Kolaborasi BALAI TAMAN NASIONAL TANJUNG

(1)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 1

Oleh :

Muhammad Taufik, S.Hut

KEMENTERIAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING

KARYA TULIS

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa

Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting


(2)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan rahmatNya sehingga makalah dengan judul “Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting” ini dapat terselesaikan.

Makalah ini merupakan upaya penulis untuk meningkatkan potensi diri dalam hal memahami masalah-masalah dengan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Penulis menyadari bahwa masih sangat sedikit ilmu yang dimiliki, sehingga isinya bisa dikatakan jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan saran dan kritik untuk bisa menyempurnakan makalah ini ataupun sebagai motivasi penulis untuk lebih bisa menulis yang lebih baik dikemudian hari.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam rencana penulisan maupun dalam editing makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi yang mau membaca makalah ini.

Pangkalan Bun, Mei 2010 Penulis,

Muhammad Taufik, S.Hut NIP.19810718 200801 1026


(3)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 3 DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……….…….... i KATA PENGANTAR...………... ii DARTAR ISI ………..……….... iii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...……….….…… 1

B. Tujuan Kolaborasi ...……….………… 2

C. Landasan Pelaksanaan ...……….………… 3

II. PELAKSANAAN KOLABORASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA SEKITAR TNTP

A. Manajemen Kolaborasi ...………..……….. 3

B. Manajemen Pembagian Peran ....……….………… 6

III. PERMASALAHAN DAN UPAYA TINDAK LANJUT

A. Permasalahan ….……….……… 11

B. Upaya Tindak Lanjut ……….……… 12


(4)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 4 KOLABORASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA SEKITAR

TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taman Nasional Tanjung Puting merupakan salah satu kawasan suaka alam di Indonesia yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 687/Kpts-II/1996. Pertimbangan utama suatu kawasan dijadikan sebagai kawasan suaka alam adalah tingginya tingkat biological diversity yang dimiliki termasuk didalamnya pertimbangan bahwa kawasan tersebut merupakan habitat satwa yang dilindungi dan atau sebagai keterwakilan ekosistem di wilayahnya. Taman Nasional Tanjung Puting merupakan salah satu benteng terakhir dalam penyelamatan flora-fauna dan ekosistem asli Kalimantan yang terancam punah.

Taman Nasional Tanjung Puting dengan luasan 415.040 Ha, mempunyai daerah penyangga yang berupa pedesaan baik didalam maupun diluar kawasan. Total ada 12 desa yang berada di sekitar TNTP dengan rincian 3 desa berada di dalam


(5)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 5

kawasan dan 9 desa berada di luar kawasan/berbatasan dengan TNTP. Dengan wilayah kerja yang begitu luas, aksesibilitas yang sulit karena keadaan alam yang berawa dan dikelilingi perairan, sedangkan tenaga pengelola di Balai TNTP total hanya 80 orang dengan tenaga lapangan 60 orang, sangat berat untuk mengelola TNTP beserta daerah penyangga agar menjadi kawasan yang aman dan memberikan kontribusi bagi masyarakat. Karena hal itulah, maka diperlukan manajeman kolaborasi pengelolaan TNTP, dengan melibatkan LSM, Pemerintah Daerah, serta masyarakat sekitar kawasan. Begitupula dalam hal pemberdayaan masyarakat desa daerah penyangga juga harus dilakukan dengan menejemen kolaborasi pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 390/Kpts-II/2003 tentang Tata Cara Kerjasama di bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekositemnya menunjukkan aturan main dan mekanisme kerjasama kemitraaan dalam bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekositemnya. Dalam peraturan tersebut sudah jelas tujuan, ruang lingkup kerjasama, mitra, bentuk dan tingkat kerjasama, jangka waktu, laporan, dan lain- lain sudah jelas aturannya. Sehingga dalam membuat kerjasama pengelolaan bidang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya harus mengacu kepada kepada aturan tersebut. Kemudian Permenhut No. P .19/Menhut-I I/2004 mengenai Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA), Kolaborasi KPA dan KSA adalah petunjuk teknisnya.

B. Tujuan Kolaborasi Pemberdayaan masyarakat

Tujuan dari kolaborasi pemberdayan masyarakat desa sekitar TNTP adalah mengisi, melengkapi kekurangan dan membantu dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), khususnya di bidang pemberdayaan masyarakat desa sekitar TNTP untuk percepatan tujuan TNTP yang didalamnya termasuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, khususnya kolaborasi dalam pendanaan, kapasitas Sumber Daya Manusia maupun sarana dan prasarana.


