat dalam upaya menumbuhkan sikap para guru sekolah dasar sebagai peserta dari bela negara yang termasuk juga di dalamnya sosialisasi bela negara. Agar materi bela adalah keyakinan terhadap Pancasila sebagai negara yang nantinya diberikan kepada anak ideologi negara, dianggap tidak lebih sebagai
Guru harus membina anak didiknya
Penataran
18 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013 18 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
makhluk mekanis, manusia aktif dasar negara yang sudah ada sejak Negara
mengorganisasikan dan mengolah Kesatuan Republik Indonesia berdiri.
stimulus yang diterimanya. Jiwa akan
pengalaman Berdasarkan latar belakang penelitian indrawi secara aktif (mencipta, yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik
menafsirkan
menafsirkan, untuk meneliti mengenai “Seberapa besar
mengorganisasikan,
mendistorsi, dan mencari makna). Pengaruh Sosialisasi Bela Negara terhadap Dengan demikian, manusialah yang Sikap Bela Negara Guru Sekolah Dasar di menentukan makna stimulus, bukan Jakarta.”
stimulus itu sendiri.
Menurut Syam (2001 : 91),
Landasan Teoritis dan Kerangka Pemikiran
psikologi kognitif adalah :
1. Landasan Teoritis
Studi ilmiah mengeni kognisi,
1.1. Teori Psikologi Kognitif (Grand
yang bertujuan untuk mengadakan
Theory)
eksperimen dan mewujudkan teori yang menerangkan bagaimana proses
Teori dalam disiplin ilmu mental disusun dan berfungsi dengan komunikasi dilatarbelakangi oleh
cara yanag objektif dan ilmiah. konsepsi-konsepsi psikologi tentang
manusia. Walter Weimer dalam Psikologi sebagai akar ilmu Rakhmat (2001 : 18), menyatakan :
komunikasi tidak dapat diragukan lagi kebenarannya. Dalam hampir
”Psychological considerations seluruh fenomena komunikasi, faktor constrain the field because at least an
psikologis banyak memegang peranan implicit (often explicit) model of man
penting dalam menjelaskannya. Dapat underlies studies of communication.”
ditelusuri dari kemunculan teori Pertimbangan
yang oleh para ilmuwan komunikasi menyebar dalam berbagai kelompok
psikologikal
dikatakan sebagai salah satu grand disiplin,
theory, yaitu psikologi kognitif. model tersirat (seringkali tersurat)
setidaknya
merupakan
Kemudian diturunkan pada middle- dari kajian-kajian tentang manusia
range theory, yaitu Teori Stimulus- pada komunikasi.
Organisme-Respons.
Selanjutnya, Anderson dalam Syah (2010 : 3), menjelaskan bahwa :
Response (Middle Range Theory)
merupakan bagian dari cognitive Fisher (1986 : 196) mengatakan: science adalah sebuah disiplin
psikologi yang khusus membidangi Semua penggunaan penjelasan penelitian dan pembahasan mengenai
S-R yang mutakhir mengakui adanya segala hal yang berhubungan dengan
intervensi organisme antara stimulus ranah cipta (cognitive domain)
dan respons, sehingga dipakai istilah manusia, seperti; proses penerimaan,
S-O-R. Karena itu, penjelasan S-R pengolahan,
mengandung karakteristik urutan pemerolehan kembali informasi dan
penyimpanan,
dan
input-throughput-output (masukan- sistem memori (akal) manusia. Selain
dalaman-keluaran).
itu, psikologi kognitif juga berurusan Organisme dalam penjelasan dengan proses timbulnya kepercayaan
S-R merupakan konsep black- dalam diri manusia.
box (kotak hitam), yakni struktur Dalam psikologi kognitif, lebih
khusus dan fungsi proses antara dipercaya bahwa manusia adalah
yang internal dipandang kurang mahluk yang berpikir terhadap
penting dibandingkan dengan proses
Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
persuasive communications as the keluaran.
masukan
menjadi
process by which an individual (the black-box, penjelasan memerlukan
Menurut
pengertian
communicator) transmits stimuli pengamatan masukan dan keluaran
(usually verbal) to modify the namun tidak menuntut pengamatan
behavior of other individuals (the langsung pada kegiatan dalam diri
audience). One of the main ways in organisme yang bersangkutan.
which persuasive communication leads to attitude change is through
Fisher (1986 : 198) menjelaskan: changing related opinion.”
