Kajian Aksesibilitas Terhadap Ruang Terbuka di Perumahan Terencana Kota Medan

(1)

KAJIAN AKSESIBILITAS TERHADAP RUANG TERBUKA DI PERUMAHAN TERENCANA KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH

SUCI PRATIWI 100406046

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KAJIAN AKSESIBILITAS TERHADAP RUANG TERBUKA DI PERUMAHAN TERENCANA KOTA MEDAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUCI PRATIWI 100406046

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERNYATAAN

KAJIAN AKSESIBILITAS TERHADAP RUANG TERBUKA DI PERUMAHAN TERENCANA KOTA MEDAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014


(4)

Judul Skripsi : Kajian Aksesibilitas Terhadap Ruang Terbuka di Perumahan Terencana Kota Medan

Nama Mahasiswa : Suci Pratiwi Nomor Pokok : 100406046 Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

Koordinator Skripsi,

Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc

Ketua Program Studi,

Ir. N. Vinky Rahman, MT

Tanggal Lulus:


(5)

Telah diuji pada Tanggal :

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Penguji I Anggota Komisi Penguji : 1. Penguji II


(6)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada : 1. Ibu Wahyuni Zahrah, S.T., M.S., selaku Dosen Pembimbing yang telah

membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl., T.P., M.Arch selaku Dosen Penguji I

dan Bapak Hajar Suwantoro, S.T., M.T., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T, selaku Ketua Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA, selaku Sekretaris Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Warga dan pengunjung ruang terbuka publik di Perumahan Cemara Asri, Perumahan Taman Setia Budi Indah 1, dan Perumahan Citra Wisata yang telah meluangkan waktunya kepada penulis dalam melakukan penelitian dan mendapatkan data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua dan saudara-saudara penulis yang tercinta, yang telah memberikan semangat, dorongan, dan bantuan untuk menyelesaikan studi dan skripsi penulis di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan motivasi serta dorongan hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.


(7)

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak.

Medan, Juli 2014 Penulis,


(8)

ABSTRAK

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan ruang terbuka publik adalah aksesibilitas. Ruang terbuka publik dapat ditemukan di perumahan terencana. Dengan adanya ruang terbuka publik di perumahan maka akan memudahkan penghuni untuk mengunjungi ruang terbuka publik, khususnya dengan berjalan kaki. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kualitas pedestrian menuju ruang terbuka di perumahan, mengidentifikasi kualitas linkage di perumahan, dan mengetahui persepsi masyarakat mengenai aksesibilitas ruang terbuka di perumahan terencana Kota Medan. Penelitian di lakukan di tiga perumahan terencana di Kota Medan dengan mengumpulkan data primer, dengan cara mengobservasi kualitas aksesibilitas pedestrian, membuat pemetaan perilaku pejalan kaki di perumahan, mengidentifikasi kualitas linkage, dan menyebarkan kuisioner untuk mengetahui persepsi masyarakat, serta mengumpulkan data sekunder. Dari hasil penelitian yang telah di lakukan, kualitas pedestrian di perumahan terdapat banyak kekurangan, terutama pada kualitas pedestrian, lebar, kontinuitas, ketersediaan tempat duduk, dan ramp . Linkage ruang terbuka di perumahan-perumahan tersebut baik, dapat ditemukan dengan mudah.Pengunjung ruang terbuka publik lebih banyak menggunakan kendaraan daripada berjalan kaki. Masyarakat mengatakan suatu tempat mudah diakses bila dapat diakses dengan menggunakan kendaraan. Jarak dan waktu tidak mempengaruhi aksesibilitas bagi pengunjung ruang terbuka di perumahan terencana Kota Medan.

Kata kunci: aksesibilitas, ruang terbuka publik, perumahan, pedestrian, linkage, pemetaan perilaku.

ABSTRACT

One of the factors that influence the success of public open space is the accessibility. Public open space can be found in a planned housing. With the public open space in the housing it will be easier for residents to visit a public open space, especially on foot. This study aims to identify the quality of open space in the pedestrian towards housing, identifying the quality of linkage in housing, and public perceptions regarding the accessibility of open space in residential planned at city of Medan. The experiment was conducted in three housing planned in the city of Medan to collect primary data, by observing the quality of pedestrian accessibility, making behavioral mapping of pedestrian in housing, identify linkage quality, and distributing questionnaires to determine the public perception, as well as collecting secondary data. From the research that has been done, the quality of the pedestrian in the housing there are many shortcomings, particularly in the pedestrian quality, width, continuity, availability of seats, and ramp. Linkage open space in the residential-housing good, can be found easily. Visitors who came to public openspace using vehicle more than foot. People say a place can be accessed easily accessible when using the vehicle. Distance and time do not affect the accessibility for visitors open space in residential planned city of Medan.

Key words: accessibility, public open space, housing, linkage, pedestrian, behavioral mapping.


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Kerangka Berpikir ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Aksesibilitas ... 6

2.1.1. Pengertian Aksesibilitas ... 6

2.1.2. Konsep Aksesibilitas ... 8

2.1.3. Ruang Terbuka Publik dan Aksesibilias ... 11

2.2 Pedestrian ... 13

2.2.1. Teori Pedestrian ... 13

2.2.2. Elemen-elemen Jalur Pedestrian ... 16

2.3 Linkage ... 16

2.4 Ruang Terbuka ... 17

2.4.1 Pengertian Ruang Terbuka ... 17

2.4.2 Jenis-jenis Ruang Terbuka ... 18

2.4.3 Fungsi Ruang Terbuka ... 19


(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Variabel dan Metode Pengumpulan Data ... 22

3.3 Kriteria Kawasan Penelitian ... 24

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4.1. Data Primer ... 25

3.4.2. Data Sekunder ... 25

3.5 Kawasan Penelitian ... 26

3.6 Metoda Analisa Data ... 27

3.7 Kesimpulan ... 29

BAB IV DESKRIPSI KAWASAN KAJIAN ... 30

4.1 Perumahan Cemara Asri ... 31

4.2 Perumahan Taman Setia Budi Indah 1 ... 33

4.3 Perumahan Citra Wisata ... 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1 Kehidupan Ruang Terbuka Publik ... 36

5.1.1 Perumahan Cemara Asri ... 36

5.1.2 Perumahan Taman Setia Budi Indah 1 ... 42

5.1.3 Perumahan Citra Wisata... 46

5.2 Kualitas Aksesibilitas Ruang Terbuka Publik... 52

5.2.1 Lebar Jalan ... 52

5.2.2 Kondisi Jalan ... 57

5.2.3 Pencahayaan ... 59

5.2.4 Signage ... 61

5.2.5 Keteduhan (Pohon) ... 63

5.2.6 Kebersihan ... 66

5.2.7 Kesinambungan Trotoar ... 69


(11)

5.3.1 Linkage Visual ... 73

5.3.2 Linkage Struktural ... 78

5.4 Persepsi Masyarakat ... 82

5.4.1 Jarak Tempuh ... 82

5.4.2 Waktu Tempuh ... 84

5.4.3 Kemudahan Aksesibilitas ... 89

5.4.4 Hambatan Ketika Berjalan Kaki ... 91

BAB VI KESIMPULAN & SARAN ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hambatan aksesibilitas terhadap transportasi ... 7

Tabel 2.2 Kriteria pengukuran aksesibilitas yang ideal ... 10

Tabel 2.3 Kriteria jarak berjalan kaki yang diterima ... 14

Tabel 2.4 Kriteria aksesibilitas pedestrian terhadap ruang terbuka ... 20

Tabel 3.1 Variabel dan metode penelitian... 28


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kriteria ruang publik yang berhasil ... 13

Gambar 4.1 Peta Kota Medan ... 30

Gambar 4.2 Lokasi Penelitian ... 31

Gambar 4.3 Fasilitas Perumahan Cemara Asri ... 32

Gambar 4.4 Peta Perumahan Cemara Asri ... 33

Gambar 4.5 Peta Perumahan Taman Setia Budi Indah 1 ... 34

Gambar 4.6 Peta Perumahan Citra Wisata ... 35

Gambar 5.1 Taman Bangau Perumahan Cemara Asri ... 37

Gambar 5.2 Pengunjung Taman Bangau Perumahan Cemara Asri ... 37

Gambar 5.3 Suasana taman bangau dengan kuliner yang dijual ... 37

Gambar 5.4 Diagram kunjungan ke Ruang Terbuka Publik ... 38

Gambar 5.5 Diagram tujuan mengunjungi ruang terbuka publik ... 39

Gambar 5.6 Diagram dengan siapa mengunjungi ruang terbuka publik ... 39

Gambar 5.7 Pemetaan tempat pejalan kaki di Perumahan Cemara Asri ... 41

Gambar 5.8 Lapangan bola Perumahan Tasbi 1 ... 42

Gambar 5.9 Diagram kunjungan ke ruang terbuka publik ... 43

Gambar 5.10 Diagram tujuan mengunjungi ruang terbuka publik ... 43

Gambar 5.11 Diagram dengan siapa mengunjungi ruang terbuka publik ... 44

Gambar 5.12 Pemetaan perilaku place centered Tasbi 1 ... 45

Gambar 5.13 Taman Perumahan Citra Wisata ... 46

Gambar 5.14 Jogging track ... 47

Gambar 5.15 Pengunjung taman Perumahan Citra Wisata ... 47

Gambar 5.16 Diagram kunjungan ke ruang terbuka publik ... 48

Gambar 5.17 Diagram tujuan mengunjungi ruang terbuka publik ... 49

Gambar 5.18 Diagram dengan siapa mengunjungi ruang terbuka publik ... 49

Gambar 5.19 Pemetaan perilaku place centered Perumahan Citra Wisata ... 51

Gambar 5.20 Jalur masuk Perumahan Cemara Asri ... 52


(14)