(6)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 6

C. Landasan Pelaksanaan Kolaborasi Pemberdayaan masyarakat

Landasan pelaksanaan Kolaborasi pemberdayaan masyarakat di TNTP, diantaranaya:

 Keputusan Menteri Kehutanan No. 390/Kpts-II/2003 tentang Tata Cara Kerjasama Bidang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

 Peraturan Menteri Kehutanan No. P.19/Menhut-II/2004 tentang Pengelolaan Kolaboratif KSA dan KPA

 Permenhut No. P.56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional

II. PELAKSANAAN KOLABORASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI TNTP

A. Manajemen kolaborasi pemberdayaan masyarakat

Selama ini Balai TNTP telah melaksanakan kolaborasi/kerjasama dalam pengelolaan TNTP termasuk dalam usaha pemberdayaan masyarakat daerah penyangga. Kolaborasi yang dibangun Balai TNTP dilandasi oleh kesepahaman tujuan yang dituangkan dalam nota kesepakatan (MoU) baik dengan LSM maupun kelompok masyarakat desa. Manajeman dalam pelaksanaan terutama pembagian peran merupakan hal yang menentukan tingkat keberhasilan suatu kerjasama/kolaborasi yang dibangun. Pada awalnya kerjasama yang dibangun di TNTP dengan berbagai mitra menimbulkan masalah karena peran ganda antara para pihak (tumpang tindih kepentingan) yang menimbulkan konflik dalam pelaksanaanya. Akan tetapi seiring dengan waktu dan semakin


(7)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 7

dewasanya para pemangku kepentingan di TNTP konflik-konflik yang terjadi bisa teratasi dan sampai sekarang pembagian peranpun semakin tertata dan jelas.

Kawasan TNTP dibagi kedalam 3 seksi wilayah dan setiap seksi dibagi kedala 3 resort wilayah. Setaiap seksi dan resort terdapat desa yang berbatasan dengan TNTP. Desa- desa inilah yang menjadi binaan Balai TNTP dengan didukung oleh mitra kerja. Berikut alur Manajemen Kolaborasi Pemberdayaan masyarakat di TNTP.

Jalur komando, pemgawasan, monitoring dan evaluasi. Jalur koordinasi dan pelaporan


(8)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 8

Menejemen kolaborasi pemberdayaan masyarakat desa penyangga TNTP seperti gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Berawal dari tingkat Balai TNTP yang menjalin kerjasama dan koordinasi dengan berbagai Stakeholder yang mempunyai komtmen sama dalam pengelolaan TNTP dan pemberdayaan masyarakat sekitar TNTP. Dalam hal ini yang terlibat adalah Pemerintah Daerah kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan, sedangkan untuk LSM meliputi Orangutan Foundation International (OFI), World Education (WE), Friends of The National Park Foundation (FNPF), dan Yayasan Orangutan Indonesia (Yayorin)/OF-UK.

b. Kesepakatan antara Balai TNTP dengan LSM ditunagkan dalam nota kesepakatan (MoU) yang ditandatangani kedua belah pihak, dengan mencantumkan hak dan kewajiban masing- masing.

c. Program kerja Balai TNTP di tuangkan dan dilaksanakan oleh 3 seksi wilayah dan seksi wilayah di laksanakan oleh petugas resort wilayah. Mekanisme pemberdayaan berada di tingkat resort dengan Koordinator Kepala Resort dan dibawah kendali Kepala Seksi.

d. LSM yang terlibat dalam pemberdayaan masyarakat daerah penyangga, diatur mekanismenya sesuai dengan tugas dan tujuannya. Petugas lapangan LSM dibawah koordinasi dan komando dari Kepala Resort, segala kegiatan harus spengetahuan Kepala Resort, dan wajib memberikan laporan tertulis kepada Kepala Resort, yang ditembuskan ke Kepala Seksi dan Kepala Balai.

e. Kelompoak masyarakat yang ada di Desa dibawah koordinasi dan komando dari Kepala Resort. Kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya yang ada di TNTP harus sepengetahuan, koordinasi, dan kegiatannya dilaporkan ke Kepala Resort.


(9)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 9

f. Pemerintah Daerah melalui dinas terkait dan kecamatan melakukan koordinasi denga Balai TNTP dan Seksi Wilayah untuk melakukan kegiatan pemberdayaan di Desa Penyangga.