Tujuan penjelasan S-R berpusat Hovland, Janis, dan Kelly pada peramalan, dan peramalan mempublikasikan
komunikasi berpusat pada respons. Sebenarnya dan persuasi, dimana mereka respons dianggap sebagai perilaku menggambarkan sebuah penelitian yang dapat secara langsung diamati, program perilaku yang berdasarkan dan penjelasan psikologis berusaha
model instrumental menghubungkan, yakni menjelaskan pembelajaran. Mereka menjelaskan perilaku dalam artian stimuli dan
pada
persuasif sebagai keadaan internal. Respons tidak dapat sebuah proses dimana individu diramalkan semata-mata dalam arti sifat fisik stimulus. Respon lebih dapat (komunikator) menyampaikan stimuli
komunikasi
(biasanya verbal) untuk merubah diuntungkan dengan keadaan internal perilaku individu lain (komunikan). yang diaktifkan oleh psikologi. Yang paling utama dalam komunikasi
adalah mengarahkan dalam Fisher (1986 : 36), model S-R
Ditegaskan oleh Trenholm
persuasif
perubahan perilaku melalui perubahan untuk menjelaskan perilaku manusia
opini.
dimodifikasi menjadi S-O-R yang Dalam teori ini dinyatakan
menegaskan bahwa : bahwa perubahan sikap dapat
Manusia sebagai organisme (O) dilakukan melalui perubahan opini adalah objek aktif dan bukan semata-
atau informasi yang dimiliki seseorang mata penerima pasif. Dengan pola ini
tentang suatu objek. Hovland, Janis, dianggap adanya pemrosesan mental
dan Kelly berpendapat bahwa opini atau penyaringan konseptual dalam
seseorang terhadap sesuatu hal diri organisme manusia.
cenderung tetap, atau stabil kecuali bila seseorang itu mengalami suatu proses pembelajaran. Salah satu cara
1.3. Teori Instrumental Persuasif
opini baru dapat dipelajari adalah
(Apply Theory)
terjadinya komunikasi Instrumental
dengan
persuasif yang mengandung argumen Persuasion dari Hovland, Janis, and
Theory
of
yang dapat mendukung opini baru. Kelly ini meneliti tentang faktor
Teori Instrumental Persuasif atau variabel yang mempengaruhi
mengandung karakteristik situasi proses pengolahan stimulus dalam
komunikasi yang mencakup (1) internal organisme untuk meramalkan
faktor sumber, (2) faktor pesan, respons.
(3) faktor penerima atau sasaran. Tan (1981 : 93), menyatakan :
Perubahan sikap merupakan respons (opini, afeksi, dan tindakan), namun
“Hovland, Janis and Kelly antara stimulus dan respon ada proses published
antara, yaitu perhatian, pemahaman, persuasion, in which they outlined
communication
and
dan penerimaaan (Tan, 1981:80).
a program of attitude research which was based on instrumental
Hovland, Janis, dan Kelly merumuskan
faktor-faktor model of learning. They defined yang berpengaruh dalam penerimaan dan
20 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013 20 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
kredibilitas
1. Faktor-faktor sumber : sumber yang semula mempunyai
a. Keahlian / Expertise.
sumber rendah. Menurut Rakhmat (2001 : 260),
kredibilitas
Artinya, pengguna visual aids keahlian adalah kesan yang
oleh sumber dengan kredibilitas dibentuk komunikate tentang
rendah akan meningkatkan retensi kemampuan komunikator dalam
informasi komunikan (audience hubungannya dengan topik yang
retention of informations). Tubbs dibicarakan.
dan Moss dalam Soemirat (2000 : 2.35) menjelaskan, pesan
b. Kepercayaan / Trustworthiness. nonverbal adalah “semua pesan Kepercayaan
yang disampaikan tanpa kata-kata komunikate tentang komunikator
adalah
kesan
atau selain dari kata-kata yang kita yang berkaitan dengan wataknya.
gunakan”.
c. Disukai / Likability.
d. Kesimpulan / Conclusions. Faktor-faktor yang membuat
Cooper dan Dinerma dalam Syam komunikator
(2010 : 60) mengatakan, konklusi komunikate adalah : daya tarik
disukai
oleh
sebaiknya dinyatakan secara fisik, ganjaran, kesamaan, dan
eksplisit ketika menyampaikan kemampuan (Rakhmat, 2001 :
pesan yang kompleks dan 261).