Gambar 5.22 Potongan Jalan Perumahan Cemara Asri ... 54

Gambar 5.23 Pintu masuk Perumahan Taman Setia Budi Indah 1 ... 54

Gambar 5.24 Potongan jalan Perumahan Taman Setia Budi Indah 1 ... 55

Gambar 5.25 Pintu masuk Perumahan Citra Wisata ... 56

Gambar 5.26 Potongan jalan Perumahan Citra Wisata ... 57

Gambar 5.27 Kondisi jalan Perumahan Cemara Asri ... 57

Gambar 5.28 Kondisi jalan Perumahan Tasbi 1... 58

Gambar 5.29 Kondisi jalan Perumahan Citra Wisata ... 59

Gambar 5.30 Kondisi trotoar yang berlumut dan tidak kontinu ... 59

Gambar 5.31 Utilitas Perumahan Cemara Asri ... 60

Gambar 5.32 Utilitas Perumahan Tasbi 1 ... 60

Gambar 5.33 Utilitas Perumahan Citra Wisata ... 61

Gambar 5.34 Signage yang terdapat di Perumahan Cemara Asri ... 62

Gambar 5.35 Signage di Perumahan Tasbi 1 ... 62

Gambar 5.36 Signage di Perumahan Citra Wisata ... 63

Gambar 5.37 Vegetasi Perumahan Cemara Asri... 64

Gambar 5.38 Vegetasi Perumahan Tasbi 1 ... 65

Gambar 5.39 Vegetasi Perumahan Citra Wisata ... 66

Gambar 5.40 Tempat Sampah Perumahan Cemara Asri ... 67

Gambar 5.41 Tempat sampah permanen Perumahan Tasbi 1 ... 68

Gambar 5.42 Tempat sampah di Perumahan Citra Wisata ... 69

Gambar 5.43 Halaman ruko yang dijadikan tempat berjalan kaki ... 70

Gambar 5.44 Trotoar di jalan primer ... 71

Gambar 5.45 Trotoar yang tidak bersambung dan ditanami tanaman ... 71

Gambar 5.46 Linkage visual Perumahan Cemara Asri ... 74

Gambar 5.47 Linkage visual Perumahan Tasbi 1 ... 75

Gambar 5.48 Linkage visual Perumahan Citra Wisata ... 77

Gambar 5.49 Linkage struktural Perumahan Cemara Asri ... 79

Gambar 5.50 Linkage struktural Perumahan Tasbi 1... 80

Gambar 5.51 Linkage struktural Perumahan Citra Wisata ... 81


(15)

Gambar 5.53 Diagram jarak yang ditempuh ... 83

Gambar 5.54 Diagram jarak yang ditempuh ... 84

Gambar 5.55 Diagram waktu tempuh ... 85

Gambar 5.56 Diagram waktu tempuh ... 85

Gambar 5.57 Diagram waktu tempuh ... 86

Gambar 5.58 Diagram moda transportasi yang digunakan ... 87

Gambar 5.59 Diagram moda transportasi yang digunakan ... 88

Gambar 5.60 Diagram moda transportasi yang digunakan ... 88

Gambar 5.61 Diagram persepsi masyarakat mengenai aksesibilitas ... 89

Gambar 5.62 Diagram persepsi masyarakat mengenai aksesibilitas ... 90

Gambar 5.63 Diagram persepsi masyarakat mengenai aksesibilitas ... 91

Gambar 5.64 Diagram kesulitas ketika berjalan ... 92

Gambar 5.65 Diagram kesulitas ketika berjalan ... 92

Gambar 5.66 Kerusakan dan hambatan bagi pejalan kaki ... 93

Gambar 5.67 Diagram kesulitas ketika berjalan ... 94

Gambar 5.68 Diagram pilihan berjalan kaki ... 95

Gambar 5.69 Diagram pilihan berjalan kaki ... 95

Gambar 5.70 Diagram pilihan berjalan kaki ... 96

Gambar 5.71Diagram persepsi masyarakat mengenai kualitas aksesibilitas ruang terbuka publik di Perumahan Cemara Asri ... 97

Gambar 5.72Diagram persepsi masyarakat mengenai pentingnya aspek-aspek aksesibilitas ruang terbuka publik di Perumahan Cemara Asri ... 98

Gambar 5.73Diagram persepsi masyarakat mengenai kualitas aksesibilitas ruang terbuka publik di Perumahan Tasbi 1 ... 99

Gambar 5.74Diagram persepsi masyarakat mengenai pentingnya aspek-aspek aksesibilitas ruang terbuka publik di Perumahan Tasbi 1 ... 100

Gambar 5.75Diagram persepsi masyarakat mengenai kualitas aksesibilitas ruang terbuka publik di Perumahan Citra Wisata ... 101

Gambar 5.76Diagram persepsi masyarakat mengenai pentingnya aspek-aspek aksesibilitas ruang terbuka publik di Perumahan Citra Wisata ... 102


(16)

ABSTRAK

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan ruang terbuka publik adalah aksesibilitas. Ruang terbuka publik dapat ditemukan di perumahan terencana. Dengan adanya ruang terbuka publik di perumahan maka akan memudahkan penghuni untuk mengunjungi ruang terbuka publik, khususnya dengan berjalan kaki. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kualitas pedestrian menuju ruang terbuka di perumahan, mengidentifikasi kualitas linkage di perumahan, dan mengetahui persepsi masyarakat mengenai aksesibilitas ruang terbuka di perumahan terencana Kota Medan. Penelitian di lakukan di tiga perumahan terencana di Kota Medan dengan mengumpulkan data primer, dengan cara mengobservasi kualitas aksesibilitas pedestrian, membuat pemetaan perilaku pejalan kaki di perumahan, mengidentifikasi kualitas linkage, dan menyebarkan kuisioner untuk mengetahui persepsi masyarakat, serta mengumpulkan data sekunder. Dari hasil penelitian yang telah di lakukan, kualitas pedestrian di perumahan terdapat banyak kekurangan, terutama pada kualitas pedestrian, lebar, kontinuitas, ketersediaan tempat duduk, dan ramp . Linkage ruang terbuka di perumahan-perumahan tersebut baik, dapat ditemukan dengan mudah.Pengunjung ruang terbuka publik lebih banyak menggunakan kendaraan daripada berjalan kaki. Masyarakat mengatakan suatu tempat mudah diakses bila dapat diakses dengan menggunakan kendaraan. Jarak dan waktu tidak mempengaruhi aksesibilitas bagi pengunjung ruang terbuka di perumahan terencana Kota Medan.

Kata kunci: aksesibilitas, ruang terbuka publik, perumahan, pedestrian, linkage, pemetaan perilaku.

ABSTRACT

One of the factors that influence the success of public open space is the accessibility. Public open space can be found in a planned housing. With the public open space in the housing it will be easier for residents to visit a public open space, especially on foot. This study aims to identify the quality of open space in the pedestrian towards housing, identifying the quality of linkage in housing, and public perceptions regarding the accessibility of open space in residential planned at city of Medan. The experiment was conducted in three housing planned in the city of Medan to collect primary data, by observing the quality of pedestrian accessibility, making behavioral mapping of pedestrian in housing, identify linkage quality, and distributing questionnaires to determine the public perception, as well as collecting secondary data. From the research that has been done, the quality of the pedestrian in the housing there are many shortcomings, particularly in the pedestrian quality, width, continuity, availability of seats, and ramp. Linkage open space in the residential-housing good, can be found easily. Visitors who came to public openspace using vehicle more than foot. People say a place can be accessed easily accessible when using the vehicle. Distance and time do not affect the accessibility for visitors open space in residential planned city of Medan.

Key words: accessibility, public open space, housing, linkage, pedestrian, behavioral mapping.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Ruang terbuka merupakan ruang publik yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan sebagai sarana rekreatif. Keberadaan ruang terbuka juga bermanfaat dari segi ekonomi, sosial, dan fisik. Ruang terbuka bertujuan untuk menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air. Ruang terbuka juga berperan dalam menjaga keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat. Keberadaan ruang terbuka memberikan keserasian lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih. Fungsi yang dapat diberikan ruang terbuka juga terdapat pada aspek ekologis, sosial budaya maupun estetika dengan memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

Ruang terbuka terbagi menjadi ruang terbuka urban dan ruang terbuka lingkungan (neighbourhood). Ruang terbuka lingkungan salah satunya adalah ruang terbuka di perumahan. Sebuah perumahan memiliki fasilitas ruang terbuka di dalamnya. Fasilitas tersebut khususnya disediakan untuk mengakomodasi kebutuhan dan kegiatan penghuni perumahan tersebut. Ruang terbuka memiliki peran penting dalam perumahan tidak hanya sebagai ruang terbuka hijau namun juga sebagai ruang terbuka publik. Pada sebuah perumahan ruang terbuka publik biasanya didesain di tengah perumahan dengan tujuan agar mudah diakses oleh seluruh penghuni perumahan dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Tersedianya


(18)

ruang terbuka yang terjangkau seharusnya dapat dicapai dengan berjalan kaki sehingga dapat meningkatkan sosialisasi dengan penghuni perumahan lainnya.

Menurut Project For Public Space (PPS) suatu tempat yang berhasil adalah dapat diakses (aksesibilitas) dan mempunyai linkage, nyaman dan memiliki pemandangan yang bagus, fungsi dan aktivitas yang terdapat dalam tempat tersebut, dan kemampuan sosial yang ditimbulkan. Aksesibilitas memiliki peran penting dalam keberhasilan suatu tempat sehingga aspek akesibilitas ini perlu diperhatikan untuk memaksimalkan fungsi suatu tempat.

Akesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi yang berhubungan satu sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi (Black, 1981). Akses yang baik tidak hanya memperhatikan kebutuhan masyarakat pada umumnya, tetapi juga memperhatikan kebutuhan orang cacat dengan menggunakan universal design.

Indikator aksesibilitas dapat berupa transportasi yang digunakan, jarak, waktu, dan biaya. Salah satu moda transportasi tersebut adalah jalur pedestrian (pejalan kaki). Berjalan kaki merupakan mobilitas yang memberikan dampak positif baik untuk diri sendiri maupun lingkungan. Pedestrian dikatakan sebagai jalur sirkulasi yang hemat energi. Apabila menggunakan kendaraan tentunya kendaraan tersebut memerlukan energi untuk bekerja. Kendaraan tersebut juga dapat menyebabkan polusi udara yang tidak baik untuk kesehatan. Selain untuk menjaga kualitas lingkungan, berjalan kaki bila dilakukan dengan rutin membuat kita melakukan aktivitas fisik yang berguna untuk kesehatan. Berjalan kaki juga menjaga hubungan langsung dengan kota, misalnya melalui indra, berinteraksi


(19)

dengan pedestrian lainnya, berpartisipasi dalam aktivitas perdagangan dan kebudayaan di sepanjan jalan (Venturi, 1998).

Sekarang ini pedestrian dianggap hanya sebagai akses yang memiliki suasana panas, kering, dan tidak teduh, ditambah dengan dimensi yang sangat terbatas dan fasilitas pendukung pedestrian yang minim. Dalam sebuah perumahan yang memiliki ruang terbuka, penghuni perumahan tersebut cenderung menggunakan kendaraan untuk menuju tempat tersebut. Praktek tata ruang dan transportasi pada umumnya masih sangat kurang memperhatikan hak dan fasilitas jalan kaki. Keindahan dan kualitas jalur pedestrian merupakan kunci untuk membuat orang mau berjalan kaki.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Dalam sebuah perumahan terencana ruang terbuka publik dapat diakses dengan berjalan kaki. Ada kecenderungan yang dilakukan masyarakat dalam mencapai lokasi sehingga perlu dilihat sejauh mana penggunaannya sebagai moda aksesibilitas dalam mengakses ruang terbuka.

Perumusan masalah yang akan diteliti dan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kualitas jalur pedestrian di perumahan.

