membantu kekurangan-kekurangan terhadap metode ceramah. Hal ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana siswa
dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah diajarkan. c. Metode Ceramah
Ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Dalam memperjelas penuturan atau penyajiannya, guru dapat menggunakan
alat-alat bantu, seperti bendanya, gambarannya, sket, peta, dan lain sebagainya.
54
Dalam meteri PAI, metode ceramah ini masih tepat untuk dilaksanakan, misalnya untuk memberikan materi tentang tauhid, karena
tauhid tidak dapat diperagakan, sukar didiskusikan, sehingga guru akan memberikan uraian menurut caranya masing-masing dengan tujuan agar
siswa dapat mengikuti jalan fikiran guru. d. Metode Diskusi
Ialah suatu cara penyajian atau penyampaian bahan pelajaran, dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan pembicaraan
ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun alternatif pemecahan atas suatu masalah.
55
Metode ini digunakan agar siswa menjadi mandiri, mau berfikir mandiri. Kemungkinan besar dengan adanya metode ini, siswa akan merasa
54
Ibid., hal. 133
55
Ibid., hal 145
ditunut harus mampu berbicara, tapi tidak sekedar berbicara, sehingga akan menjadikan siswa lebih rajin dan terampil dalam berdiskusi.
e. Metode Pembiasaan Menurut MD. Dahlan seperti yang dikutip oleh Hery Noer Aly
merupakan proses penanaman kebiasaan. Sedangkan kebiasaan Habit ialah cara-cara bertindak yang presistent, uniform, dn hampir otomati atau spontan
hampir tidak disadari oleh pelakunya.
56
Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan
untuk membiasakan anak dididik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam, karena pendekatan pembiasaan
sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif kedalam diri peserta didik. Selain itu, pendekatan pembiasaan juga dinilai sangat
efisien dalam merubah sikap anak dari negatif ke positif.
57
2. Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran tatap muka baik dilaksanakan di sekolah maupun diluar sekolah
dengan maksud untuk lebih memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan
56
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Logos Wacana Mulia, cet, IV, 2002 h. 178
57
DR. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hal. 110
yang telah dimilikinya dari berbagai bidang studi.
58
Menurut Yudha M. Saputra 1998:10, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut.
a. Segala kegiatan sekolah harus diarahkan kepada pembentukan pribadi anak. b. Harus ada kesesuaian antara program dengan kebutuhan masyarakat.
c. Harus sesuai dengan karakteristik anak. d. Harus selalu mengikuti arah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
59
Sedangkan tujuan dilaksanakannya kegiatan ekstrakurikuler antara lain sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengetahuan siswa dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
b. Mengembangkan bakat serta minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju manusia seutuhnya.
c. Mengetahui, mengenal, serta membedakan hubungan antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya.
60
Kegiatan ekstrakurikuler dapat dilaksanakan baik secara perseorangan maupun kelompok. Kegiatan perseorangan dimaksudkan untuk meningkatkan
pengetahuan, penyaluran bakat serta minat siswa.
58
Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993,h. 22
59
http:www.landasanteori.com201511pengertian-ekstrakurikuler-definisi.html 24 januari 2017
60
Ibid., hal 22
3. Melalui Bimbingan dan Penyuluhan
Kegiatan bimbingan atau penyuluhan yang dapat dilakukan dalam hal pembinaan mental peserta didik tidak lain adalah sebuah upaya untuk
membentuk karakter peserta didik. Menurut Abdul Mujib, realisasi metode Islam dapat membentuk karakter kepribadian muslim Syakhhsiyah al-muslim yang
mendorong seseorang untuk hidup bersih, suci dan dapat menyesuaikan diri dalam setiap kondisi. Kondisi seperti itu merupakan syarat mutlak bagi
terciptanya kesehatan mental. Kepribadian muslim menimbulkan lima karakter ideal yaitu sebagai berikut:
61
a. Syahadatain Yaitu karakter yang mampu membebaskan atau menghilangkan diri
dari segala belenggu atau dominasi tuhan-tuhan temporal dan relatif seperti materi dan hawa nafsu.
Artinya : “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi
pemelihara atasnya?,”Q.S. Al-Furqan : 43 Kepribadian syahadatain juga menghendaki adanya karakter yang
selalu cinta dan mematuhi perintah Rasulullah dan menjahui larangnnya, serta berusaha mentauladani tingkah laku-Nya yang mulia.
61
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2011 h.181-182