sebaiknya
dialamatkan pada komunikan dengan intelegensi
2. Faktor-faktor pesan : rendah, juga ketika komunikan
a. Urutan Argumentasi / Order of pada awalnya senang pada posisi Arguments.
pesan. Weiss dan Steenboc dalam Syam (2010 : 60), menyatakan,
Pesan yang diorganisasikan dengan konklusi sebaiknya dinyatakan baik lebih mudah dimengerti
secara implisit ketika masalahnya daripada pesan yang tidak tersusun
sederhana dan komunikan pandai. baik. Urutan pro-kontra lebih
Andaikata komunikan memandang efektif daripada urutan kontra-pro
konklusi sebagai propaganda, ia bila digunakan oleh sumber yang
akan menolak himbauan persuasif. memiliki otoritas dan dihormati
Himbauan secara langsung untuk oleh khalayak.
berubah sebaiknya ditempatkan
b. Satu Sisi vs Dua Sisi / One Sided dalam konklusi pesan. vs. Two Sided. Bila pendengar
3. Faktor-faktor komunikan : secara terbuka memihak satu
sisi argumen, sisi yang lain tidak
dibujuk / mungkin mengubah posisi mereka.
a. Kemudahan
persuasibility.
Mengubah posisi akan membuat Simons dalam Soemirat (2000 : orang kelihatan tidak konsisten,
7.45) menjelaskan, banyak orang mudah dipengaruhi dan bahkan
yang cenderung memperlihatkan tidak jujur.
kerentanan terhadap komunikasi
c. Tipe Daya Tarik / Type of Appeal. persuasif sebagai sifat umum DeVito dalam Tan (1981 : 137),
manakala orang lain mau menerima menjelaskan gaya pesan sebagai
secara konsisten jenis daya tarik “seleksi dan penyusunan fitur-fitur
argumen-argumen, atau bentuk linguistik yang secara bebas untuk
pesan tertentu.
dipilih.”
b. Sikap semula / initial position. Seiler dalam Syam (2010 :
Soemirat (2000 : 7.45) menjelaskan, 59),
Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
Aristoteles dalam Rakhmat (2001 : sikap. 21), berpendapat bahwa pada waktu lahir
c. Intelegensi / intelligence. jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, sebuah meja lilin (tabula rasa) yang siap dilukis
Menurut Piaget dalam Syah (2010 oleh pengalaman. Dari Aristoteles, John : 71) : Locke (1632-1704) dalam Rakhmat (2001 :
Intelegensi adalah proses, tahapan 21), tokoh empirisisme Inggris, meminjam atau langkah operasional tertentu konsep ini. Menurut kaum empiris, pada yang mendasari semua pemikiran waktu lahir manusia tidak mempunyai “warna dan
pengetahuan seseorang, mental”. Warna ini didapat dari pengalaman. di samping merupakan proses Pengalaman adalah satu-satunya jalan ke pembentukan pemahaman.
pemilikan pengetahuan. Bukanlah ide yang
d. Harga Diri / Self Esteem. menghasilkan pengetahuan, tetapi kedua- duanya adalah produk pengalaman.
Cohen dalam Syam (2010 : 63), mengatakan :
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto yang dikenal sebagai era Orde
digolongkan Baru, sikap bela negara ini secara eksplisit memiliki harga diri yang tinggi akan ditanamkan melalui Penataran Pedoman lebih terpersuasi secara rasional, Penghayatan dan Pengamalan Pancasila serta membangun argumen secara (P4) yang diwajibkan pada setiap lembaga tepat dan sedikit dari pesan, yaitu pendidikan dan organisasi masyarakat. Setelah usaha untuk memaksa isu, tanpa reformasi, cara-cara seperti itu sudah tidak pembenaran argumen yang cukup. dapat diterapkan lagi. Direktorat Bela Negara
Individu
yang
e. Kepribadian / Personality. menyadari, bahwa saat ini cara yang lebih tepat agar seluruh warga negara Indonesia memiliki
Menurut Syam (2010 : 62) : sikap bela negara adalah dengan melakukan Karakteristik
kepribadian komunikasi yang lebih bersifat persuasi. mempengaruhi
Sikap menurut Mar’at dalam Soleh komunikan terhadap komunikasi (2000 : 3.2), berasal dari bahasa Inggris
penangkapan
persuasi. attitude, juga berasal dari bahasa Latin Aptus yang berarti “Sikap merupakan produk dan proses sosialisasi ketika seseorang bereaksi
Kerangka Pemikiran
sesuai dengan rangsang yang diterimanya.” Pemerintah melalui Direktorat Bela Dikatakan pula, “Jika sikap mengarah pada Negara merasa perlu untuk menumbuhkan objek tertentu, berarti penyesuaian diri sikap bela negara kepada seluruh masyarakat terhadap objek, dipengaruhi oleh lingkungan sejak usia dini, dalam rangka membangun sosial dan kesediaan untuk bereaksi dari orang karakter bangsa Indonesia yang berlandaskan tersebut terhadap objek.” Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Oleh sebab itu maka Direktorat Bela guna mewujudkan tujuan dan kepentingan Negara menyelenggarakan sosialisasi bela