2. Bagaimana linkage pedestrian terhadap ruang terbuka publik di perumahan. 3. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai aksesibilitas menuju ruang terbuka


(20)

1.3. TUJUAN

Penelitian ini mengkaji bagaimana peran pedestrian dalam mendukung aksesibilitas ke ruang terbuka. Persepsi masyarakat terhadap aksesibilitas mempengaruhi bagaimana kualitas akses tersebut. Faktor apa saja yang mempengaruhinya tidak hanya dilihat dari segi teoritis, tetapi juga sistem nilai atau kebiasaan masyarakat di daerah tertentu.

Penelitian ini dilakukan untuk:

1. Mengetahui kualitas jalur pedestrian di perumahan.

2. Mengidentifikasi kualitas linkage pedestrian di perumahan.

3. Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat mengenai aksesibilitas menuju ruang terbuka di perumahan.

1.4. MANFAAT

Manfaat hasil penelitian ini dari segi ilmu pengetahuan/teoritis yaitu untuk memberi kontribusi untuk teori-teori aksesibilitas di ruang terbuka publik terutama di negara berkembang seperti Indonesia.

Dari segi praktis/kebijakan penelitian ini bermanfaat menjadi acuan dalam perancangan jalur pedestrian khususnya menuju ruang terbuka di perumahan. Dengan merancang jalur pedestrian yang sesuai standar dan nyaman bagi penggunanya maka dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan interaksi sosial antara penghuni perumahan.


(21)

1.5. KERANGKA BERPIKIR

Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah:

TUJUAN PENELITIAN Mengetahui kualitas jalur pedestrian di perumahan.

Mengidentifikasi

kualitas linkage pedestrian di perumahan. Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat mengenai aksesibilitas menuju ruang terbuka di perumahan.

LATAR BELAKANG

Ruang terbuka merupakan ruang publik yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan sebagai sarana rekreatif. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu tempat adalah aksesibilitas menuju tempat tersebut, apakah mudah diakses atau tidak. Berjalan kaki merupakan moda aksesibilitas bermanfaat sebagai jalur sirkulasi yang hemat energi, meningkatkan sosialisasi dan kesehatan sehingga perlu dikaji sudah sejauh mana pedestrian mendukung aksesibilitas ke ruang terbuka di perumahan.

MANFAAT PENELITIAN Memberi kontribusi untuk teori-teori aksesibilitas di ruang terbuka publik di negara berkembang seperti Indonesia. Dari segi praktis penelitian ini bermanfaat menjadi

acuan dalam

perancangan jalur

pedestrian di

perumahan. PERUMUSAN

MASALAH Bagaimana kualitas jalur pedestrian di perumahan.

Bagaimana linkage pedestrian terhadap ruang terbuka publik di perumahan. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai aksesibilitas menuju ruang terbuka.

JUDUL PENELITIAN

Kajian Aksesibilitas Terhadap Ruang Terbuka Di Perumahan Kota Medan

STUDI LITERATUR Indikator aksesibilitas Kualitas pedestrian Kualitas linkage Ruang terbuka HASIL & PEMBAHASA N Data mengenai kualitas

pedestrian, kuaitas linkage

dan peran

pedestrian METODOLOGI

PENELITIAN

Jenis Penelitian: Penelitian deskriptif kualitatif

Metode Pengumpulan Data: Kualitatif (observasi lapangan, wawancara, kuisioner)

Metode Analisa Data: Deskriptif & Analisa pola perilaku


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aksesibilitas

2.1.1. Pengertian Aksesibilitas

Jhon Black mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu sama lain, mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi (Leksono dkk, 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch mengatakan aksesibilitas adalah masalah waktu dan juga tergantung pada daya tarik dan identitas rute perjalanan (Talav Era, 2012).

Derek Halden Concultancy (DHC, 2000) mencirikan pemahaman aksesibilitas dalam tiga pertanyaan: siapa/dimana, apa, dan bagaimana.

Siapa atau di mana orang itu berada - aksesibilitas adalah bagian dari orang atau tempat.

Apa peluang yang akan dicapai – fungsi tata guna lahan, aktivitas di dalamnya, atau sumber daya (termasuk orang-orang) yang memungkinkan orang itu memenuhi kebutuhan mereka.

Bagaimana: faktor-faktor yang memisahkan orang-orang dengan tempat-tempat seperti jarak, waktu, biaya, informasi dan faktor-faktor lain yang bertindak sebagai pencegah atau hambatan untuk mengakses suatu tempat.

Venturi (1998) mengatakan bahwa berjalan kaki merupakan mobilitas yang memberikan dampak positif baik untuk diri sendiri maupun lingkungan.


(23)

Berjalan kaki menjaga hubungan langsung dengan kota, misalnya melalui indra, berinteraksi dengan pedestrian lainnya, berpartisipasi dalam aktivitas perdagangan dan kebudayaan di sepanjang jalan. Pedestrian sebagai mobilitas menikmati alam, lingkungan arsitektonis (Talav Era, 2012).

Bintarto (1989) mengatakan salah satu variabel yang dapat dinyatakan apakah tingkat aksesibilitas itu tinggi atau rendah dapat dilihat dari banyaknya sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut. Semakin banyak sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut maka semakin mudah aksesibilitas yang didapat begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat aksesibilitas yang didapat maka semakin sulit daerah itu dijangkau dari daerah lainnya (Mohammed, 2010).

Sumaatmadja (1988) mengatakan faktor yang mempengaruhi fungsi rendahnya aksesibilitas adalah topografi, sebab dapat menjadi penghalang bagi kelancaran untuk mengadakan interaksi di suatu daerah. (Mohammed, 2010).

Tabel 2.1 Hambatan aksesibilitas terhadap transportasi

Mengenai tempat Waktu perjalanan termasuk berjalan, menunggu, dan di dalam kendaraan dalam kaitannya dengan anggaran waktu yang tersedia.

Kemampuan untuk pertukaran antara semua mode dalam jaringan terintegrasi

Jalur yang tersedia

Aspek fisik Desain kendaraan yang sesuai dengan pengguna Ketinggian trotoar

Topografi


(24)

Waktu menunggu

Jadwal transportasi dan aktivitas Kapasitas

Keuangan Biaya perjalanan

Potongan untuk grup pejalan Lingkungan Pencahayaan

Tempat menunggu Keamanan

Informasi Informasi untuk wisatawan Informasi perjalanan

(Sumber: DHC dan Transport Study Group, 2003)

2.1.2. Konsep Aksesibilitas

Aksesibilitas didefinisikan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan „mudah‟ atau „susah‟nya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi. Setiap lokasi geografis yang berbeda memiliki tingkat aksesibilitas yang berbeda hal ini disebabkan perbedaan kegiatan dari masing-masing tata guna lahan.

a. Black (1981) mengatakan aksesibilitas berdasarkan tujuan dan kelompok sosial, aksesibilitas menyediakan ukuran kinerja antara tata guna lahan dengan sistem transportasi. Penghuni perumahan lebih tertarik dengan aksesibilitas menuju tempat kerja, sekolah, toko, pelayanan kesehatan dan tempat rekreasi. (Mohammed, 2010).


(25)

b. Indikator Aksesibilitas

Tamin (2000) mengatakan indikator aksesibilitas secara sederhana dapat dinyatakan dengan jarak. Jika suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas antara kedua tempat tersebut tinggi. Sebaliknya jika berjauhan aksesibilitas antara keduanya rendah. Selain jarak dan waktu, biaya juga merupakan beberapa indikator aksesibilitas. Apabila antar kedua tempat memiliki waktu tempuh yang pendek maka dapat dikatakan kedua tempat itu memiliki aksesibilitas yang tinggi. Biaya juga dapat menunjukkan tingkat aksesibilitas. Biaya disini dapat merupakan biaya gabungan yang menggabungkan waktu dan biaya sebagai ukuran untuk hubungan transportasi (Mohammed, 2010).

c. Aksesibilitas dalam Kebijakan Tata Guna Lahan Perkotaan

Edward (1992) mengatakan aksesibilitas menjadi kunci penting terhadap kebijakan tata guna lahan dimana tata guna lahan yang memiliki aksesibilitas tinggi akan mempunyai nilai lahan yang lebih baik. Fakta ini telah menjadikan pendorong utama bagaimana suatu daerah perkotaan dikembangkan dan berpengaruh langsung terhadap kebijakan tentang tata guna lahan saat ini (Mohammed, 2012).

d. Keterkaitan Tata Ruang dengan Transportasi

Tamin (2000) mengatakan kebijakan tata ruang sangat erat kaitannya dengan kebijakan transportasi. Ruang merupakan kegiatan yang “ditempatkan” di atas lahan kota, sedangkan transportasi merupakan sistem jaringan yang secara fisik menghubungkan suatu ruang kegiatan dengan ruang kegiatan


(26)

lainnya. Antara ruang kegiatan dan transportasi terjadi hubungan yang disebut siklus penggunaan ruang transportasi. Bila akses transportasi kesuatu ruang kegiatan diperbaiki, ruang kegiatan tersebut menjadi lebih menarik, dan biasanya menjadi lebih berkembang. Dengan perkembangan ruang tersebut, meningkat pula kebutuhan akan transportasi. Peningkatan ini kemudian menyebabkan kelebihan beban pada transportasi, yang harus ditanggulangi, dan siklus akan terulang kembali bila aksesibilitas diperbaiki (Mohammed, 2010).

Aksesibilitas memiliki kriteria pengukuran yang ideal, terdiri dari aspek keamanan, kemudahan, kenyamanan, dan estetika.

Tabel 2.2 Kriteria pengukuran aksesibilitas yang ideal Kriteria

Aksesibilitas Perlengkapan

Mode Efek

Pedestrian Sepeda Transit Auto

Keamanan Pencahayaan √ √ √ √

Daerah kejahatan √ √ √ √

Jumlah tempat berhenti

√ √ √

Kecepatan maksimum √ √ √

Lebar jalan √ √ √

Kondisi trotoar √

Sampah di jalan √ √ √

Jalur kesinambungan sepeda

√ √ √

Lebar jalur sepeda √ √ √

Pencahayaan untuk bersepeda


(27)

trotoar

Panjang tanda jalan √ Kemudahan Hubungan ke tempat

lain

√ √ √ √

Tempat parkir √

Servis √

Transfer yang dibutuhkan

√ Rak sepeda di dalam

bus

√ √

Kenyamanan Area teduh pada pedestrian

Area teduh di halte √

Bangku di halte √

Topografi √ √

Estetika Pemandangan lanskap √ √

Signage √ √ √ √

(Sumber: Bhat dkk, 2000)

2.1.3. Ruang Terbuka Publik dan Aksesibilitas

Ruang publik harus memenuhi beberapa faktor agar berhasil, salah satunya yaitu aspek aksesibilitas. Ruang publik harus dapat diakses bagi seluruh penggunanya dan dapat merefleksikan komunitas di sekitarnya, sehingga segala bentuk aktivitas termasuk aktivitas komersial di dalam ruang publik harus dapat membuat penggunanya merasa ikut dilibatkan dalam aktivitas tersebut. Akibatnya, masyarakat akan mengenali ruang tersebut sebagai milik mereka, yang


(28)

akan memperkuat image dan identitas tempat ruang terbuka publik tersebut berada.

