A i r. Cement Portland Baja Tulangan

Syarat-Syarat Teknis 7 7.2.7 Agregat harus disimpan dalam keadaaan terpisah satu sama lain berdasarkan ukurannya diatas permukaan yang keras, sehingga terhindar dari kemungkinan tercampur dengan lumpur maupun tanah. Harus dibuatkan pula saluran air disekitar penyimpanan agar kadar air dari aggregat tidak berubah terlalu banyak.

7.3 Batu Bata

7.3.1 Batu bata yang dipakai harus bermutu baik, dengan kekerasan pembakaran yang sempurna dengan sudut-sudutnya yang sempurna dan siku antara sesuatu sisi dengan sisi yang lainnya. 7.3.2 Ukuran dan bentuk semua batu bata yang akan dipakai harus sama. Jika terjadi perbedaan ukuran bata yang dipakai tidak boleh melebihi 5 mm. 7.3.3 Prosentase pemakaian batu bata patah tidak boleh lebih dari 10 dari volume bata yang dipakai pada bidang yang akan dipasang. 7.3.4 Penyimpanan batu bata harus diatur sedemikian rupa agar batu bata tidak rusak atau berkurang mutunya. DireksiPengawas berhak menolak pemakaian batu bata yang rusak atau kurang baik mutunya akibat kesalahan penumpukkanpenyimpanan.

7.4 A i r.

7.4.1 Air yang digunakan harus bersih dan bebas dari segala macam campuran atau larutan minyak, Lumpur, asamgarambasa dan bahan-bahan organis lainnya yang dapat merusak dan mengurangi mutu dan kekerasan beton. 7.4.2 Pemakaian air untuk setiap campuran beton harus sesuai dengan ketentuansyarat yang disebutkan dalam PBI-71 atau yang disyaratkan dalam hasil test labor Mix Design.

7.5 Cement Portland

7.5.1 Cement Portland yang dipakai adalah Type I menurut PUBI 1982 dan memenuhi SIISNI kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak DireksiPengawas. 7.5.2 Semen harus dikirim ketempat pekerjaan dalam keadaan tertutup rapat dalam kemasan aslinya dari pabrik, sesuai dengan yang telah disetujui oleh DireksiPengawas. Semen harus diletakkan dalam ruangan tertutup, sehingga tidak mendapatkan pengaruh langsung dari perubahan cuaca dan kelembaban gudang penyimpanan semen tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan penyimpanan pada saat pengiriman maupun pengambilan pada saat pemakaian. Semen yang digunakan harus dalam keadaan fresh belum mulai mengeras. Syarat-Syarat Teknis 8 7.5.3 Semen yang sudah mengalami perubahan akibat cuaca maupun kelembaban tidak diizinkan untuk dipakai. Semen yang tidak memenuhi syarat harus dikeluarkan dari tempat pekerjaan, dengan sepengetahuan DireksiPengawas.

