Kerangka Teoritis KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teoritis

Berkaitan dengan permasalahan yang ada dan tujuan yang akan dicapai dengan penelitian ini, maka penulis merasa penting untuk menggunakan beberapa teori sosial, khususnya teori sosiologi sebagai landasan teori dalam penelitian ini. Adapun teori-teori yang akan dipergunakan antara lain ; Teori Struktural Fungsional, dan teori-teori sosial lainnya . Penulis memilih teori struktural fungsional digunakan dalam penelitian ini dikarenakan dengan teori ini permasalahan dalam penelitian mengenai cakupan permasalahan sosial yang dialami oleh anggota masyarakat, khususnya para penyandang permasalahan sosial yang ada di tengah keluarga, dan masyarakat, akan dengan mudah dipahami, dikaji dan diambil suatu langkah atau tindakan penyelesaiannya. Adapun Teori struktural fungsional dalam penelitian ini penulis jadikan suatu landasan teoritis, dikarenakan bahwa teori ini memandang masyarakat merupakan suatu unit sosial kesatuan sosial, dimana masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang didalamnya terdapat nilai-nilai, norma-norma, aturan-aturan atau kaidah-kaidah sosial, yang senantiasa mereka taati dan berlakukan dalam kehidupan masyarakat. Sebagaimana menurut Doyle Paul Johnson teori struktural fungsional juga memandang bahwa kebutuhan pribadi para peserta dalam suatu sistem kurang lebih 8 dipenuhi melalui pertukaran-pertukaran yang diungkapkan dalam penampilan- penampilan peran timbal-balik Johnson, 1986 ; 281. Selanjutnya menurut Talcott Parsons bahwa teori struktural fungsional memandang masyarakat sebagai berikut : a. Setiap masyarakat merupakan suatu struktur elemen-elemen yang secara relatif mantap dan stabil. b. Setiap masyarakat merupakan suatu struktur elemen-elemen yang berintegrasi dengan baik. c. Setiap elemen dalam suatu masyarakat mempunyai fungsi yakni memberikan sumbangan bertahannya masyarakat itu sebagai suatu sistem. d. Sistem struktur sosial yang berfungsi didasarkan pada suatu konsensus nilai diantara para anggotanya Johnson, 1986 ; 194. Sementara itu menurut K.J. Veeger dalam bukunya Realitas Sosial menyebutkan bahwa bagian-bagian yang membentuk suatu sistem sosial bergantungan, didalamnya tidak ada unsur yang sama sekali terpisah satu sama lain. Semua unsur saling mengandaikan dan saling membutuhkan dan bersama-sama membangun suatu keseluruhan, interdependensi ini mengarah pada keseimbangan sebagai tujuannya sedangkan keseimbangan itu cenderung untuk mempertahankan dirinya Veeger, 1986 ; 202. Demikian pula halnya, setiap anggota dari suatu sistem sosial adalah sebagai wujud tanggungjawab terhadap anggota sistem sistem sosial itu sendiri, dan untuk mencukupi kebutuhannya, adanya saling kerja sama dan saling ketergantungan antara satu dengan lainnya. Sehingga akan terwujud suatu kerjasama yang baik dan 9 dengan demikian terwujud pula suatu kehidupan yang harmonis dan sejahtera bahagia. Menurut Talcott Parsons sesuai dengan teori sistem umum bahwa proses jalannya tiap-tiap sistem sosial itu tegantung dari empat imperatif atau masalah yang harus ditanggulangi secara memadai supaya keseimbangan dan atau keberadaan sistem itu dijamin Veeger, 1986 ; 207. Adapaun empat imperatif dimaksud itu dinamakan empat prasyarat fungsional yang disebut pula dengan kerangka AGIL Adaptation, Goal attainment, Integration, Pattern maintenance, yakni sebagai berikut : 1. Setiap sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan Adaptation. 2. Setiap sistem harus memiliki suatu alat untuk memobilisasi sumbernya supaya dapat mencapai tujuan-tujuannya dengan demikian mencapai gratifikasi Goal attainment. 