Masyarakat harus dapat merasakan ruang terbuka tersebut sebagai identitas lingkungan atau komunitasnya. Tidak ada pengecualian bagi warga untuk dapat ikut beraktivitas di dalamnya, termasuk warga yang memiliki kekurangan fisik. Untuk itu aksesibilitas sebuah ruang terbuka sangat penting bagi keberlangsungan aktivitas penggunanya.

Aksesibilitas harus memperhatikan aspek keamanan sehingga pengguna dapat merasa aman ketika melewati jalan tersebut dalam menuju suatu tempat. Menurut PPS hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu akses utama teridentifikasi dengan jelas, terbaca dan terawat dengan baik, jalan teridentifikasi atau terlihat dengan jelas dari jalan dan dari dalam ruang terbuka, pencahayaan yang cukup pada malam hari, ada area aktivitas yang berdekatan dengan ruang terbuka publik, serta menghindari jalan yang dirasa tidak nyaman bagi pengguna, seperti daerah sepi.

Akses menuju ruang terbuka juga ditentukan oleh faktor sosial ekonomi. Apabila sosial ekonomi suatu daerah baik, maka akses menuju daerah tersebut juga baik, dan sebaliknya. Apabila sosial ekonomi suatu daerah buruk maka akses menuju daerah tersebut juga buruk (Koohsari, 2011)

Menurut PPS suatu ruang publik berhasil jika memiliki 4 kriteria: 1. Dapat diakses dan memiliki keterkaitan

2. Kenyamanan dan pemandangan yang bagus


(29)

4. Kemampuan sosial

Gambar 2.1 Kriteria ruang publik yang berhasil (Sumber: www.pps.org)

2.2. Pedestrian 2.2.1. Teori Pedestrian

Menurut John Fruin (1979) berjalan kaki merupakan alat untuk pergerakan internal kota, satu – satunya alat untuk memenuhi kebutuhan interaksi tatap muka yang ada didalam aktivitas komersial dan kultural di lingkungan kehidupan kota. Berjalan kaki merupakan alat penghubung antara moda – moda angkutan yang lain. Menurut Amos Rapoport (1977) dilihat dari kecepatannya moda jalan kaki


(30)

memiliki kelebihan yakni kecepatan rendah namun menguntungkan karena dapat mengamati lingkungan sekitar dan mengamati objek secara detail serta mudah menyadari lingkungan sekitarnya. Menurut Giovany Gideon (1977) Berjalan kaki merupakan sarana transportasi yang menghubungkan antara fungsi kawasan satu dengan yang lain terutama kawasan perdagangan, kawasan budaya, dan kawasan permukiman, dengan berjalan kaki menjadikan suatu kota menjadi lebih manusiawi.

Tabel 2.3 Kriteria jarak berjalan kaki yang diterima

Aspek Perjalanan Waktu dan (Jarak)

Berjalan ke fasilitas 20 menit (1.4 - 1.6 kms) Berjalan ke halte bus (kota) 5 menit (300-500 m) Berjalan ke halte bus (desa) 10 menit (600-1000 m) Berjalan ke stasiun kereta api 10 menit (600-1000 m)

(Sumber: WAG, 2002 dan SE, 2003)

Menurut PPS untuk menganalisis apakah ruang pejalan kaki untuk berjalan memadai, perlu menghitung jumlah orang di trotoar di lokasi yang berbeda selama beberapa hari. Volume pejalan kaki biasanya bervariasi sesuai dengan lokasi di jalan serta sesuai dengan waktu dalam seminggu. Volume tersebut bahkan dapat bervariasi dalam satu menit karena fenomena lonjakan pejalan kaki disebabkan sekelompok orang bergerak bersama-sama di satu tempat. Jumlah pejalan kaki mencerminkan perbedaan tersebut dalam waktu dan lokasi.


(31)

Langkah pertama untuk meningkatkan pedestrian dan pengguna sepeda adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk bersepeda, berjalan, transit, dan / atau berkendara. PPS mengatakan menciptakan tempat yang baik yang mengandalkan transportasi berskala manusia sangat penting untuk membuat orang-orang keluar dari mobil mereka dan menggunakan kaki mereka. Kesimpulan presenter di Transportation Research Board:

Di Hawaii, penelitian oleh Karl Kim menunjukkan bahwa sepertiga dari variasi dalam volume pejalan kaki di daerah yang sibuk dari Honolulu dapat dikaitkan dengan kualitas lingkungan (seperti kebersihan, lansekap, dan fasilitas seperti tempat duduk, teduh, dan tidak landai, kondisi street furniture, kualitas bahan paving, kontinuitas trotoar, dan berbagai kondisi gangguan termasuk kebisingan dan bau).

Sebuah penelitian yang dipresentasikan dalam sesi yang sama oleh para peneliti di Voorhees Transportation Center di Rutgers menunjukkan bahwa kedekatan transit mempengaruhi frekuensi orang yang berjalan.

Wesely Marshal dan Norm Garrick menggambarkan bahwa karakteristik jaringan jalan seperti konfigurasi, kekompakan, dan tingkat konektivitas mempengaruhi orang berjalan.

Menurut Unterman (1984), unsur-unsur yang mempengaruhi jarak orang berjalan kaki yaitu waktu, kenyamanan, adanya kendaraan bermotor, dan pola tata guna lahan. Berjalan kaki pada waktu-waktu tertentu mempengaruhi jarak yang ditempuh. Berjalan kaki ke suatu tempat memiliki kemampuan jarak tempuh yang


(32)

relatif, ketika sedang berbelanja seseorang dapat berjalan selama 2 jam tanpa sadar. Dari segi kenyamanan iklim dan jenis aktivitas mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menempuh jarak.

2.2.2. Elemen-elemen Jalur Pedestrian

Dalam perencanaan elemen-elemen jalur pedestrian diperlukan pendekatan secara langsung ke lokasi pedestrian tersebut. Elemen pada suatu jalur pedestrian terbagi 2, yaitu : elemen jalur pedestrian (material), dan elemen pendukung jalur pedestrian.

a. Elemen Jalur Pedestrian

Elemen jalur pedestrian berupa perkerasan, umumnya menggunakan paving, bata, atau batu.

b. Elemen Pendukung Jalur Pedestrian

Elemen pendukung terdiri dari lampu, signage, telepon umum, tempat sampah, vegetasi, dan ramp. Tinggi lampu untuk pejalan kaki 4-6 meter. Lampu akan lebih efisien bila berada di dekat signage agar lebih mudah dibaca. Signage terletak di tempat terbuka dan tidak tertutup pepohonan. Telepon umum memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna, diletakkan di tepi atau tengah pedestrian. Tempat sampah diletakan pada jarak 15-20 meter, dan memiliki tipe yang berbeda sesuai dengan jenis sampahnya. Vegetasi digunakan sebagai peneduh, estetika. Yang terakhir adalah ramp yang digunakan untuk memudahkan pergerakan bagi penyandang cacat dengan kemiringan maksimal 17%.


(33)

2.3. Linkage

Linkage merupakan penghubung satu kawasan dengan kawasan lain. Linkage terbagi dalam linkage visual dan struktural. Linkage visual merupakan dua atau lebih unsur kota dihubungkan menjadi satu kesatuan secara visual. Elemen linkage visual terdiri dari garis, koridor, sisi, sumbu, dan irama.

Linkage struktural merupakan hubungan dua daerah dengan mengutamakan satu daerah. Elemen dari linkage ini berupa tambahan, sambungan, dan tembusan.

2.4. Ruang Terbuka

2.4.1. Pengertian Ruang Terbuka

Ruang umum yang merupakan bagian dari lingkungan juga mempunyai pola. Ruang umum adalah tempat yang timbul karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan bersama. Dengan adanya pertemuan bersama dan relasi antara orang banyak maka kemungkinan akan timbul bermacam-macam kegiatan di ruang terbuka publik atau dapat dikatakan pula bahwa ruang terbuka pada dasarnya merupakan suatu wadah yang menampung aktivitas tertentu dari warga lingkungan tersebut baik secara individu atau secara kelompok. Bentuk ruang terbuka tergantung pada pola dan susunan massa bangunan.

Menurut sifatnya ruang umum terbagi dua:

1. Ruang umum tertutup; yaitu ruang umum yang terdapat di dalam suatu bangunan.


(34)

Pengertian dan batasan ruang terbuka publik adalah: Bentuk dasar ruang terbuka di luar bangunan.

Yang dapat digunakan oleh publik

Memberi kesempatan untuk bermacam-macam kegiatan.

2.4.2. Jenis-jenis Ruang Terbuka

Menurut Ian C. Laurit, ruang terbuka dalam lingkungan hidup yaitu lingkungan alam dan manusia dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Ruang terbuka sebagai sumber produksi; yaitu berupa hutan, pertanian, produksi mineral, peternakan, perikanan, dan lain lain.

2. Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia; misalnya cagar alam berupa hutan, kehidupan laut/air, daerah budaya dan bersejarah.

3. Ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan dan kenyamanan, yaitu antara lain:

a. Untuk melindungi kualitas air tanah

b. Pengaturan, pembuangan air, sampah, dan lain-lain c. Memperbaiki dan mempertahankan kualitas udara d. Rekreasi, taman lingkungan, taman kota, dan lain-lain

Ditinjau dari kegiatannya, ruang terbuka terbagi dua, yaitu:

1. Ruang terbuka aktif; yaitu ruang terbuka yang mengandung unsur-unsur kegiatan di dalamnya, antara lain bermain, olah raga, upacara, berkomunikasi,


(35)

dan jalan-jalan. Ruang ini dapat berupa lapangan olah raga, tempat bermain, penghijauan di tepi sungai sebagai tempat rekreasi, dan lain-lain.

2. Ruang terbuka pasif; yaitu ruang terbuka yang di dalamnya tidak mengandung kegiatan manusia, antara lain berupa penghijauan/taman sebagai sumber pengudaraan lingkungan, penghijauan sebagai jarak terhadap rel kereta api, dan lain-lain.

Menurut Rob Rmer ditinjau dari bentuknya ruang terbuka terbagi dua: 1. Berbentuk memanjang; pada ruang terbuka berbentuk memanjang umumnya

hanya mempunyai batas-batas pada sisi-sisinya, seperti jalanan, sungai, dan lain-lain.

2. Berbentuk mencuat; ruang terbuka ini mempunyai batas-batas di sekelilingnya, misalnya lapangan, bundaran, dan lain-lain.

2.4.3. Fungsi Ruang Terbuka Tempat bermain, berolah raga. Tempat bersantai.

Tempat komunikasi sosial.

