Kitin dan Kitosan Natrium Hipoklorit NaOCl

menimbulkan korosi. Uapnya dalam udara dengan konsentrasi 12-15 sangat mudah meledak bila terkena panas atau cahaya sehingga sangat berbahaya bila menggunakan gas klor dioksida pada suhu tinggi.

2.7.2.2 Oksigen O

2 Gas oksigen digunakan sebagai suatu zat pemutih bersama-sama dengan alkali pada tahap ekstraksi. Gas oksigen memperkuat sifat-sifat pulp yang diputihkan. Hal ini mungkin membuat berkurangnya emisi yang dapat menggangu terhadap lingkungan. Suhunan. Sirait. 2003.

2.7.2.3 Natrium Hipoklorit NaOCl

Larutan natrium hipoklorit dibuat dengan memasukkan gas klor ke dalam larutan berair natrium hidroksida : 2NaOH + Cl 2 → NaOCl + NaCl + H 2 O Hipoklorit adalah persenyawaan klorin yang pertama digunakan untuk proses pemutihan biasanya disebut hypo. Natrium hipoklorit dibuat dari klorin dan natrium hidroksida. Senyawa ini merupakan larutan yang sangat tidak stabil dan cenderung terurai yang meningkat dengan kenaikan konsentrasi dan temperatur serta berkurangnya sifat alkali. Hipoklorit biasanya dibuat dengan konsentrasi alkali yang berlebih kira-kira 4gl untuk menjaga kestabilan larutan. Kandungan klorin pada larutan hipoklorit diperkirakan sebesar 40-44 grl. Tujuan utama perlakuan dengan menggunakan hipoklorit adalah untuk meningkatkan brightness pada pulp.

2.8 Kitin dan Kitosan

Kitin adalah salah satu sumber alam polysaccharide yang terbesar disamping selulosa. Di alam, kitin selalu berhubungan dengan jenis polysaccharide lain terutama yang Universitas Sumatera Utara berasal dari dinding sel fungi. Sedangkan yang berasal dari binatang, kitin selalu berhubungan dengan protein. Sedangkan kitosan dengan struktur poly β-1,4-2-amino-2-deoksi-D- glukopiranosa merupakan turunan dari kitin. Pembuatan kitosan dari kitin diperoleh dengan jalan melakukan proses pemasakan dengan alkali kuat NaOH. Keuntungan kitosan, derivatif dari kitin ini adalah mudah larut dalam suasana asam terutama dengan asam asetat, sedangkan kitin tidak larut dalam suasana asam. Dengan demikian pada penggunaannya lebih mudah menggunakan kitosan dari pada kitin. Perbedaan kitin dan kitosan hanya terdapat pada perbandingan gugus amina primer dan amida pada atom C-1 unit polimer. Jika gugus amina primer lebih banyak 50 daripada gugus mida maka polimer disebut kitosan. Besarnya jumlah gugus amina primer dapat dilihat derajat deaetilasi DD kitosan. Semakin besar derajat deasetilasi DD maka gugus amina primer dalam rantai polimer semakin banyak. Walaupun kitin dan kitosan memiliki struktur yang hampir sama tapi sifat kimia dan fisika keduanya sangat berbeda. Kitosan memiliki gugus amina primer yang lebih tinggi daripada kitin sehingga membuat kitosan lebih basa dan nukleofilik. Pada saat pemanasan, kitosan cenderung terdekomposisi dari pada meleleh sehinga polimer ini tidak memiliki titik leleh. Kitosan tidak larut dalam larutan netral atau basa tetapi larut dalam larutan asam seperti asam asetat, asam format dan asam glutamat. Ketika kitosan dilarutkan dalam larutan asam, gugus amina primer dalam kitosan akan terprotonasi dan bermuatan positif. Oleh karena itu, molekul kitosan yang tersolvasi merupakan polikationik dan dapat terkoagulasi jika ditambahkan partikel atau molekul yang membawa muatan negatif seperti sodium alginat, anion sulfat dan phospat.

2.8.1 Kitin