3. Setiap sistem harus mempertahankan koordinasi internal dari bagian-bagiannya dan membangun cara-cara yang berpautan dengan diviansi mempertahankan kesatuannya Integration. 4. Setiap sistem harus mempertahankan dirinya sedapat mungkin dalam keadaan yang seimbang Latent Pattern maintenance Craib, 1986 ; 65-66. Pembinaan generasi muda pada dasarnya adalah dalam rangka menciptakan suatu keadaan kehidupan dalam masyarakat yang bahagia, sejahtera serta harmonis haruslah memenuhi prasyarat tersebut diatas. Dalam arti bahwa setiap anggota keluarga, keluarga dan masyarakat termasuk para generasi muda – Kristen ; para Pelayan Khusus GMIM dan Pemerintah harus mampu dan mau untuk menyesuaikan diri adaptasi – adaptation dengan kondisi dan keadaan yang ada, 10 artinya segala nilai, aturan, perilaku, sikap, dan karakter yang dimiliki oleh masing- masing hendaknya dapat dipahami dan dimengerti oleh setiap anggotanya. Sedangkan untuk pencapaian tujuan Goal attainment suatu sitem sosial adalah mutlak mempunyai cita-cita, harapan, tujuan yang akan dicapai dalam kehidupannya, kehidupan yang harmonis, bahagia dan sejahtera adalah wujud cita- cita, harapan setiap orang dalam keluarga dan masyarakat para generasi muda – Kristen red ; para Pelayan Khusus GMIM. Sehingga setiap anggota keluarga dan masyarakat para generasi muda – Kristen ; para Pelayan Khusus GMIM dapat memenuhi dan memahami arti tujuan daripada kehidupan keluarga dan masyarakat. Sedangkan untuk Integrasi integration bagi seluruh komponen masyarakat harus mampu untuk menyatukan segala yang menjadi tujuan, harapan dan cita-cita tersebut, dan selanjutnya menyatukan untuk menjadikan satu kesatuan yang bulat dan utuh dalam masyarakat, dengan demikian warga msyarakat akan dapat mewujudkan suatu persatuan dan kesatuan diantara para anggotanya, tanpa adanya pembedaan dalam memandang keberadaan antara yang satu dengan lainnya, antara yang normal dengan yang mengalami permasalahan sosial sebagai anggota masyarakat. Latent Patern Maintenance keadaan yang seimbang – jatidiri suatu system sosial harus mampu untuk menjadi dirinya sendiri, dalam arti adanya kemandirian, ciri khasnya sendiri yang merupakan hasil daripada kerjasama dan tanggungjawab bersama dalam suatu sistem. Dalam arti bahwa antara anggota masyarakat, termasuk didalamnya para generasi muda – Kristen ; para Pelayan Khusus GMIM dan Pemerntah hendaknya mampu untuk mewujudkan dan menempatkan manusia 11 sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia yang mempunyai harkat dan martabatnya. Dalam kaitannya dengan teori Struktural Fungsional tersebut, maka dengan memahami akan keberadaan generasi muda ada baiknya juga dikemukakan dari perspektif Sosiologi Pemuda, sebagaimana dikemukakan oleh N. Daljoeni bahwa struktur masyarakat yang ada sangat ditentukan oleh struktur generasi mudanya Daljoeni, 1986 ; 21. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa keberadaan masyarakat yang ada saat ini adalah tidak terlepas dari keberadaan generasi muda pada waktu sebelumnya. Demikian pula keberadaan generasi muda saat ini akan menentukan keberadaan masyarakat dimasa yang akan datang. Sehingga keberadaan generasi muda apapun kualitasnya akan menentukan kualitas dari masyarakatnya. Bila generasi muda saat ini dapat dipersiapkan dengan baik, kualitasnya sumber daya manusia SDM yang baik, maka sudah tentu kualitas masyarakat di masa yang akan datang akan lebih baik. Untuk memberikan suatu pemahaman akan pengertian atas beberapa konsep dalam penelitian ini, maka penulis merasa perlu untuk memberikan uraian mengenai beberapa pengertian atas konsep dimaksud. B. Beberapa Pengertian B.1. Peran