Tempat peralihan/tempat menunggu. Menghasilkan udara segar.

Sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat lain. Sebagai pembatas/jarak di antara massa bangunan.


(36)

Berdasarkan kajian pustaka variabel atau kriteria aksesibilitas terhadap ruang terbuka terdapat pada tabel 2.4. Ruang terbuka yang dimaksud termasuk dalam ruang terbuka lingkungan dan ruang terbuka aktif.

Tabel 2.4 Kriteria aksesibilitas pedestrian terhadap ruang terbuka Kriteria

Aksesibilitas Perlengkapan

Mode Efek Pedestrian Sepeda

Keamanan Pencahayaan √ √

Lebar jalan √ √

Kondisi trotoar √

Sampah di jalan √ √

Jalur kesinambungan sepeda

Lebar jalur sepeda √ √

Kesinambungan trotoar

√ √

Kemudahan Hubungan ke tempat lain

√ √

Kenyamanan Area teduh pada pedestrian

Estetika Pemandangan lanskap √ √


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan metodenya penelitian dibedakan menjadi 5 jenis (Sinulingga, 2011), yaitu penelitian historis (historical research), penelitian deskriptif (descriptive research), penelitian eksperimen (experimental research), penelitian tindakan (action research), dan grounded research. Berdasarkan jenis-jenis penelitian tersebut, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Dengan melakukan penelitian ini akan didapat kualitas aksesibilitas pedestrian ruang terbuka publik di perumahan secara objektif (teori) dan subjektif (berdasarkan persepsi masyarakat). Berdasarkan metodologinya penelitian terbagi dua, yaitu metodologi penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Metodologi penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berdasarkan positivisme, yaitu fenomena yang tetap, konkrit, dan terukur. Penelitian ini digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dengan memakai alat pengumpulan data. Metodologi penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif, yaitu menghasilkan data deskriptif dari orang dan perilaku yang terjadi pada akses menuju ruang terbuka. Data-data yang diperlukan diperoleh dengan melakukan interview, membagikan


(38)

kuisioner dengan pengguna ruang terbuka, serta pengamatan langsung di lokasi penelitian.

Kajian aksesibilitas terhadap ruang terbuka ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu mengumpulkan, menganalisa serta menyimpulkan data dan informasi yang diperlukan yang berkaitan dengan kajian aksesibilitas terhadap ruang terbuka di perumahan. Dalam mengumpulkan data menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan kuisioner, wawancara, dan observasi mengenai tingkat aksesibilitas terhadap ruang terbuka khususnya pedestrian.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu:

a. Kualitas aksesibilitas berdasarkan faktor fisik, berupa data fisik yang terdapat di lapangan. Kualitas aksesibilitas yang akan diteliti adalah pedestrian, yaitu dimensi pedestrian, perkerasan, keteduhan, signage, perabot jalan seperti tiang listrik, telepon, pohon, dan bangku.

Kualitas aksesibilitas berdasarkan persepsi masyarakat. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap aksesibilitas ruang terbuka di perumahannya, apakah mudah dijangkau atau sulit dijangkau dan apa yang menyebabkan masyarakat tersebut berpendapat begitu.

b. Data perilaku, pemetaan perilaku pengguna yang terjadi di lapangan yang dilakukan pada waktu tertentu dengan menggunakan behavioral mapping. Metode pemetaan perilaku dilakukan dengan cara mengamati dan menggambarkan dalam bentuk sketsa atau diagram semua kegiatan yang ada


(39)

di dalam setting, dalam penelitian ini adalah ruang terbuka di perumahan (Sommer dalam Haryadi & Setiawan, 2010). Cara-cara yang dilakukan dengan metode pemetaan perilaku ialah pemetaan berdasarkan tempat (Place-centered) dan pemetaan berdasarkan pelaku (Person-centered). Penelitian ini menggunakan pemetaan berdasarkan tempat (Place-centered), yaitu dilakukan dengan cara membuat sketsa denah ruang terbuka dan jaringan jalan meliputi seluruh unsur fisik yang ada pada lokasi tersebut. Setelah itu membuat daftar perilaku yang akan diamati serta menentukan simbol atau tanda dari setiap perilaku. Kemudian dalam kurun waktu tertentu, mencatat berbagai perilaku yang terjadi di halaman sekolah dengan menggambarkan simbol pada peta yang telah disiapkan. Penelitian ini juga menggunakan pemetaan berdasarkan orang (Person-centered), yaitu dilakukan dengan cara mengamati orang secara khusus. Peneliti mengikuti pergerakan dan aktivitas yang dilakukan seseotang atau sekelompok orang dan membuat sketsa atau membuat catatan pada peta yang sudah disiapkan sebelumnya.

c. Latar belakang sosial,yaitu berupa data diri pengguna yang akan disurvei melalui wawancara dan kuisioner seperti jenis kelamin, umur, pekerjaan, suku, dan lain-lain. Pengguna tersebut akan menjelaskan bagaimana persepsi mereka mengenai aksesibilitas ruang terbuka publik di perumahannya dan apa alasannya. Bagaimana kenyamanan dan keamanan yang dirasakan pengguna dalam menggunakan pedestrian menuju ruang terbuka. Populasi/sampel merupakan jumlah sampel yang akan disurvei berdasarkan jumlah populasi


(40)

yang ada. Pengguna ruang terbuka merupakan populasi. Sampel yang akan diteliti adalah bagian dari pengguna ruang terbuka tersebut dan masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut. Masayarakat yang tinggal di perumahan akan disurvei berdasarkan kluster. Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diteliti rumus yang digunakan adalah rumus Slovin:

Keterangan:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

e = persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir (10%).

3.3. Kriteria Kawasan Penelitian

Lokasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah perumahan di Kota Medan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Merupakan perumahan terencana.

2. Memiliki fasilitas ruang terbuka publik di dalamnya. 3. Memiliki populasi ≥ 1500 orang.


(41)

3.4. Metoda Pengumpulan Data

Sumber data penelitian terbagi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan mencari langsung dari sumbernya atau data yang diperoleh oleh peneliti sendiri. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain sehingga tidak perlu dicari sendiri oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder.

3.4.1. Data Primer

Data primer yang dibutuhkan berupa data yang dikumpulkan langsung di lapangan, yaitu:

a. Data eksisting atau data fisik yang terdapat di perumahan yang berhubungan dengan ruang terbuka publik, yaitu dimensi pedestrian, kontinuitas, keteduhan, perkerasan, perabot jalan seperti tiang listrik, lampu jalan, telepon, signage, pohon, dan bangku. Data fisik ini difoto dan disketsa sesuai dengan keadaan dilapangan.

b. Data perilaku disurvei dengan menggunakan pedoman survei yang telah dibuat sebelumnya.. Data tersebut diperoleh dengan observasi langsung ke lapangan dan difoto, sketsa bagaimana tingkah laku pengguna dengan menggunakan behavioral mapping. Setiap kegiatan yang terjadi diberi tanda atau kode yang dapat memudahkan ketika sedang melakukan pengamatan. Observasi dilakukan pada hari kerja dan weekend (sabtu dan minggu) dengan durasi 15 menit pada pagi dan sore hari. Selain melakukan observasi langsung, pengguna tersebut ditanya mengenai kualitas aksesibilitas dengan


(42)

wawancara dan menyebarkan kuisioner kepada pengguna ruang terbuka dan masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui literatur serta penelitian sejenis yang menjelaskan tentang kriteria aksesibilitas yang baik. Data sekunder ini akan menjadi pedoman dalam menganalisis data. Selain literatur masterplan perumahan juga diperlukan untuk melihat letak ruang terbuka dan melihat jaringan jalan yang tersedia sehingga dapat dijadikan acuan dalam menganalisis kualitas aksesibilitas.

3.5. Kawasan Penelitian

Berdasarkan kriteria pemilihan lokasi yang akan diteliti, diperoleh beberapa perumahan yang memenuhi kriteria, yaitu:

1. Perumahan Cemara Asri, perumahan ini cukup terkenal di Kota Medan dan dikunjungi banyak orang karena merupakan satu-satunya kompleks perumahan yang menyediakan tempat penangkaran burung. Perumahan Cemara Asri sudah ada sejak tahun 1995. Seiring dengan berjalannya waktu, perumahan ini memiliki reputasi yang cukup baik dan dianggap sebagai perumahan dengan pengelolaan terbaik dan juga terbersih di Kota Medan. Perumahan ini memiliki fasilitas yang lengkap, seperti kolam renang berstandar internasional dengan tambahan kolam-kolam yang disediakan khusus untuk anak-anak. Selain fasilitas-fasilitas rekreatif tersebut juga terdapat vihara yang merupakan vihara terbesar di Asia Tenggara yang


(43)

bernama Maha Vihara Maitreya. Vihara ini menjadi kebanggaan warga Cemara Asri pada khususnya, dan warga Medan pada umumnya.

2. Perumahan Taman Setia Budi Indah (Tasbi). Perumahan ini disebut sebagai kota satelit mini, sudah ada sejak tahun 1984. Kawasan Perumahan Taman Setiabudi Indah yang berada di kelurahan Tanjung Rejo, di antara kecamatan Medan Sunggal dan Medan Selayang, Kota Medan, merupakan kawasan perumahan terencana berbentuk real estate pertama di Kota Medan. Kawasan ini merupakan kawasan real estate dengan sarana dan prasarana yang cukup lengkap.

3. Perumahan Citra Wisata, yang berlokasi di Jalan Karya Wisata, Johor, Medan Selatan.

3.6. Metoda Analisa Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif.

a. Data dikelompokkan dan disaring mana data yang tidak lengkap atau tidak perlu.

b. Setelah dikelompokkan data tersebut di analisis dengan metode deskriptif. Data fisik mengenai eksisting lapangan digambarkan kembali sesuai dengan hasil survei. Berdasarkan data eksisting tersebut didata unsur apa saja yang terdapat di jaringan jalan dan dideskripsikan bagaimana keadaannya.

c. Data perilaku berdasarkan observasi yang disusun dengan menggunakan behavioral mapping dianalisis, perilaku apa saja yang terjadi di lapangan, apa


(44)

perilaku yang paling banyak atau cenderung dilakukan oleh pengguna seperti berjalan di pedestrian atau di jalan.

d. Data hasil penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap aksesibilitas ruang terbuka yang diperoleh melalui kuisioner dan wawancara disusun dan dianalisis apakah aksesibilitas tersebut sudah baik atau belum menurut masyarakat, apakah mudah dicapai atau tidak.

e. Hasil kuisioner dirangkum dengan membuat tabulasi berupa diagram/chart. Diagram tersebut dianalisis apa jawaban yang dominan sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan bagaimana persepsi masyarakat terhadap aksesibilitas di perumahan tersebut.

f. Dari hasil analisa data peneliti mendeskripsikan persepsi masyarakat mengenai aksesibilitas terhadap ruang terbuka apakah sudah sesuai dengan kriteria aksesibilitas yang seharusnya, yaitu menngenai kemudahan pencapaian, jarak, waktu, biaya, keamanan, kenyamanan, dan estetika. Peneliti mendeskripsikan perilaku apa saja yang terjadi dan apa yang cenderung dilakukan pengguna, dimana, dan kapan waktunya.