nasional. negara bagi guru-guru sekolah dasar di Jakarta Guna menumbuhkan sikap bela negara sebagai upaya komunikasi yang bersifat dalam rangka mewujudkan tujuan dan persuasi, dalam rangka menumbuhkan
kepentingan nasional negara Indonesia, maka sikap bela negara. Disinilah guru berperan pendidikan adalah sarana strategis di dalam dalam menyiapkan sumber daya manusia membina dan sekaligus mengembangkan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
22 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
Kecenderungan perilaku seorang guru pada stimulus mana yang membutuhkan perhatian. umumnya menciptakan pola yang diikuti oleh Faktor-faktor utama dari teori S-O-R menurut siswanya, bahkan pada saat guru telah lama Azwar (2011 : 63), secara lebih terurai tidak hadir di ruang kelas.
dijelaskan dalam Instrumental Theory of Persuasion dari Hovland, Janis, and Kelly.
S. Nasution dalam Idi (2001 : 100), Teori inilah yang menjadi Apply Theory dalam menuturkan bahwa sosialisasi merupakan penelitian ini. Teori ini meneliti tentang faktor proses bimbingan individu ke dalam dunia atau variabel yang mempengaruhi proses sosial. Sosialisasi dilakukan dengan mendidik pengolahan stimulus dalam internal organisme individu tentang kebudayaan yang harus
untuk meramalkan respons.
dimiliki dan diikutinya, agar ia menjadi anggota yang baik dalam masyarakat dan
Kerlinger dalam Sugiyono (2011 : 38), dalam berbagai kelompok khusus, sosialisasi mengatakan bahwa variabel adalah konstruk dapat dianggap sama dengan pendidikan.
(constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Menurut hubungan antara satu variabel
Selain fungsi dari sekolah dasar itu dengan variabel yang lain maka macam-
sendiri, yaitu sebagai lembaga pendidikan macam variabel dalam penelitian adalah dapat yang memberikan dasar-dasar pengetahuan dibedakan menjadi : Variabel Independen, dan kecakapan untuk melanjutkan pelajaran sering disebut sebagai variabel stimulus, ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, predictor, antecedent, bisa disebut juga dengan sejalan dengan PP No.17 tahun 2010 tentang variabel bebas. Kemudian Variabel Dependen, Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan disebut sebagai variabel output, kriteria, Pasal 67 ayat (1), maka salah satu tujuan konsekuen. Bisa disebut juga dengan variabel dari Sekolah Dasar yaitu menanamkan terikat. Variabel terikat merupakan variabel dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, akhlak mulia, dan kepribadian luhur, juga
karena adanya variabel bebas.
menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air.
Bungin (2009 : 60), mengatakan : Penelitian ini menggunakan teori
Agar variabel dapat diukur maka Psikologi Kognitif sebagai grand theory. variabel harus dijelaskan parameter atau Teori-teori dalam tradisi ini memiliki tradisi indikator-indikatornya. yang kuat dalam perubahan sikap. Berasal dari
Dalam penelitian ini, yang menjadi kajian psikologi sosial, teori ini berfokus pada variabel bebas (X) adalah Pengaruh Sosialisasi sikap dan perilaku sosial individu, variabel Bela Negara. Setiap variabel kemudian dibagi psikologis, efek individu, kepribadian dan menjadi sub variabel. Maka yang menjadi sub sifat, serta kognisi. Penelitian kognitif dengan variabel dalam penelitian ini adalah : “variable analitik” didalamnya berupaya
membuat katalog variabel yang signifikan 1. Faktor Sumber (X 1 )
dan menunjukkan cara-cara ini berhubungan Yang dimaksud dengan faktor sumber satu sama lain. Penelitian kognitif juga
dalam penelitian ini adalah pemateri yang tertarik pada cara-cara informasi dan variabel
menyampaikan materi pada sosialisasi pemrosesan yang menyebabkan hasil-hasil
bela negara. Dimensi dari faktor sumber perilaku tertentu (Littlejohn, 2008:15). Jadi
dalam penelitian ini adalah : pada tradisi kognitif, komunikasi dipahami
berkenaan dengan pemikiran manusia.
