Sambungan baut Pengujian Tarik

46

2.6 Sambungan baut

Baut adalah alat sambung dengan batang bulat dan berulir, salah satu ujung nya dibentuk kepala baut umum nya bentuk kepala segi enam dan ujung lain nya dipasang murpengunci.dalam pemakaian di lapangan, baut dapat digunakan untuk membuat konstruksi sambungan tetap, sambungan bergerak, maupun sambungan sementara yang dapat dibongkardilepas kembali. Dalam penelitian ini sambungan baut digunakan untuk menghubungkan body pesawat dengan sayap pesawat sebelum dilas. Baut dan mur dapat dibedakan sebagai berikut: baut pejepit,baut untuk pemakaian khusus,sekrup mesin,sekrup penetap. Baut penjepit terdiri dari tiga bagian antara lain: a. Baut tembus Baut tembus digunakan untuk menjepit dua bagian melalui lubang tembus,dimana jepitan diketatkan dengan sebuah mur. Gambar baut tembus diperlihatkan pada gambar 2.8 dibawah ini. Gambar 2.8 Baut tembus Universitas Sumatera Utara 47 b. Baut tanam Baut tanam merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir pada kedua ujung nya.untuk dapat menjepit dua bagian, baut ditanamkan pada salah satu bagian yang mempunyai lubang berulir dan jepitan diketatkancdengan sebuah mur. Gambar baut tanam diperlihatkan pada gambar 2.9 dibawah ini. Gambar 2.9. Baut tanam c. Baut tap Baut tap digunakan menjepit dua bagian dimana jepitan diketatkan dengan ulir yang ditapkan kan pada salah satu bagian. Pada tugas akhir ini body dan sayap dihubungkan menggunakan baut tap yang ditapkan pada sayap pesawat dengan menggunakan enam buah baut tap, masing-masing terdiri dari tiga buah yang di tapkan pada kedua sayap pesawat tanpa awak. Gambar baut tap diperlihatkan pada gambar 2.10 dibawah ini. Universitas Sumatera Utara 48 Gambar 2.10 Baut tap

2.7 Pengujian Tarik

Proses pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik benda uji. Pengujian tarik untuk kekuatan tarik daerah las dimaksudkan untuk mengetahui apakah kekuatan las mempunyai nilai yang sama, lebih rendah atau lebih tinggi dari kelompok raw materials. Pengujian tarik untuk kualitas kekuatan tarik dimaksudkan untuk mengetahui berapa nilai kekuatannya dan dimanakah letak putusnya suatu sambungan las. Pembebanan tarik adalah pembebanan yang diberikan pada benda dengan memberikan gaya tarik berlawanan arah pada salah satu ujung benda. Penarikan gaya terhadap beban akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk deformasi bahan tersebut. Proses terjadinya deformasi pada bahan uji adalah proses pergeseran butiran Kristal logam yang mengakibatkan melemahnya gaya elektromagnetik setiap atom logam hingga terlepas ikatan tersebut oleh penarikan gaya maksimum. Gambar 2.11 Menunjukakan skema alat uji tarik. Universitas Sumatera Utara 49 Gambar 2.11 Skema Mesin Uji Tarik. Bila gaya tarik terus diberikan kepada suatu bahan logam sampai putus, maka akan didapatkan profil tarikan yang lengkap berupa kurva seperti digambarkan pada Gambar 2.12. Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang memakai bahan tersebut. Gambar 2.12 Hasil dan Kurva Pengujian Tarik Perubahan panjang dalam kurva disebut sebagai regangan teknik ε eng , yang didefenisikan sebagai perubahan panjang yang terjadi akibat perubahan static ΔL terhadap panjang batang mula-mula L o . Tegangan yang dihasilkan Universitas Sumatera Utara 50 pada proses ini disebut dengan tegangan teknik σ eng , dimana didefenisikan sebagai nilai pembebanan yang terjadi F pada suatu luas penampang A o . Tegangan normal tersebut akibat gaya tarik dapat ditentukan berdasarkan persamaan 2.1. � = F Ao 2.1 Dimana : σ = Tegangan tarik MPa F = Gaya tarik N A o = Luas penampang specimen mula-mula mm 2 Regangan akibat beban tekan static dapat ditentukan berdasarkan persamaan 2.2. � = ΔL Lo x 100 2.2 Dimana : ΔL = L- L o Keterangan : ε = Regangan akibat gaya tarik L = Panjang akhir mm L o = Panjang specimen mula-mula mm Pada prakteknya nilai hasil pengukuran tegangan pada suatu pengujian tarik pada umumnya merupakan nilai teknik. Regangan akibat gaya tarik yang terjadi, panjang akan menjadi bertambah dan diameter pada specimen akan menjadi kecil, maka ini akan terjadi deformasi plastis Nash, 1998. Hubungan antara sress dan strain dirumuskan pada persamaan 2.3. Universitas Sumatera Utara 51 E = σ ε E adalah gradient kurva dalam daerah liner, dimana perbandingan tegangan σ dan regangan ε selalu tetap. E diberi nama “ Modulus Elastisitas “ atau “ Young Modulus “. Kurva ini ditunjukkan oleh gambar 2.13. Gambar 2.13 Kurva Tegangan-regangan Umumnya, limit elastic bukan merupakan defenisi tegangan yang jelas, tetapi pada besi tidak murni dan baja karbon rendah, titik awal terjadinya deformasi plastis ditandai dengan penurunan beban secara tiba-tiba yang menunjukkan adanya titik luluh atas dan titik luluh bawah. Perilaku luluh ini merupakan karakteristik berbagai jenis logam, khusunya yang memiliki struktur bbc dan mengandung sejumlah kecil elemen terlarut. Untuk material yang tidak memiliki titik luluh yang jelas, berlaku defenisi konvensional mengenai titik awal deformasi plastis, yaitu tegangan uji 0,1 atau 0,2 . Disini ditarik garis sejajar dengan bagian elastis kurva tegangan-regangan dari titik dengan Universitas Sumatera Utara 52 regangan 0,2 . Berikut adalah gambar 2.14 diagram tegangan-regangan linier untuk deformasi elastic bahan. Gambar 2.14 Diagram Tegangan-regangan Linier Untuk Deformasi Elastis. Table 2.2 Harga modulus elastis pada berbagai suhu Askeland, 1985 Universitas Sumatera Utara 53 Sifat mekanis pada Tension dari bahan dapat dilihat pada table 2.3 dibawah ini. Tabel 2.3 Sifat mekanis bahan pada suhu kamar untuk jenis logam paduan.

2.8 Foto mikro