3.7. Kesimpulan

Tabel 3.1 Variabel dan metode penelitian

No. Jenis Data Metode Penelitian

FISIK 1. Jaringan jalan Observasi

2. Lebar jalan Pengukuran


(45)

4. Tiang listrik dan telepon Observasi, sketsa

5. Signage Observasi

6. Keteduhan (pohon) Observasi 7. Kesinambungan trotoar Observasi 8. Jalur masuk ruang terbuka dan

dimensi

Observasi, sketsa

9. Kebersihan Observasi

PERILAKU 1. Identifikasi kegiatan atau

tingkah laku yang terjadi di lapangan.

a. Place Centered b. Person Centered

Behavioral mapping (peta perilaku yang terjadi di lapangan).

PERSEPSI

1. Kemudahan aksesibilitas Kuisioner, wawancara

2. Jarak Kuisioner, wawancara

3. Waktu Kuisioner, wawancara

4. Biaya Kuisioner, wawancara

5. Kenyamanan Kuisioner, wawancara

6. Keamanan Kuisioner, wawancara

7. Estetika lansekap Kuisioner, wawancara LATAR BELAKANG SOSIAL

1. Umur Kuisioner, wawancara

2. Jenis kelamin Kuisioner, wawancara


(46)

BAB IV

DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN

Studi kasus yang akan diteliti dalam penelitian ini merupakan ruang terbuka publik di perumahan-perumahan terencana di Kota Medan. Berdasarkan kriteria pemilihan kawasan penelitian maka aksesibilitas ruang terbuka publik yang akan diteliti adalah ruang terbuka publik di Perumahan Cemara Asri, Perumahan Taman Setia Budi Indah 1, dan Perumahan Citra Wisata.

Gambar 4.1. Peta Kota Medan (Sumber: www.google.com)


(47)

Gambar 4.2. Lokasi Penelitian (Sumber: www.google.com)

4.1. Perumahan Cemara Asri

Cemara asri perumahan ini cukup terkenal di Kota Medan dan dikunjungi banyak orang karena merupakan satu-satunya kompleks perumahan yang menyediakan tempat penangkaran burung. Perumahan ini terletak di Jalan Cemara.

Perumahan Cemara Asri

Perumahan Citra Wisata Perumahan Taman


(48)

Perumahan Cemara Asri sudah ada sejak tahun 1995. Seiring dengan berjalannya waktu, perumahan ini memiliki reputasi yang cukup baik dan dianggap sebagai perumahan dengan pengelolaan terbaik dan juga terbersih di Kota Medan. Perumahan ini memiliki fasilitas yang lengkap, seperti kolam renang berstandar internasional dengan tambahan kolam-kolam yang disediakan khusus untuk anak-anak. Selain fasilitas-fasilitas rekreatif tersebut juga terdapat vihara yang merupakan vihara terbesar di Asia Tenggara yang bernama Maha Vihara Maitreya. Vihara ini menjadi kebanggaan warga Cemara Asri pada khususnya, dan warga Medan pada umumnya. Terdapat Chandra Kusuma School di perumahan ini.

Gambar 4.3. Fasilitas Perumahan Cemara Asri (Sumber: dokumentasi pribadi)


(49)

Gambar 4.4. Peta Perumahan Cemara Asri (Sumber: www.google.com)

4.2. Perumahan Setia Budi Indah 1

Perumahan Taman Setia Budi Indah (Tasbi) terletak di Jalan Setia Budi. Perumahan ini disebut sebagai kota satelit mini, sudah ada sejak tahun 1984. Kawasan Perumahan Taman Setiabudi Indah yang berada di kelurahan Tanjung Rejo, di antara kecamatan Medan Sunggal dan Medan Selayang, Kota Medan, merupakan kawasan perumahan terencana berbentuk real estate pertama di Kota Medan. Kawasan ini merupakan kawasan real estate dengan sarana dan prasarana yang cukup lengkap.

Ruang Terbuka Publik


(50)

Di perumahan ini terdapat fasilitas lapangan olahraga seperti sepak bola dan golf, terdapat fasilitas kolam renang, area komersial seperti foodcourt dan swalayan.

Ruang terbuka publik yang akan menjadi lokasi penelitian adalah lapangan sepak bola yang berdekatan dengan foodcourt dan swalayan.

Gambar 4.5. Peta Perumahan Taman Setia Budi Indah 1 (Sumber: www.google.com)

4.3. Perumahan Citra Wisata

Perumahan Citra Wisata berlokasi di Jalan Karya Wisata, Johor, Medan Selatan. Perumahan ini memiliki fasilitas kolam renang, lapangan olah raga, dan ruang terbuka publik berupa taman yang menyediakan jogging track dan danau buatan.

Ruang Terbuka Publik


(51)

Gambar 4.6. Peta Perumahan Citra Wisata (Sumber: www.google.com)

Ruang Terbuka Publik


(52)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kehidupan Ruang Terbuka Publik

Ruang terbuka publik di Perumahan Cemara Asri, Taman Setia Budi Indah 1 (Tasbi 1), dan di Perumahan Citra Wisata merupakan ruang terbuka publik yang aktif. Ruang terbuka ini dikunjungi oleh penghuni perumahan tersebut dan juga masyarakat dari luar perumahan. Ruang terbuka ini dapat diakses kapan saja dan oleh siapa saja.

5.1.1. Perumahan Cemara Asri

Ruang terbuka di Perumahan Cemara Asri berupa kolam yang berisi ikan-ikan dan terdapat banyak burung merpati dan bangau yang tinggal di ruang terbuka tersebut. Selain karena suasananya yang menyatu dengan alam, taman ini banyak diminati karena terdapat berbagai macam kuliner yang dijual pada siang sampai sore hari. Dengan adanya fasilitas jual beli tersebut semakin menambah minat pengunjung untuk mengunjungi ruang terbuka ini. Makanan dan minuman yang dijual bermacam-macam sehingga pengunjung dapat membeli sesuai dengan selera masing-masing. Banyak orang yang pergi dengan keluarga dan teman untuk rekreasi dan menikmati kuliner yang dijual di taman ini, sehingga walaupun jauh taman ini masih tetap ramai dikunjungi masyarakat.


(53)

Gambar 5.1. Taman Bangau Perumahan Cemara Asri (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Gambar 5.2. Pengunjung Taman Bangau Perumahan Cemara Asri (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Gambar 5.3. Suasana taman bangau dengan kuliner yang dijual (Sumber: dokumen pribadi, 2014)


(54)

Pengunjung ruang terbuka di Perumahan Cemara Asri biasanya duduk di pinggir taman dan melihat ikan-ikan dan burung-burung beterbangan sambil makan dan berkumpul dengan teman maupun keluarga. Puncak keramaian pengunjung terjadi pada sore hari libur.

Berdasarkan 50 responden yang mengisi kuisioner mayoritas orang mengunjungi ruang terbuka publik di Cemara Asri sebanyak 1 kali seminggu.

Gambar 5.4. Diagram kunjungan ke Ruang Terbuka Publik (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Tujuan pengunjung mengunjungi ruang terbuka publik ini lebih banyak untuk berolahraga. Selain berolahraga pengunjung mengatakan ruang terbuka ini sebagai tempat rekreasi bersama teman dan keluarga sambil melihat alam dan menikmati kuliner yang disediakan.

Setiap Hari 16%

3 Kali Seminggu 16%

1 Kali Seminggu 24% 1 Kali Sebulan

16%

Jarang 28%


(55)

Gambar 5.5. Diagram tujuan mengunjungi ruang terbuka publik (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Setengah dari responden mengunjungi ruang terbuka dengan keluarga. Ruang terbuka menjadi tempat favorit bagi keluarga untuk menghabiskan waktu bersama-sama. Terdapat 14% responden yang datang sendirian hanya untuk melepas bosan dan mencari ketenangan.

Gambar 5.6. Diagram dengan siapa mengunjungi ruang terbuka publik (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Rekreasi/Hibur an 38% Olahraga

42% Sosialisasi

20%

Tujuan Mengunjungi Ruang Terbuka Publik (Cemara Asri)

Sendiri 14%

Keluarga 50% Teman

36%

Dengan Siapa Mengunjungi Ruang Terbuka Publik (Cemara Asri)


(56)

Peneliti melakukan pemetaan perilaku untuk melihat perilaku yang dilakukan masyarakat dalam mengakses ruang terbuka publik, khususnya orang-orang yang berjalan kaki untuk menuju ruang terbuka publik. Gambar di bawah ini adalah pemetaan perilaku place centered pada jalan primer Perumahan Cemara Asri.

Pemetaan ini dilakukan pada sore hari dan libur, yaitu puncak keramaian pengunjung. Dari banyaknya pengunjung yang datang hanya 12 orang yang datang dengan berjalan kaki. Mayoritas adalah pengunjung yang tinggal di perumahan ini dan dengan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh. Mereka berjalan di pinggir jalan bersebelahan dengan jalur hijau perumahan. Selain warga perumahan juga ada warga dari luar perumahan yang menaiki kendaraan umum dan masuk ke perumahan dengan berjalan kaki.


(57)

Gambar 5.7. Pemetaan tempat pejalan kaki di Perumahan Cemara Asri (Sumber: dokumen pribadi)


(58)

5.1.2. Perumahan Taman Setia Budi Indah 1

Ruang terbuka yang diteliti di perumahan Tasbi 1 merupakan lapangan bola. Lapangan ini digunakan oleh mayoritas remaja laki-laki untuk berolahraga dan untuk keluarga yang ingin rekreasi.

Pada pagi hari lapangan ini tidak ada pengunjungnya. Pengunjung ramai mengunjungi lapangan ini pada sore hari untuk berolah raga dan rekreasi ataupun bertemu seseorang.

Gambar 5.8. Lapangan bola Perumahan Tasbi 1 (Sumber: dokumen pribadi, 2014)


(59)

Berdasarkan hasil kuisioner yang telah dijawab oleh pengunjung taman bangau dan masyarakat yang tinggal di Perumahan Tasbi 1 diperoleh persentase pada diagram-diagram di bawah ini. Sebanyak 42% responden mengunjungi ruang terbuka 1 kali seminggu. Hanya 10% orang yang datang ke ruang terbuka ini setiap hari, yaitu 5 orang.

Gambar 5.9. Diagram kunjungan ke ruang terbuka publik (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Dari 50 orang responden, 24 orang mengunjungi ruang terbuka publik untuk berolah raga yaitu bermain sepak bola. Terdapat 15 orang memiliki tujuan untuk sosialisasi dengan teman ataupun organisasi, dan 11 orang memanfaatkan lapangan ini untuk hiburan atau sarana rekreasi.