a. Menurut Rakhmat (2001 : 260) : Sebagai middle range theory, penelitian
“Komunikator yang dinilai tinggi ini menggunakan teori S-O-R. Pendekatan
pada keahlian dianggap sebagai teori ini berkembang sebagai reaksi terhadap
cerdas, mampu, ahli, tahu banyak sempitnya pandangan S-R yang menyatakan
dan berpengalaman.” Maka yang bahwa tindakan manusia semata-mata
menjadi indikator dari keahlian dalam didasarkan pada stimulus dan output respons.
penelitian ini adalah :
Padahal manusia dapat berpikir, merencanakan,
i. Penguasaan materi. Yang dimaksud mengambil keputusan berdasarkan informasi
dengan penguasaan materi dalam yang diingat, serta memilih dengan cermat
Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
pandang peserta sosialisasi dengan negara yang disampaikan pada saat
pemateri terhadap bela negara. sosialisasi.
ii. Kemampuan menjawab. Yang
2. Faktor Pesan (X2)
dimaksud dengan kemampuan menjawab dalam penelitian ini
Yang dimaksud dengan faktor pesan adalah sejauhmana kemampuan
dalam penelitian ini adalah pesan yang pemateri
disampaikan pada sosialisasi yaitu pertanyaan yang diajukan oleh
dalam
menjawab
materi tentang bela negara. Maka yang peserta sosialisasi bela negara.
menjadi dimensi dari faktor pesan dalam penelitian ini adalah :
iii. Berpengalaman. Yang dimaksud dengan berpengalaman dalam
Argumentasi. Disusun penelitian ini adalah sejauhmana
a. Urutan
agar memudahkan peserta dalam integritas
pengingatan dan pemahaman. Maka menyampaikan materi bela negara
pemateri
dalam
yang menjadi indikator urutan pada saat sosialisasi.
argumentasi dalam penelitian ini adalah :
b. Dalam Rakhmat (2001 : 260) :
i. Pengingatan. Apakah materi yang “Kepercayaan sumber dinilai dari disampaikan pada sosialisasi bela jujur, tulus, bermoral, adil, sopan dan negara mudah untuk diingat oleh etis”. Maka indikator dari kepercayaan
peserta.
dalam penelitian ini adalah :
ii. Pemahaman. Apakah materi yang Kejujuran. Yang dimaksud dengan disampaikan pada sosialisasi bela kejujuran dalam penelitian ini negara mudah untuk dipahami adalah kejujuran pemateri dalam
oleh peserta.
menyampaikan materi bela negara pada saat sosialisasi.
b. Satu Sisi vs Dua Sisi. Materi yang disampaikan pada sosialisasi bela
Ketulusan. Yang dimaksud dengan negara adalah dua sisi, yaitu : ketulusan dalam penelitian ini
adalah ketulusan pemateri dalam
i. Sisi bela negara dalam arti menyampaikan materi sosialisasi
keras. Apakah peserta sosialisasi bela negara.
menerima sikap bela negara dalam arti keras.
iii. Keseriusan. Yang dimaksud dengan keseriusan dalam penelitian ini
ii. Sisi bela negara dalam arti adalah keseriusan pemateri ketika
lunak. Apakah peserta sosialisasi memberikan materi sosialisasi bela
menerima sikap bela negara dalam negara.
arti lunak.
c. Menurut Rakhmat (2001 : 260) :
c. Tipe Daya Tarik. Tipe daya tarik dalam menyampaikan pesan adalah daya
“Seorang komunikator yang disukai tarik visual, audio, verbal dan non dilihat dari penampilan, sosiabilitas,
verbal. Maka indikator tipe daya tarik dan koorientasi.” Maka indikator
pesan dalam penelitian ini adalah : disukai dalam penelitian ini adalah :
i. Daya tarik visual materi sosialisasi. Penampilan. Yaitu penampilan fisik
ii. Daya tarik audio materi sosialisasi. pemateri pada saat menyampaikan
iii. Daya tarik verbal materi sosialisasi. Sosialibilitas. Yaitu
materi sosialisasi bela negara.
iv. Daya tarik non verbal materi pemateri dalam beradaptasi dengan
kemampuan
sosialisasi.
peserta sosialisasi bela negara.
d. Kesimpulan.
