62
sistem saraf simpatis dan inhibisi reuptake terhadap norepinefrin
48,55
. Hal ini tampak pada kelompok ketamin yang memiliki rata-rata tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan
kelompok fentanil. Pada pengukuran laju nadi, grup fentanil terlihat memiliki rata-rata laju nadi yang lebih
rendah daripada kelompok ketamin. Hal ini dikarenakan fentanil menekan refleks baroreseptor di carotid sinus yang berguna untuk mengatur laju nadi, sehingga terlihat menekan laju nadi. Hal
yang sama juga tampak pada penelitian Castillo et all 2004 yang menggunakan remifentanil dan propofol untuk kuretase. Didapati penurunan laju nadi setelah induksi dengan propofol.
Sedangkan pada kelompok ketamin, laju nadi terlihat menurun setelah pemberian propofol. Laju nadi diperlambat dengan lebih banyaknya efek vagotonik akibat pemberian propofol yang
dosisnya lebih besar. Pada penelitian ini,monitoring sistem pernafasan yang ditandai dengan laju nafas dan
pulse oksimetri tidak mengalami penurunan yang signifikan diantara kedua kelompok. Dan tidak dijumpai henti nafas. Ini mungkin dikarenakan adanya waktu yang berselang pada pemberian
obat sebelum dilanjutkan induksi dengan propofol. Pada penelitian Castillo et al 2004 didapati bahwa kelompok remifentanil memiliki angka kejadian apnu hingga lebih dari 50 pada sampel
meskipun ventilasi spontan kembali dalam waktu 2 menit. Pada penelitian Castillo, induksi propofol dilakukan satu menit setelah pemberian obat remifentanil. Sedangkan penelitian Henry
et al 2011 menemukan kejadian henti nafas pada 4 kasus dari 96 sampel kelompok yang diberi fentanil 5 menit sebelum induksi propofol.
5.3 PENILAIAN NYERI SEBELUM, SAAT, DAN SESUDAH KURETASE
Penilaian nyeri sebelum prosedur kuretase diukur dengan menggunakan VRS. Pada pengukuran didapati ada beberapa sampel yang merasa nyeri ringan. Hal ini bisa disebabkan
karena sebagian sampel dengan diagnose abortus inkomplit yang kemungkinan sudah merasakan kontraksi uterus setelah janin dan plasenta terlepas dari uterus. Sedangkan pada kasus dengan
diagnosa blighted ovum tidak dijumpai nyeri sebelumnya. Akan tetapi secara umum kedua kelompok dibandingkan secara statistik tidak ada perbedaan bermakna pada skor nyeri sebelum
kuretase. Rata-rata kelompok fentanil 0.13 dan kelompok ketamin 0.38. Penelitian lain, seperti pada penelitian David et al 2008 juga memiliki skor nyeri sebelum prosedur yang berkisar 4.6
63
pada kelompok ketamin dan 5.9 pada kelompok fentanil. Penelitian Smita Lisa 2005 dengan pasien pada luka bakar juga memiliki skor nyeri sebelum prosedur.
Pada saat prosedur berlangsung pada menit pertama tidak didapati perbedaan yang bermakna secara statistik diantara kedua kelompok. Akan tetapi didapati perbedaan nilai CBNPS antara
kelompok fentanil dan kelompok ketamin pada menit kelima. Kelompok ketamin mempunyai skor nyeri yang lebih rendah dibandingkan kelompok fentanil 0.08+- 0.4 vs 0.54 +- 1.06.
Pada penilaian nyeri saat prosedur kuretase berlangsung dinilai dengan skor CBNPS. Hal ini dilakukan karena pada saat itu pasien tersedasi. Sehingga penilaian yang dilakukan berdasarkan
reaksi pasien yang terlihat saat diberikan stimulasi nyeri saat prosedur. Pada penelitian ini subjek penelitian diberikan induksi propofol. Dalam literatur oleh Stoelting dikatakan mula kerja
propofol sekitar 30 detik sejak diberikan intravena. Dan dalam Morgan disebutkan bangun dari dosis tunggal propofol hanya membutuhkan waktu 2-8 menit karena redistribusi obat dari otak
ke bagian tubuh lain. Dalam perhitungan skor nyeri pada menit pertama prosedur kuretase tampak kedua kelompok tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Akan tetapi dalam menit
kelima dimana redistribusi propofol mungkin sudah terjadi, pemberian ketamin ataupun fentanil sebagai analgetik menjadi terlihat. Kelompok ketamin yang memiliki skor nyeri lebih rendah
juga terlihat lebih rendah dalam perhitungan rata-rata total penggunaan propofol dibanding kelompok fentanil 154 mg vs 135 mg. Dalam dalam perhitungan statistik ternyata ada
perbedaan yang bermakna pada skor nyeri di menit kelima prosedur. Setelah kuretase selesai dan pasien telah buka mata spontan dan orientasi baik terhadap
tempat dilakukan pengukuran nyeri dengan VRS kembali. Pada pengukuran nyeri setelah kuretase ini tidak didapati perbedaan yang signifikan secara statistik, meski dari rata-rata nilai
VRS, kelompok ketamin memiliki nilai yang lebih rendah. Hal ini senada dengan penelitian Smita Lisa 2005 yang mendapatkan kombinasi propofol ketamin memiliki nilai VAS yang
lebih rendah daripada kombinasi propofol fentanil. Penelitian David et al 2008 dengan ketamin juga mendapatkan skor nyeri yang lebih rendah daripada kelompok fentanil. Pemberian fentanil
lima menit terlebih dahulu karena memperhitungkan perbedaan waktu antara kadar puncak di plasma dan otak yang ditandai dengan melambatnya EEG. Sedangkan ketamin dalam penelitian
ini diberikan 3 menit sebelum induksi propofol. Waktu ini sama dengan penelitian Henry et al 2011 yang juga menggunakan dosis rendah ketamin 0.5 mgkgBB untuk prosedur yang
membutuhkan sedasi analgesia di instalasi gawat darurat.
64
5.4 KARAKTERISTIK PEMULIHAN