B. Manajemen pembagian peran parapihak

Manajemen pembagian peran merupakan inti dari keberhasilan suatu kerjasama/kolaborasi. Karena setiap unsur yang berperan serta dalam kerjasama sudah ditata dan diatur tugasnya masing- masing sesuai dengan keahlian, tanggungjawab dan komitmen awal yang dibangun. Sampai sekarang dalam pemberdayaan masyarakat daerah penyangga di TNTP telah dilakukan kerjasama yang sinergis antara pihak Balai TNTP dan LSM mitra kerja. Berikut pembagian peran yang telah dilaksanakan dalam pemberdayaan masyarakat desa sekitar TNTP.

a. Orangutan Foundation International (OFI)

Kerjasama (MoU) antara Balai TNTP dengan OFI dibangun sejak tahun 2003 dengan durasi kerjasama selam 5 tahun. Sampai sekarang OFI berkonsentrasi dalam pemberian makan orangutan eks rehabilitasi yang ada di Camp Leakey, Pondok Tanggui, dan Tanjung Harapan, kemudian kegiatan penjagaan pos (pengamanan), serta penelitian. Selain hal tersebut OFI juga melakukan beberapa pemberdayaan kepada masyarakat di sekitar kawasan TNTP, desa yang menjadi binaan OFI antara lain Desa Sekonyer dengan mengembangkan manajemen pengelolaan sampah (Trash management system), Desa Teluk Pulai dengan pembangunan

Community centre dan perpustakan desa bekerjasama denagan WE, Desa Sungai Cabang dengan pembangunan Community centre dan perpustakan desa, serta bekerjasama dengan koperasi “Setia Mufakat” untuk penyediaan buah-buahan pakan orangutan.


(10)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 10

WE bekerjasma dengan Balai TNTP sejak tahun 2005 dengan jangka waktu kerjasama selama 5 tahun. Fokus kegiatan WE di TNTP adalah pemberdayaan masyarakat (community development). Desa- desa binaan WE sekarang ini meliputi Desa Sekonyer, Desa Teluk Pulai, Desa Sungai Cabang, Desa Tanjung Hanau, Desa Palingkau, Desa Muara Dua, Desa Baung, dan Desa Ulak Batu dengan fokus pendampingan masyarakat mulai dari memfasilitasi rancangan desa, musrenbang, pembuatan perdes, pembahasan anggaran belanja desa sampai pengembangan pertanian, agroforetry, dan alternatif ekonomi lainnya.

c. Friends of the National Parks Foundation (FNPF)

FNPF adalah LSM local yang bekerjasma dengan Balai TNTP sejak tahun 1999 dengan derasi kerjasama selama 3 tahun. Fokus kegiatan FNPF meliputi Rehabilitasi kawasan, pendidikan konservasi, pendampingan masyarakat, dan pengembangan ekowisata. Desa binaan FNPF khusus di Desa Sekonyer dengan pengembangan Ekowisata melalui pembentukan kelompok wisata “Tegari Lestari”, serta pendampingan pengembangan Agroforestry di Jerumbun dan pendampingan persemaian kelompok “Sekonyer Lestari”.

Alur manajemen pembagian peran dalam pemberdayaan masyarakat desa penyangga TNTP dibagi kedalam 3 (tiga) SPTN wilayah yang meliputi SPTN I Pembuang Hulu, SPTN II Kuala Pembuang, SPTN III Tanjung Harapan, kemudian setiap SPTN Wilayah di bagi kedalam 3 (tiga) Resort pengelolaan. Lebih jelasnya, alur manajemen pembagian peran digambarkan kedalam bagan alur dibawah ini. .


(11)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 11

1. Alur manajemen pembagian peran di SPTN I Pembuang Hulu.

Keterangan :


(12)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 12

2. Alur manajemen pembagian peran di SPTN II Kuala Pembuang

Keterangan:


(13)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 13

3. Alur manajemen pembagian peran di SPTN III Tanjung Harapan

Keterangan:


(14)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 14

Dari bagan alur pembagian peran tersebut dapat dijelaskan bahwa, masing- masing pihak (stakeholder) mempunyai peran masing-masing sesuai dengan keahlian dan bidang masing-masing, sehingga tujuan dari kolaborasi yaitu saling menguatkan, saling menutupi kelemahan dapat tercapai. Prinsip dari kerjasama/ kolaborasi yang di bangun di TNTP adalah kerjasama yang dilandasi oleh saling menghormati, saling menguntungkan, saling mempercayai, dan keterbukaan (transparansi).