Yaitu kesimpulan
24 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013 24 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
awal bela negara.
adalah :
c. Kepercayaan atau keyakinan. Indikator
i. Eksplisit. Yaitu kesimpulan materi dari kepercayaan atau keyakinan sosialisasi bela negara yang
terhadap sikap bela negara dalam disampaikan secara tersurat pada
penelitian ini adalah :
saat sosialisasi.
i. Keyakinan terhadap sikap bela
ii. Implisit. Yaitu kesimpulan materi
negara.
sosialisasi bela negara yang
ii. Keyakinan untuk mengajarkan disimpulkan secara tersirat pada sikap bela negara kepada murid saat sosialisasi.
sekolah dasar.
Sedangkan variabel terikat (Y) dalam
2. Azwar (1995 : 26), mengatakan : penelitian ini adalah Sikap Bela Negara Guru
Sekolah Dasar di Jakarta. Maka yang menjadi “Komponen afektif menyangkut masalah sub variabel dalam penelitian ini adalah :
emosional subjektif seseorang terhadap
1. Azwar (1995 : 24) mengatakan : suatu objek sikap.” Aspek afeksi dalam penelitian ini adalah aspek afeksi peserta
“Komponen kognitif berisi kepercayaan sosialisasi tentang bela negara. Dimensi seseorang mengenai apa yang berlaku atau
dari perubahan afeksi pada penelitian ini apa yang benar bagi objek sikap.” Aspek
adalah :
kognisi dalam penelitian ini adalah aspek kognisi peserta sosialisasi tentang sikap
a. Mar’at (1981 : 9) mengatakan : bela negara. Dimensi dari aspek kognisi
“Jika sikap mengarah pada obyek menurut Mar’at (1981 : 13), hubungannya
tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri dengan kepercayaan, ide, dan konsep.
terhadap obyek tersebut dipengaruhi Sehingga dimensi dalam penelitian ini
oleh lingkungan sosial dan kesediaan adalah :
untuk bereaksi dari orang tersebut terhadap obyek.” Indikator dari
a. Pengetahuan atau ide. Indikator dari penyesuaian diri dalam penelitian ini pengetahuan atau ide mengenai sikap
adalah :
bela negara dalam penelitian ini adalah :
i. Tanggapan terhadap sosialisasi bela negara.
i. Pengetahuan tentang sikap bela negara dalam arti keras.
ii. Peserta merasa sosialisasi bela negara perlu dilakukan secara
ii. Pengetahuan tentang sikap bela
simultan.
negara dalam arti lunak.
b. Mar’at (1981 : 13-14), mengatakan :
b. Konsep atau pemahaman. Indikator dari konsep sikap bela negara dalam
“Karakteristik dari sikap senantiasa penelitian ini adalah :
mengikutsertakan
segi evaluasi yang berasal dari komponen afeksi.
i. Pemahaman tentang cinta tanah Berdasarkan evaluasi ini maka air.
komponen afeksi memiliki penilaian
ii. Pemahaman tentang kesadaran emosional yang dapat bersifat positif berbangsa dan bernegara.
atau negatif.” Indikator dalam penelitian ini adalah :
iii. Pemahaman tentang keyakinan pada Pancasila sebagai ideologi
i. Evaluasi emosional akan cinta negara.
tanah air.
iv. Pemahaman tentang rela berkorban
ii. Evaluasi emosional akan kesadaran demi bangsa dan negara.
berbangsa dan bernegara.
Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
iii. Evaluasi
emosional
akan
“Komponen konasi akan menjawab ideologi negara.
pertanyaan bagaimana kesediaan atau iv. Evaluasi emosional akan kerelaan
kesiapan untuk bertindak terhadap berkorban demi bangsa dan negara.
obyek.” Indikator dari kesediaan dalam penelitian ini adalah :
v. Evaluasi
emosional
akan
kemampuan awal bela negara.