7.6 Baja Tulangan

7.6.1 Baja Tulangan harus bebas dari kotoran, oli, minyak karatankeropos serta bahan lainnya yang dapat merusak mutu baja tulangan. 7.6.2 Jenismutu serta ukuran baja tulangan yang dipakai harus disesuaikan dengan gambar rencanadetail yang akan dikerjakan atau diatur dalam pasal berikutnya. 7.6.3 Ukuran penampangdiameter baja tulangan yang dipakai adalah ukuran riil dilapangan. 7.6.4 Apabila ukuran diameter baja tulangan yang diinginkan dalam gambarperhitungan struktur tidak terdapat dipasaran pemborong dapat menggunakan ukuran baja tulangan lain yang mendekati ukuran dalam gambar rencanadetail atas persetujuan Direksi Pengawas, dengan syarat total luas penampang baja yang dipakai tidak kurang dari total luas penampang yang direncanakan dalam gambardetai. 7.6.5 Penyimpanan baja tulangan dilapangan harus di atur sedemikian rupa sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh faktor cuaca atau bahan lain yang dapat merusak baja tulangan. Pasal 8 PEKERJAAN BETON 8.1 Semua pekerjaan beton harus mengacu kepada Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, SKSNI T-15-1991-03 dan hasil mix design untuk pekerjaan beton struktur. Pemborong harus mempelajari terlebih dahulu metoda kerja dari pekerjaan beton, dengan mengacu pada peraturan tersebut, serta spesifikasi sesuai dengan perencanaan. 8.2 Kegagalan pekerjaan beton yang terjadi akibat penyimpangan dari spesifikasi yang telah ditentukan harus diperbaiki dan seluruh biaya serta resiko menjadi tanggung jawab pemborong. 8.3 Komposisi adukan, jenismutu bahan yang dipakai serta pengadukan beton untuk beton tersebut dalam poim 9.3 diatas harus atas rekomendasi dari hasil test labor pengujian beton. yang resmi dan diakui. 8.4 Untuk pekerjaan beton bertulang lainnya beton bertulang Praktis dipakai mutu beton K 225 dan untuk lantai dipakai mutu beton K 175 8.5 Untuk mendapatkan komposisi adukan yang tepat, dan untuk mencapai karakteristikmutu beton pemborong harus mengikutimemakai satuan material yang direkomendasikan oleh Laboratorium pengujian beton. Syarat-Syarat Teknis 9 8.6 Pengadukan beton harus dilakukan dengan menggunakan alat pengaduk mesin Molen, type dan kapasitasnya harus mendapat persetujuan dari Direksi pengawas. Metoda pengadukan, 8.7 Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan pemborong melakukan pemasokan beton terutama untuk beton struktur dari luar lokasi pekerjaan Beton Ready Mix Pemasok beton harus dapat mnjamin bahwa karakteristikmutu beton yang didatangkan sesuai dengan yang disyaratkan dalam RKS ini. 8.8 Dalam pelaksanaan pekerjaan berton bertulang terutama beton Struktur pengujian beton dilapangan harus dilaksanakan sesuai dengan yang disyaratkanketentuan dalam APBI 1971. 8.9 Segala hasil pekerjaan struktur beton bertulang yang dilaksanakan oleh pemborong adalah merupakan tanggung jawab dan jaminan pemborong. 8.10 Sebelum melakukan pengecoran beton, pemborong harus terlebih dahulu memberikan rekomendasi capuran beton mix Design yang dikeluarkan oleh Labortorium pengujian beton yang telah ditunjukdisepakai. Pasal 9 PENULANGAN 9.1 Pekerjaan penulangan untuk pekerjaan beton bertulang harus disesuaikan dengan gambar rencanadetail dan hasil perhitungan struktur. 9.2 Baja tulangan pokok yang digunakan untuk pekerjaan beton struktur Pondasi Plat Beton bertulang, Sloof, Kolom, dan Balok digunakan Besi Ulir dengan mutu U-24. Penempatan dan diameter yang dipakai desesuaikan dengan gambar rencanadetai. 9.3 Untuk Begol, Tulangan Beton Praktis dipakai baja polos U 24 dengan penempatan dan diameter yang dipakai sesuai dengan gambar rencanadetail. 9.4 Pelaksanaan pekerjaan penulangan beton harus dilaukan oleh tenaga yang berpengalaman, dan dengan menggunakan peralatan yang memenuhi syarat sehingga tidak menimbulkan cacat patah, retak dan kropos yang dapat menimbulkan berkurangnya kekuatanmutu baja tulangan. 9.5 Pembengkokkan baja tulangan harus dilakukan secara hati-hati dan teliti, tepat pada ukuran posisi Pembengkokkan sesuai dengan gambar dan tidak menyimpang dari Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. 9.6 Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil sesuai dengan gambar dan menggunakan pelindung beton beton decking sesuai dengan gambar. Apabila hal tersebut tidak tercantum di dalam gambar atau dalam spesifikasi ini, maka dapat digunakan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 sesuai table berikut ini. Syarat-Syarat Teknis 10 Komponen StrukturKonstruksi Selimut beton minimum Cm ฀ Plat Beton. 1,50 ฀ Dinding Beton. 2,00 ฀ Balok Beton 2,50 ฀ Kolom Beton 3,00 9.7 Semua pemotongan, Pembengkokkan dan toleransi Pembengkokkan harus sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. Dan semua tulangan harus diikat dengan baik dengan kawat beton sehingga tidak mengalami perubahan posisi saat pengecoran beton. Akhir dari tulangan harus dibengkokkan kearah dalam minimal 5 kali diameter tulangan dan tidak diperkenankan menembus ke selimut beton. 