III. PERMASALAAN DAN UPAYA TINDAK LANJUT A. Permasalahan

Kerjasama/kolaborasi yang dibangun oleh Balai TNTP dengan berbagai mitra kerja, terutama mitra kerja LSM (OFI, WE, dan FNPF) sudah berjalan lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Manajemen yang telah dibangun bersama dengan alur menejemen seperti tergambar dalam bagan diatas dan dilandasi oleh nota kesepakatan yang ditandatangani bersama, dan tujuan serta komitmen yang sama untuk mewujudkan pengelolaan TNTP yang lesatari, akan tetapi dalam perjalanannya banyak kendala dan masalah yang dihadapi. Beberapa alur dalam manajemen ada yang tidak jalan, sehingga menyebabkan terganggunya alur manajemen secara keseluruhan. Karena dalam sistem manajemen, keberhasilan ditentukan oleh masing- masing komponen, satu saja komponen tidak jalan maka menyebabkan seluruh sistem terganggu. Beberapa masalah yang dihadapi dalam kolaborasi pemberdayaan masyarakat, meliputi:

1. Belum terbangunnya mekanisme kegiatan yang mengatur segala kegiatan mitra dilapangan.


(15)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 15

Selama ini, MoU yang telah disepakati dijabarkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) Mitra dan dibahas bersama, akan tetapi RKT yang disusun hanya sebatas program- program secara garis besar, belum disusun mekanisme pelaksanaan program-program tersebut dilapangan. Hal ini menyebabkan sulitnya pihak Balai TNTP dalam memonitor kegiatan mitra dilapangan. Apalagi ditambah tidak sepenuhnya kegiatan-kegiatan yang dialakukan oleh mitra dilaporkan ke Balai TNTP.

2. Pihak mitra kurang memahami hak dan kewajibannya sesuai dengan MoU yang disepakati bersama.

Banyak mitra-mitra yang kurang memahami tugasnya sebagai mitra Balai TNTP, terutama kewajibannya, seperti pelaporan dan koordiasi dilapangan. Apalagi ada mitra yang menganggap sebagai pemilik TNTP, misalnya OFI. Sehingga petugas Balai TNTP pun harus minta ijin kepada OFI untuk memasuki Camp Leakey.

B. Upaya Tindak Lanjut

Berbagai upaya telah dilakukan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kolaborasi pengelolaan TNTP. Upaya –upaya tersebut, diantaranya:

1. Membangun mekanisme kegiatan yang mengatur kegiatan mitra dilapangan. Dalam penyusunan RKT yang baru, mitra diwajibkan menyusun mekanisme kegiatan dengan format yang telah ditentukan oleh Balai TNTP. RKT dan mekanisme kegiatan menjadi bagian tak terpisahkan dalam penyusunan RKT untuk dibahas dan disahkan bersama.

2. Membuat teguran baik lisan maupun tertulis

Terhadap pelanggaran-pelanggaran yang telah mitra lakukan, apalagi mitra yang melebihi batas kewenangan, pihak Balai TNTP melakukan teguran baik lisan maupun melalui surat resmi. Aapabila tidak ditanggapi, pihak Balai TNTP membuat teguran yang ditembuskan ke Direktorat Jenderal PHKA,


(16)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 16

dan apabila tidak ditanggapi juga, maka pihak Balai TNTP mengirimkan surat Ke Direktorat Jenderal PHKA untuk mengevaluasi kerjasama dengan mitra yang bersangkutan.

IV. KESIMPULAN

Dari uraian tentang kolaborasi pemberdayaan masyarakat di TNTP diatas, termasuk segala permasalahan yang dihadapi, dengan upaya pemecahannya, maka dapat diambil kesimpulan, antara lain:

1. Kolaborasi harus dibangun dengan prinsip saling menghargai, saling menghormati, saling menguntungkan, dan keterbukaan. 2. Dalam membangun manajemen kolaborasi pemberdayaan

masyarakat, setiap komponen kolaborasi harus menempatkan diri sesuai dengan peran dan tanggungjawabnya sesuai komitmen awal yang telah disepakati bersama.

3. Mekanisme kegiatan harus disusun, dibahas, dan disepakati bersama, serta dijalankan sebagai pedoman kerja dilapangan, sehingga tidak terjadi konflik kepentingan dilapangan.


(1)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 11 1. Alur manajemen pembagian peran di SPTN I Pembuang Hulu.

Keterangan :


(2)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 12 2. Alur manajemen pembagian peran di SPTN II Kuala Pembuang

Keterangan:


(3)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 13 3. Alur manajemen pembagian peran di SPTN III Tanjung Harapan

Keterangan:


(4)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 14 Dari bagan alur pembagian peran tersebut dapat dijelaskan bahwa, masing- masing pihak (stakeholder) mempunyai peran masing-masing sesuai dengan keahlian dan bidang masing-masing, sehingga tujuan dari kolaborasi yaitu saling menguatkan, saling menutupi kelemahan dapat tercapai. Prinsip dari kerjasama/ kolaborasi yang di bangun di TNTP adalah kerjasama yang dilandasi oleh saling menghormati, saling menguntungkan, saling mempercayai, dan keterbukaan (transparansi).