i. Kesediaan untuk menyampaikan kembali materi bela negara kepada
c. Menurut Sax (1980) dalam Azwar murid sekolah dasar. (1995 : 88) :
ii. Kesediaan mengimplementasikan “Sikap memiliki intensitas, artinya materi bela negara ke dalam materi
kedalaman atau kekuatan sikap pelajaran sekolah dasar. terhadap sesuatu belum tentu sama
walaupun arahnya mungkin tidak
c. Azwar (1995 : 90) mengatakan : berbeda.” Maka yang menjadi indikator
“Perilaku hanya akan konsisten dengan dari intensitas dalam penelitian ini
sikap apabila kondisi dan situasi adalah :
memungkinkan.” Maka yang menjadi
i. Intensitas bela negara dalam arti indikator dalam penelitian ini adalah : keras.
i. Apakah sikap bela negara peserta
ii. Intensitas bela negara dalam arti hanya di lokasi sosialisasi. lunak.
ii. Apakah sikap bela negara peserta
3. Azwar (1995 : 27) mengatakan : hanya pada saat sosialisasi berlangsung.
“Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan
Setelah diuraikan alur pemikiran secara berperilaku yang ada dalam diri seseorang deskriptif, maka dalam penelitian ini disusun
berkaitan dengan objek sikap yang suatu kerangka pemikiran yang merupakan dihadapinya.” Dimensi dari perubahan model konseptual tentang bagaimana teori konasi dalam penelitian ini adalah :
berhubungan dengan berbagai faktor yang
a. Azwar (1995 : 27), mengatakan : telah diidentifikasikan sebagai masalah yang
penting.
“Sikap seseorang akan dicerminkannya dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek.” Maka yang menjadi indikator tendensi dalam penelitian ini adalah :
i. Kecenderungan perilaku akan cinta tanah air.
ii. Kecenderungan perilaku akan kesadaran
iii. Kecenderungan perilaku akan keyakinan pada Pancasila sebagai ideologi negara.
iv. Kecenderungan perilaku akan rela berkorban demi bangsa dan negara.
v. Kecenderungan perilaku akan kemampuan awal bela negara.
26 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
Obyek dan Metode Penelitian
3.1. Obyek Penelitian
Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh sosialisasi bela negara yang terdiri dari faktor sumber dan faktor pesan terhadap sikap yang terdiri dari perubahan kognisi, perubahan afeksi, dan perubahan konasi bela negara guru sekolah dasar di Jakarta.
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei eksplanatori (survey explanatory) yaitu suatu metode survei yang bertujuan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan statistik inferensial dalam pembuktian dan pengujiannya. Format ini dimaksud untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan, atau pengaruh satu variabel dengan variabel yang lain. Beberapa pakar mengatakan format eksplanatori digunakan untuk
mengembangkan dan menyempurnakan teori. Juga dikatakan bahwa ekspalanatori memiliki kredibilitas untuk mengukur, menguji hubungan sebab-akibat dari dua atau beberapa variabel dengan menggunakan
27
Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
28
Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
analisis statistik inferensial itu (Bungin, 2008 : 38).
Pembahasan
Dari serangkaian uji statistik dengan menggunakan analisis jalur terhadap hipotesis utama, hipotesis mayor, dan hipotesis minor, dapat disampaikan pembahasan umum atau generalisasi pembahasan dari hasil uji statistik yang telah dilakukan. Pada dua hipotesis mayor yang diajukan, diperoleh hasil yang menyatakan bahwa keduanya menolak H o . Berarti bisa dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan dari faktor pemateri dan faktor materi
pada sosialisasi bela negara terhadap sikap bela negara guru sekolah dasar di Jakarta. Hasil ini secara umum telah menjawab hipotesis utama dalam penelitian, yaitu terdapat pengaruh signifikan dari sosialisasi bela negara yang
diselenggarakan oleh Direktorat Bela Negara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, terhadap sikap bela negara guru sekolah dasar di Jakarta.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi bela negara mampu mempengaruhi sikap bela negara guru sekolah dasar di Jakarta. Untuk hipotesis
mayor pertama diperoleh nilai koefisien jalur 0.415, jauh di atas 0.05 (batasan koefisien signifikan). Hipotesis mayor kedua diperoleh nilai koefisien jalur 0.559, jauh di atas
0.05 (batasan koefisien signifikan). Teori instrumental persuasif dari Hovland, Janis, dan Kelly, mengandung karakteristik situasi komunikasi yang mencakup (1) faktor sumber,
dan (2) faktor pesan. Guru sekolah dasar di Jakarta adalah komunikan atau kelompok sasaran yang dituju oleh pesan persuasif dalam karakteristik situasi sosialisasi bela negara. Sehingga dalam penelitian, guru sekolah dasar di Jakarta sebagai faktor komunikan tidak dimasukkan dalam karakteristik situasi komunikasi. Karena tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji sikap, yang mencakup aspek kognisi, aspek afeksi, serta aspek konasi sikap bela negara guru sekolah dasar di Jakarta, sebagai pengaruh dari pesan persuasif dalam karakteristik situasi sosialisasi bela
negara. Mengacu pada teori instrumental persuasif dari Hovland, Janis, dan Kelly, faktor kredibilitas pemateri dan faktor materi pada sosialisasi bela negara terbukti memberi
pengaruh signifikan terhadap sikap bela negara guru sekolah dasar di Jakarta.