9.8 Potongan atau ketentuan penempatan penyambungan baja tulangan harus sesuai dengan ketentuan dalam PBI 1971, atau pada tempat yang ditentukan dan disetujui oleh Direksi Pengawas. 9.9 Tulangan yang telah terpasang tetapi belum dicor harus dilindungi sepenuhnya terhadap korosi, pengaruh cuaca sesuai pengarahan yang diberikan oleh Direksi Pengawas. 9.10 Apabila tulangan selesai dipasang, pemborong harus melaporkannya kepada Direksi Pengawas untuk diperiksa dan disetujui. Pemborong tidak diperkenankan melakukan pengecoran sebelum tulangan yang terpasang diperiksa dan disetuji oleh Direksi Pegawas, tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari Direksi Pengawas. 9.11 Pengelasan Baja atau tulangan hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Direksi Pengawas. Pengelasan harus dilakukan oleh personil yang berpengalaman. Sebelum melaksanakan pengelasan, Pemborong harus mengajukan metoda kerja dan system pengelasan yang dipakai untuk disetujui oleh Direksi Pengawas. Pasal 10 BEKESTINGACUAN 10.1 Acuan, baik yang sementara maupun yang permanen, dimaksudkan untuk membentuk struktur- struktur beton dengan segala detailnya. Acuan yang dibuat harus dapat dipertahankan bentuknya baik selama pemasangan tulangan maupun pengecorannya. Syarat-Syarat Teknis 11 10.2 Perancah termasuk segala jenis unsur-unsurnya seperti pengaku, balok, pengikat dan tiang, juga termasuk pondasi sementara yang diperlukan untuk memikul acuan tanpa menimbulkan settlement. 10.3 Baik acuan maupun perancah harus direncanakan oleh Pemborong untuk menyangga berat maupun tekanan dari beton dalam keadaan basah dan peralatan yang mungkin ada diatasnya, serta bahan-bahan kejut dan getaran. Kesemuanya ini harus direncanakan dengan metoda ereksi dan pembongkaran yang sederhana sehingga memudahkan pemasangan , penambahan maupun pembongkarannya. 10.4 Defleksi lendutan yang diizinkan terjadi adalah 1900 bentang dan balok kantilever, lendutan yang diizinkan adalah 1300 bentang. 10.5 Bracing-barcing harus dipasang untuk menghindari pergerakan horizontal, transversal maupun longitudinal yang terjadi. 10.6 Gambar-gambar yang menunjukkan detail dari acuan maupun perancah, perhitungan perancah, elevasi dari acuan maupun perancah harus diajukan oleh pemborong untuk disetujui oleh Direksi Pengawas. 10.7 Papan acuan plat lantai harus dilapisi dengan triplek ketebalan minimum 4 mm, atau material lain harus dibuat lurus dan rata sehingga permukaan beton betul-betul lurus dan rata . 10.8 Acuan yang dipakai harus bersih dari segala macam kotoran, apabila akan digunakan kembali acuan harus bersih, acuan yang sudah rusak dan tidak lurus lagi tidak diperkenankan dipakai kembali. Untuk mengejar kecepatan pengecoran, disyaratkan agar Pemborong membuat panel- panel bekisting yang standar untuk acuan bagian konstruksi yang tipikal. 10.9 Tripleks yang digunakan untuk acuan harus ditumpukan sepanjang tepinya. Kaso-Kaso, pengaku dan penumpu harus dipasang sedemikian rupa sehigga dapat dipertahankan kelurusannya dan kekuatannya selama pengecoran maupun pemadatan beton dilakukan. 10.10 Pengaku, acuan serta perancah yang dibuat harus dipersiapkan terhadap kemungkinan settlement dari perancah tersebut. Acuan harus diperbaiki apabila ternyata perancah mengalami settlement. 10.11 Semua tiang perancah harus dipasang dengan pengaku vertical horizontal maupun diagonal. Bracing lateral harus dari dua arah dan bracing diagonal harus dua sisi, baik horizontal maupun vertical. Apabila tiang ternyata perlu disambung, pemasangan bracing harus diatur sesuai dengan lokasi penyambungan tersebut. 10.12 Acuan untuk beton prategang harus diperhitngkan dapa menahan gaya-gaya yang mungkin terjadi selama penarikan stressing berlangsung. 10.13 Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan, unsure yang harus berada di dalam beton tersebut harus sudah ditempatkan secara benar, termasuk pengaturan selimut betonnya. Syarat-Syarat Teknis 12 10.14 Seluruh perancah dan acuan harus diperiksa kembali pada saat pengecoran beton akan dimulai. Apabila ternyata acuan tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum pengecoran dilaksanakan. 10.15 Acuan dapat dilepaskan dari beton apabila pembongkarannya dapat dipastikan tidak mengakibatkan kerusakan beton, dan acuan tersebut sudah mudah dilepaskan dari beton. 10.16 Waktu untuk pelepasan acuan dan perancah tergantung dari cuaca, metoda pemeliharaan beton, kekuatan beton tipe dari struktur dan beban rencana. Dalam segala hal, waktu untuk melepas acuan dan perancah tidak kurang dari: Komponen Struktur Waktu Samping balok, dinding, kolom yang tidak dibebani 24 jam Pelat acuannya saja 3 hari Balok acuan saja 7 hari Perancah pelat diantara balok 7 hari Perancah balok dan plat slb 14 hari Perancah kantilever 28 hari Pekerjaan pembongkaran acuan harus dilaporkan dan disetujui sebelumnya oleh DireksiPengawas. Pasal 11 PENGECORAN

11.1 Pengecoran Beton