Gambar 5.10. Diagram tujuan mengunjungi ruang terbuka publik (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Setiap Hari 10%

3 Kali Seminggu 18%

1 Kali Seminggu 42% 1 Kali Sebulan

16% Jarang

14%

Kunjungan ke Ruang Terbuka Publik (Tasbi 1)

Rekreasi/Hibur an 22% Olahraga 48% Sosialisasi 30%


(60)

Masyarakat mengunjungi ruang terbuka publik di Tasbi 1 tidak ada yang pergi sendiri. Ada yang pergi dengan teman sebanyak 31 orang dan dengan keluarga 19 orang.

Gambar 5.11. Diagram dengan siapa mengunjungi ruang terbuka publik (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Peneliti melakukan pemetaan perilaku untuk melihat perilaku yang dilakukan masyarakat dalam mengakses ruang terbuka publik, khususnya orang-orang yang berjalan kaki untuk menuju ruang terbuka publik. Gambar di bawah ini adalah pemetaan perilaku place centered di Perumahan Tasbi 1.

Pemetaan ini dilakukan pada sore hari dan libur, yaitu puncak keramaian pengunjung. Pada jalan primer pengunjung berjalan di trotoar karena terdapat trotoar di jalan tersebut. Pengunjung yang berjalan di jalan sekunder berjalan di pinggir jalan, tidak tersedia trotoar di jalan tersebut.

Sendiri 0%

Keluarga 38% Teman

62%

Dengan Siapa Mengunjungi Ruang Terbuka Publik (Tasbi 1)


(61)

Gambar 5.12. Pemetaan perilaku place centered Tasbi 1 (Sumber: dokumen pribadi, 2014)


(62)

5.1.3. Perumahan Citra Wisata

Ruang terbuka publik di Perumahan Citra Wisata merupakan taman yang dilengkapi dengan danau buatan. Taman tersebut memiliki pemandangan yang indah, ditanami vegetasi yang beragam dan pohon peneduh. Danau ini sangat tenang dan cukup menarik minat masyarakat untuk mengunjungi ruang terbuka karena keberadaan danau ini. Selain itu terdapat jogging track di sekeliling danau dan taman sehingga selain untuk rekreasi dapat digunakan sebagai sarana olahraga.

Gambar 5.13. Taman Perumahan Citra Wisata (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Pengunjung ruang terbuka ini ramai pada sore hari, terutama pada hari libur. Banyak yang pergi dengan teman untuk menikmati pemandangan di taman


(63)

ini, terutama masyarakat dari luar perumahan. Pada pagi hari taman ini dikunjungi oleh penghuni perumahan untuk olah raga.

Gambar 5.14. Jogging track (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Gambar 5.15. Pengunjung taman Perumahan Citra Wisata (Sumber: dokumen pribadi, 2014)


(64)

Berdasarkan hasil kuisioner yang telah dijawab oleh pengunjung taman serta danau dan masyarakat yang tinggal di Perumahan Citra Wisata diperoleh persentase pada diagram-diagram di bawah ini. Tidak ada yang mengunjungi taman ini setiap hari. Terdapat 15 orang yang datang 1 kali dalam seminggu dan 19 orang yang jarang datang ke taman ini. Mereka datang untuk sekedar melihat taman karena mendapat informasi dari teman atau keluarga.

Gambar 5.16. Diagram kunjungan ke ruang terbuka publik (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Dari 50 responden, 19 orang datang untuk berolah raga. Mereka memanfaatkan jogging track yang tersedia di taman ini khususnya bagi penghuni Perumahan Citra Wisata. Terdapat 17 orang yang datang dengan tujuan rekreasi. Taman ini sangat tepat untuk rekreasi karena pemandangannya yang indah dan dengan adanya danau membuat perasaan tenang dan nyaman. Sebanyak 14 orang memiliki tujuan untuk sosialisasi dengan teman maupun dengan tetangga yang tinggal di perumahan ini.

Setiap Hari 0%

3 Kali Seminggu 16%

1 Kali Seminggu

30%

1 Kali Sebulan 16%

Jarang 38%


(65)

Gambar 5.17. Diagram tujuan mengunjungi ruang terbuka publik (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Masyarakat yang datang ke ruang terbuka ini mayoritas datang dengan keluarga, yaitu sebanyak 27 orang dari 50 responden. Pengunjung yang datang dengan teman sebanyak 18 orang. Ada juga yang datang sendiri untuk sekedar berolah raga.

Gambar 5.18. Diagram dengan siapa mengunjungi ruang terbuka publik (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Rekreasi 34%

Olahraga 38% Sosialisasi

28%

Tujuan Mengunjungi Ruang Terbuka Publik (Citra Wisata)

Sendiri 10%

Keluarga 54% Teman

36%

Dengan Siapa Mengunjungi Ruang Terbuka Publik (Citra Wisata)


(66)

Peneliti melakukan pemetaan perilaku untuk melihat perilaku yang dilakukan masyarakat dalam mengakses ruang terbuka publik, khususnya orang-orang yang berjalan kaki untuk menuju ruang terbuka publik. Gambar di bawah ini adalah pemetaan perilaku place centered pada jalan primer Perumahan Citra Wisata.

Pemetaan ini dilakukan pada sore hari dan libur, yaitu puncak keramaian pengunjung. Pengunjung berjalan di pinggir jalan kendaraan. Di sebagian jalan perumahan terdapat trotoar, namun pejalan kaki tetap berjalan dipinggir jalan kendaraan. Trotoar tersebut berlumut dan terdapat sampah seperti tanaman yang layu sehingga trotoar ini tidak nyaman digunakan untuk berjalan, hanya sebagai penutup selokan.


(67)

Gambar 5.19. Pemetaan perilaku place centered Perumahan Citra Wisata (Sumber: dokumen pribadi, 2014)


(68)

5.2. Kualitas Aksesibilitas Ruang Terbuka Publik 5.2.1. Lebar Jalan

Perumahan Cemara Asri memiliki pintu masuk dan keluar dengan lebar ± 9 m dengan 2 jalur masuk yang dipisahkan antara kendaraan roda 2 dan roda 4, yaitu 3m untuk roda 2 dan 6 meter untuk roda 4.

Gambar 5.20. Jalur masuk Perumahan Cemara Asri (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Lebar jalan ini cukup untuk menampung kendaraan yang masuk ke dalam perumahan. Keadaan cukup teratur karena jalur masuk kendaraan roda 2 dan roda 4 dipisah, sehingga keadaan tetap tertib walaupun banyak kendaraan yang masuk ke dalam perumahan ini.

Perumahan Cemara Asri ini unik karena selokan terletak di tengah jalan yang juga berfungsi sebagai median jalan dan terdapat jalur hijau di sekelilingnya. Pada jalan utama ini terdapat ruko yang menjadi tempat bisnis pemiliknya. Di


(69)

depan ruko tersebut tersedia tempat parkir dengan lebar ± 8m. Sebagian pemilik ruko yang mempunyai usaha di bidang pangan memanfaatkan lahan tersebut sebagai tempat makan. Lahan parkir dengan jalan utama dipisah dengan jalur hijau selebar ± 80cm.

Gambar 5.21. Jalan di Perumahan Cemara Asri (Sumber: dokumen pribadi, 2014)


(70)

Gambar 5.22. Potongan Jalan Perumahan Cemara Asri (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Taman Setia Budi Indah mempunyai pintu masuk dengan lebar ± 5m. Pada jalan utama terdapat pedestrian dengan lebar ± 80cm dan jalur hijau ± 80cm. pedestrian ini termasuk sempit, hanya 1 orang yang dapat berjalan, tidak dapat jalan bersebelahan. Perumahan ini cukup aktif karena kendaraan yang masuk dan keluar cukup banyak.

Gambar 5.23. Pintu masuk Perumahan Taman Setia Budi Indah 1 (Sumber: dokumen pribadi, 2014)


(71)

Gambar 5.24. Potongan jalan Perumahan Taman Setia Budi Indah 1 (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Perumahan Citra Wisata memliki pintu masuk dan keluar dengan lebar ± 10 m. Jalan utama perumahan ini cukup lebar yaitu ± 12 m dengan median ± 1 m.


(72)

Arus keluar masuk kendaraan di perumahan ini lebih sedikit bila dibandingkan dengan Perumahan Cemara Asri dan Tasbi 1.

Gambar 5.25. Pintu masuk Perumahan Citra Wisata (Sumber: dokumen pribadi, 2014)


(73)

Gambar 5.26. Potongan jalan Perumahan Citra Wisata (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

5.2.2. Kondisi Jalan

Jalan di Perumahan Cemara Asri diberi perkerasan paving block. Kondisi jalan baik, tidak terdapat lubang atau kerusakan.

Gambar 5.27. Kondisi jalan Perumahan Cemara Asri (Sumber: dokumen pribadi, 2014)


(74)

Jalan Perumahan Taman Setia Budi Indah I ditutupi dengan perkerasan pavingblock. Kondisi paving block baik dan tidak terdapat lubang di sepanjang jalan.

Pada jalan utama perumahan ini terdapat trotoar di pinggir jalan dengan lebar ± 80 cm. Trotoar ini hanya terdapat pada jalan utama, tepatnya pada ruko yang terletak di bagian depan perumahan.

Gambar 5.28. Kondisi jalan Perumahan Tasbi 1 (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Seperti Perumahan Cemara Asri dan Tasbi 1, Perumahan Citra Wisata juga memiliki jalan dengan perkerasan paving block. Kondisi perkerasan juga baik, tidak terdapat lubang atau kerusakan lainnya.

Di sebagian jalan perumahan ini terdapat trotoar di pinggir jalannya. Trotoar tersebut berukuran 60 cm – 100 cm. Lebar trotoar terlalu kecil dan terdapat lumut di permukaannya sehingga tidak nyaman untuk berjalan di atasnya.


(75)

Kontinuitas trotoar kurang baik, terdapat tanjakan pada setiap jalur masuk menuju rumah penghuni sehingga tidak nyaman bila berjalan di totoar tersebut.

Gambar 5.29. Kondisi jalan Perumahan Citra Wisata (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Gambar 5.30. Kondisi trotoar yang berlumut dan tidak kontinu (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

5.2.3. Pencahayaan

Utilitas pada perumahan ini terletak pada jalur hijau di kanan dan kiri jalan serta di median. Penerangan di perumahan ini baik, serta terdapat pos satpam di


(76)

setiap persimpangan sehingga keamanan lebih terjamin. Tinggi lampu yang ideal untuk pejalan kaki 4-6 meter. Di perumahan ini tidak terdapat telepon umum.

Gambar 5.31. Utilitas Perumahan Cemara Asri (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Pada Perumahan Tasbi 1 tiang listrik dan lampu jalan terletak di jalur hijau. Pencahayaan di perumahan ini cukup terang. Di perumahan ini juga tidak terdapat telepon umum.