III. PERMASALAAN DAN UPAYA TINDAK LANJUT

A. Permasalahan

Kerjasama/kolaborasi yang dibangun oleh Balai TNTP dengan berbagai mitra kerja, terutama mitra kerja LSM (OFI, WE, dan FNPF) sudah berjalan lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Manajemen yang telah dibangun bersama dengan alur menejemen seperti tergambar dalam bagan diatas dan dilandasi oleh nota kesepakatan yang ditandatangani bersama, dan tujuan serta komitmen yang sama untuk mewujudkan pengelolaan TNTP yang lesatari, akan tetapi dalam perjalanannya banyak kendala dan masalah yang dihadapi. Beberapa alur dalam manajemen ada yang tidak jalan, sehingga menyebabkan terganggunya alur manajemen secara keseluruhan. Karena dalam sistem manajemen, keberhasilan ditentukan oleh masing- masing komponen, satu saja komponen tidak jalan maka menyebabkan seluruh sistem terganggu. Beberapa masalah yang dihadapi dalam kolaborasi pemberdayaan masyarakat, meliputi:

1. Belum terbangunnya mekanisme kegiatan yang mengatur segala kegiatan mitra dilapangan.


(5)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 15 Selama ini, MoU yang telah disepakati dijabarkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) Mitra dan dibahas bersama, akan tetapi RKT yang disusun hanya sebatas program- program secara garis besar, belum disusun mekanisme pelaksanaan program-program tersebut dilapangan. Hal ini menyebabkan sulitnya pihak Balai TNTP dalam memonitor kegiatan mitra dilapangan. Apalagi ditambah tidak sepenuhnya kegiatan-kegiatan yang dialakukan oleh mitra dilaporkan ke Balai TNTP.

2. Pihak mitra kurang memahami hak dan kewajibannya sesuai dengan MoU yang disepakati bersama.

Banyak mitra-mitra yang kurang memahami tugasnya sebagai mitra Balai TNTP, terutama kewajibannya, seperti pelaporan dan koordiasi dilapangan. Apalagi ada mitra yang menganggap sebagai pemilik TNTP, misalnya OFI. Sehingga petugas Balai TNTP pun harus minta ijin kepada OFI untuk memasuki Camp Leakey.

B. Upaya Tindak Lanjut

Berbagai upaya telah dilakukan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kolaborasi pengelolaan TNTP. Upaya –upaya tersebut, diantaranya:

1. Membangun mekanisme kegiatan yang mengatur kegiatan mitra dilapangan. Dalam penyusunan RKT yang baru, mitra diwajibkan menyusun mekanisme kegiatan dengan format yang telah ditentukan oleh Balai TNTP. RKT dan mekanisme kegiatan menjadi bagian tak terpisahkan dalam penyusunan RKT untuk dibahas dan disahkan bersama.

2. Membuat teguran baik lisan maupun tertulis

Terhadap pelanggaran-pelanggaran yang telah mitra lakukan, apalagi mitra yang melebihi batas kewenangan, pihak Balai TNTP melakukan teguran baik lisan maupun melalui surat resmi. Aapabila tidak ditanggapi, pihak Balai TNTP membuat teguran yang ditembuskan ke Direktorat Jenderal PHKA,


(6)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 16 dan apabila tidak ditanggapi juga, maka pihak Balai TNTP mengirimkan surat Ke Direktorat Jenderal PHKA untuk mengevaluasi kerjasama dengan mitra yang bersangkutan.

IV. KESIMPULAN

Dari uraian tentang kolaborasi pemberdayaan masyarakat di TNTP diatas, termasuk segala permasalahan yang dihadapi, dengan upaya pemecahannya, maka dapat diambil kesimpulan, antara lain:

1. Kolaborasi harus dibangun dengan prinsip saling menghargai, saling menghormati, saling menguntungkan, dan keterbukaan. 2. Dalam membangun manajemen kolaborasi pemberdayaan

masyarakat, setiap komponen kolaborasi harus menempatkan diri sesuai dengan peran dan tanggungjawabnya sesuai komitmen awal yang telah disepakati bersama.

3. Mekanisme kegiatan harus disusun, dibahas, dan disepakati bersama, serta dijalankan sebagai pedoman kerja dilapangan, sehingga tidak terjadi konflik kepentingan dilapangan.