Dari daftar nama pemateri dapat terlihat bahwa Direktorat Bela Negara sebagai pihak penyelenggara sosialisasi bela negara telah menghadirkan pemateri yang terdiri dari berbagai latar belakang instansi, yakni Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Universitas Pertahanan, dan Kwarnas Gerakan Pramuka. Pemateri yang terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan instansi yang berbeda, dapat menunjukkan bahwa sosialisasi bela negara diadakan tidak untuk melakukan proses indoktrinasi kepada guru sekolah dasar. Dapat diasumsikan secara demikian, karena Direktorat Bela Negara sebagai pihak penyelenggara sosialisasi tidak menghadirkan figur pemateri yang mempunyai kekuasaan
dan pengaruh atau power yang dapat membangkitkan rasa takut peserta untuk menentang sosialisasi bela negara. Pemateri dengan latar belakang yang berbeda justru dapat menunjukkan bahwa betapa pentingnya menumbuhkan sikap bela negara guru sekolah dasar, demi terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia. Semakin peserta mengakui kredibilitas pemateri, maka semakin mudah pula usaha pemateri untuk mempersuasi peserta sosialisasi. Merujuk pada Tan, sumber yang kredibel tidak hanya ahli dalam menjawab berbagai pertanyaan mengenai pokok bahasan, tetapi juga dapat dipercaya. Kepercayaan didapat apabila sumber termotivasi untuk menyampaikan pendiriannya tanpa bias. Sumber yang dapat dipercaya adalah sumber yang objektif, serta tidak memiliki tujuan untuk memanipulasi dan tidak bertujuan untuk mendapatkan keuntungan apapun apabila penerima pesan menerima rekomendasi yang diberikan.
Untuk hasil pengujian hipotesis kedua
Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 4 No. 1, Februari-Juli 2013
menunjukkan bahwa faktor materi sosialisasi bela negara memberi pengaruh signifikan
terhadap sikap bela negara guru sekolah dasar di Jakarta. Materi sosialisasi bela negara, selain berbentuk paparan, juga dilengkapi oleh slide gambar yang mendukung penyampaian materi. Sehingga materi yang disampaikan menjadi lebih menarik dan mudah dimengerti oleh peserta sosialisasi. Penyampaian materi juga dilengkapi oleh lagu nasional. Bahasa dan pilihan kata yang digunakan, serta permainan bela negara juga memiliki daya tarik. Sehingga membuat peserta tertarik untuk menyimak materi yang disampaikan pada sosialisasi bela negara. Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Syam, bahwa pesan yang dirancang dengan baik, dalam arti persiapan dan penataan yang lebih matang yang dikombinasikan dengan penampilan (warna, tata suara, gambar dan musik) yang lebih menarik, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, penjelasan yang rinci melalui slogan-slogan yang jelas dan menarik.
Setelah mengikuti sosialisasi bela negara, guru-guru sekolah dasar mendapat pengetahuan baru mengenai sikap bela negara dalam arti lunak dan arti keras, pemahaman mengenai konsep cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan kepada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban demi bangsa dan negara, serta pemahaman mengenai kemampuan awal bela negara. Dengan memahami konsep mengenai sikap bela negara, peserta sosialisasi memiliki kepercayaan terhadap sikap bela negara, dan keyakinan akan pentingnya menanamkan dan mengajarkan sikap bela negara kepada murid-murid sekolah dasar. Peserta merasa puas terhadap pelaksanaan sosialisasi bela negara, dan memberi dukungan terhadap dilaksanakannya sosialisasi bela negara bagi guru-guru sekolah dasar di seluruh daerah di Indonesia. Peserta sosialisasi juga menyatakan semakin mencintai tanah air, memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara, meyakini Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban demi bangsa dan negara, serta ingin memiliki kemampuan awal bela negara.