Gambar 5.32. Utilitas Perumahan Tasbi 1 (Sumber: dokumen pribadi, 2014)


(77)

Tiang listrik dan lampu jalan di Perumahan Citra Wisata terletak di jalur hijau. Pencahayaan di perumahan ini cukup terang. Di perumahan ini juga tidak terdapat telepon umum.

Gambar 5.33. Utilitas Perumahan Citra Wisata (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

5.2.4 Signage

Pada Perumahan Cemara Asri terdapat signage di sekitar jalan perumahan. Terdapat petunjuk arah menuju ke fasilitas-fasilitas di perumahan ini. Selain petunjuk jalan ke taman tersebut, juga terdapat signage menuju fasilitas lain seperti vihara, kolam renang, Chandra Kusuma School, dan beberapa ruko.


(78)

Gambar 5.34. Signage yang terdapat di Perumahan Cemara Asri (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Perumahan Tasbi 1 merupakan perumahan besar dan terencana. Perumahan ini juga terdapat signage di dalamnya yang menunjukkan arah di mana fasilitas-fasilitas pendukung berada seperti menuju lapangan , kolam renang, swalayan, dan lain-lain.

Gambar 5.35. Signage di Perumahan Tasbi 1 (Sumber: dokumen pribadi, 2014)


(79)

Tidak seperti Perumahan Cemara Asri dan Tasbi 1, Perumahan Citra Wisata memiliki signage yang minim. Ruang terbuka terletak di bagian depan perumahan. Ketika memasuki perumahan ruang terbuka akan terlihat dari depan.

Gambar 5.36. Signage di Perumahan Citra Wisata (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

5.2.5. Keteduhan (Pohon)

Iklim Indonesia yang tergolong tropis menyebabkan udara panas pada musim panas. Keberadaan tanaman sangat dibutuhkan di jalan dan pedestrian. Perumahan Cemara Asri merupakan perumahan yang teduh dan banyak pepohonan di dalamnya. Pada jalan utama terdapat empat baris pohon, pohon palem di median dan pohon dengan daun rimbun di sisi kanan kiri. Pepohonan tersebut ditanam setiap 5 meter. Pada bagian hunian terdapat vegetasi dan pohon palem di depan rumah dengan jarak 5 meter.


(80)

Gambar 5.37. Vegetasi Perumahan Cemara Asri (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Perumahan Tasbi 1 ditanami dengan vegetasi yang lebih beragam. Pada jalan utama ditanami pohon palem di sisi kanan kirinya serta pada median. Di jalan-jalan sekunder ditanami pohon dan vegetasi berupa tanaman perdu seperti pucuk merah. Terdapat pohon palem kecil, pohon cemara, dan pohon peneduh lainnya di depan rumah perumahan ini. Tanaman-tanaman tersebut cukup terawat dan memiliki estetika yang bagus.


(81)

Gambar 5.38. Vegetasi Perumahan Tasbi 1 (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

Pada jalan primer Perumahan Citra Wisata ditanami pohon cemara di jalur hijaunya dengan jarak 5 meter. Median di jalan primer juga ditanami pohon cemara dan vegetasi yang khas dengan bunga berwarna kuning. Pada jalan sekunder dan tersier vegetasi tidak teratur, sebagian ada yang ditanami vegetasi dan sebagian lagi tidak.


(82)

Gambar 5.39. Vegetasi Perumahan Citra Wisata (Sumber: dokumen pribadi, 2014)

5.2.6. Kebersihan

Kebersihan merupakan faktor yang tidak kalah penting dibandingkan dengan faktor lainnya. Kebersihan akan terjaga bila tersedia tempat sampah yang cukup agar memudahkan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Berdasarkan kajian pustaka, tempat sampah diletakan pada jarak 15-20 meter, dan memiliki tipe yang berbeda sesuai dengan jenis sampahnya.

Seperti yang terlihat pada gambar 5. jalan di Perumahan Cemara Asri bersih, tidak terdapat sampah di jalan. Selain petugas kebersihan yang selalu


(1)

Kuisioner Kajian Aksesibilitas Terhadap Ruang Terbuka di Perumahan Terencana Kota Medan

Perumahan Taman Setia Budi Indah 1

Nama : Alamat : Jenis kelamin : Umur : Pekerjaan :

10. Seberapa sering Anda pergi ke ruang terbuka

f. Setiap hari g. 3 kali seminggu h. 1 kali seminggu i. 1 kali sebulan j. jarang

11.Tujuan mengunjungi ruang terbuka: d. Rekreasi/hiburan

e. Olahraga

f. Sosial/bertemu orang

12. Dengan siapa Anda pergi ke ruang terbuka?

d. Sendiri e. Keluarga f. Teman

13. Bagaimana cara anda mencapai ruang terbuka?

d. Berjalan kaki e. Kendaraan pribadi f. Kendaraan umum 14.Jarak yang ditempuh untuk mencapai

ruang terbuka dari tempat tinggal: e. 100-300 meter

f. 300-500 meter g. 500-1000 meter h. > 1000 meter

15.Waktu yang diperlukan untuk mencapai ruang terbuka dari tempat tinggal: e. 1-5 menit

f. 6-10 menit g. 11-15 menit h. > 15 menit 16.Bagaimana pendapat Anda tentang

aksesibilitas ruang terbuka di perumahan ini?

c. Mudah dicapai d. Sulit dicapai Alasan:

17.Apakah terdapat kesulitan/hambatan dalam berjalan di pedestrian perumahan? (seperti terdapat lubang) c. Ya

d. Tidak

Hambatan tersebut:

18.Di mana Anda lebih suka berjalan di perumahan ini? c. Trotoar

d. Jalan kendaraan Alasan:


(2)

Beri tanda pada kotak di bawah ini berdasarkan pendapat Anda mengenai tingkat kepuasan terhadap kualitas area berjalan kaki di perumahan ini

Keterangan:

SM : Sangat Memuaskan M : Memuaskan

CM : Cukup Memuaskan KM : Kurang Memuaskan TM : Tidak Memuaskan

INDIKATOR SM M CM KM TM

Kualitas pedestrian Lebar pedestrian

Sirkulasi (membingungkan/mudah dimengerti)

Kesinambungan trotoar

Keteduhan (terlindung dari sinar matahari) Kebersihan

Keindahan pemandangan

Kenyamanan berjalan (kualitas jalan, rusak atau tidak)

Pencahayaan pada malam hari

Ketersediaan tempat beristirahat (cth: bangku)

Ketersediaan tempat sampah Ketersediaan peta (petunjuk jalan) Kualitas keamanan

Beri tanda pada kotak di bawah ini berdasarkan pendapat Anda mengenai tingkat kepentingan area berjalan kaki di perumahan ini

Keterangan:

SP : Sangat Penting P : Penting

CP : Cukup Penting KP : Kurang Penting TP : Tidak Penting

INDIKATOR SP P CP KP TP

Ketersediaan pedestrian Kecukupan lebar pedestrian

Kemudahan sirkulasi

(membingungkan/mudah dimengerti) Kesinambungan trotoar


(3)

Keteduhan (terlindung dari sinar matahari) Kebersihan

Keindahan pemandangan

Kenyamanan berjalan (kualitas jalan, rusak atau tidak)

Pencahayaan pada malam hari

Ketersediaan tempat beristirahat (cth: bangku)

Ketersediaan tempat sampah Ketersediaan peta (petunjuk jalan) Kualitas keamanan


(4)

Kuisioner Kajian Aksesibilitas Terhadap Ruang Terbuka di Perumahan Terencana Kota Medan

Perumahan Citra Wisata

Nama : Alamat : Jenis kelamin : Umur : Pekerjaan :

19. Seberapa sering Anda pergi ke ruang terbuka

k. Setiap hari l. 3 kali seminggu m. 1 kali seminggu n. 1 kali sebulan o. jarang

20.Tujuan mengunjungi ruang terbuka: g. Rekreasi/hiburan

h. Olahraga

i. Sosial/bertemu orang

21. Dengan siapa Anda pergi ke ruang terbuka?

g. Sendiri h. Keluarga i. Teman

22. Bagaimana cara anda mencapai ruang terbuka?

g. Berjalan kaki h. Kendaraan pribadi i. Kendaraan umum 23.Jarak yang ditempuh untuk mencapai

ruang terbuka dari tempat tinggal: i. 100-300 meter

j. 300-500 meter k. 500-1000 meter l. > 1000 meter

24.Waktu yang diperlukan untuk mencapai ruang terbuka dari tempat tinggal: i. 1-5 menit

j. 6-10 menit k. 11-15 menit l. > 15 menit 25.Bagaimana pendapat Anda tentang

aksesibilitas ruang terbuka di perumahan ini?

e. Mudah dicapai f. Sulit dicapai Alasan:

26.Apakah terdapat kesulitan/hambatan dalam berjalan di pedestrian perumahan? (seperti terdapat lubang) e. Ya

f. Tidak

Hambatan tersebut:

27.Di mana Anda lebih suka berjalan di perumahan ini? e. Trotoar

f. Jalan kendaraan Alasan:


(5)

Beri tanda pada kotak di bawah ini berdasarkan pendapat Anda mengenai tingkat kepuasan terhadap kualitas area berjalan kaki di perumahan ini

Keterangan:

SM : Sangat Memuaskan M : Memuaskan

CM : Cukup Memuaskan KM : Kurang Memuaskan TM : Tidak Memuaskan

INDIKATOR SM M CM KM TM

Kualitas pedestrian Lebar pedestrian

Sirkulasi (membingungkan/mudah dimengerti)

Kesinambungan trotoar

Keteduhan (terlindung dari sinar matahari) Kebersihan

Keindahan pemandangan

Kenyamanan berjalan (kualitas jalan, rusak atau tidak)

Pencahayaan pada malam hari

Ketersediaan tempat beristirahat (cth: bangku)

Ketersediaan tempat sampah Ketersediaan peta (petunjuk jalan) Kualitas keamanan

Beri tanda pada kotak di bawah ini berdasarkan pendapat Anda mengenai tingkat kepentingan area berjalan kaki di perumahan ini

Keterangan:

SP : Sangat Penting P : Penting

CP : Cukup Penting KP : Kurang Penting TP : Tidak Penting

INDIKATOR SP P CP KP TP

Ketersediaan pedestrian Kecukupan lebar pedestrian

Kemudahan sirkulasi


(6)

Kesinambungan trotoar

Keteduhan (terlindung dari sinar matahari) Kebersihan

Keindahan pemandangan

Kenyamanan berjalan (kualitas jalan, rusak atau tidak)

Pencahayaan pada malam hari

Ketersediaan tempat beristirahat (cth: bangku)

Ketersediaan tempat sampah Ketersediaan peta (petunjuk jalan) Kualitas keamanan